Anda di halaman 1dari 38

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA

PAPER
STRATEGI TRANSISI
PENERAPAN AKUNTANSI BERBASIS AKRUAL

Disusun oleh:
Bangun Canggih Wicara Putra (144060005785)
Tri Eka Yuniarti (144060005780)
Yoga Wirastadhi (144060006019)

Mahasiswa Diploma IV Akuntansi Kurikulum Khusus


Tahun 2014

Kelompok
1

PENDAHULUAN

I.

Latar Belakang
Basis kas pada awalnya telah diterapkan secara tradisional di berbagai negara untuk

aktivitas sektor publik. Secara sederhana, dikatakan bahwa penerapan akuntansi berbasis
akrual ditujukan untuk mengatasi ketidakcukupan basis kas untuk memberikan data yang
lebih akurat. Penerapan Basis Akrual di sektor pemerintah bertujuan untuk meningkatkan
kuantitas dan kualitas informasi laporan keuangan yang kemudian berguna untuk
pengambilan keputusan serta akuntabilitas publik. Dengan semakin berkualitasnya informasi
yang didapatkan, maka pemerintah akan dapat mengambil keputusan yang efisien dan
efektif di dalam pengelolaan keuangan negara. Selain hal tersebut informasi keuangan yang
akuntabel dan transparan pasti akan sangat mendukung proses pengawasan secara tepat.
Pada tahun 1990-an, New Zealand pertamakali menggunakan basis akrual untuk sistem
akuntansi pemerintahan baik untuk laporan keuangan maupun penganggarannya dan dinilai
berhasil. Kemudian dalam perkembangan satu dekade berikutnya, telah terjadi perubahan
besar dalam penggunaan basis akuntansi dari basis kas menuju/menjadi basis akrual di
negara-negara anggota OECD (Organisation for Economic Co-operation and Development)
misalnya Inggris, Kanada, Amerika Serikat dan Australia untuk ikut turut serta menerapkan
basis akrual walaupun tingkat penerapannya berbeda antara negara satu dengan negara
lainnya.
Secara umum, basis akrual telah diterapkan di negara-negara yang lebih dahulu
melakukan reformasi manajemen publik. Penggunaan basis akrual merupakan salah satu
ciri dari praktik manajemen keuangan modern (sektor publik) yang bertujuan untuk
memberikan informasi yang lebih transparan mengenai biaya (cost) pemerintah dan
meningkatkan kualitas pengambilan keputusan di dalam pemerintah dengan menggunakan
informasi yang diperluas, tidak sekedar basis kas. Namun untuk bisa menerapkan hal
tersebut ternyata tidak semudah membalikkan telapak tangan, ada banyak hal yang harus
dipenuhi serta perlu pertimbangan yang mendalam terkait biaya dan manfaat yang mungkin
akan diperoleh. Sama halnya dengan perubahan sistem perdagangan zaman dahulu yang
masih menerapkan sistem barter kemudian diperkenalkan sistem alat tukar berupa mata
uang, diperlukan waktu untuk bisa membiasakan atau menyesuaikan diri dari sistem lama
menuju sistem yang baru atau yang sering disebut sebagai masa transisi. Masa dimana
proses transisi itu terjadi merupakan hal yang menentukan keberhasilan suatu sistem baru
dapat diterapkan, karena pada masa transisi tersebut kita tidak hanya dihadapkan pada

Kelompok
1

masalah-masalah terkait faktor kuantitatif melainkan juga faktor-faktor kualitatif seperti


menumbuhkan kepercayaan masyarakat atau orang yang terlibat didalam sistem tersebut.
Oleh karena itu pemerintah wajib menyusun dan menyiapkan strategi yang sesuai dengan
kondisi dari pemerintahan itu sendiri.
Sedangkan untuk Indonesia, sesuai amanat Undang Undang Nomor 17 Tahun 2003
tentang Keuangan Negara dan Undang Undang Nomor 1 Tahun 2004 Tentang
Perbendaharaan Negara, pemerintah diwajibkan menerapkan basis akuntansi akrual secara
penuh paling lambat tahun anggaran 2008. Tetapi dalam kenyataanya penerapan basis
akrual tidak dapat dilakukan dalam waktu yang singkat, perlu beberapa tahapan yang
dilaksanakan untuk menerapkan basis akrual murni. Dalam masa transisi di Indonesia,
Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) Akrual dikembangkan dari SAP yang ditetapkan dalam
PP 24/2005 yang sudah mengacu pada International Public Sector Accounting Standards
(IPSAS) dan memperhatikan peraturan perundangan serta kondisi Indonesia. SAP yang
ditetapkan dengan PP 24/2005 berbasis Kas Menuju Akrual / Cash Toward Acrual (CTA)
sebagian besar telah mengacu pada praktik akuntansi berbasis akrual. Pada 22 Oktober
2010, terbit PP 71/2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) Akrual mengubah
haluan basis akuntansi pemerintahan Indonesia dari kas menuju akrual menjadi akrual
penuh. Sesuai kesepakatan pemerintah dan DPR, implementasi basis akrual ini akan
dilaksanakan secara bertahap hingga implementasi penuhnya di tahun 2015. Pada PP
71/2010 ini pengaturannya meliputi SAP berbasis akrual dan SAP berbasis kas menuju
akrual. SAP Berbasis Akrual terdapat pada Lampiran I dan berlaku sejak tanggal ditetapkan
dan dapat segera diterapkan oleh setiap entitas. SAP Berbasis Kas Menuju Akrual pada
Lampiran II berlaku selama masa transisi bagi entitas yang belum siap untuk menerapkan
SAP Berbasis Akrual. Artinya Pemerintah menetapkan sejak terbitnya PP 71/2010 ini sampai
dengan 2015 merupakan masa transisi menuju akrual penuh yang tentunya diperlukan
suatu strategi yang matang dan tepat untuk dapat mewujudkan akuntansi berbasis akrual
pada sektor pemerintah.
Dalam paper ini, kami memberikan gambaran mengenai strategi pertransisian
penerapan akuntansi berbasis akrual di beberapa negara baik yang berhasil maupun yang
gagal. Selain itu, kami juga melakukan analisis mengenai strategi penerapan akuntansi
berbasis akrual di Indonesia dan apa saja faktor penentu keberhasilan implementasi
penerapan basis akrual ini.

Kelompok
1
II.

Tujuan
Penulisan paper ini bertujuan untuk mengetahui penerapan akuntansi basis akrual di
negara lain meliputi berbagai tahapan implementasi serta kelebihan dan kekurangan dari
penerapan basis akrual serta mengetahui kesiapan Indonesia dalam menghadapi tantangan
dari transisi CTA ke basis akrual.

Kelompok
1

PEMBAHASAN

I.

Strategi Transisi Penerapan Akuntansi Berbasis Akrual pada Beberapa Negara


Selandia Baru dan Australia adalah contoh negara yang telah mengimplementasikan

basis akrual secara penuh baik dalam akuntansi maupun penganggaran. Negara-negara
tersebut menjadi negara yang paling komprehensif dalam mengadopsi akuntansi akrual
dibandingkan dengan negara lainnya. Atas keberhasilan menerapkan basis akrual dan
reformasi kebijakan fiskal, negara-negara tersebut dijadikan rujukan dan acuan dalam
implementasi akuntansi akrual di negara lain. Misalnya oleh pemerintah federal Amerika
Serikat yang telah mengadopsi standar akrual dalam beberapa konteks. Namun,
implementasi kebijakan akuntansi akrual di Amerika Serikat pencapaiannya belum sejauh
seperti apa yang dicapai oleh Selandia Baru dan Australia. Selain itu, terdapat negara yang
tidak berhasil menerapkan basis akrual dalam sistem akuntansinya, seperti Fiji dan Nepal.
Berikut akan disampaikan beberapa negara sebagai referensi untuk dijadikan perbandingan
dalam penerapan basis akrual.
A. Selandia Baru (New Zealand)
Pemerintah Selandia Baru melakukan reformasi besar pada akhir tahun 1980-an dan
awal tahun 1990-an. Reformasi tersebut mengubah manajemen pemerintahan dari sistem
berbasis ketaatan, yang menggunakan aturan yang detil, restriktif dan plafon anggaran kas,
menjadi rezim yang berbasis kinerja dan akuntabilitas. Keberhasilan dari penerapan
reformasi ini memerlukan upaya yang sungguh-sungguh baik di level stratejik maupun level
operasional dan membawa pada perubahan fundamental dan perubahan yang ekstensif
baik dalam manajemen operasi sektor pemerintah (sektor publik) dan juga laporan
keuangan yang disajikan untuk operasi tersebut. Pengalaman Selandia Baru menunjukkan
bahwa perubahan bukan sekedar wacana ataupun retorika tetapi sudah menjadi
keberhasilan yang jauh lebih baik. Hasil dari sisi keuangan menunjukkan bahwa setelah
mengalami defisit (anggaran) selama 20 tahun, kemudian berubah secara mengejutkan
menjadi surplus dalam tiga tahun (1994-1996), dengan sejumlah bukti yang menunjukkan
bahwa surplus tersebut lebih dari sekedar sebuah siklus.
Reformasi berbasis akrual di Selandia Baru dapat dikatakan sebagai reformasi
sistem akuntansi pemerintah yang paling komprehensif yang telah dilakukan oleh berbagai
negara sampai saat ini. GAO (Government Accountability Office) melaporkan bahwa, pada
umumnya sebagian besar pengamat sepakat bahwa tindakan akrual telah memberikan
informasi yang lebih baik untuk tujuan pengelolaan aset dan kalkulasi biaya. Selain itu,
banyak yang percaya bahwa tindakan akrual telah menghasilkan disiplin fiskal yang jauh

Kelompok
1

lebih besar, terutama untuk para legislator dan pejabat pemerintah lainnya sehingga dapat
lebih mudah memastikan kesinambungan fiskal (atau ketiadaan kesinambungan) pada
program pemerintah.
a. Latar belakang penerapan akuntansi berbasis akrual
Kondisi sistem manajemen di Selandia Baru pada awal tahun 1980-an didominasi
oleh kontrol input yang tersentralisasi, yaitu ditetapkannya instruksi menyangkut masalah
perbendaharaan dan manual pelayanan publik, adanya monopoli dalam berbagai
pengadaan barang dan jasa. Seluruh uang negara dikelola oleh Departemen/Kantor
Perbendaharaan (Treasury) di dalam rekening bank konsolidasian.
Pengolaan anggaran lebih ditekankan pada pembatasan alokasi anggaran
(apropriasi) belanja untuk tujuan program yang kurang tegas. Apropriasi ini memberikan
informasi tentang penerima anggaran, aktivitas pemerintah, atau jenis pengeluaran
(belanja). Hal-hal di atas menimbulkan lingkungan kerja yang kurang kondusif bagi para
pegawai, pejabat dan menteri.
Berdasarkan latar belakang itu, Pemerintah Selandia Baru mengembangkan sistem
manajemen keuangan yang terintegrasi dan komprehensif, yaitu:
menerjemahkan strategi pemerintah ke dalam keputusan dan tindakan;
menginformasikan pengambilan keputusan oleh pemerintah;
mendorong sektor pemerintah untuk responsif dan efisien; dan
secara konstan melaksanakan (reformasi).
Bagian-bagian pokok dari peraturan keuangan pada rezim baru yang diatur di dalam Public
Finance Act 1989 adalah sebagai berikut:
menghilangkan banyak kontrol administrasi;
menentukan output dalam proses apropriasi (alokasi anggaran);
membuat kepala eksekutif bertanggung jawab terhadap manajemen keuangan

departemen/lembaga;
menetapkan peraturan-peraturan tentang pelaporan.

b. Tahapan dalam implementasi


Untuk menerapkan basis akrual, Selandia Baru menyiapkan peraturan perundangundangannya secara bertahap dan dilakukan dalam beberapa fase. Fase-fase yang dilalui
dalam mengembangkan standar akuntansi pemerintah dengan basis akrual dapat dijabarkan
sebagai berikut :
1. Traditional and Managerialist Phases (Sebelum tahun 1985)
Selandia Baru menggunakan akuntansi berbasis kas. Pada saat itu
pemerintah Selandia Baru masih menggunakan Public Service Act 1912 yang
mengatur mengenai pengendalian terpusat dalam pembelanjaan.
2. Marketisation Phase (1986-1991)
Antara tahun 1986 s.d. 1991, Selandia Baru memasuki fase Marketisasi.
Dalam fase ini diperkenalkan sejumlah aplikasi umum untuk sektor publik, termasuk
kementerian pusat, pemerintah lokal, sektor kesehatan dan pendidikan, dan

Kelompok
1

sejumlah badan pemerintah lainnya. Kantor Perbendaharaan kemudian memiliki ide


tentang bagaimana anggaran Selandia Baru seharusnya. Ide ini berasal dari analisa
politik yang dipengaruhi oleh pasar liberal. Ada beberapa Undang-Undang yang
dibuat pada fase ini yaitu:
The State Owned Enterprises Act 1986
The State Sector Act 1988
The Public Finance Act 1989
Peralihan kepada sistem apropriasi dan akuntansi berbasis akrual penuh (full
accrual-based appropriations and accounting system) tentunya akan memungkinkan
munculnya penggunaan aset pemerintah yang lebih baik. Pada tahun 1991, semua
departemen menggunakan akuntansi, biaya, dan anggaran dengan basis akrual
penuh.
3. Collective Strategy Phase (1992-1996)
Pada tahun 1992, Selandia Baru menjadi negara pertama yang berhasil
membuat laporan keuangan seluruh pemerintah (Crown) dengan basis akrual penuh.
Informasi yang terdapat dalam laporan keuangan Crown melebihi sektor swasta,
laporan ini meliputi laporan operasi dan pemisahan laporan posisi keuangan, arus
kas, komitmen peminjaman, hutang kontijensi, pembelanjaan atau biaya yang terjadi
dan belum terapropriasi (unappropriated expenditure or costs incurred). Setiap
laporan memiliki pembanding dari tahun lalu. Dalam laporan keuangan juga
disertakan komentar dan bagan yang mengindikasikan tren dalam waktu.
Keuntungan utama dari Laporan Keuangan Crown adalah dapat meningkatkan
akuntabilitas kepada parlemen, memperluas jangkauan informasi untuk menilai
posisi keuangan pemerintah, dan menyadarkan manajer akan kebutuhan untuk
mengatur aset secara benar.
Fase stratejik ini ditandai dengan adanya kulminasi dalam pembuatan
kebijakan anggaran yang didiskusikan secara terbuka sebelum penetapan anggaran.
Mulai tahun 1995, secara eksplisit kementerian, individual dan kolektif, diharapkan
dapat menyatakan secara terbuka mengenai prioritas mereka dan mengintegrasikan
kedalam strategi yang harus dijalankan oleh pelayanan publik dalam area utama
misalnya kebijakan sosial (pertumbuhan ekonomi, pendidikan, jaminan sosial,
perlindungan lingkungan). Kemudian strategi ini dikenal sebagai Strategic Result
Area (SRA) yang akan dijalankan selama 3 s.d. 5 tahun.
4. The Adaptive Capacity Phase (1997 s.d sekarang)
Sebuah laporan yang dibuat oleh Allen Shick (1996) memberikan evaluasi terhadap
proses reformasi sistem akuntansi pemerintahan Selandia Baru. Laporan ini
mengidentifikasi

kebutuhan

akan

penguatan

kapasitas

stratejik

dan

merekomendasikan akuntabilitas yang meliputi tanggung jawab yang tidak hanya

Kelompok
1

berdasarkan atas hasil yang spesifik tapi juga mengenai nilai akun, penilaian, dan
kepemimpinan. Dalam fase ini terdapat 3 Undang-Undang yang diterbitkan yaitu The
Public Audit Act 2001, The Public Finance Act 2004 , dan The Crown Entities Act
2004.
c. Lingkungan yang mendukung dan menghambat implementasi
Keberhasilan dari implementasi manajemen keuangan baru di Selandia Baru dapat
terwujud karena adanya dukungan dari para pemimpin di sektor publik, baik politisi maupun
birokrasi. Dengan berlakunya Undang-Undang Keuangan Publik tahun 1989, Selandia Baru
menyusun kembali proses penganggaran pemerintah menjadi berbasis output, dan juga
mensyaratkan bahwa semua penganggaran dan pelaporan di tingkat departemen
menggunakan metode akrual. Sebuah proses penganggaran berbasis output, secara umum,
menekankan "penggunaan informasi biaya output (produk) sebagai alat manajerial dan lebih
khusus sebagai dasar untuk model penganggaran pembeli/penyedia (kuasi-pasar)." Dengan
kata lain, lembaga pemerintah dan departemen dipandang sebagai produksi output yang
kemudian Parlemen merapatkan untuk melakukan pengadaan.
Terdapat beberapa Undang-Undang yang mendukung pelaksanaan akuntansi
pemerintahan di Selandia Baru yaitu:
The State Owned Enterprises Act 1986 (SOE Act) merupakan undang-undang

yang memberikan model awal dalam manajemen publik


The State Sector Act 1988. UU ini ditujukan untuk memberikan manajemen publik
yang lebih efisien, bertanggung jawab dan akuntabel, melalui beberapa

perubahan signifikan dalam proses penunjukkan pimpinan entita


The Fiscal Responsibility Act 1994 (FRA). UU ini mensyaratkan pemerintah untuk
menyatakan tujuan keuangan dan melaporkan perkembangannya untuk mencapai
tujuan tersebut. FRA diharapkan dapat menyediakan informasi yang meliputi
pernyataan kebijakan anggaran, laporan strategi fiskal dan perkiraan ekonomi-

fiskal yang diupdate


The Public Audit Act 2001, memberikan wewenang kepada auditor umum untuk
bertindak sebagai petugas parlemen dan menentukan peraturan yang berkaitan

dengan audit terhadap organisasi sektor publik


The Public Finance Act 2004, Undang-Undang ini merupakan amandemen dari
Undang-Undang Keuangan Publik 1989. Perubahan yang signifikan adalah
terdapatnya kerangka kerja bagi legislatif dalam meminjam dan menggunakan

uang negara
Faktor-faktor yang berpengaruh dalam mendukung reformasi yang dijalankan di
Selandia Baru antara lain:
1. Key people, adalah orang-orang yang berperan penting dalam proses reformasi
keuangan yang dilakukan. Orang-orang tersebut terdiri dari politisi di dewan, bendahara

Kelompok
1

negara di kementerian (treasury), dan pejabat penyusun laporan keuangan (financial


management support service).
2. Axial principles, mencakup pemikiran konseptual dan penerapan ide-ide dan
pengetahuan teoritis ke dalam prinsip yang disepakati dan digunakan dalam praktik.
Komitmen dalam menjalankan panduan yang telah disepakati membuat proses yang
dijalankan menjadi lebih komprehensif dibandingkan di negara-negara lainnya.
Komitmen tersebut berupa peniadaan intervensi politis selama adopsi sistem akuntansi
akrual dilakukan serta pemberian insentif yang tepat dan sesuai bagi pelaksana
keuangan negara untuk memacu kinerja dan tercapainya efektifitas di sektor publik.
3. Communicating ideas, merupakan penggunaan beragam sarana dalam penyampaian
ide, informasi, dan rencana agar memperoleh timbal balik yang positif dari semua
pelaksana keuangan negara selama proses reformasi keuangan dilakukan. Interaksi
yang terjadi selama prosesnya juga semakin meluas tidak hanya melibatkan orangorang dalam suatu atau antar organisasi pemerintah, tetapi juga telah melibatkan orangorang di tataran international level (seperti OECD, IMF, dan Bank Dunia), national level
(seperti antar kementerian dan antar partai di parlemen), community level (seperti
organisasi formal dan informal di masyarakat), organizational/institutional level (seperti
lembaga

pengawas

keuangan

negara

dan

organisasi

akuntan),

dan

sub-

organizational/sub-institutional level (seperti antar unit-unit kerja di berbagai lembaga


negara).
4. Contextual determinants, adalah kondisi atau peristiwa yang relevan dan berpengaruh
dalam proses reformasi yang dilakukan di Selandia Baru. Peristiwa-peristiwa tersebut
antara lain:
Krisis ekonomi di periode 1970-an
Pemilihan umum 1984 yang mengangkat David Lange sebagai Perdana Menteri
dengan membawa gagasan ekonomi baru di tengah krisis keuangan yang menerpa

Selandia Baru.
Political will para politisi yang mendukung reformasi yang dilakukan.
Sistem politik di Selandia Baru yang dijalankan dengan sistem satu kamar (one
legislative chamber) sehingga segala rencana yang disusun pemerintah dan
dimasukkan ke dewan untuk disetujui tidak memerlukan waktu yang relatif lama,
sehingga sering diartikan bahwa proses yang dijalankan antara legislatif dan

pemerintah essentially non-negotiable.


5. Ethos, merepresentasikan ide dimana orang-orang dari organisasi-organisasi yang
berbeda saling bekerja sama dengan sikap terbuka untuk melakukan reformasi dalam
pemerintahan. Hubungan kerja sama yang terjadi seperti antara perdana menteri David
Lange dan para bendahara negara di kementerian dan lembaga negara lainnya.
Hubungan tersebut menimbulkan simpati dari para pegawai pemerintah dimana mereka

Kelompok
1

10

merasa dilibatkan dan memiliki peran dalam reformasi yang sedang dijalankan. Hal ini
berbanding terbalik dengan yang terjadi di periode-periode sebelumnya sehingga
disebut sebagai bureaucratic revolution.
6. Knowledge, mencakup theoritical knowledge, experiential knowledge, dan precedents.
Theoritical knowledge, merupakan filosofi managerial dan pemahaman ekonomi
yang diperoleh dari beragam literatur. Sebagai contoh, pemerintah membuat
keseimbangan antara kebijakan ekonomi makro dan mikro yang berasal dari
beragam literatur sebagai asal muasal reformasi sistem dan manajemen yang

dilakukan.
Experiential knowledge, mengacu kepada pengetahuan dan pengalaman yang
diperoleh dari beberapa orang. Sebagai contoh, pemahaman mengenai masalah
yang dihadapi oleh para pegawai pemerintah dan tata kelola yang dijalankan
diperoleh melalui akumulasi pengalaman dari lembaga-lembaga pemerintah dari

beberapa periode yang lalu.


Precedents, merepresentasikan waktu dan kebergunaan di masa lalu. Contohnya
adalah penerapan akuntansi akrual bukan pertama kalinya diterapkan di Selandia
Baru di periode 1980an tersebut. Hal tersebut pernah dipakai dalam penyusunan
neraca keuangan pemerintah di tahun 1922-1940. Penelusuran lalu dilakukan dan
ditemukan bahwa masalah yang terjadi dalam pelaporan keuangan saat itu adalah
akuntansi berbasis kas yang digunakan tidak dapat merefleksikan keuntungan atau
kerugian dari suatu aktivitas yang dilakukan, dan terdapat keragaman praktik

akuntansi di berbagai organisasi pemerintah saat itu.


7. Innovation, merupakan ukuran terhadap metode atau pendekatan baru yang digunakan.
Dalam konteks Selandia Baru, tekanan yang diperoleh pemerintah akibat krisis
keuangan di tahun 1970an mengharuskan adanya inovasi yang belum pernah dilakukan
guna mengatasi krisis tersebut dalam waktu singkat, dan berhasil dilakukan dalam
kepemimpinan perdana menteri David Lange.
8. Information, diperoleh dari data hasil penelitian dan pengalaman yang relevan.
Contohnya adalah dalam laporan keuangan yang baru dengan menggunakan basis
akrual menyediakan gambaran yang lebih komprehensif mengenai pengelolaan sumber
daya oleh pemerintah, yang berujung pada akuntabilitas dan transparansi, serta
terfasilitasinya penilaian kinerja pemerintah secara keseluruhan.
9. Concequences, merupakan respon yang diterima akibat perubahan tata kelola sektor
publik yang diperoleh melalui akumulasi pengetahuan dan pengalaman serta keinginan
untuk menyediakan informasi yang lebih baik dalam pengambilan keputusan
pemerintah. Konsekuensi yang diterima pemerintah Selandia Baru adalah akuntansi
berbasis akrual yang dijalankan pemerintah secara penuh, serta dengan dukungan dari
berbagai faktor di atas, telah berhasil meningkatkan kinerja pemerintah.

Kelompok
1

11

d. Permasalahan yang dihadapi dalam implementasi dan penyelesaiannya


Setiap perubahan pasti menghadapi permasalah yang timbul akibat penggunaan
sesuatu yang baru, baik perubahan yang dilakukan bertahap maupun langsung semua
(Bigbang). Tentunya tidak terkecuali dalam perubahan sistem akuntansi dari basis kas
menjadi basis akrual di Selandia Baru. Berikut merupakan permasalahan yang timbul dalam
proses transisi:
Apakah penggunaan basis akrual hanya untuk pelaporan keuangan saja atau akan
diterapkan juga dalam reformasi yang lebih luas, misalnya dalam penganggaran. Dalam

hal ini Selandia Baru turut menerapkan penggangaran basis akrual juga.
Kapasitas sumber daya manusia yang mendukung perubahan dalam sistem akuntansi
pemerintah. Selandia Baru dapat mengatasi masalah tersebut dengan memiliki sebuah
badan akuntansi profesional yang terdiri dari akuntan praktisi, akuntan korporat dan
akuntan sektor publik. The Institute of Chartered Accountans of Selandia Baru
(kemudian menjadi the Selandia Baru Society of Accountans) tertarik dan mendukung

proses reformasi
Pencatatan dan penilaian terhadap aset bersejarah
Pencatan dan penilaian terhadap aset peralatan tempur
Peralatan militer umumnya memiliki nilai yang sangat tinggi dan mempunyai
kecenderungan

untuk

rusak,

hancur,

atau

hilang

sewaktu-waktu

akibat

dari

penggunaannya dalam latihan atau perang yang sesungguhnya. Masalah timbul ketika
peralatan militer itu digunakan dan akibat penggunaan tersebut, peralatan militer rusak,
hancur, atau hilang. Maka atas peralatan tersebut harus dilakukan penghapusan dalam
pembukuan. Hal ini menyebabkan pencatatan beban yang besar yang menimbulkan
kesan bahwa pemerintah mempunyai kinerja yang buruk.
B. Australia
a. Latar belakang penerapan akuntansi berbasis akrual
Basis akrual pada mulanya adalah basis yang dikenal pada sektor privat saja. Pada
basis ini, transaksi yang terjadi diakui pada saat terjadinya (subtance over form) yang
kemudian dicatat dan disajikan dalam laporan keuangan pada periode bersangkutan. Hal ini
berbeda pada basis kas yang mengakui transaksi pada saat diterima dan dikeluarkan pada
periode bersangkutan. Dampak dalam basis akrual ini akan menghasilkan informasi yang
lebih pada laporan keuangan apabila dibandingkan dengan basis kas, misalnya piutang,
utang, depresiasi, yang kemudian lebih berguna dalam pengambilan keputusan.
Tren penerapan basis akrual untuk akuntansi (pelaporan keuangan)

dan

penganggaran berkembang diawali oleh negara-negara anggota OECD, salah satunya


adalah Australia. Banyak hal yang melatarbelakangi perkembangan penerapan basis akrual
ini. Penggunaan basis akrual yang sedang menjadi tren di negara-negara OECD dan

Kelompok
1

12

negara-negara berkembang tidak terlepas dari manfaat yang diperoleh negara yang
menerapkannya.
Negara-negara OECD, termasuk Australia tentunya, menilai bahwa penggunaan
basis akrual akan dapat meningkatkan kuantitas dan kualitas informasi laporan keuangan
yang kemudian berguna dalam pengambilan keputusan dan akuntabilitas publik. Dengan
semakin berkualitas informasi yang didapat, maka pemerintah akan dapat mengambil
keputusan yang efisien dan efektif dalam pengelolaan keuangan negara.
b. Tahapan dalam implementasi
Australia sudah sejak belasan tahun lalu menerapkan basis akuntansi akrual di
negaranya. Akuntansi akrual untuk individual departemen/lembaga diimplementasikan sejak
tahun 1995. Laporan konsolidasian akrual diterapkan sejak tahun 1997, dan penganggaran
akrual dilaksanakan sejak tahun 2000.
Pengaruh Inggris terlihat pada struktur akuntansi Australia. Australia merupakan
negara persemakmuran dan tumbuh sebagai hasil dari migrasi warga inggris pada tahun
1800-an. Oleh karena itu, praktik akuntansi Australia lebih fokus pada informasi yang
diperlukan oleh investor dibandingkan dengan keperluan pajak negara tersebut.
Pada tahun 1991, The Australian Securities & Invesment Commission dibentuk untuk
membantu peraturan dan menyelenggarakan hukum perusahaan untuk melindungi
konsumen, investor dan kreditor. Standar akuntansi dibuat oleh Australian Accounting
Standards Board (AASB). Aslinya, ASSB bekerja sama dengan Public Sector Accounting
Standards Board untuk membuat standar Australia. Urgent Issues Group (UIG) didirikan
pada tahun 1994 untuk membantu menunjuk isu mendesak dalam bidang akuntansi
kebanyakan seperti Emergency Issues Task Force (EITF) di Amerika Serikat.
Pada tahun 1999, pengaturan standar Australia mereorganisasi ulang melalui The
Corporate Law Economic Reform Program Act. Reorganisasi ini membuat Financial
Reporting Council (FRC) mengatur tindakan AASB. FRC dapat memberikan AASB
pengarahan tapi tidak akan bisa mempengaruhi isi dari standar akuntansi. AASB sekarang
mempunyai tanggung jawab untuk membuat standar baik sektor publik maupun sektor
pribadi dan bebas untuk mencari tim dan staf. Di samping itu, UIG terus memberikan
panduan mengenai isu akuntansi yang mendesak. Australia mengadopsi IFRS pada tahun
2005.
Seperti halnya dengan Selandia Baru, adopsi akuntansi akrual di Australia untuk
sektor publik terjadi selama periode reformasi ekonomi luas, meskipun reformasi Australia
barangkali lebih sederhana dibandingkan dengan Selandia Baru. Meskipun pertumbuhan
ekonomi Australia telah lebih konsisten dari Selandia Baru, tekanan muncul pada awal 1990an untuk meningkatkan efisiensi pemerintah dan meningkatkan kinerja. Reformasi

Kelompok
1

13

komprehensif pada akhirnya dengan yang melaksanakan dua inisiatif yaitu Financial
Management Improvement Program dan Program Management and Budgeting.

Perjalanan proses transisi akuntansi berbasis akrual di Australia dapat dilihat pada gambar
berikut:
Gambar 1. Perjalanan Transisi Akuntansi Akrual di Australia

Accrual Reporting

Accrual Budgeting

1995 : Laporan Akrual Penuh


disiapkan oleh Agencies
1996-97 : Laporan Konsolidasi Akrual
Publikasi diaudit
1998-99 : Laporan Konsolidasi Akrual
Penuh

1. Periode sebelum 1989


Sebelum tahun 1989, Australia menggunakan basis kas untuk pelaporan akuntansi
sektor pemerintah. Hal-hal yang terjadi masa ini seperti :
Buku besar kas yang tersentralisasi
Agency mencatat transaksi penerimaan dan pembayaran dalam buku besar pusat
Department of Finance and Deregulation Australia menyiapkan Laporan Penerimaan
dan Pembayaran (Anggaran versus Realisasi) oleh Agency untuk setiap item

apropriasi. Laporan ini diaudit penuh.


Agency tidak disyaratkan untuk menghasilkan laporan keuangan berbasis kas sendiri
sampai 1989-1990. Laporan kas telah dimasukkan dalam laporan tahunan agency

dan telah diaudit.


2. Periode tahun 1989 s.d. 1992
Dalam periode ini, pemerintah Australia mulai menerapkan akuntansi modifikasi kas.
Hal-hal yang terjadi masa ini seperti:

Kelompok
1

14

Setiap agency disyaratkan untuk mempersiapkan satu set laporan keuangan basis

modifikasi kas untuk pertama kalinya.


Sebagai bagian dari laporan keuangan tahunan masing-masing agency, Pernyataan
informasi tambahan keuangan meliputi debitur, kreditur, aktiva tetap dan kewajiban

tertentu diperlukan.
Tidak semua aset dan kewajiban, seperti long service leave, annual leave dan dana

pensiun, diminta untuk diungkapkan.


Dampak transaksi atau peristiwa non tunai terus diabaikan, termasuk penyusutan.
3. Periode tahun 1992 s.d. 1994
Periode ini adalah periode dimana pemerintah melakukan transisi menuju akuntansi
akrual penuh. Hal-hal yang terjadi pada periode ini yaitu :
Tahun 1992, Menteri Keuangan mengumumkan tiap departemen untuk melaporkan

dengan basis akuntansi akrual penuh pada tahun yang berakhir pada 30 Juni 1995.
Tahun 1993, Menteri Keuangan mengeluarkan pedoman baru untuk laporan berbasis
akrual, yang diterapkan secara progresif mulai 1993. Tiga laporan keuangan yang

dipersyaratkan adalah:
1) Laporan Penerimaan dan Pembayaran (Kas)
2) Laporan Aset dan Kewajiban Tertentu (Akrual)
3) Laporan Apropriasi (Diterima dan Digunakan)
4) Catatan Penjelas
Permasalahan yang diidentifikasi dalam menyiapkan laporan keuangan berbasis

akrual adalah :
1) Aset terdaftar tidak lengkap dan tidak up-to-date;
2) Menetapkan penilaian untuk aset;
3) Memperoleh informasi akrual dari sistem IT keuangan berbasis kas;
4) Staff tidak familiar dengan persyaratan laporan keuangan;
5) Kekurangan dalam akuntansi/sistem IT managemen keuangan, dan
6) Kurangnya definisi atau definisi tidak dipahami.
4. Periode tahun 1995 dan setelahnya
Proses memindahkan agency Pemerintah Australia dari akuntansi kas ke akuntansi
akrual berlangsung stabil dan terukur. Implementasi akuntansi akrual penuh ditetapkan
untuk tahun berakhir 30 Juni 1995. Sebuah program pilot terhadap sepuluh agency
menyiapkan laporan berbasis akrual untuk tahun 1992 hingga 1993. Sepuluh agency
berikutnya pindah ke format akrual untuk 1993-1994, dan sisanya melaporkan untuk
pertama kalinya di 1994 dan 1995. Laporan Akrual Penuh Agency dimasukkan dalam
laporan tahunan mereka dan diaudit. Tahun 1995 Laporan Akrual Konsolidasi Percobaan
dibuat oleh Department of Finance and Deregulation (DOFAD). Tahun 1996 dan 1997,
Laporan Akrual Konsolidasi dipublikasikan dan diaudit. Pada Tahun 1998 1999, audit
penuh atas Laporan Akrual Konsolidasi.
Devolusi tanggung jawab, baik dari badan koordinator pusat dan instansi lini, adalah
kerangka kerja manajemen keuangan yang mendasar di Australia. Oleh karena itu DOFAD
telah menetapkan kendali yang terdefinisi dan terbatas dalam proses migrasi akrual. DOFAD

Kelompok
1

15

menetapkan kerangka kebijakan dan kerangka waktu, tetapi agency memtuskan tentang
bagaimana menerapkan pelaporan akrual dalam kerangka kerja itu, termasuk:
Bagan Akun
Pengenalan sistem akrual
Pelatihan
Identifikasi aset dan kewajiban
Strategi manajemen risiko Penilaian kebutuhan informasi keuangan / keterampilan
DOFAD mensyaratkan agency untuk menggunakan akuntansi akrual penuh untuk laporan
tahun 1995. Dalam penerapan akuntansi akrual tersebut, agency dibantu dengan peraturanperaturan sebagai berikut:
1) Australian Accounting Standard (AAS) 29 "Financial Reporting by Government
Departments".

2) Guidelines for Accrual Based Statements yang dikeluarkan oleh DOFAD pada
tahun 1993.
3) A Guide to the Use of Accrual Accounting and Reporting by agencies dikeluarkan
oleh Finance pada 1994 yang mencangkup: konsep dasar akuntansi dan
pelaporan keuangan, bagaimana informasi keuangan dapat menjadi relevan
dalam pengambilan keputusan, mengapa laporan agency berbeda dengan sektor
privat, dan interpretasi laporan keuangan.
c. Lingkungan yang mendukung dan menghambat implementasi
Kelebihan atas Penerapan Basis Akuntansi yang Baru
Penerapan basis akrual diyakini secara mendunia sebagai cara membawa
pemerintahan lebih akuntabel dan transparan, sebagaimana ramai dikemukakan oleh jurnaljurnal ilmiah dan sejenisnya tentang pentingnya akuntansi berbasis akrual. Akuntabel dan
transparan dalam penggunaan resource dan kebijakan oleh pemerintah guna menjalankan
dan melaksanakan tugas-tugas negara.
Penerapan basis akrual juga memberikan kemudahan bagi kepentingan komparasi
laporan keuangan antara negara. Sekarang, Australia menjadi salah satu referensi atau
acuan oleh banyak negara dalam implementasi basis akrual dalam akuntansi dan
penganggaran. Pengelolaan keuangan mereka diakui sebagai salah satu yang terbaik di
dunia.
Kelebihan lainnya antara lain meliputi:
Peningkatan alokasi sumber daya
Kualitas pembuatan kebijakan yang lebih baik
Kontrol yang lebih baik terhadap capital
Identifikasi liabilities yang lebih baik
Peluang untuk komparasi sektor private-public
Financial management akan menjadi a central concern
Kualitas management of cash flow dan current assets/liabilities yang lebih baik.
Kelemahan atas Penerapan Basis Akuntansi yang Baru

Kelompok
1

16

Penerapan basis akrual di Australia juga memiliki beberapa kelemahan. Selain


lamanya waktu yang diperlukan untuk mengadopsi basis tersebut serta banyaknya prasyarat
pendukung kesuksesan penerapannya, kelemahan lain dari penerapan basis akrual di
Australia antara lain:
Penganggaran basis akrual dipercaya menimbulkan risiko fiskal yang tinggi, di
mana keputusan politik untuk mengeluarkan uang harus dikaitkan dengan timing
pengeluaran anggaran, sesuatu yang bisa dijawab dengan tepat oleh cash

based budgeting;
Legislator cenderung

resisten

untuk

mengadopsi

basis

akrual

karena

kompleksitas dari konsep akrual itu sendiri.


d. Permasalahan yang dihadapi dalam implementasi dan penyelesaiannya
Diperlukan waktu belasan tahun untuk menjadikan accrual budgeting and accounting
di Australia dapat dikatakan baik. Proses adopsi penerapan basis akrual ini memakan waktu
yang sangat lama dan meminta adanya dukungan yang kuat dari sistem informasi
manajemen, sumber daya manusia, komitmen kepemimpinan, kapasitas parlemen dan
eksekutif, serta diperlukannya implementasi yang bertahap. Hal-hal inilah yang menjadi
prasyarat kesuksesan implementasi accrual budgeting and accounting.
Dalam proses transisi menuju akuntansi berbasis akrual penuh, pemerintah Australia
mendapati persoalan-persoalan dan kendala selama implementasi. Berikut ini adalah
persoalan-persoalan yang dihadapi :
1. Pengakuan aset dan kewajiban
Pencatatan aset dan kewajiban pada harga pembelian adalah metode paling mudah,
namun permasalahan yang ditemui adalah :
Aset similar dinilai pada jumlah yang berbeda hanya karena mereka mempunyai
tanggal pembelian yang berbeda
Nilai aset dan kewajiban dapat naik dan turun di pasar seperti hutang dan bangunan.
Penilaian yang paling baik menggunakan metode current valuation, namun pendekatan ini
juga menemui masalah yaitu :
Nilai berubah-ubah
Saran profesional dibutuhkan untuk menentukan nilai
Beberapa aset seperti warisan budaya, pertahanan dan infrastuktur sulit untuk dinilai
Pengakuan aset dan kewajiban Warisan
Warisan (heritage assets) meliputi bangunan bersejarah, monumen, situs purbakala,
museum, galeri dan kumpulan koleksi. Pengakuan dan penilaian warisan tesebut menemui
kesulitan karena :
Menekankan pada nilai pasar untuk sesuatu yang mempunyai nilai budaya dan

bukan nilai moneter


Warisan memilik siklus hidup yang lama, kadang-kadang ratusan tahun. Nilainya
tidak jatuh dari waktu ke waktu sehingga konsep depresiasi tidak relevan.

Kelompok
1

17

Aset ini secara umum tidak diperjualbelikan karena dilindungi undang-undang dan

aset ini tidak mempunyai nilai pengganti (replacement value)


Pemerintah Australia dalam pengakuan aset warisan ini dengan menerapkan hal-hal berikut:
Agency diperlukan untuk mengelola aset-aset warisan sehingga aset warisan tidak

jatuh nilainya.
Tidak semua warisan atau item budaya akan memenuhi definisi akuntansi aset
walaupun walaupun mempunyai nilai warisan. Apabila suatu aset warisan dan

budaya
Tak tergantikan dan tidak memiliki harga pasar, tidak mungkin nilainya dapat diukur

secara andal dan dicatat sebagai aset.


Aset warisan dinilai pada nilai wajar, yaitu dimana harga pasar tidak dapat
digunakan, metode penilaian lain digunakan seperti pendekatan pendapatan atau

nilai pengganti yang didepresiasi.


Pengakuan aset dan kewajiban Senjata Pertahanan
Australia baru-baru ini mengadopsi metode kapitalisasi untuk akuntansi senjata
pertahanan setelah sebelumnya memperlakukannya sebagai biaya. Amerika Serikat
mengadopsi pendekatan serupa. Aset militer seperti rumah sakit dasar, sekolah militer dan
perguruan tinggi dikapitalisasi. Namun demikian, masih ada masalah yang tidak
terselesaikan :
Sulit untuk mengkapitalisasi penelitian, terutama bila dilakukan in-house
Sulit untuk menilai kelebihan aset yang dihentikan, penggunaan eksklusif militer atas
spektrum untuk komunikasi dan penggunaan wilayah udara eksklusif.
Pengakuan aset dan kewajiban Aset Infrastruktur
Aset infrastruktur terutama terdiri dari jalan raya dan aset jaringan lainnya. Isu-isu
yang terjadi meliputi:
Aset ini memiliki masa manfaat yang panjang. Oleh karena itu muncul pertanyaan

apakah mereka harus disusutkan


Beberapa negara tidak melakukan depresiasi aset tersebut atas dasar bahwa

pengeluaran pemeliharaan mempertahankan nilai mereka


Pemerintah Australia menilai aset infrastruktur pada nilai wajar sebagai contoh bila
harga pasar di mana tidak dapat digunakan, metode penilaian lain seperti

pendapatan atau pendekatan biaya pengganti terdepresiasi akan digunakan


Pengakuan aset dan kewajiban Komitmen Sosial
Komitmen sosial dari pemerintah meliputi skema asuransi sosial, kesehatan dan
program pendidikan. Haruskah komitmen seperti dicatat sebagai kewajiban? Skema pensiun
untuk pegawai pemerintah jelas merupakan kewajiban pemerintah dan harus dicatat. Salah
satu manfaat besar Australia pindah ke akuntansi akrual adalah identifikasi skema kewajiban
pensiun tidak didanai.
Namun, komitmen lain untuk masyarakat luas umumnya tidak dicatat sebagai
kewajiban karena jika pemerintah mengurangi tingkat tunjangan yang dibayarkan di masa

Kelompok
1

18

depan, hal ini akan berakibat tidak adanya tidak lain untuk pengadilan mencari kerusakan
untuk kehilangan manfaat. Perlakuan pemerintah Australia pada komitmen sosial adalah:
Kewajiban manfaat karyawan, seperti untuk gaji atau pensiun yang belum dibayar,

akan diakui sebelum :


Bila pelayanan disediakan oleh karyawan, atau
Waktu kewajiban yang ditentukan dalam kesepakatan pekerjaan tersebut
Manfaat Karyawan yang diperlukan untuk diukur dan diungkapkan sesuai dengan
AASB 119 Employee Benefits, yaitu kewajiban upah dicatat sebesar nilai yang tidak

didiskontokan dan penentuan aktuaria untuk pensiun dan hak lainnya.


2. Perubahan Budaya
Perubahan budaya diperlukan untuk menerima akuntansi akrual dan reformasi yang
terkait untuk meningkatkan pengambilan keputusan pemerintah. Di Australia model sektor
swasta diterapkan dan tema-tema kunci seperti :
Pengenalan bisnis yang lebih seperti pemerintah menggunakan informasi akrual
Agency harus memenuhi tuntutan pemerintah sebagai pembeli dan pemilik
Finance sebagai Chief Finance Officer
Budaya yang diterapkan di pemerintah yang menyerupai bisnis seperti:
Pembagian tanggung jawab dan akuntanbilitas kepada manager
Budaya kinerja
Peningkatan akuntabilitas eksternal
Informasi akrual yang lebih komprehensif untuk pengambilan keputusan dan
reformasi terkait
Operation Sunlight pada tahun 2005 bertujuan untuk meningkatkan transparansi dan
akuntabilitas anggaran dengan cara :
Meningkatkan definisi outcomes dan informasi apropriasi untuk parlemen
Meningkatkan definisi output atas pelaporan khususnya oleh badan-badan dan untuk

pengambilan keputusan oleh pemerintah


Melengkapi outcomes dan output dengan fokus program untuk respon terhadap

tekanan politik dan masyarakat


Meningkatkan presentasi dalam makalah anggaran melalui satu set laporan menurut
AASB1049 yang sejalan dengan Australian Accounting Standards and Government

Finance Statistics (GFS)


Apropriasi kas bersih sehingga lembaga hanya mendapatkan uang tunai yang
dibutuhkan. Hal ini mencegah terjadinya gunggungan kas di instansi dan penciptaan

inefisiensi uang tunai.


Biaya bersih layanan yang menggeser fokus dari keuntungan dan kerugian (hal tidak
masuk akal dalam pemerintahan) menjadi dana apa yang dibutuhkan oleh

pemerintah.
3. Keahlian (skills)
DOFAD dan lembaga lainnya tidak memiliki keterampilan akuntansi yang memadai sehingga
DOFAD melakukan kemitraan jangka panjang dengan sektor swasta.

Kelompok
1

19

Pengaturan ini tidak melibatkan konsultan tetapi pengaturan kontrak on-going untuk

memastikan ketentuan layanan berkualitas tinggi


Kemitraan ini memberikan on-the-job training untuk staf dan pelatihan internal

tambahan untuk membangun kapasitas dalam DOFAD


Pegawai pemerintah bertanggung jawab untuk produk final
DOFAD memiliki program pascasarjana sangat diakui hingga menarik lulusan yang

terampil dan mengurangi ketergantungan pada kontraktor


Strategi pelatihan DOFAD dalam memberikan dukungan untuk pengenalan untuk pelaporan
akrual penuh adalah sebagai berikut :
Program dasar akuntansi akrual disampaikan kepada semua lembaga termasuk staf

di wilayah regional.
Pengembangan serangkaian seminar pelatihanberfokus pada peran akuntansi akrual

dalam akuntabilitas dan manajemen.


Membantu dalam pengembangan pelatihan berbasis komputer.
Keterlibatan dalam seminar profil tinggi menggunakan pejabat di tingkat yang sesuai.
Mensponsori serangkaian kelompok diskusi pada lembaga pilot
Menpublikasikan bahan panduan dan teknikal.
4. Sistem IT Informasi Keuangan
Sistem informasi perlu ditingkatkan untuk implementasi akrual. DOFAD telah
menghentikan sistem kas dan membangun sistem akrual. Mungkin lebih baik untuk
mempertahankan sistem kas dan modul baru untuk menghasilkan informasi akrual. Dengan
menghentikan sistem kas, DOFAD kehilangan kemampuannya untuk menghasilkan
informasi kas yang tepat waktu sebagaimana kas berasal dari data akrual. Pelajaran yang
muncul jelas dari negara-negara berbasis akrual adalah untuk memilih perangkat lunak dan
untuk menyesuaikan proses internal dalam pemerintahan untuk sistem mereka. Masalah
muncul dengan sistem DOFAD yang telah dibangun dengan spesifikasinya dan tidak ada
rasionalisasi proses. Terlalu banyak fungsi khusus dalam sistem tersebut. Oleh karena itu,
cara terbaik adalah menjaga sistem tetap sederhana dan menggunakan fungsi off the shelf.
5. Komunikasi
Memastikan komunikasi yang memadai atas informasi akrual antara Pemerintah,
Parlemen dan pengguna data keuangan. Pengalaman di negara-negara yang telah pindah
ke akrual telah mengungkapkan kesenjangan komunikasi dengan media, dan dengan
ekstensi masyarakat umum, yang mengarah pada salah tafsir jumlah akrual. Memastikan
komunikasi yang memadai atas perubahan untuk membantu mencapai perubahan budaya
yang diinginkan dalam pengambilan keputusan pemerintahan.
Hindari kesalahan bahwa model sektor swasta dapat dengan mudah diterapkan

dalam pemerintahan
Menjaga sistem pembayaran kas terpusat untuk memastikan kas dikendalikan

C. United States of America (USA)


a. Latar belakang penerapan akuntansi berbasis akrual

Kelompok
1

20

Pemerintahan di Amerika Serikat menganut sistem federal dimana negara terdiri atas
beberapa negara bagian (states). Negara Federal Amerika Serikat terdiri dari 50 negara
bagian. Permasalahan awal mengenai akuntansi timbul ketika tahun 1948 pemerintah
Amerika tidak memiliki suatu standar yang mengatur mengenai bagaimana prinsip laporan
keuangan pemerintah negara bagian dapat diterima oleh pemerintah federal. Alih-alih
prinsip/standar akuntansi yang dapat diterima pemerintah federal, pemerintah negara
bagian sendiri bahkan tidak memiliki standar akuntansi. Akibatnya, lebih dari 30.000
pemerintah daerah memiliki setidaknya satu masalah utang publik yang luar biasa, dengan
total yang lebih dari $ 1,5 triliun (data dari Department of Commerce, Bureau of the Census,
2004).
Di Amerika Serikat, basis akrual berlaku di tingkat pusat sejak tahun 1997, setelah
adanya Chief Financial Officers Act tahun 1990. Di tingkat lokal sendiri, proses perubahan
basis dari kas menjadi akrual masih berjalan. Adapun latar belakang pemerintah Amerika
Serikat berpindah ke akuntansi berbasis akrual antara lain:
Pada pemerintah negara bagian/lokal : tidak dapat digunakannya FASB yang
merupakan pedoman akuntansi swasta di Amerika untuk digunakan dalam sektor
publik menurut para dewan karena beberapa alasan, sehingga dibentuklah GASB

yang akhirnya berusaha membuat standar dengan basis akrual


Pada pemerintah federal : adanya Undang-Undang Chief Financial Officer (CFO)
pada tahun 1990 yang mengharuskan pemerintah Amerika Serikat beserta seluruh
entitas yang menjadi komponennya untuk mengeluarkan laporan keuangan tahunan
yang diaudit. Untuk itu Sekretariat Perbendaharaan, direktur Office of Management
and Budget (OMB), dan Comptroller General (Pengawas Keuangan Umum) dari
Government

Accountability

Office

Government

Accountability

Office

(GAO)

membentuk The Federal Accounting Standards Advisory Board (FASAB) mengatur


standar pembuatan laporan keuangan basis akrual. FASAB mengeluarkan
Statement of Federal Financial Accounting Standards (SFFAS).
b. Tahapan dalam implementasi
Penyusunan standar secara formal dimulai pada tahun 1933 dengan pendirian
National Committee on Municipal Accounting (NCMA). NCMA menerbitkan standar yang
pertama pada Januari 1934. Pada tahun 1948 NCMA berubah menjadi National Committee
on Governmental Accounting. Wewenang untuk menetapkan standar ini berada di tangan 50
negara bagian, bukan pada pemerintah federal. Selanjutnya komite tersebut bertemu secara
ad-hoc untuk memutakhirkan standar akuntansi. Seluruh standar dan pemutakhiran atas
standar dikodifikasikan dalam bentuk Governmental Accounting, Auditing and Financial
Reporting (GAAFR atau lebih dikenal dengan sebutan the blue book). Edisi terakhir
dikeluarkan oleh komite pada tahun 2005, namun bluebook ini tetap menjadi sumber tidak

Kelompok
1

21

resmi yang penting bagi pegawai keuangan pemerintah. GAAFR s diterbitkan oleh
Government Finance Officers Association of the United States and Canada (GFOA). Pada
tahun 1973, National Council on Governmental Accounting (NCGA) dibentuk untuk
mengevaluasi model pelaporan keuangan yang telah ada. NCGA mengubah basis
penetapan standar dari ad-hoc menjadi terstruktur.
Selama 11 tahun, NCGA menerbitkan 7 statement, 11 interpretasi, dan satu konsep
statement. Kemudian pada tahun 1984 terbentuklah Governmental Accounting Standard
Board (GASB). GASB didirikan di bawah pengawasan Financial Accounting Foundation
(FAF). GASB bertugas untuk menyusun dan memutakhirkan standar akuntansi untuk
pemerintah negara bagian dan lokal sampai saat ini. Sejarah penetap standar pemerintah
federal Sampai dengan tahun 1990, pada pemerintah federal yang bertanggungjawab atas
pelaporan keuangan adalah the General Accounting Office (GAO, sekarang the
Government Accountability Office), the United States Treasury, dan the Office of
Management and Budget. Lalu pada tahun 1990, didirikanlah Federal Accounting Standards
Advisory Board (FASAB). FASAB dibentuk sebagai konsekuensi dari adanya undangundang Chief Financial Officers Act yang mewajibkan pemerintah federal untuk menerbitkan
laporan keuangan tahunan audited.
Sejarah standar akuntansi berbasis akrual bagi pemerintah negara bagian dan lokal
pada awal pembentukannya, GASB melanjutkan proyek NCGA yang belum selesai yaitu,
the Measurement Focus and Basis of Accounting (MFBA) dan the Financial Reporting
Model. Kedua proyek tersebut menjadi dasar penyusunan model pelaporan keuangan
pemerintah berbasis akrual. Kedua proyek tersebut selesai dikerjakan oleh GASB setelah 15
tahun kemudian. Dengan demikian, pada waktu itu pelaporan keuangan pemerintah negara
bagian dan lokal berdasarkan current financial resource flows measurement focus dan
modified accrual basis of accounting (modified cash basis) dalam akuntansi dananya. Pada
basis ini, pendapatan diakui ketika pendapatan itu dapat melikuidasi kewajiban lancar
dan pengeluaran/belanja diakui ketika terlikuidasi dengan financial resources yang tersedia
untuk dibelanjakan. Selama 15 tahun penyusunan model pelaporan keuangan pemerintah
berbasis akrual, banyak proses telah dilalui dengan melibatkan semua pihak yang
berkepentingan. Secara ringkas, hal tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :
(1) Tahun 1985, GASB menerbitkan GASB Research Report, The Needs of Users
of Governmental Financial Reports yang selanjutnya diikuti dengan pengajuan Concepts
Statement. Dokumen yang digunakan dalam kasus ini untuk meminta pandangan
tentang alternatif untuk pelaporan dana, mulai dari fokus pengukuran sumber daya
keuangan saat ini dan dasar akrual modifikasi dari akuntansi ke ekonomi sumber daya
mengalir fokus pengukuran dan dasar akuntansi akrual.

Kelompok
1

22

(2) Tahun 1987, GASB menerbitkan Exposure Draft (ED) pertama mengenai total
financial resources measurement focus and accrual basis of accounting for the
governmental funds. Mengusulkan sumber keuangan total fokus pengukuran dan akrual
dasar akuntansi untuk dana pemerintah. ED ini tidak mendapat persetujuan dari para
konstituen.
(3) Tahun 1989, GASB menerbitkan ED kedua. ED kedua ini mengajukan proposal yang
sama dengan ED pertama namun ED ini berusaha menghapus beberapa isu
kontroversial pada ED pertama dengan cara membatasi lingkup penerapannya yaitu
hanya pada laporan opersional governmental fund.
(4) Tahun 1990, GASB menerbitkan GASB Statement No. 11, Measurement Focus and
Basis of Accounting Governmental Fund Operating Statements. Standar ini hanya
berfokus pada laporan opersional. Standar ini baru akan diberlakukan setelah ada
standar yang mengatur laporan neraca menggunakan basis akrual. Diharapkan kedua
standar tersebut dapat mulai diberlakukan pada periode yang dimulai setelah tanggal 15
Juni 1994.
(5) Tahun 1992, GASB menerbitkan preliminary views document (PV), Implementation
of GASB Statement No. 11, Measurement Focus and Basis of Accounting Governmental
Fund Operating Statements, PV ini mengetengahkan isu penyajian neraca. PV ini
dimaksudkan untuk meminta pandangan dari kontituen mengenai isu tersebut. Dari hasil
PV tersebut, mayoritas responden lebih memilih untuk menunda pemberlakuan
Statement 11.
(6) Tahun 1993, setelah melalui due process, GASB menyimpulkan bahwa pemberlakuan
GASB Statement No. 11 harus ditunda setidaknya sampai 2 tahun setelah diterbitkannya
standar yang mengatur laporan neraca. Oleh sebab itu, maka diterbitkanlah GASB
Statement No. 17, Measurement Focus and Basis of Accounting Governmental Fund
Operating Statements: Amendment of the Effective Dates of GASB Statement No. 11
and Related Statements. Banyak pihak menganggap hal tersebut sebagai suatu
kemunduran dalam usaha penyusunan standar yang mengatur mengenai basis akrual.
(7) Tahun 1994, GASB menyetujui untuk mengembangkan alternatif model pelaporan
keuangan dengan menerbitkan invitation to comment (ITC) tentang Governmental
Financial Reporting Model. Dari dua alternatif model yang disampaikan, perbedaannya
antara lain pada fokus pengukuran dan basis akuntansi yang digunakan pada berbagai
level pelaporan serta metode yang digunakan untuk melaporkan belanja modal, aset dan
hutang untuk aktivitas pemerintahan.
(8) Tahun 1995, berdasarkan analisis dari reaksi para kontituen dalam ITC tersebut, GASB
mengembangkan

persyaratan

dasar

dengan

mengeluarkan

PV

Governmental

Financial Reporting Model: Core Financial Statements. Model PV mengusulkan bahwa


terbaik untuk memenuhi kebutuhan yang berbeda dari kelompok pengguna yang

Kelompok
1

23

beragam, dasar laporan keuangan untuk pemerintah harus mencakup laporan keuangan
dan dana

agregat laporan

keuangan.

Laporan keuangan

gabungan

tersebut

dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan pengguna untuk informasi yang dikumpulkan


tentang pemerintah secara keseluruhan untuk membantu menilai efek jangka panjang
saat ini periode transaksi dan peristiwa yang terkait dengan kegiatan pemerintah. GASB
menerima 230 tanggapan terhadap PV, diadakan enam dengar pendapat publik, dan
melakukan 17 pengguna kelompok fokus untuk mengumpulkan opini konstituen tentang
berbagai ketentuan PV. Selain itu, 20 negara bagian dan pemerintah daerah
berpartisipasi dalam uji lapangan dari model PV. Para GaSb yang pertimbangan
masukan dari semua sumber-sumber membantu membentuk dasar untuk keuangan
Model pelaporan yang diatur dalam ED, Laporan Keuangan Dasar-dan Pembahasan
Manajemen dan Analisis-bagi Pemerintah Negara dan Lokal.
(9) Tahun 1997, setelah melalui due process, GASB menerbitkan ED mengenai Basic
Financial Statements and Managements Discussion and Analysis for State and Local
Governments.
(10) Pada bulan Juni tahun 1999, akhirnya GASB menerbitkan GASB Statement No. 34,
Basic Financial Statements and Managements Discussion and Analysis for State and
Local Governments. Penerbitan standar tersebut menandai keberhasilan GASB dalam
usahanya menyusun standar pelaporan keuangan pemerintah berbasis akrual.
c. Lingkungan yang mendukung dan menghambat implementasi
Dalam merubah standar akuntansi di Amerika menjadi basis akrual dibutuhkan 15
tahun sampai penyusunan standar pelaporan pemerintah berbasis akrual. Hal tersebut
terjadi karena ada hambatan dari para anggota konstituen/anggota dewan dimana
pemerintah dianggap tidak akan siap menggunakan basis akrual dalam pelaporannya
sehingga diperlukan penyempurnaan-penyempurnaan sampai standar akuntansi tersebut
benar-benar bisa diterapkan
Keunggulan penerapan akuntansi berbasis akrual di amerika Serikat sebenarnya
hampir sama dengan negara-negara lain yang juga menggunakan basis akrual, antara lain :
Basis akrual dapat menunjukkan bagaimana pemerintah membiayai kegiatannya

dan memenuhi kebutuhan kasnya


Basis akrual memungkinkan pembaca laporan keuangan mengevaluasi
kemampuan pemerintah untuk membiayai aktifitas-aktifitasnya dan untuk

memenuhi kewajiban dan komitmen-komitmennya


akuntansi berbasis akrual menunjukkan posisi keuangan/kekayaan pemerintah

dan perubahan atas posisi keuangan tersebut.


Memberikan kesempatan kepada pemerintah untuk menunjukkan keberhasilan
mengelola sumber daya yang dimiliki

Kelompok
1

24

berguna dalam melakukan evaluasi atas kinerja pemerintah melalui service cost,

efisiensi, dan pencapaian kinerja.


Kekurangan dari penerapan akuntansi basis akrual di Amerika Serikat antara lain walaupun
telah mengadopsi akuntansi akrual penuh, tetapi dalam penganggarannya masih banyak
pemerintah lokal yang menggunakan basis kas/modifikasi akrual.
d. Permasalahan yang dihadapi dalam implementasi dan penyelesaiannya
Sejak tahun 1999 basis akrual secara resmi digunakan di Amerika Serikat,
pemerintah memberikan waktu untuk mengevaluasi penggunaan basis akrual. Setelah 6
tahun penggunaan ternyata masih ada beberapa masalah terkait penerapan basis akrual ini.
Masalah-masalah yang dihadapi di Amerika Serikat antara lain :
Capital Asset
Amerika Serikat tidak melaporkan penyusutan aktiva tetap. Oleh karena itu, pemerintah
harus mencatat dokumen saat aktiva tersebut diperoleh (banyak pemerintah tidak
memiliki informasi ini dalam sistem keuangan mereka), dan menentukan masa manfaat
aset tersebut. Namun, GASB mendorong pemerintah untuk menilai masa manfaat
berdasarkan pengalaman masing-masing pemerintah negara bagian. Misalnya, aktiva
tetap, seperti jalan, di satu wilayah negara bagian mungkin lebih lama atau lebih pendek

masa manfaatnya dari jenis aset yang sama di negara bagian lain.
Klasifikasi
Isu lain yang dianggap sebagai bermasalah adalah tentang klasifikasi akun. GASB
memperkenalkan beberapa kategori dana, dimana pemerintah diharusnya untuk
menganalisis akunnya sebelum menempatkan dana dan menentukan klasifikasi dengan
tepat. Klasifikasi keputusan teknis ini tidak salah, namun banyaknya jumlah keputusan
yang harus dibuat ternyata cukup memakan waktu. Keputusan yang harus dibuat
mencakup penentuan apakah pendapatan pemerintah harus dilaporkan sebagai
pendapatan program atau sebagai pendapatan umum. Jika penghasilan ditentukan
untuk menjadi pendapatan program, itu harus dilaporkan dalam program yang sesuai.
Aktiva bersih juga perlu diklasifikasikan menjadi tiga kategori: capital asset, net of
related debt; restricted net asset (dibagi antara pembatasan permanen dan sementara),
dan unrestricted. Akibat dari banyaknya klasifikasi akun yang ternyata membuat pusing
beberapa negara bagian, akhirnya banyak pemerintah negara bagian/lokal memilih
untuk mempertahankan sistem akuntansi mereka yaitu akrual dimodifikasi atau
anggaran dasar selama tahun dan kemudian membuat penyesuaian akrual berbagai

reklasifikasi pada akhir periode pelaporan.


Eliminasi/Penghapusan
Untuk pemerintah Amerika yang sebelumnya tidak pernah membuat entity wide financial
statement, eliminasi adalah menjadi tantangan baru. Ini adalah hasil dari metode yang
sebelumnya dikenalkan dalam government wide financial statement, yaitu penggunaan

Kelompok
1

25

dua kolom dan informasi yang fokus pada cost on service. Karena penggunaan dua
kolom hanya memisahkan informasi antara pemerintah dan aktifitas bisnis, maka tidak

semua aktifitas di dalam suatu entitas bisa dipisahkan dengan sempurna.


MDA (Management Discussion and Analysis)
MDA dimaksudkan untuk menjadi analisis bias, objektif, dan faktual dari posisi keuangan
pemerintah dan perubahannya untuk periode tersebut. Tantangan terbesar adalah
mempersiapkan MDA yang berfokus pada informasi positif dan meminimalkan informasi
negatif. Kurangnya informasi pada MDA tidak akan mempengaruhi opini auditor. Tetapi
karena ini sudah disyaratkan dalam laporan keuangan negara bagian dan lokal, sesuai
dengan GASB Statement 34, maka MDA harus selalu dicantumkan. Dan tantangannya
adalah bagaimana membuat MDA tetap menjadi sumber informasi yang kredibel dan

berguna.
Batas waktu pelaporan laporan keuangan
Batas waktu pelaporan laporan keuangan belum diatur oleh GASB, namun sampai saat
ini pemerintah Amerika selalu berupaya agar laporan keuangan dapat selesai dalam
jangka waktu 6 bulan agar informasi yang dihasilkan lebih handal.

D. Fiji
Republik Kepulauan Fiji adalah sebuah negara kepulauan di selatan Samudra
Pasifik, di sebelah timur Vanuatu, sebelah barat Tonga, dan sebelah selatan dari Tuvalu. Fiji
memiliki 322 pulau, 106 di antaranya berpenghuni. Selain itu ada pula 522 pulau kecil.
Kedua pulau terbesar adalah Viti Levu dan Vanua Levuyang penghuninya meliputi 82% dari
keseluruhan penduduk negara ini. Nama Fiji adalah sebuah kata kuno dalam bahasa Tonga
untuk kepulauan itu, yang pada gilirannya berasal dari nama dalam bahasa Fiji, Viti.
Diberkahi dengan hutan, mineral, dan sumber daya ikan, Fiji adalah salah satu negara yang
lebih maju dari negara-negara di kepulauan Pasifik, meskipun masih bergantung dengan
sektor primer. Sumber daya alam termasuk kayu, ikan, emas, tembaga, minyak lepas
pantai, dan tenaga air. Fiji mengalami periode pertumbuhan pesat pada tahun 1960 dan
1970 tetapi mengalami stagnasi pada 1980-an. Kudeta tahun 1987 menyebabkan kontraksi
lebih lanjut.Gejolak politik di Fiji pada 1980-an , 1990-an , dan 2000 memiliki dampak yang
parah pada perekonomian, yang menyusut 2,8% pada tahun 2000 dan tumbuh hanya 1%
pada tahun 2001.
Studi tentang penerapan akuntansi berbasis akrual di Kepulauan Fiji dilakukan oleh
GeoffreyTickell tahun 2010. Menurutnya Fiji mengadopsi akuntansi akrual pada tahun 1994.
Departemen Keuangan menanggapi dengan mencoba untuk memperkenalkan akuntansi
akrual, bersama dengan banyak reformasi sektor publik lainnya. Sebuah kantor proyek
akuntansi akrual didirikan pada tanggal 14 November 1994 setelah Kabinet telah
memberikan persetujuan untuk menerapkan sistem akuntansi akrual. Pengenalan akuntansi

Kelompok
1

26

akrual di departemen pemerintah yang dibutuhkan untuk menyediakan manajemen dengan


sistem informasi manajemen yang lebih efisien dan akurat dibanding keuangan tersedia
secara tunai.
Pada tahun 1994 pemerintah Fiji menetapkan proses adopsi akuntansi akrual melalui
dua tahap,yaitu:
1) Tahap Pertama akuntansi akrual dilaksanakan oleh tiga Departemen (kehutanan,
kelautan dan keuangan) sebagai pilot project.
2) Tahap kedua adalah implementasi secara penuh diseluruh departemen.
Departemen pilot project menyediakan informasi anggaran akrual bulan Maret 1995
dan menyelesaikan migrasi tanggal 1 Januari 1996. Departemen yang tersisa
menyediakan informasi anggaran akrual pada Maret 1996 dan menyelesaikan
migrasi tanggal 1 Januari 1997. Akan tetapi rencana ini tidak berjalan dengan mulus
karena sampai tahun 1999 Fiji belum dapat mengadopsi akuntansi akrual.
Proyek ini terhenti pada tahun 1999 akibat gejolak politik. Tickell (2010:75) menjelaskan
bahwa faktor kegagalan Fiji disebabkan oleh:
1) penerapan akuntansi akrual yang tergesa gesa tanpa perencanaan yang baik
2) pengembangan sistem informasi akuntansi yang kurang baik
3) terlalu bersandar dengan konsultan internasional sehingga menyebabkan
membengkaknya biaya
4) kemampuan tenaga akuntansi yang rendah
Setelah mengalami kegagalan pemerintah Fiji melakukan perbaikan sistem
implementasi pada tahun 2004. Pemerintah Fiji berusaha merencanakan kembali
model implementasi yang baik melalui pengembangan komprehensif untuk
mengatasi faktor kegagalan pada percobaan sebelumnya. Fiji memulai proyek
adopsi akuntansi meningkatkan kemampuan akuntan dan membuat pilot project
yang lebih kecil. Usaha usaha ini relatif membutuhkan waktu yang cukup panjang
sehingga adopsi akuntansi akrual berjalan lambat.
E. NEPAL
Nepal terletak di kawasan pegunungan Himalaya, merupakan negara yang terkurung
daratan diAsia Selatan yang berbatasan dengan Cina di sebelah utara, dan India di sisi
barat, timur dan selatan.Nepal merupakan salah satu negara termiskin di dunia yang
sebagian besar perekonomiannya sangat bergantung kepada pertanian. Ekonomi Nepal
sangat bergantung dari ekspor hasil pertaniannya serta darikunjungan para wisatawan asing
ke pegunungan Himalaya. Namun, nilai ekspor negara ini jauh lebihkecil daripada nilai
impor, misalnya di tahun 2008 nilai ekspor Nepal sebesar $907 juta jauh dari nilaiimpor yang
mencapai $33,25 milyar, yang menyebabkan negara ini menjadi sangat rentan
terhadapgejolak ekonomi di dunia.
Seperti negara-negara berkembang lainnya, Nepal juga dilanda krisis keuangan
setelahberakhirnya Perang Dunia II, utamanya pada rentang waktu 1950 hingga 1960an.

Kelompok
1

27

Ketergantunganpemerintah dari bantuan dan pinjaman luar negeri, baik itu dari negaranegara donor atau lembagainternasional lainnya, menjadi sangat tinggi karena banyak
sumber daya di dalam negeri yang belumdikelola dengan layak. Di awal tahun 1960,
Pemerintah Nepal memperoleh pinjaman luar negerinya dari United States Agency for
International Development (USAID). Lembaga tersebut bersama PerserikatanBangsabangsa (PBB) membawa misi perbaikan ekonomi ke negara-negara berkembang,
khususnya yangsedang mengalami krisis keuangan seperti Nepal.
Agenda yang dibawa oleh USAID dan PBB adalah pengimplementasian program
and performance budgeting (PPB) di lingkungan pemerintah Nepal. Pelaksanaan PPB
diharapkan kemudian dapat menjadi alat yang digunakan oleh pemerintah dalam mengelola
pinjaman dan bantuan luar negerinya dengan lebih efektif dan efisien. Langkah awal yang
dilakukan adalah memperkenalkan dan melembagakan akuntansi berbasis kas di
lingkungan pemerintah pusat. Hal ini menjadi kunci dari reformasi yang dilakukan selama
periode 1960-an di Nepal.
Namun sepanjang pelaksanaannya, implementasi PPB tidak selalu berjalan dengan
sebagaimana mestinya. Guna mengatasi banyak kelemahan dalam pelaksanaan PPB,
Kementerian Keuangan Nepal memberikan arahan kepada seluruh instansi pemerintah
untuk mengevaluasi dan menganalisis biaya dan manfaat yang potensial dari setiap
program dan proyek pembangunan yang akan maupun telah dijalankan. Namun, arahan
tersebut terkesan menjadi kurang relevan karena sistem akuntansi yang digunakan oleh
pemerintah tidak mendukung untuk dilakukan evaluasi dan analisis full cost secara teliti
terhadap seluruh biaya yang dikeluarkan. Hal ini kemudian menimbulkan klaim dari
beberapa pihak bahwa akuntansi berbasis kas yang digunakan pemerintah tidak bisa
menyediakan informasi yang memadai guna mengidentifikasi seluruh biaya dari proyek dan
program pembangunan yang dijalankan, serta memberikan ukuran kinerja dan hasil
sebenarnya yang telah dicapai oleh pemerintah saat itu. Di saat tersebut, muncullah
pemikiran untuk beralih ke sistem akuntansi berbasis akrual yang dibawa oleh Bank Dunia
agar pelaksanaan PPB dapat berjalan dengan lancar, yang kemudian saat itu pula menjadi
awal dari era akrualisasi.
Proses institusionalisasi akuntansi berbasis akrual diawali di tahun 1987 dimana
pemerintah mulai menyusun kode, klasifikasi, dan format untuk pelaksanaannya di seluruh
instansi pemerintah dan mulai diberlakukan di tahun 1989 pada beberapa proyek
pembangunan yang didanai oleh bantuan dan pinjaman internasional. Namun dari catatan
pemerintah, tidak ada bukti bahwa proyek yang dijalankan tersebut telah selesai dan
memberikan hasil, tetapi fakta yang ditemukan bahwa uji coba sistem akuntansi akrual
tersebut dihentikan beberapa bulan kemudian, yang menjadi penanda dari ketidakberhasilan
upaya akrualisasi yang coba dilakukan.

Kelompok
1

28

Beberapa faktor yang kemudian dianggap sebagai penyebab kegagalan upaya


akrualisasi tersebut antara lain adalah:
1. kurangnya sumber daya manusia yang mampu menguasai pelaksanaan sistem
akuntansi berbasis akrual tersebut
2. kesiapan sarana dan prasarana yang tidak memadai di seluruh instansi pemerintah
saat itu.
3. kebanyakan akuntan pemerintah tidak dilibatkan dalam upaya yang telah dilakukan
karena sebagian besar tugas dan pekerjaan mereka dikerjaan oleh konsultan dan
staf dari organisasi internasional yang membawa proyek akrualisasi akuntansi ke
pemerintah Nepal.
Di awal tahun 1990, pemerintah lalu mencanangkan upaya perbaikan terhadap
sistem akuntansi di negara tersebut. Dengan bantuan dari Bank Dunia dan Asian
Development Bank (ADB), pemerintah mengeluarkan tiga rekomendasi perbaikan:
1. penggunaan peralatan teknologi informasi,
2. pengadopsian standar internasional, dan
3. perubahan menuju akuntansi berbasis akrual secara menyeluruh.
Namun upaya tersebut kembali mendapat sandungan karena ketidakmampuan
seluruh pihak untuk membuat suatu echnical assistance yang memadai untuk dapat
diterapkan oleh seluruh instansi pemerintah. Hal ini menimbulkan tekanan publik yang besar
kepada pemerintah karena telah banyak upaya yang telah dilakukan dalam proses
perbaikan tata kelola keuangan pemerintah namun selalu menemui kegagalan dalam uji
coba dan pelaksanaannya. Kondisi tersebut tersebut tentunya telah menelan biaya yang
begitu besar dan telah menguras dana pemerintah yang sebagian besar di danai dari
pinjaman luar negeri. Selain itu, di saat yang sama terjadi konflik dalam negeri (Konflik
Maoist) yang juga turut memperparah kondisi keuangan pemerintah karena konflik tersebut
telah menghambat penarikan pendapatan pemerintah dari beberapa daerah. Klimaks dari
berbagai kejadian tersebut adalah semakin membengkaknya jumlah pinjaman pemerintah
dari luar negeri, dari sebesar 56% (dari total penerimaan pemerintah) di awal tahun 1990,
hingga mendekati 70% di awal milenium baru.
Semakin besarnya jumlah utang yang harus ditanggung pemerintah membuat
pemerintah saat itu menjadi semakin tidak independen terhadap lembaga-lembaga donor
internasional sehingga tidak memiliki kemampuan untuk menolak segala agenda yang coba
diterapkan di dalam negeri. Perhatian utama dari setiap lembaga donor adalah berhasilnya
setiap proyek dan program yang dijalankan dari pinjaman yang telah diberikan kepada
negara. Hal ini seperti sebuah investasi bagi lembaga donor tersebut karena tentunya
mereka berhadap adanya return dari pinjaman yang telah mereka berikan.Apabila ditarik ke
ranah akuntansi, maka hampir seluruh lembaga donor akan meminta kepada negarauntuk
mengikuti aturan dan sistem mereka. Selain itu, mereka akan meminta laporan akuntansi
untuk proyek yang sedang dan telah dijalankan terhadap penggunaan dana pinjaman yang

Kelompok
1

29

mereka berikan. Informasi tersebut tentunya hanya akan berguna bagi mereka bila aturan
dan sistem yang berlaku di negara sesuai dengan yang mereka anut, yang dalam hal ini
adalah sistem akuntansi berbasis akrual. Namun kemudian, tekanan dari lembaga-lembaga
internasional tersebut tidak dibarengi dengan langkah nyata dalam membantu pemerintah
untuk turut menyiapkan sarana dan prasarana yang perlu dalam implementasi akuntansi
berbasis akrual. Kondisi tersebut bagaikan membiarkan pemerintah untuk berjalan sendiri di
tengah tekanan yang harus ditanggung.
Tekanan besar yang diterima pemerintah, tidak hanya dari lembaga-lembaga donor
internasional tetapi juga dari khalayak publik di dalam negeri akibat kegagalan dalam
penerapan akuntansi berbasis akrual di tahun-tahun sebelumnya, yang kemudian
mendorong pemerintah untuk segara melakukan perubahan sistem akuntansi di tahun-tahun
mendatang. Melalui kerja sama dengan para akuntan publik dinegara tersebut, pemerintah
berharap bahwa penerapan akuntansi berbasis akrual dapat segera terlaksana dengan baik.
Kebanyakan akuntan publik (yang bekerja untuk perusahaan bisnis) berpendapat bahwa
akuntansi berbasis akrual akan menjadi alat yang dapat meningkatkan kualitas dan
kuantitas informasi akuntansi pemerintah. Selain itu, adopsi terhadap sistem akuntansi
berbasis akrual telah menjadi tren global di banyak negara saat itu.
Pemerintah lalu mulai memasuki masa transisi selama lima tahun dalam proses
implementasi akuntansi berbasis akrual di institusi pemerintah di seluruh negeri. Namun
upaya tersebut kemudian lebih banyak menuai kritik dari sebagian besar pejabat dan
akuntan pemerintah. Mereka berpendapat bahwa upaya yang dilakukan terlalu tergesa-gesa
tanpa mempertimbangkan kesiapan seluruh aspek penunjang yang ada di negara tersebut.
Kelemahan utama yang ditemukan adalah kurangnya kapasitas akuntan pemerintah untuk
dapat mengerti dan mengimplementasikan sistem tersebut dalam waktu yang singkat.
Banyak akuntan pemerintah berargumen bahwa perlu waktu lebih dari 20 tahun untuk dapat
mengimplementasikan sistem tersebut dengan sukses. Selain itu, tidaklah mudah untuk
memberikan pengetahuan mengenai sistem akuntansi berbasis akrual kepada para akuntan
junior yang tersebar disangat banyak instansi pemerintah di negara tersebut dan sebagian
besar berada di lokasi yang terpencil yang bahkan, dari awal, telah sulit mengaplikasikan
akuntansi berbasis kas dan kemudian diharuskan untuk beralih ke sistem baru yang lebih
rumit dari sebelumnya.
Semakin banyaknya bukti yang ditemukan terhadap sulitnya penerapan akuntansi
berbasis akrual di sektor pemerintah menimbulkan skeptisme dari lembaga-lembaga donor
internasional untuk terus mendorong pemerintah menerapkan sistem tersebut. Itu menjadi
kali pertama dimana pemerintah Nepal menyaksikan sikap dari lembaga-lembaga donor
tersebut dimana sebelumnyamerekalah yang sangat gigih menyuarakan kepada pemerintah
terkait penerapan akuntansi berbasis akrual. Pemerintah juga mulai menyadari kesalahan

Kelompok
1

30

terhadap ketergantungan yang sangat besar pada kemampuan konsultan danstaf dari
organisasi internasional dalam penerapan sistem tersebut, dan mengucilkan peran akuntan
pemerintah selama proses perubahan dari akuntansi berbasis kas ke akrual.
Di akhir tahun 2007, pemerintah dengan bekerja sama dengan Bank Dunia dan para
akuntan pemerintah mulai manjalankan misi untuk mereformasi tata kelola keuangan negara
tersebut kembali ke basis kas yang dulu digunakan sebelum tahun 1960. Pemerintah mulai
mengisi beberapa kelemahan yang ditemukan di masa lalu dengan terus diiringi dengan
perbaikan aturan terhadap sistem akuntansi yang akan diimplementasikan di seluruh
instansi. Sistem akuntansi kas yang digunakan mengacu kepada basis kas dari IPSAS
karena ini dianggap akan sangat membantu pemerintah dalam menyiapkan jalan guna
kembali melakukan reformasi akuntansi di masa depan menuju sistem akuntansi berbasis
akrual.
II.

Strategi Penerapan Akuntansi Berbasis Akrual Di Indonesia


Penerapan akuntansi berbasis akrual di Indonesia mendapatkan momentumnya saat
dilaksanakannya reformasi keuangan pada tahun 2003, dengan diterbitkannya satu paket
Undang-Undang yang mengatur tentang keuangan negara, antara lain Undang-Undang
Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004
tentang Perbendaharaan Negara, serta Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang
Pemeriksaan Tanggung Jawab dan Pengelolaan Keuangan Negara. Sebelumnya,
perkembangan pelaporan akuntansi pemerintah di Indonesia mengalami masa yang suram.
Laporan keuangan pemerintah yang dibuat sering tidak akurat, tidak informatif, terlambat
sehingga tidak dapat memenuhi kriteria andal dalam pengambilan keputusan.
Undang-Undang nomor 17 Tahun 2003 dalam pasal 1 mengamanatkan bahwa
pendapatan

dan

belanja

baik

dalam

penganggaran

maupun

laporan

pertanggungjawabannya diukur dan diakui dengan menggunakan basis akrual.Kemudian


dalam pasal 36 ayat 1 menyatakan bahwa pengakuan dan pengukuran pendapatan dan
belanja berbasis akrual dilaksanakan selambat-lambatnya dalam 5 (lima) tahun, yang
artinya pada tahun 2008 pemerintah sudah harus menggunakan basis akrual.
Komite Standar Akuntansi Pemerintah (KSAP) sejak tahun 2006 telah memulai
mengkaji, melakukan penelitian dan pembahasan serta menyiapkan Draft Standar Akuntansi
Pemerintahan yang berbasis akrual berdasarkan kesepakatan sementara dari KSAP.
Penyusunan Draft Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) yang berbasis akrual tersebut
dilakukan secara hati-hati dengan mempertimbangkan antara lain:
SAP berbasis kas menuju akrual (PP Nomor 24 Tahun 2005 - cash towards
accrual) baru saja diterbitkan dan belum sepenuhnya diimplementasikan oleh
pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.

Kelompok
1

31

SAP berbasis akrual yang akan disusun sesuai Undang-undang Keuangan


Negara mengharuskan perubahan/penyempurnaan pada bidang perencanaan
dan penganggaran, dimana KSAP tidak dalam posisi untuk membuat

ketentuan/peraturan di bidang tersebut.


Strategi penyusunan SAP berbasis akrual yang dilakukan oleh pemerintah adalah
dengan menyesuaikan PSAP berbasis kas menuju akrual (sesuai PP Nomor 24 Tahun 2005)
menjadi PSAP berbasis akrual dengan referensi IPSAS, dengan mempertimbangkan
praktik-praktik yang berlaku, administrasi pemerintahan yang ada dan kemampuan sumber
daya manusia. Adapun pertimbangan penggunaan strategi tersebut antara lain:
a. SAP berbasis kas menuju akrual (Cash towards accrual/CTA) telah disusun
dengan mengacu pada beberapa referensi bertaraf internasional antara lain
IPSAS, Governmental Accounting Standards Board (GASB), dan Government
Finance Statistics (GFS), sehingga diharapkan SAP berbasis kas menuju akrual
yang akan disesuaikan menjadi akrual sudah dapat diterima umum;
b. Mengurangi resistensi dari para pengguna SAP (PP Nomor 24 Tahun 2005)
terhadap perubahan basis akuntansi. Pengguna PP Nomor 24 Tahun 2005 masih
dalam tahap pembelajaran dan perlu waktu yang cukup lama untuk
memahaminya sehingga apabila SAP akrual berbeda jauh dengan SAP berbasis
kas menuju akrual akan menimbulkan resistensi;
c. Penyusunan SAP berbasis akrual relatif menjadi lebih mudah karena sebagian
dari PSAP berbasis kas menuju akrual (PSAP Nomor 01, 05, 06, 07, dan 08
dalam PP 24/2005) telah berbasis akrual sehingga hanya memerlukan
penyesuaian beberapa PSAP berbasis akrual;
Penerapan SAP berbasis akrual yang disusun sesuai pola SAP berbasis kas menuju akrual
lebih mudah bagi para pengguna standar karena sudah disosialisasikan, dan para
pengguna telah memiliki pemahaman dan pengalaman terhadap SAP berbasis kas menuju
akrual. Perkembangan terakhir, telah terbit Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun 2010
tentang SAP berbasis Akrual sebagai pengganti PP 24 tahun 2005. Hal tersebut
menunjukkan bahwa target penggunaan basis akrual paling lambat pada tahun 2008 hanya
dapat dipenuhi setengahnya saja.
Jika dibandingkan dengan akuntansi pemerintah berbasis kas menuju akrual,
akuntansi berbasis akrual sebenarnya tidak banyak berbeda. Pengaruh perlakuan akrual
dalam akuntansi berbasis kas menuju akrual sudah banyak diakomodasi di dalam laporan
keuangan terutama neraca yang disusun sesuai dengan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor
24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP). Keberadaan pos piutang,
aset tetap, hutang merupakan bukti adanya proses pembukuan yang dipengaruhi oleh asas
akrual.

Kelompok
1

32

Ketika akrual hendak dilakukan sepenuhnya untuk menggambarkan berlangsungnya


esensi transaksi atau kejadian, maka kelebihan yang diperoleh dari penerapan akrual
adalah tergambarkannya informasi operasi atau kegiatan.Dalam sektor komersial,
gambaran perkembangan operasi atau kegiatan ini dituangkan dalam Laporan Laba Rugi.
Sedangkan dalam akuntansi pemerintah, laporan sejenis ini diciptakan dalam bentuk
Laporan Operasional atau Laporan Surplus/Defisit.
Dengan demikian, perbedaan kongkrit yang paling memerlukan perhatian adalah
jenis/komponen laporan keuangan. Perbedaan mendasar SAP PP 24/2005 dengan SAP
Akrual terletak pada PSAP 12 mengenai Laporan Operasional.Entitas pemerintah
melaporkan secara transparan besarnya sumber daya ekonomi yang didapatkan, dan
besarnya beban yang ditanggung untuk menjalankan kegiatan pemerintahan. Surplus/defisit
operasional merupakan penambah atau pengurang ekuitas/kekayaan bersih entitas
pemerintahan bersangkutan.
Walaupun basis akrual

berlaku

efektif

untuk

laporan

keuangan

atas

pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran mulai tahun 2010, tetapi apabila entitas


pelaporan belum dapat menerapkan PSAP ini, entitas pelaporan dapat menerapkan PSAP
Berbasis Kas Menuju Akrual paling lama 4 (empat) tahun setelah Tahun Anggaran 2010.
Penerapan SAP Berbasis Akrual dapat dilaksanakan secara bertahap dari penerapan SAP
Berbasis Kas Menuju Akrual menjadi penerapan SAP Berbasis Akrual.Ketentuan lebih lanjut
mengenai penerapan SAP Berbasis Akrual secara bertahap pada pemerintah pusat diatur
dengan Peraturan Menteri Keuangan, sedangkan untuk pada pemerintah daerah diatur
dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri (pasal 7 PP 71 tahun 2010). Berikut Strategi
penerapan SAP berbasis Akrual secara bertahap:
Tabel 1. Strategi penerapan SAP Berbasis Akrual
Tahun
2010

Uraian
1. Penerbitan standar akuntansi berbasis akrual.
2. Mengembangkan framework akuntansi berbasis akrual.
3. Sosialisasi SAP Berbasis akrual
2011
1. Penyiapan aturan pelaksanaan dan kebijakan akuntansi.
2. Pengembangan sistem akuntansi dan TI bagian pertama (proses
bisbis dan detail requirement).
3. Pengembangan kapasitas SDM.
2012
1. Pengembangan sistem akuntansi dan TI lanjutan.
2. Pengembangan kapasitas SDM lanjutan.
2013
1. Plotting beberapa KL dan BUN
2. Review, evaluasi dan konsolidasi seluruh LK.
3. Pengembangan kapasitas SDM lanjutan.
2014
1. Paralel run dan konsolidasi seluruh LK.
2. Review, evaluasi dan konsolidasi seluruh LK.
3. Pengembangan kapasitas SDM lanjutan.
2015
1. Implementasi penuh.
2. Pengembangan kapasitas SDM lanjutan.
Sumber: KSAP, Sosialisasi PP 71 tahun 2010 tentang SAP. Jakarta, 14 Desember 2010.

Kelompok
1

III.

33

Faktor-Faktor Penentu Keberhasilan Implementasi Basis Akrual Di Indonesia


Keberhasilan perubahan akuntansi pemerintahan sehingga dapat menghasilkan
laporan keuangan yang lebih transparan dan lebih akuntabel memerlukan upaya dan kerja
sama dari berbagai pihak. Penerapan akuntansi berbasis kas menuju akrual saja masih
banyak menghadapi hambatan, terlebih lagi jika pemerintah akan menerapkan akuntansi
berbasis akrual. Beberapa tantangan dalam implementasi akuntansi pemerintahan berbasis
akrual adalah:
1.
Infrastruktur (Sistem Akuntansi dan IT Based System)
Melihat kompleksitas implementasi akuntansi berbasis akrual, dapat dipastikan
bahwa penerapan akuntansi berbasis akrual di lingkungan pemerintahan memerlukan
sistem akuntansi dan IT based system yang lebih rumit. Selain itu perlu juga dibangun
sistem pengendalian intern yang memadai untuk memberikan keyakinan memadai atas
tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan
keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundangundangan. Hal tersebut telah diamanatkan oleh Undang-Undang No 1 tahun 2004 yang
menyatakan

Dalam

rangka

meningkatkan

kinerja,

transparansi

dan

akuntabilitas

pengelolaan keuangan negara, Presiden selaku Kepala Pemerintah mengatur dan


menyelenggarakan

Sistem

Pengendalian

Intern

di

lingkungan

pemerintah

secara

menyeluruh. SPI ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.Untuk melaksanakan hal


tersebut pada tahun 2008 telah terbit PP No 60 tentang Sistem Pengedalian Intern
Pemerintah.
2.
Implementasi Sistem Pengendalian Intern
Pembangunan dan implementasi sistem pengendalian intern yang efektif diperlukan
untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melaluikegiatan
yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan asset negara, dan
ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan. Hal tersebut telah diamanatkan oleh
Undang-Undang No 1 tahun 2004 yang menyatakan Dalam rangka meningkatkan kinerja,
transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara, Presiden selaku Kepala
Pemerintah mengatur dan menyelenggarakan Sistem Pengendalian Intern di lingkungan
pemerintah secara menyeluruh SPI ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.
Untuk melaksanakan hal tersebut Pemerintah telah menerbitkan Peraturan
Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengedalian Intern Pemerintah (SPIP).
Untuk itu diperlukan sosialisasi danupaya implementasi yang melibatkan seluruh tingkatan

Kelompok
1

34

dalam instansi pemerintah agar SPIP tersebut dapat menjadi bagian yang menyatu dengan
operasional pada seluruh unit kerja pemerintahan.
3.
Segi Politik (Komitmen dari pimpinan)
Dukungan yang kuat dari pimpinan merupakan kunci keberhasilan dari suatu
perubahan. Salah satu penyebab kelemahan penyusunan Laporan Keuangan pada
beberapa Kementerian/Lembaga adalah lemahnya komitmen pimpinan satuan kerja
khususnya SKPD penerima dana Dekonsentrasi/Tugas Pembantuan.
4.
Segi SDM (Kurangnya SDM yang kompeten di Bidang Akuntansi)
Laporan keuangan diwajibkan untuk disusun secara tertib dan disampaikan masingmasing oleh pemerintah pusat dan daerah kepada BPK selambatnya 3 (tiga) bulan setelah
tahun anggaran berakhir. Selanjutnya, selambatnya 6 (enam) bulan setelah tahun anggaran
berakhir, laporan keuangan yang telah diperiksa oleh BPK tadi diserahkan oleh Pemerintah
Pusat kepada DPR dan oleh Pemerintah Daerah kepada DPRD. Penyiapan dan
penyusunan laporan keuangan tersebut memerlukan SDM yang menguasai akuntansi
pemerintahan.
Pada saat ini kebutuhan tersebut sangat terasa, apalagi menjelang penerapan
akuntansi pemerintahan berbasis akrual.Untuk itu, pemerintah pusat dan daerah perlu
secara serius menyusun perencanaan SDM di bidang akuntansi pemerintahan.Termasuk di
dalamnya memberikan sistem insentif dan remunerasi yang memadai untuk mencegah
timbulnya praktik KKN oleh SDM yang terkait dengan akuntansi pemerintahan. Di samping
itu, peran dari perguruan tinggi dan organisasi profesi tidak kalah pentingnya untuk
memenuhi kebutuhan akan SDM yang kompeten di bidang akuntansi pemerintahan.
5.
Segi Lingkungan (Resistensi terhadap perubahan)
Sebagai layaknya untuk setiap perubahan, bisa jadi ada pihak internal yang sudah
terbiasa dengan sistem yang lama dan enggan untuk mengikuti perubahan.Untuk itu, perlu
disusun berbagai kebijakan dan dilakukan berbagai sosialisasi sehingga penerapan
akuntansi pemerintahan berbasis akrual dapat berjalan dengan baik.
6. Segi Geografis
Mengingat luasnya wilayah Indonesia dan bentuk geografis wilayah yang terdiri dari
pulau-pulau, penerapan aturan tentang implementasi akuntansi basis akrual akan
mengalami kendala yang sama dengan implementasi aturan-aturan yang lain. Kendalanya
yaitu penerapannya pada daerah-daerah terpencilakan sangat sulit dilakukan. Hal ini terkait
dengan masalah SDM dan infrastruktur.

IV.

Langkah Penerapan SAP Basis Akrual di Indonesia

Kelompok
1

35

Terdapat beberapa langkah yang harus diperhatikan dan dilaksanakan dalam rangka
mengimplementasikan Standar Akuntansi Pemerintahan Basis Akrual, di antaranya:

Kehati-hatian menerapkan basis akrual


Terdapat dua model utama dalam menerapkan akrual basis yakni model big bang
dan model bertahap. Pendekatan model big bang seperti yang telah dicontohkan oleh
negara Selandia Baru untuk seluruh unit pemerintahan -dilakukan dalam jangka waktu yang
sangat singkat. Keuntungan pendekatan ini adalah mendukung terjadinya perubahan
budaya organisasi, cepat mencapai tujuan, dan dapat menghindari risiko kepentingan,
meskipun mengandung kelemahan, seperti bebankerja menjadi tinggi, tidak ada waktu
untuk menyelesaikan masalah yang mungkin timbul, dan komitmen politik yang mungkin
bisa berubah. Kesuksesan penerapan di Selandia Baru karena tiga faktor yang mendukung
yakni adanya krisis fiskal,dukungan dari para politisi dan adanya reformasi birokrasi yang
memberikan fleksibiltas kepada SDM.
Alternatif lain yakni pendekatan bertahap, seperti yang dicontohkan oleh pemerintah
federal

Amerika

Serikat.

Keuntungan

pendekatan

ini

adalah

dapat

diketahuinya

permasalahan yang mungkin timbul dan cara penyelesaiannya selama masa transisi, basis
kas masih dapat dilakukan secara paralel untuk mengurangi resiko kegagalan. Sedangkan
kelemahannya adalah akan membutuhkan banyak sumber daya manusia karena
menerapkan dua basis secara paralel, perubahan budaya organisasi tidak terjadi, dan
hilangnya momentum penerapan akrual basis.

Komitmen politik merupakan kunci penting


Komitmen politik dalam penerapan basis akrual menjadi sangat esensial, sehingga
komitmen politik ini diperlukan untuk menghilangkan adanya kepentingan yang tidak sejalan.
Adanya komitmen politik yang kuat dari pengambil keputusan baik eksekutif maupun
legislatif akan menentukan keberhasilan implementasi SAP basis akrual. Komitmen tersebut
terwujud dalam bentuk peraturan perundangan, kebijakan dan dukungan anggaran yang
menunjang implementasi SAP basis akrual tersebut.

Tujuan akrual harus dikomunikasikan


Hasil dan manfaat yang ingin dicapai dengan penerapan basis akrual harus
secaraintens dikomunikasikan kepada pihak-pihak yang bersangkutan melalui proses
sosialisasi yang dapat menumbuhkan pemahaman dan kesadaran pihak-pihak terkait
sehingga menimbulkan dukungan dalam implementasinya.

Perlunya tenaga akuntan yang andal.


Tenaga akuntan yang profesional akan sangat diperlukan untuk rekruitmen dan
pelatihan yang cukup. Kekurangan tenaga akuntan akan menyebabkan penundaan
penerapan akrual basis pada akuntansi pemerintah.

Sistem informasi akuntansi harus memadai


Informasi akuntansi berbasis kas merupakan titik penting dalam pergantian basis
keakrual. Jika suatu negara belum memiliki sistem akuntansi berbasis kas yang dapat

Kelompok
1

36

diandalkan, maka negara tersebut terlebih dahulu berkonsentrasi pada peningkatan sistem
dan proses yang telah ada, sebelum mempertimbangkan perpindahan keakuntansi akrual

Badan Pemeriksa Keuangan harus memiliki sumberdaya yang tepat


Badan Audit (di Indonesia BPK) memegang kunci yang sangat penting dalam
penerapan basis akrual. BPK sudah mulai berperan dalam proses penyusunan standard
dan nantinya menjadi pihak yang akan menilai implementasi SAP basisakrual tersebut yang
tercermin pada laporan keuangan yang disajikan oleh Pemerintah.

Penerapan basis akrual harus merupakan bagian dari reformasi birokrasi


Penerapan basis akrual tidak boleh hanya dilihat sebagai masalah teknik akuntansi
saja, tetapi penerapan ini membutuhkan perubahan budaya organisasi dan harusmerupakan
bagian dari reformasi birokrasi secara menyeluruh. Informasi yang dihasilkan dengan basis
akrual akan menjadi berharga dan sukses apabila informasi yang dihasilkan digunakan
untuk dasar membuat kebijakan publik yang semakin baik. Perubahan ini tidak secara
otomatis terjadi, tapi perlu secara aktif dipromosikan secara berkelanjutan.

Kelompok
1

37

PENUTUP
Selandia Baru, Australia, dan Amerika Serikat merupakan contoh negara yang telah
berhasil mengimplementasikan basis akrual secara penuh baik dalam akuntansi maupun
penganggaran. Namun, tidak semua negara bisa berhasil menerapkan basis akrual. Contoh
Negara yang tidak berhasil menerapkan basis akrual dalam sistem akuntansinya antara lain
Fiji dan Nepal.
Reformasi berbasis akrual di Selandia Baru merupakan salah satu hal yang dapat
dijadikan acuan. Reformasi tersebut dapat dikatakan sebagai reformasi sistem akuntansi
pemerintah yang paling komprehensif yang telah dilakukan oleh berbagai negara sampai
saat ini. Beberapa faktor kunci keberhasilan Selandia Baru antara lain tokoh penting dalam
kebijakan akuntansi, axial principles, penyampaian kebijakan yang tepat, dukungan politis,
Keterbukaan proses, kemajuan pengetahuan, inovasi, informasi yang akurat, serta adanya
respon yang baik dari seluruh sistem. Namun, keberhasilan reformasi di Selandia Baru
bukan tanpa hambatan, ada beberapa permasalahan yang juga dihadapi oleh Pemerintah
Selandia baru, antara lain keputusan untuk menggunakan basis akrual pada sektor
penganggaran, kapasitas SDM dalam proses reformasi, pencatatan aset bersejarah, serta
penilaian atas aset berupa peralatan militer.
Salah satu negara yang gagal dalam penerapan akuntansi berbasis akrual adalah Fiji.
Beberapa faktor yang penyebab kegagalan tersebut adalah perencanaan yang buruk dan tergesa-gesa,
pengembangan sistem informasi yang kurang baik, perhitungan cost and benefit yang kurang matang,
serta rendahnya Sumber daya manusia yang tidak diikuti dengan pengembangan SDM.
Strategi penerapan akuntansi berbasis akrual di Indonesia telah dimulai pada awal tahun
2000-an dan dilakukan secara bertahap. Tahap pertama adalah penerapan basis akuntansi yang disebut
dengan basis Cash Towards Acrual/CTA. Kemudian pada tahun 2010 dikeluarkanlah PP 71 Tahun
2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah yang menjadi tanda dimulainya perubahan dari basis
CTA menjadi basis akrual secara penuh yang akan diimplementasikan paling lambat pada tahun 2015.
Beberapa faktor yang menjadi penentu keberhasilan implementasi basis akrual antara lain dukungan
infrastruktur, implementasi sitem pengendalian intern, segi politik, segi dukungan SDM, segi
lingkungan pemerintah, serta dari segi geografis.

REFERENSI

Kelompok
1

38

Ghulam, Rhumy. Mencari Batu Pijakan bagi Akrualisasi Sektor Publik Di Indonesia (Studi
atas Penerapan Akuntansi Berbasis Akrual di Nepal, Hong Kong dan Selandia Baru).
Makalah
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan
Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah (SAP)
http://www.ksap.org/ (diakses pada 22 Oktober 2014)
http://www.perbendaharaan.go.id (diakses pada 22 Oktober 2014)
Kusuma, Ririz Setiawati. 2013. Skripsi berjudul Analisis Kesiapan Pemerintah dalam
Menerapkan Standar Akuntansi Pemerintah Berbasis Akrual. Jember : Universitas
Jember
Mulyana, Budi. Akuntansi berbasis akrual di Negara Negara OECD. Makalah

Anda mungkin juga menyukai