Anda di halaman 1dari 17

WATER TO WATER HEAT EXCHANGER BENCH

BAB II
WATER TO WATER HEAT EXCHANGER BENCH
2.1 Dasar Teori
2.1.1 Mekanisme Perpindahan Panas
Energi panas dapat ditransfer dari satu sistem ke sistem yang lain, sebagai hasil
dari perbedaan temperatur. Sedangkan analisis termodinamika hanya mengangkat hasil
dari perpindahan panas sebagai sistem yang mengalami proses dari satu keadaan
setimbang yang lain. Jadi ilmu yang berhubungan dengan penentuan tingkat
perpindahan energi adalah perindahan panas. Adapun transfer energi panas selalu
terjadi dari medium suhu yang lebih tinggi ke suhu yang lebih rendah, dan perpindahan
panas berhenti ketika dua medium mencapai suhu yang sama.
Proses perpindahan panas dapat

berpindah dengan

tiga

cara,

yaitu

konduksi, konveksi dan radiasi. Semua cara dari perpindahan panas memerlukan
adanya perbedaan suhu, dan semua cara berasal dari medium suhu yang lebih tinggi ke
suhu yang lebih rendah. Di bawah ini kita memberikan gambaran singkat dari setiap
cara.
2.1.2 Konduksi
Konduksi adalah perpindahan energi dari partikel yang lebih energik dari
suatu zat dengan yang kurang energik yang berdekatan sebagai akibat dari interaksi
antara partikel. Konduksi dapat terjadi pada zat padat, cair dan gas. Pada gas dan cair,
konduksi ini disebabkan oleh tabrakan dan pembauran dari gerakan molekul selama
gerakan acak mereka. Pada benda padat, gerakan ini disebabkan akibat kombinasi
getaran dari molekul di dalam kisi dan berpindahnya energi yang disebabkan oleh
elektron bebas. Laju konduksi panas melalui media tergantung pada geometri dari
medium, ketebalan, dan bahan dari medium, serta beda suhu di medium terdebut.
Contoh konduksi adalah perpindahan panas yang terjadi pada besi yang salah satu
ujungnya dipanaskan, maka panas tersebut akan merambat hingga ujung yang lain.
Pada penjelasan berikut, dapat dilihat proses perpindahan panas melalui dinding yang
tebalnya x=L dan luasnya A, seperti pada gambar berikut :

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN 2014/2015

WATER TO WATER HEAT EXCHANGER BENCH

Gambar 2.1: Perpindahan Panas Konduksi Melalui Dinding


Sumber: Heat Transfer, Cengel (2003:21)
Perbedaan temperatur pada dinding adalah T= T2-T1. Percobaan dapat
menghasilkan laju dari perpindahan panas Q melalui dinding dua kali lipat ketika
perbedaan suhu di seluruh dinding atau area A normal terhadap arah perpindahan panas
dua kali lipat, tapi dibelah dua ketika ketebalan dinding L dua kali lipat. Dengan
demikian kita menyimpulkan bahwa laju konduksi panas melalui lapisan dinding
sebanding dengan perbedaan suhu di seluruh lapisan dan area perpindahan panas,
namun berbanding terbalik dengan ketebalan lapisan, sehingga dapat dirumuskan
dengan:

Atau,

Dimana konstanta k adalah konduktivitas termal material, yang merupakan


ukuran kemampuan suatu material untuk menghantarkan panas. Jika x = 0,
persamaan di atas tereduksi menjadi bentuk diferensial.

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN 2014/2015

WATER TO WATER HEAT EXCHANGER BENCH


Keterangan :
Q

= Laju perpindahan panassecarakonduksi

= konduktivitas termal material

= Luas permukaan

dT

= Perubahan suhu

dx

= Jarak yang tegak lurus terhadap permukaan


Tanda negatif di dalam rumus memastikan bahwa perpindahan panas dalam

arah x positif adalah jumlah yang positif.


2.1.3 Konveksi
Konveksi adalah proses transport energi dengan kerja gabungan dari konduksi
panas, penyimpanan dan gerakan mencampur. Konveksi sangat penting sebagai
mekanisme perpindahan energi antara permukaan benda padat dan cairan atau gas.
Perpindahan energi dengan cara konveksi dari suatu permukaan yang suhunya
di atas suhu fluida sekitarnya berlangsung dalam beberapa tahap. Pertama, panas akan
mengalir dengan cara konduksi dari permukaan ke partikel-partikel fluida yang
berbatasan. Energi yang berpindah dengan cara demikian akan menaikkan suhu dan
energi dalam partikel-partikel

fluida

ini.

Kemudian

partikel-partikel

fluida

tersebut akan bergerak ke daerah yang bersuhu rendah didalam fluida di mana mereka
akan bercampur dengan, dan memindahkan sebagian energinya kepada, partikelpartikel fluida lainnya. Dalam hal ini alirannya adalah aliran fluida maupun energi.
Energi sebenarnya disimpan di dalam partikel-partikel fluida dan diangkut sebagai
akibat gerakan massa partikel-partikel tersebut. Mekanisme ini untuk operasinya tidak
tergantung hanya pada beda suhu dan oleh karena itu tidak secara tepat memenuhi
definisi perpindahan panas. Tetapi hasil bersihnya adalah angkutan energi, dan karena
terjadinya dalam arah gradien suhu, maka juga digolongkan dalam suatu cara
perpindahan panas dan ditunjuk dengan sebutan aliran panas dengan cara konveksi.
Contoh konveksi adalah perputaran atau perpindahan panas yang terjadi pada
pemanasan air.
Laju perpindahan panas dengan cara konveksi antara suatu permukaan dan
suatu fluida dapat dihitung dengan hubungan.

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN 2014/2015

WATER TO WATER HEAT EXCHANGER BENCH

Dimana :
q

= laju perpindahan panas dengan cara konveksi, (Watt)

As

= luas perpindahan panas, (m2)

Ts

= Temperatur permukaan benda padat, (0K)

= Temperatur fluida mengalir, (0K)

= koefisien perpindahan panas konveksi, (W/m2 0K)

Perpindahan panas konveksi diklasifikasikan dalam konveksi bebas (free


convection) dan konveksi paksa (forced convection) menurut cara menggerakkan
alirannya. Konveksi alami adalah perpindahan panas yang disebabkan oleh beda
suhu dan beda rapat saja dan tidak ada tenaga dari luar yang mendorongnya. Konveksi
alamiah dapat terjadi karena ada arus yang mengalir akibat gaya

apung, sedangkan

gaya apung terjadi karena ada perbedaan densitas fluida tanpa dipengaruhi gaya dari
luar sistem. Perbedaan densitas fluida terjadi karena adanya gradien suhu pada fluida.
Konveksi paksa adalah perpindahan panas aliran gas atau cairan yang
disebabkan adanya tenaga dari luar. Konveksi paksa dapat pula terjadi karena arus
fluida yang terjadi digerakkan oleh suatu peralatan mekanik (contoh : pompa dan
pengaduk), jadi arus fluida tidak hanya tergantung pada perbedaan densitas. Contoh
perpindahan panas secara konveksi paksa adalah pelat panas dihembus udara dengan
kipas/blower.
Secara umum aliran fluida dapat diklasifikasikan sebagai aliran eksternal dan
aliran internal. Aliran eksternal terjadi saat fluida mengenai suatu permukaan benda.
Contohnya adalah aliran fluida melintasi plat atau melintang pipa. Aliran internal
adalah aliran fluida yang dibatasi oleh permukaan zat padat, misalnya aliran dalam
pipa/saluran. Perbedaan antara aliran eksternal dan aliran internal pada suatu
pipa/saluran ditunjukkan pada Gambar 3.2.
Secara umum aliran fluida dapat diklasifikasikan sebagai aliran eksternal dan
aliran internal. Aliran eksternal terjadi saat fluida mengenai suatu permukaan benda.
LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN 2014/2015

WATER TO WATER HEAT EXCHANGER BENCH


Contohnya adalah aliran fluida melintasi plat atau melintang pipa. Aliran internal
adalah aliran fluida yang dibatasi oleh permukaan zat padat, misalnya aliran dalam
pipa/saluran. Perbedaan antara aliran eksternal dan aliran internal pada suatu
pipa/saluran ditunjukkan pada Gambar 3.2.

Gambar 2.2 Aliran eksternal udara dan aliran internal air pada suatu pipa/saluran
Sumber: Heat Transfer, Cengel (2003:21)
2.1.4 Radiasi
Radiasi adalah energi yang dipancarkan oleh materi dalam bentuk gelombang
elektromagnetik sebagai akibat dari perubahan konfigurasi elektronik dari atom atau
molekul. Contoh radiasi adalah pancaran sinar matahari yang menyengat sampai ke
bumi atau kulit manusia
Tingkat maksimum radiasi yang dapat dipancarkan permukaan pada suhu T s
mutlak diberikan oleh hukum stefaan-Boltzmann yaitu

Dimana = 5,67 x 10-8 W/m2 K4 merupakan konstanta Stefen-Boltzmann.


Permukaan ideal yang memancarkan radiasi pada tingkat maksimum ini disebut benda
hitam, dan radiasi yang dipancarkan oleh benda hitam disebut Radiasi benda hitam.
Radiasi yang dipancarkan oleh semua permukaan nyata lebih kecil dari radiasi yang
dipancarkan oleh benda hitam pada suhu yang sama, dan dinyatakan sebagai.

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN 2014/2015

WATER TO WATER HEAT EXCHANGER BENCH

Keterangan :
Q

: Laju perpindahan secara radiasi (Watt)

: konstanta Stefen-Boltzmann (5,67 x 10-8 W/m2 K4)

: emisivitas

As

: luas permukaan (m2)

Ts

: suhu mutlak permukaan benda yang mengemisikan panas secara radiasi (0K)

Dimana adalah emisivitas permukaan yang besarnya adalah diantara 0 1.


2.1.5 Konduktivitas Termal
Konduktivitas termal adalah kemampuan suatu material untuk menghantarkan
panas.Persamaan untuk laju perpindahan panas konduksi dalam kondisi stabil juga
dapat dilihat sebagai

persamaan penentu

bagi

konduktivitas termal. Sehingga

konduktivitas termal dari material dapat didefinisikan sebagai laju perpindahan panas
melalui ketebalan unit bahan per satuan luas per perbedaan suhu. Konduktivitas termal
material adalah ukuran kemampuan bahan untuk menghantarkan panas. Harga tertinggi
untuk konduktivitas termal menunjukkan bahwa material adalah konduktor panas
yang baik, dan harga terendah untuk konduktivitas termal menunjukan bahwa material
adalah bukan pengahantar panas yang baik atau disebut isolator.
Suhu adalah ukuran energi kinetik dari partikel seperti molekul atau atom
dari suatu zat. Pada cairan dan gas, energi kinetik dari partikel terjadi karena gerak
translasi acak mereka serta gerakan getaran dan rotasi mereka. Ketika dua molekul
yang memiliki energi kinetik yang berbeda berbenturan, bagian dari energi kinetik dari
molekul lebih bertenaga ditransfer ke molekul kurang bertenaga, sama seperti ketika
dua bola elastis dari massa yang sama dengan kecepatan yang berbeda berbenturan,
bagian dari energi kinetik dengan bola kecepatan tinggi

ditransfer ke bola yang

kecepatanya lebih lambat. Makin tinggi suhu, semakin cepat molekul bergerak,
semakin tinggi jumlah molekul tabrakan, dan semakin baik perpindahan panasnya.

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN 2014/2015

WATER TO WATER HEAT EXCHANGER BENCH

2.1.6 Difusivitas Termal


Cp sering dijumpai dalam analisis perpindahan panas, disebut kapasitas panas
material. Baik dari Cp panas spesifik dan kapasitas panas Cp mewakili kemampuan
penyimpanan panas dari suatu material. Tapi Cp mengungkapkan itu per satuan massa
sedangkan Cp mengungkapkan itu per satuan volume, dapat melihat dari satuan
mereka masing-masing.
Sifat bahan lain yang muncul dalam analisis konduksi panas transien adalah
difusivitas termal, yang mewakili bagaimana cepat panas berdifusi melalui materi
dan dirumuskan dengan
(m2/s)

Harap diingat bahwa Konduktivitas termal k merupakan seberapa baik


suatu bahan menghantarkan panas, dan kapasitas panas Cp mewakili berapa banyak
menyimpan sebuah energi bahan per satuan volume. Oleh karena itu, difusivitas termal
dari material dapat dipandang sebagai rasio panas yang dilakukan melalui bentuk
material panas yang tersimpan per satuan volume. Bahan yang memiliki konduktivitas
panas yang tinggi atau kapasitas panas yang rendah jelas akan memiliki difusivitas
termal besar. Semakin besar difusivitas termal, semakin cepat penyebaran panas ke
medium. Nilai diffusivitas termal yang kecil berarti panas yang sebagian besar diserap
oleh material.
2.1.7 Resistansi Termal
Resistansi termal merupakan salah satu property panas dan memiliki definisi
ukuran perbedaan temperatur dari material yang tahan terhadap aliran panas.
Resistansi termal sendiri berbanding terbalik dengan Konduktivitas termal. Resistansi
termal memiliki satuan yaitu (m2K)/W. Aliran panas dapat dimodelkan dengan
analogi rangkaian listrik di mana aliran panas diwakili oleh arus, suhu diwakili oleh
tegangan, sumber panas yang diwakili oleh sumber arus konstan, resistensi termal
mutlak diwakili oleh resistor dan kapasitansi termal dengan kapasitor.

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN 2014/2015

WATER TO WATER HEAT EXCHANGER BENCH

2.1.8 Heat Exchanger


Heat exchanger adalah perangkat yang memfasilitasi pertukaran panas antara
dua cairan pada temperatur yang berbeda, sekaligus menjaga mereka dari pencampuran
satu sama lain. Dalam radiator mobil, misalnya , panas dipindahkan dari air
panas yang mengalir melalui tabung radiator ke udara mengalir melalui pelat tipis
berjarak dekat dinding luar yang melekat pada tabung . Perpindahan panas pada
Heat exchanger biasanya melibatkan konveksi di setiap cairan dan konduksi melalui
dinding yang memisahkan dua cairan . Dalam analisis penukar panas , akan lebih
mudah untuk bekerja dengan koefisien perpindahan panas keseluruhan U yang
menyumbang kontribusi dari semua efek transfer panas ini . Laju perpindahan panas
antara dua cairan pada lokasi di penukar panas tergantung pada besarnya perbedaan
suhu di bahwa lokasi , yang bervariasi sepanjang penukar panas . Jenis paling
sederhana dari penukar panas terdiri dari dua pipa konsentris yang berbeda diameter ,
seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.3

, yang disebut double pipa panas

exchanger.

Gambar 2.3 Aliran sistem heat exchanger double pipa


Sumber: Heat Transfer, Cengel (2003:21)
Salah satu cairan dalam penukar panas double- pipa mengalir melalui pipa yang lebih
kecil, sementara cairan lainnya mengalir melalui ruang annular antara dua pipa.
Dua jenis pengaturan aliran yang mungkin dalam double- pipa penukar panas yaitu
dalam aliran paralel , baik cairan panas dan dingin memasuki panas penukar pada akhir
LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN 2014/2015

WATER TO WATER HEAT EXCHANGER BENCH


yang sama dan bergerak ke arah yang sama. Dalam aliran counter, di sisi lain,
cairan panas dan dingin memasuki penukar panas di seberang berakhir dan aliran
dalam arah yang berlawanan. Tipe lain dari penukar panas, yang dirancang khusus
untuk mewujudkan besar luas permukaan perpindahan panas persatuan volume, adalah
penukar panas kompak. panas Compact exchanger memungkinkan kita untuk
mencapai kecepatan transfer panas tinggi antara dua cairan dalam volume kecil , dan
mereka biasanya digunakan dalam aplikasi dengan keterbatasan yang ketat pada berat
dan volume penukar panas.
Sebuah penukar panas biasanya melibatkan dua cairan mengalir dipisahkan
oleh dinding yang padat. Panas pertama ditransfer dari fluida panas ke dinding oleh
konveksi, melalui dinding dengan konduksi, dan dari dinding ke fluida dingin lagi
dengan konveksi. Jaringan tahan panas yang terkait dengan proses perpindahan panas
ini melibatkan dua konveksi dan konduksi satu resistensi.

Gambar 2.4 perpindahan panas pada double pipa


Sumber: Heat Transfer, Cengel (2003:21)

Variabel i dan o mewakili permukaan dalam dan luar dari tabung bagian dalam.
Untuk heat exchanger double pipa kita memiliki Ai = Di L dan A0 = D0L dan
tahanan panas tabung dalam situasi ini adalah:

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN 2014/2015

WATER TO WATER HEAT EXCHANGER BENCH


Dimana k adalah konduktivitas termal dari material dinding dan L adalah
panjang tabung. Kemudian tahan panas keseluruhan menjadi:

Ai adalah luas permukaan dalam dari dinding yang memisahkan dua cairan,
dan Ao adalah luas permukaan luar dinding. Dengan kata lain, Ai dan A0 adalah luas
permukaan dinding yang memisahkan dan dibasahi oleh cairan dalam dan cairan luar,
masing-masing.
2.1.9 Counter-flow Heat Exchanger
Variasi suhu cairan panas dan dingin dalam heat exchanger counter-flow
diberikan pada Gambar 3.5. Perhatikan bahwa cairan panas dan dingin masukkan pada
ujung-ujung pipa, dan suhu keluar dingin cairan pada keadaan ini dapat melebihi suhu
keluar panas cairan. dalam kasus ini, cairan dingin akan dipanaskan sampai suhu
inlet dari fluida panas. Namun, suhu outlet fluida dingin tidak pernah bisa melebihi
inlet suhu dari fluida panas karena ini akan menjadi pelanggaran hukum kedua dari
termodinamika.
Hubungan di atas

untuk log berarti perbedaan suhu dikembangkan

menggunakan penukar panas paralel - aliran, tetapi kita dapat menunjukkan dengan
mengulangi analisis atas untuk counter-flow penukar panas yang juga berlaku untuk
counterflow penukar panas. Untuk inlet dan outlet suhu yang ditentukan, log ratarata suhu perbedaan bagi penukar panas counter-flow selalu lebih besar dari itu untuk
parallel-flow. Artinya, T counter-flow lebih besar dari pada T parallelflow dan
dengan demikian lebih kecil luas permukaan yang dibutuhkan untuk mencapai laju
perpindahan panas tertentu dalam counter-flow.

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN 2014/2015

WATER TO WATER HEAT EXCHANGER BENCH

Gambar 2.5 aliran (a) parallelflow, (b) counter flow, dan grafik temperatur in, out
Sumber : Heat Transfer, Cengel (2003:21)
2.1.10 Metode NTU
Untuk mendefinisikan effectivenes alat penukar panas, pertama kita harus
menentukan kemungkinan laju perpindahan panas maksimum (maximum possible heat
transfer rate), qmax pada alat penukar panas. Laju perpindahan panas ini secara
prinsip dapat dicapai pada alat penukar panas counterflow, gambar 2.1, dengan
panjang tak terhingga.

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN 2014/2015

WATER TO WATER HEAT EXCHANGER BENCH

Gambar 2.6 Distribusi Temperatur pada Counter Flow Heat Exchanger


Sumber
:
http://teknos78.blogspot.com/2014/03/alat-penukar-panas-heat
exchanger.html
Alat penukar panas pada kondisi ini, kemungkinan perbedaan temperatur
maksimum pada fluida adalah Th,i Tc,i. Untuk menggambarkan hal ini, perhatikan
kondisi dimana Cc < Cn dari persamaan 2.1 dan 2.2, maka [dTc] >[dTh].

(2.1)

(2.2)
Kemudian fluida dingin akan mengalami perubahan temperatur yang besar
dan jika L , maka fluida dingin tersebut akan dipanaskan mencapai panas
(Tc,o = Th,i). Berdasarkan persamaan maka akan didapat persamaan 2.3:
Cc < Ch : qmax = Cc (Th,i -Tc,i)
(2.3)

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN 2014/2015

WATER TO WATER HEAT EXCHANGER BENCH


Demikian pula jika Ch < Cc fluida panas akan mengalami perubahan
temperatur terbesar dan akan menjadi dingin pada temperature masukan dari fluida
yang dingin ( Th,o = Tc,i). Kemudian dari persamaan 2.4 maka didapatkan persamaan
2.5. [2]
q = h Cp h (Th i Th o)
(2.4) Ch < Cc : qmax = Ch (Th,I Tc,i)
(2.5)
Dari hasil tersebut kita dapatkan kondisi umum :
qmax

Cmin

(Th

Tc

i)

(2.6)
Dimana Cmin sama dengan Cc atau Ch,mana yang lebih kecil. Untuk
temperatur masuk fluida panas dan dingin yang telah diketahui, dari persamaan 2.6
diatas dapat digunakan untuk menghitung kemungkinan besarnya laju perpindahan
panas maksimum yang dialami oleh alat penukar panas.
Sekarang sangat logis untuk mendefinisikan effectivenes () sebagai
perbandingan antara laju perpindahan panas aktual untuk sebuah alat penukar
panas pada kemungkinan laju perpindahan panas maksimum, dan dinyatakan sebagai,
[2]
(2.7)
Dari persamaan 2.3, 2.5 dan 2.7 di atas didapat bahwa :
(2.8)

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN 2014/2015

WATER TO WATER HEAT EXCHANGER BENCH


Dari definisi effectiveness, yang tidak berdimensi harus pada range 0
Jika ,

dan

, diketahui, laju perpindahan panas aktual untuk alat penukar panas

dapat ditentukan dengan persamaan :

(2.10)

Untuk setiap alat penukar panas itu dapat ditunjukkan bahwa :

(2.11)

dimana Cmin/Cmax adalah sama dengan Cc/Ch atau Ch/Cc, tergantung pada
besaran relatif antara laju kapasitas fluida panas dan dingin. Satuan jumlah
perpindahan NTU (Number

of

Thermal

Unit) adalah parameter

yang tidak

berdimensi yang kegunaannya sangat luas pada analisis alat penukar pans dan
didefinisikan sebagai,

Kemudian itu menyatakan laju perpindahan panas per derajat perbedaan


temperatur rata-rata antara fluida, persamaan q = U . T terhadap laju perpindahan
panas per derajat perubahan temperatur untuk fluida yang mempunyai laju kapasitas
panas minimum.
2.2 Tujuan Praktikum

Mempelajari formulasi dasar dari heat exchanger sederhana


Perhitungan keseimbangan panas pada heat exchanger
Pengukuran koefisien perpindahan panas berdasarkan kuantitas aliran fluida
Mengetahui Efisiensi heat exchanger

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN 2014/2015

WATER TO WATER HEAT EXCHANGER BENCH

2.3 Spesifikasi Alat

Hot water source


Head tank with square weir

Flow rate meter (rotameter)

: 200 liter/jam

Termometer pada inlet & outlet

: 0 100 oC

Electrically immersion heater

: 5 kW & 3 kW

Cold water source


Head tank with square weir

Flow rate meter (rotameter)

: 500 liter/jam

Termometer pada inlet & outlet

: 0 100 oC

Heat exchanger
Double tubes water to water heat exchanger

: Diameter 1 x Panjang 1000 mm

Katup pengatur aliran

: katup 3 arah

Controller unit
Hot water temperature control unit

2.4 Cara Pengambilan Data


Air panas mengalir melalui tabung dan air dingin melalui jacket. Eksperimen
aliran pararel dan counter flow dilakukan dengan merubah arah aliran air dingin dengan
memutar katup 3 arah (A) dan (B). Dengan mengatur debit aliran air panas dan air
dingin aliran laminar dan turbulen dapat diatur. Tabel berikut menunjukkan kombinasi
eksperimen:
Tabel 2.1 Kombinasi eksperimen

Sumber : Modul Praktikum Laboraturium Fenomena Dasar Mesin

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN 2014/2015

WATER TO WATER HEAT EXCHANGER BENCH


1. Set temperatur
Atur temperatur air panas pada head tank dengan TEMP. SET pada control
unit. Tunggu hingga pembacaan termometer air panas mencapai stabil.
2. Set aliran laminar dan turbulen
Dengan mengatur katup no (3) dan (19) aturlah debit air panas dan air dingin
sesuai dengan tabel berikut:

Tabel 2.2 Turbulen dan Laminer

Sumber : Modul Praktikum Laboraturium Fenomena Dasar Mesin


3. Pengukuran
Ukurlah nilai T1, T2, t1, t2, W dan w dan tulis data dalam lembar
pengambilan data yang telah disediakan.
4. Perhitungan
a. Hitung nilai tm dengan persamaan (4) dan (5)
b. Hitung nilai (T1 + T2) / 2 kemudian tentukan nilai viskositas kinematic vh pada
tabel properti air.
c. Hitung nilai qw dan Qw dengan persamaan (1)
d. Hitung nilai (t1 + t2) / 2 kemudian tentukan nilai viskositas kinematic v1 pada tabel
properti air.
e. Hitung nilai ReW dengan persamaan (8) dan Rew dengan persamaan (9)
f. Hitung nilai efisiensi dengan persamaan (7)

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN 2014/2015

WATER TO WATER HEAT EXCHANGER BENCH


g. Hitung nilai U dengan persamaan (6)

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN 2014/2015

Anda mungkin juga menyukai