Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
NIM : 030.07.089
KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
27 OKTOBER 2014 10 JANUARI 2015
Penanggulangan Bencana Alam
Skenario: Tanah Longsor di Manado
Rekayasa Kasus
Wilayah Manado atau Sulawesi Utara, terjadi tanah longsor. Kejadian ini terjadi pada
Minggu (17/2/2013) sekitar pukul 20:00 WIT di tujuh kampung yang dilanda tanah longsor
dan banjir di Manado, ibukota provinsi Sulawesi Utara. Dilaporkan lebih dari 1.000 rumah
dilanda banjir akibat sungai yang meluap.. Berdasarkan perhitungan di lapangan, total korban
tewas yang telah ditemukan adalah 25 orang tetapi pencarian korban tetap dilanjutkan.
Kota Manado terletak di ujung jazirah utara pulau Sulawesi, pada posisi geografis
12440' - 12450' BT dan 130' - 140' LU. Iklim di kota ini adalah iklim tropis dengan suhu
rata-rata 24 - 27 C. Curah hujan rata-rata 3.187 mm/tahun dengan iklim terkering di sekitar
bulan Agustus dan terbasah pada bulan Januari. Intensitas penyinaran matahari rata-rata 53%
dan kelembaban nisbi 84 %.
Luas wilayah daratan adalah 15.726 hektare. Manado juga merupakan kota pantai
yang memiliki garis pantai sepanjang 18,7 kilometer. Kota ini juga dikelilingi oleh perbukitan
dan barisan pegunungan. Wilayah daratannya didominasi oleh kawasan berbukit dengan
sebagian dataran rendah di daerah pantai. Interval ketinggian dataran antara 0-40% dengan
puncak tertinggi di gunung Tumpa.
Wilayah perairan Kota Manado meliputi pulau Bunaken, pulau Siladen dan pulau
Manado Tua. Pulau Bunaken dan Siladen memiliki topografi yang bergelombang dengan
puncak setinggi 200 meter. Sedangkan pulau Manado Tua adalah pulau gunung dengan
ketinggian 750 meter. Sementara itu perairan teluk Manado memiliki kedalaman 2-5 meter
di pesisir pantai sampai 2.000 meter pada garis batas pertemuan pesisir dasar lereng benua.
Kedalaman ini menjadi semacam penghalang sehingga sampai saat ini intensitas kerusakan
Taman Nasional Bunaken relatif rendah. Jarak dari Manado ke Tondano adalah 28 km, ke
Bitung 45 km dan ke Amurang 58 km.
Batas - batas Kota Manado adalah sebagai berikut:
- Sebelah Utara berbatasan dengan : Teluk Manado dan juga Kec. Wori ( Kab. Minahasa )
- Sebelah Selatan berbatasan dengan : Kecamatan Pineleng
- Sebelah Barat berbatasan dengan : Teluk Manado/Laut Sulawesi
- Sebelah Timur berbatasan dengan : Kecamatan Dimembe
Topografi
Secara umum kondisi morfologis kota Manado terbentuk karena kharakteristik alam
kota itu sendiri yang unik dan berbeda dari kebanyakan kota di Indonesia pada umumnya.
Kota ini memiliki bentang alam dengan unsur trimatra yaitu pantai, daratan dan perbukitan,
yang terbentang dengan jarak yang relatif kecil (< 1 km) diantara ketiga matra tersebut.
Kondisi topografi dan geomorfologinya merupakan bagian dari gugusan pegunungan,
perbukitan, lembah dan sungai yang berada di daratan Minahasa. Bagian utara bermorfologi
berbukit sampai bergunung dengan puncak tertinggi Gunung Tumpa, 610 m . Di bagian timur
umumnya bergelombang dengan morfologi landai sampai curam, dan mendekati bagian
tengah kota, morfologi semakin landai dan rata. Pada bagian selatan, punggung-punggung
bukit semakin melebar dan menjalar lebih panjang. Topografi kota Manado bervariasi antara
0 % hingga lebih dari 40 % yang secara keseluruhan 94,53% terletak pada ketinggian 0-240
m dpl.
Selain itu Manado dialiri oleh banyak sungai yang umumnya mengalir dari wilayah
perbukitan dan bermuara di teluk Manado, antara lain sungai Tondano, sungai Tikala, sungai
Bailang, sungai Sario, dan sungai Malalayang. Sungai Tondano berhulu di danau Tondano di
kabupaten Minahasa dan bergabung dengan sungai Tikala di tengah kota sebelum bermuara
di Teluk Manado. Saat ini keberadaan sungai Tondano dimanfaatkan dan dikelola oleh PT Air
Kota Manado sebagai salah satu sumber air bersih.
Kondisi topografi dan morfologi seperti itu menyebabkan pertumbuhan dan
perkembangan kota memanjang mulai dari kawasan pesisir pantai utara sampai pesisir pantai
selatan yang kemudian membentuk pola pertumbuhan kota seperti daun pepaya. Permukiman
tumbuh tidak merata pada seluruh bagian kota, tapi mengelompok secara memanjang pada
kawasan yang memiliki topografi datar yang menyusup diantara kawasan perbukitan
berlereng cukup tinggi. Limitasi fisik ini menyebabkan pemerintah kota menempuh kebijakan
pengembangan kota dengan cara reklamasi pantai untuk mendukung perkembangan kota
dengan berbagai kegiatannya. Adanya kegiatan reklamasi pantai yang dimulai tahun 1995,
menjadikan wilayah daratan bertambah kurang lebih 67 hektar dari luas yang ada yaitu
157,26 km2.
1. Hazard Mapping
Karena Kota Manado sebagian besar utara bermorfologi berbukit sampai
bergunung dengan puncak tertinggi Gunung Tumpa, 610 m . Di bagian timur
umumnya bergelombang dengan morfologi landai sampai curam, dan mendekati
bagian tengah kota, morfologi semakin landai dan rata. Pada bagian selatan,
punggung-punggung bukit semakin melebar dan menjalar lebih panjang dan
daerahnya banyak terdapat lerang lereng yang mudah longsor. Ditambah dengan
kemiringan lahan dan curah hujan sangat tinggi, dipastikan longsor bisa terjadi.
Daerah ini juga sangat rawan akan gempa bumi.
2. Identifikasi Vulnerability
Fisik
: lokasi yang rentan longsor, bangunan, infrastruktur, fasilitas umum,
pertanian, dan peternakan
Ekonomi
Teknologi
Penyakit
3. Siklus Bencana
-
Pencegahan (prevention)
I.
Sebelum datangnya tanah longsor
Dengar dan simaklah siaran radio atau televisi menyangkut prakiraan terkini
II.
mengumpulkan obat-obatan dan alat-alat medis penunjang serta bahan sandang dan
pangan bagi warga pengungsian.
Meminta bantuan dari mantri - mantri desa dan bidan - bidan desa untuk membantu
puskesmas.
Bekerjasama dengan Tim SAR, Badan Penanggulangan Bencana Daerah, mahasiswa
kedokteran, tim medis, warga, maupun relawan untuk mengevakuasi korban - korban
bencana.
kegawatdaruratannya.
Membagi ruangan/tempat khusus di puskesmas untuk pasien berdasarkan triase
tersebut
Membuat traffic flow dari pintu masuk puskesmas ke ruang - ruang yang sudah
ditentukan sesuai dengan keadaan korban, sampai pintu keluar yang berbeda dengan
pintu masuk awal.
Membangun WC umum bagi warga pengungsian dilengkapi dengan air bersih guna
mencegah terjadinya penyakit yang dapat terjadi di tempat pengungsian.
Membuat papan informasi di depan puskesmas berisi tentang data korban yang