Anda di halaman 1dari 20

BAGIAN 1

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pertama kali membaca sebaris kalimat mengetahui tanpa tahu
mengapa anda tahu, bagi sebagian orang atau mungkin hampir
semuanya, pasti terheran dan muncul sinyal tanda tanya di dalam
pikirannya. Ya, kalimat tersebut adalah pengertian singkat untuk
istilah yang disebut intuisi. Dalam kehidupan sehari, memang kata
yang satu ini kerap kali terdengar, apalagi mereka yang hidupnya
berkecimpung dalam bidang yang terkait, seperti psikologi. Namun,
ternyata lebih banyak lagi yang belum bahkan tidak tahu makna
intuisi itu sendiri. Intuisi? Intuisi itu apa sih? Kayak gimana? Bisa
dijelasin nggak? Contohnya? dan sebagainya. Itulah beberapa
kalimat peertama yang muncul setelah mendengar kata intuisi. Itu
baru di satu sisi, di sisi lain?
Untuk di sisi lain, terkait mereka yang setengah-setengah
memahami apa itu intuisi atau juga bisa dibilang, mereka para
pemula yang baru berkenalan pada sebatas nama si intuisi, tidak
sedikit yang mengaitkan dengan kekuatan-kekuatan supranatural,
indera ke enam, ghaib, tak nampak, dan seringkali dianggap tidak
logis karena tidak ilmiah. Akan tetapi, menariknya di sini adalah kata
intuisi itu sendiri seperti magnet yang menarik keingintahuan para
orang-orang pemula tersebut. Ya memang tidak seluruhnya yang
tertarik penasaran, namun setidaknya untuk orang-orang yang
tertarik tersebut selalu dibuat terheran-heran berkelanjutan dengan
fakta mengenai intuisi itu sendiri. Menarik bukan?
Cerita berbagai pengalaman orang-orang terkait intuisi yang
menghindarkan mereka dari kerugian, bahaya, keburukan dan hal
negatif lainnya, atau sebaliknya intuisi yang mengarahkan mereka
pada kebaikan, keuntungan, keselamatan dan hal positif lainnya
banyaklah ditemui. Para penulis atau buku-buku yang membahas

1 | Page

tentang intuisi selalu ditemui di dalam buku itu sendiri tentang


contoh-contoh peristiwa intuitif yang benar-benar terjadi. Apakah di
sini nantinya juga diceritakan? Ya, pasti!
Berbicara mengenai intuisi tidak akan pernah habis dan hampir
tidak berujung. Namun, bukan berarti hanya stop pada sebatas
bertanya saja. Kali ini, di sini, penulis akan menyajikan beberapa
pembahasan

terkait

apa

yang

disebut

intuisi.

Mungkin

tidak

sempurna dan masih kurang banyak, namun pastinya insyaAllah


bermanfaat!
B. Rumusan Masalah
Berikut ini ringkasan pertanyaan-pertanyaan terkait apa-apa
yang dibicarakan dalam tulisan tentang intuisi:
1. Apa yang disebut dengan intuisi?
2. Bagaimana dan sejauh apa penelitian ilmiah meneliti intuisi?
3. Hal-hal apa saja yang seringkali disamakan dengan intuisi?
4. Dimana keberadaan intuisi dan bagaimana keadaan tempat
intuisi tersebut?
5. Bagaimana dampak malfungsi intuisi?
C. Tujuan Penulisan
Ada pertanyaan, belum tentu ada jawaban. Tapi jika ada
jawaban, sudah pasti ada pertanyaan. Berikut ini tujuan mengapa
penulis menulis:
1. Untuk mengetahui pengertian intuisi
2. Untuk mengetahui bagaimana dan sejauh apa penelitian
ilmiah tentang intuisi?
3. Untuk mengetahui hal-hal apa saja yang sering disamakan
dengan intuisi
4. Untuk mengetahui dimana keberadaan intuisi dan seperti
apa tempat tersebut
5. Untuk mengetahui dampak dari malfungsi intuisi

2 | Page

3 | Page

BAGIAN 2
PEMBAHASAN
A. Intuisi Mengetahui tanpa Tahu Mengapa Anda Tahu

.
.
Jangan sekali-kali menganggap sempurna suatu inspirasi
kalbu yang buahnya belum engkau ketahui. Tujuan dari
bergumpalnya awan bukanlah turunnya hujan, melainkan
bebuahannya Ibnu Athaillah
Perkenalan di awal tentang siapa dan apa. Siapa dia? Intuisi.
Apa itu? Banyak pengertiannya. Setiap sumber rujukan memaknai
intuisi dengan kalimat yang tidak serupa, namun bersinambungan
dan serasi dari satu pengertian ke pengertian lain yang bersifat saling
melengkapi.

Agar

dapat

tersaji

dengan

rapi

tanpa

unsur

membingungkan, maka penjelsan terkait pengertian intuisi dari


berbagai sumber akan dipaparkan secara tertata pada bagian ini.

Intuisi berasal dari kata intueri yang artinya mengindera


dengan

jiwa,

memandang

dengan

batin,

dapat

pula

diartikan sebagai bisikan kalbu atau suara kalbu (Ahmadi:

1992)
Menurut

KBBI

(2007),

Istilah

intuisi

diartikan

sebagai

pendapat atau persepsi yang dekat yang diwarnai dengan


sikap batin, naluri, dan emosi, tanpa diwarnai oleh langkahlangkah yang dipelajari; gerak hati; bisikan hati, sedangkan

yang dinamakan intuitif adalah yang bersifat intuisi.


Menurut Ahmadi & Umar (1992), intuisi ialah kemampuan
jiwa manusia dalam mendapatkan kesimpulan dari suatu
soal tanpa uraian, tanpa keterangan, dan tanpa analisa

apapun.
Menurut Ginanjar (2005), intuisi adalah suara hati yang
seringkali membisikkan dan membimbing apa yang dirasa

4 | Page

benar dan apa yang dirasa salah di masa sekarang di mana

akhirnya benar-benar terbukti di masa yang akan datang.


Menurut Laura Day (1997) Intuisi merupakan proses
nonlinier,
menafsirkan

non-empiris
informasi

untuk
sebagai

mengumpulkan
tanggapan

dan

terhadap

pertanyaan-pertanyaan.
Menurut Lynn Robinson (dalam Butler: 2003), intuisi adalah
sumber kebijaksanaan yang bisa diandalkan dalam hidup
kita dan dapat berupa pemikiran, sebuah bayangan, mimpi,
suatu emosi atau sensasi fisik yang merupakan gejala yang

tidak dapat dikendalikan oleh rasionalitas kita.


Menurut Solso (2007), intuisi adalah mengetahui sesuatu
secara instinktif atau tanpa penggunaan proses-proses
rasional.

Dari beberapa pengertian intuisi di atasnya, satu sama lain


memiliki

kesamaan

makna,

dan

dapat

disimpulkan

secara

keseluruhan bahwasannya yang dinamakan intuisi adalah mencakup


beberapa hal berikut ini: (1) berbentuk suatu pendapat atau persepsi
(2) tidak diketahui asal muasalnya (3) proses kemunculan yang
bersifat abstrak (4) bersifat nonlinier, non empiris, non rasional (5)
jiwa dan batin sebagai alat intuisi (6) sebagai isyarat kenyataan masa
depan atau yang akan terjadi.
Kesimpulan ini diperkuat dan diperjelas oleh ulasan Ahmadi &
Umar (1992):
-

Intuisi tidak berdasarkan proses berfikir yang berturut-turut,

tidak berdasarkan pertimbangan dan perhitungan seksama.


Intuisi tidak terjadi sama halnya dengan perbuatan instinktif,
yakni tidak dengan aktifitas berfikir, tetapi tidak sama

dengan instink.
Intuisi memberi

suatu

keyakinan

langsung

terhadap

penyelesaian suatu masalah tanpa pertimbangan pikir, tidak


dengan uraian, penyelidikan dan pembuktian apa pun.

5 | Page

Intuisi banyak terjadi dalam kehidupan sehari-hari, kadangkadang mempunyai nilai baik, tetapi kadang pula berakibat

tidak menyenangkan.
Biasanya wanita lebih
disebabkan

karena

intuitif

wanita

daripada

lebih

banyak

pria,

hal

itu

menggunakan

perasaannya.
Para seniman lebih banyak bekerja dengan menggunakan
aktifitas

emosinya, maka datangnya suatu ilham bagi

seniman mempunyai arti penting dalam mengerjakan karya


-

seninya.
Berfikir adalah berbicara batin yang tidak terdengar.

Berbagai pengertian yang muncul dari masa ke masa ini, satu


dari sekian pertanyaan yang muncul adalah dimana dan siapa yang
mendefinisikan intuisi pertama kali?. Pertanyaan tersebut jelas
mendorong siapapun yang mendengar dan membaca pertanyaan itu
untuk melangkah ke belakang, ke waktu yang terdahulu demi mencari
jawabannya. Sebenarnya, tidaklah perlu untuk susah-susah mencari
ke sana- ke mari, karena pada dasarnya, dalam Al-Quran sendiri
telah tercantum di dalamnya firman Allah Subhanallahu wa Taala
terkait intuisi. Sebagaimana salah satu ciri khas ayat Al-Quran,
memang tidak disebutkan secara gamblang atau jelas kata intuisi.
Namun, terdapat banyak ayat-ayat yang mengindikasikan keberadaan
intuisi dengan tingkat kedalaman penafsiran yang berbeda-beda.
Dengan kata lain, terdapat ayat yang memerlukan penafsiran yang
sangat dalam untuk memaknai indikasi keberadaan intuisi, dan ada
pula yang dari makna ayat tersebut telah nampak penjelasan terkait
intuisi.
Begitu juga dengan sabda Nabi Muhammad shallallahu alaihi
wa sallam, yang mengindikasikan adanya intuisi. Cukup banyak sabda
Beliau yang mengandung unsur intuitif, berupa nasehat, cerita, katakata,

dan

lain

sebagainya

yang

secara

mutlak

mengandung

kebenaran di setiap kata-katanya. Salah satu sabda beliau yang


mengisyaratkan adanya wujud kemampuan melihat dengan batin

6 | Page

adalah ketika beliau hendak melaksanakan shalat berjamaah.


Diriwayatkan dari Anas ra, dia berkata,

( )

Iqamah shalat telah dikumandangkan. Lantas Rasulullahi
shallallahu alaihi wa sallam menghadapkan wajahnya kepada kami
sambil bersabda, Luruskanlah shaf-shaf kalian dan rapatkanlah
[barisan sehingga tidak ada ruang yang lowong]. Karena
sesungguhnya aku mampu melihat kalian dari balik punggungku.
Sebenarnyahadits ini tidak hanya sekedar mengisyaratkan
adanya kemampuan intuisi, namun lebih dari kemampuan intuisi itu
sendiri. kemampuan untuk melihat segala sesuatu yang berada di
ballik punggungnya termasuk kemampuan extra sensory perception.
Karena indra mata tidak akan pernah bisa menangkap sesuau yang
berada di belakang punggung (Najati: 2000). Apa maksudnya dengan
extra sensory perception? Untuk pengertian yang satu ini akan
dijelaskan pada bagian selanjutnya beserta penjelasan lainnya yang
sering kali dikaitkan dengan intuisi.
Dari bagian awal yang mengandung pengertian intuisi ini dapat
memberikan gambaran awal tentang apa yang dimaksud dengan
intuisi. Dari permukaan, mari kita menuju bagian yang lebih dalam
dalam pembahasan intuisi. Mungkin beberapa masih bingung dan
setengah dalam memahami intuisi, maka penjelasan berikutnya
dapat membantu kita untuk menilik lebih jauh dan lebih dalam terkait
intuisi.
B. Seputar The Struggle Research of Intuition
Intuisi adalah ketika akibat datang sebelum
sebab, dan respon datang sebelum stimuli
Dalam kehidupan modern, intuisi sering disamakan dengan
kemampuan supranatural dan biasanya diabaikan karena tidak
berdasarkan pemikiran logis. Tidak didukung bukti-bukti dan langsung

7 | Page

pada kesimpulan. Jika apa yang dirasakan oleh intuisi ternyata betulbetul terjadi, sering dianggap hanya kebetulan. Sebenarnya, intuisi
juga didukung dengan bukti-bukti, tetapi yang sudah diendapkan ke
alam bawah sadar. Dengan kata lain, jika kita meningkatkan
ketrampilan kita mengumpulkan

bukti-bukti, kekuatan intuisi kita

juga akan meningkat.


Dengan semakin mengarungi era zaman milenium kedua,
cengkaraman logika, rasionalitas, dan metode ilmiah sebagai satusatunya

sarana

untuk

membimbing

kehidupan

kita

semakin

merambah dimana-mana. Semakin lama dunia semakin mendewakan


cara-cara pemahaman dan pengertian yang tidak mengandalkan
bukti

yang

disajikan

pancaindera

kita,

misalnya

intuisi

dan

kepercayaan.
Egoisme dunia rasional telah menolak kebenaran yang muncul
dari intuisi. Padahal, dalam banyak hal kekuatan intuisi merupakan
sesuatu yang lebih akurat dalam meramalkan atau mendektesi
sesuatu yang terjadi. Pengambilan keputusan secara intuitif, jika
berdasarkan

indera

menghasilkan

ke-enam

daripada

yang

pengambilan

tajam,

akan

keputusan

jauh

lebih

rasionalyang

ironisnyasering tidak realistis.


Lalu, mengapa hingga saat ini masih saja ada yang meneliti
intuisi? Bukankah intuisi itu bersifat abstrak? Tidak dapat diamati?
Bahkan kedatangannya saja tanpa perlu menunggu stimuli dan bukan
akibat dari sebab? Lalu mengapa hingga saat ini para ilmuwan
berusaha menggali intuisi dengan alat danmetode yang heterogen
dengan

obyek

penelitian

tersebut?

Secara

logika,

bagaimana

mungkin bisa sesuatu yang tidak rasional dan tidak logis dapat
diamati, diteliti, dan digali dengan cara yang ilmiah serta empiris. Apa
pun jawabannya, itulah fakta yang terjadi saat ini.
Salah satu dari sekian banyaknya usaha-usaha percobaan yang
dilakukan para ahli yaitu rangkaian percobaan yang dilakukan dan
dilaporkan dalam New Scientist, sejumlah relawan ditutup matanya

8 | Page

dan duduk membelakangi relawan lain yang diinstruksikan untuk


memandangi relawan yang ditutup matanya atau melihat ke arah
lain. relawan yang matanya ditutup harus mengatakan apakah
mereka merasa dilihat atau tidak. Mereka secara tepay menebak
sebanyak 55% bahwa mereka dipandangi. Ketika menebak sendirisendiri, tingkatan ketepatannya mencapai 55%. Hasil lain yang lebih
mengesankan

datang

dari

sebuah

tes

yang

dilakukan

oleh

pemerintah Amerika Serikat di daerah pedalaman. Seorang relawan


ditunjukkan 4 gambar dan disuruh memilih satu gambar, lalu
berkonsentrasi

pada

gambar

tersebut.

relawan

lain

diminta

menjelaskan apa yang dipikirkan relawan pertama. Menurut perkiraan


statistik, kemungkinan jawaban yang benar adalah 25%. Ternyata
para relawan mencapai tingkat kesuksesan 33%. Beberapa relawan
yang

punya

kelebihan

mencapai

tingkat

kesuksesan

40%.

Pemerintah AS memasukkan hasil tes ini sebagai bagian dari


psychical

research

Intelligence Agency
University

of

menyimpulkan

programme.

Pada

tahun

1995,

Centre

(CIA) meminta Professor Jessica

California
bahwa,

untuk

meninjau

penelitian

ini

hasil
sangat

of

Utts

dari

penelitian

dan

ilmiah

dan

menunjukanbahwa fungsi indera ke-enam benar-benar mempunyai


efek nyata (Butler: 2003).
Sebenarnya, secara sederhana saja. sasaran intuisi hanyalah
dua, yaitu akal dan hati sebagai tempat intuisi mendarat. Jadi di sini,
seyogyanya penjelsan terkait kedua hal tersebut bisa dikatakan lebih
penting dan bermanfaat ketimbang harus melakukan penelitianpenelitian yang terlampau jauh dari pengertian intuisi itu sendiri.
Abu Hasan al-Nadwi (dalam buku Pengantar Pola Pikir Ilmiah
Islami: 2002) mencoba menganalisa kelemahan akal manusia untuk
mengetahui rahasia-rahasia alam dan bidang-bidang ghaib. Di dalam
analisanya, Al-Nadwi meletakkan akal pada bentuk alamiah dan ruang
materialnya: Untuk mengenal sesuatu yang belum pernah diketahui,
akal membutuhkan data yang telah dihasilkan sebelumnya. Premis-

9 | Page

premis

ini

tidak

lain

hanyalah

sebuah

obyek-obyek

indrawi

(mahsusat). Kalau kita melihat pada obyek-obyek akal (makulat) dan


pengembaraannya yang panjang, nampak bahwa sarana yang
digunakan akal untuk mengungkap dunia-dunia baru dan menyelam
di dalam lautan majhul (tidak tampak) adalah obyek-obyek inderawi
yang muncul secara tidak sempurna
Dari uraian tersebut, jelaslah sekarang, di sekitar kemungkinan
akal untuk memecahkan misteri langit dan bumi, misteri bermula dan
berakhirnya alam, misteri alam ghaib, dan misteri di luar medan akal
yang sempit. Akal tidak mungkin dapat mncapainya, sebab kalau
mungkin tentu unta dapat masuk ke lubang jarum. Karena itulah, aal
sebaiknya berdiam diri mengenai masalah-masalah tersebut.Abu
Bakar ibn Al-Arabi melepas akal dari obyek-obyek yang tidak dapat
dijangkau oleh pemikiran, karena obyek-obyek itu jauh lebih besar
dari akal sendiri.
Menurut Imam Al-Ghazali (2007), Pada pokoknya para Nabi
adalah dokter-dokter penyakit hati. Tugas dan faedah akal ialah yang
memperkenalkan hal tersebut kepada kita, bersaksi atas kenabian
dengan benar dan atas ketidakmampuannya mengetahui perkaraperkara yang hanya dapat dikeetahui dengan mata kenabian. Kita
menerima kenabian seperti orang buta mendapatkan pembimbing,
atau orang sakit yang kebingungan mendapatkan dkter yang ramah.
Sampai di sinilah gerak lari dan langkah akal, terlepas dari semua
perkara di luar hal tersebut kecuali memahami pa yang disampaikan
oleh dokter (Nabi).
Allah Subhanallahu wa Taalaberfirman dalam Al-Quran, surah
Al-Baqarah:





Alif laam miin (1) Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya;
petunjuk bagi mereka yang bertaqwa (2) (yaitu) mereka yang

10 | P a g e

beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan


menafkahkan sebahagian rezkiyang Kami anugerahkan kepada
mereka (3) dan mereka yang beriman kepada kitab (Al-Quran) yang
telah diturunkan kepadamu dan Kitab-Kitab yang telah diturunkan
sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat (4)
mereka Itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan
merekalah orang-orang yang beruntung (5)QS Al-Baqarah: 1-5
Di sini, kita menarik benang merah dan menyimpulkan bahwa
intuisi, yang termasuk ke dalam hal-hal ghaib, cukuplah untuk
diyakini dan diimani hati karena akal sendiri tidak diberi kemampuan
untuk melihat pada hal tersebut. Jika akal dipaksakan untuk mencari
tahu pengetahuan di luar kadarnya, maka sekali-kali tetap tidak akan
membuahkan hasil melebihi kapasitas akal manusia.
Ibnu Qayyim A-Jauziyyah pernah bertutur, bahwa setahun
adalah buah pohon, bulan adalah dahan-dahannya, hari adalah
ranting-rantingya,

jam

adalah

dedaunannya

dan

nafas

adalah

buahnya. Siapa yang nafasnya ada dalam ketaatan, maka buah


pohon itu adalah manis, dan siapa yang nafasnya ada dalam
kedurhakaan, maka buahnya adalah pahit. Waktu panen adalah pada
hari kiamat. Pada waktu panen itulah akan diketahui secara pasti
apakah buah itu manis ataukah pahit.
C. Intuisi dan yang Dianggap Teman-Temannya


Tidakkah mereka mengetahui bahwa Allah mengetahui segala yang
mereka sembunyikan dan segala yang mereka nyatakan? QS. AlBaqaraah: 77
Intuisi sering kali dikaitkan dengan beberapa teman-temannya
yang

memiliki

hampir

kesamaan

satu

sama

lain.

sebut

saja

kemampuan telepati, ESP, ilham, mimpi, insight dan lain sebagainya.


Inilah

yang

terakadang

membuat

orang-orang

bingung

untuk

mengartikan apa itu intuisi; mana yang harus dibedakan dan mana
yang sama.

11 | P a g e

Menurut Butler (2003), banyak manifestasi tentang kekuatan


intuisi. Beberapa ahli menyebutkan apa-apa saja yang dianggap
teman-teman intuisi. Diantaranya sebagai berikut:
1. Ada yang disebut clairvoyance, yang secara harfiah berarti
melihat dengan jelas, dengan informasi yang datang dalam
bentuk

visual.

Melihat

dengan

mata

kepala,serta

menyaksikan suatu penampakan, termasuk dalam kategori


clairvoyance.

Di

tanah

air

kita,

orang

yang

memiliki

kemampuan seperti ini disebut peramal atau ahli nujum.


2. Ada lagi yang disebut dengan telekinesis atau psychokinesis,
yaitu kemampuan mempengaruhi lingkungan sekitar hanya
dengan pemikiran saja. di sini, kekuatan subyek ibarat
magnet yang menyerap lingkungannya (sebagai obyek).
Telekinesis merupakan ilmu yang dapat dipelajari.
3. Lalu ada lagi yang disebut telepathy atau psi, yaitu
kemampuan untuk berkomunikasi antara pikiran dengan
pikiran.
4. Dan ada lagi yang disebut extra sensory perception (ESP),
yaitu kemampuan menangkap sesuatu yang berada di
daerah yang sangat jauh dan tidak mungkin bisa langsung
ditangkap oleh panca indera. ungkapan yang terkadang
digunakan

untuk

semua

istilah

yang

disebutkan

di

atas.seperti halnya telekinesis dan telepathy, kekuatan


pikiran memainkan peran penting. Kemampuan seseorang
untuk berkonsentrasi, dengan sendirinya, menjadi kunci yang
menjamin keberhasilan.
Al-Quran menyebutkan adanya kemampuan extra sensory
perception, tepatnya yang disebutkan dalam Surah Yuusuf yang
menerangkan bahwa Nabi Yaqub as mencium aroma putranya yang
bernama Yusuf as dari jarak yang cukup jauh, yaitu sebuah jarak yang
masih perlu ditempuh dengan unta selama beberapa hari. Hal itu

12 | P a g e

terjadi ketika kafilah yang membawa baju Nabi Yusuf as beergerak


dari Mesir menuju negeri tempat tinggal Nabi Yaqub as.
Allah Subhanallahu wa Taala berfirman,


Tatkala kafilah itu telah ke luar (dari negeri Mesir) berkata
ayah mereka: Sesungguhnya aku mencium bau Yusuf, Sekiranya
kamu tidak menuduhku lemah akal (tentu kamu membenarkan
aku) QS. Yusuf: 94
Menjadi seseorang yang intuisinya kuat, berarti sadar akan
informasi dengan cara melebihi lima indera itulah kata Sonia
Choquette, penulis buku The Psychic Pathway. Sejenis otak penuh,
cara memberikan gambaran yang lebih jelas dari yang dilihat dengan
mata biasa.
Menurut Asy-Syaikh Muhammad Abduh, ilham merupakan
intuisi yang diyakini oleh jiwa dan tiba-tiba dikuasai tanpa tahu dari
mana datangnya. Selain pada nabi, ilham juga diberikan kepada
manusia. Banyak sekali dalil dari hadits Rasulullah shallallahu alaihi
wa sallam yang menunjukkan bahwa ilham diberikan kepada selain
Nabi. Diriwayatkan dari Abu Said ra bahwa Rasulullah shallallahu
alaihi wa sallam bersabda,

)

(
Takutlah kalian kepada firasat orang mukmin. Karena sesungguhnya
dia melihat dengan cahaya Allah Taala. Kemudian beliau membaca
ayat, Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat
tanda-tanda (kekuasaan Kami) bagi orang-orang yang
memperhatikan tanda-tanda. QS. Al-Hijr: 75.
Yang dimaksud dengan lafadh al-mutawassimun adalah orangorang yang memiliki firasat kuat. Sedangkan firasat itu sendiri
merupakan nur (cahaya) yang diletakkan Allah di dalam hati orang
yang Dia Kehendaki, maka orang itu pun akan mampu menyaksikan
hal-hal yang tidak bisa dilihat oleh orang kebanyakan.

13 | P a g e

Ilham yang berasal dari malaikat mengajak ke arah kebaikan


dan memberikan hidayah ke arah kebenaran. Sementara bisikan
syaithan mengajak pada keburukan dan mendustakan kebenaran.
D. Isyarat Keberadaan Intuisi






Boleh jadi cahaya-cahaya mendatangimu namun menemukan hati
masih dipenuhi dengan hal-hal dunia, maka cahaya-cahaya itu
kembali ke tempat semula
Ibnu Athaillah
Untuk mengetahui realitas, manusia diberikan potensi sebagai
modal untuk mengetahui. Semua modalitas yang dimiliki, diberikan
kepada manusia sesuai dengan realitas yang terdapat dalam alam
mikro (diri manusia) dan makrokosmos (di luar manusia). Realitas
tersebut terentang dari realitas visible hingga yang invisible. Terdapat
realitas inderawi dan realitas suprarasional baik ketika menelaah ke
dalam diri manusia, maupun ketika menelaah di luar diri manusia.
Kedua-duanya memiliki sisi nyata dan sisi rahasia. Pertemuan titik
penelaahan itu memang ada diri manusia karena manusia diciptaan
sebagai khalifah di dunia. Manusia menjadi titik temu kedua alam
(Purwanto:2007).
Syamsuddin Arif (dalam Purwanto: 2007), memaparkan bahwa
pada kenyataanya, pengetahuan manusia berupa pernyataan atau
proporsi. Berdasarkan proporsi itu kita dapat membagi menjadi 4 jenis
pengetahuan, yaitu:
1. Pertama, pengetahuan berupa proporsi atau pernyataan
yang menunjukkan obyek persepsi inderawi (al-hissiyaat)
seperti warna, bau, tekstur, suhu, dan getar suara.
2. Kedua, proporsi yang merujuk pada a priori yang rasional
(al-badiyyaat atau al-aqliyyat), seperti tiga lebih banyak
daripada dua.

14 | P a g e

3. Ketiga, proporsi yang merujuk pada intuisi (al-hadsiyyat),


seperti pengalaman mistik, visi spiritual, dan supranatural
(al-kasyfyyat) sebagaimana yang diberikan kepada para Nabi
dan orang-orang shalih.
4. Keempat, proporsi yang memuat berita wahyu yang didengar
(as-samiyyat), diriwayatkan (al-marwiyyat) atau dinukil (annaqliyyat) berupa informasi (khabar) yang berasal dari
sumber otoratif.
Diriwayatkan

oleh

Ahmad

dari

Abu

Hurairah

ra,

bahwa

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam pernah bersabda:

15 | P a g e

( )


kalau bukan karena syaithan mengerumuni hati anak keturunan
Adam, pasti mereka mampu melihat alam malakuut langit HR. Abu
Hurairah ra
Dari sini bisa kita simpulkan bahwa seseorang bisa melihat
malaikat jika dia menjaga kejernihan hati dan ruh, serta tidak sibuk
dengan urusan dunia sehingga bisa berkonsentrasi ketika berdzikir
kepada Allah Taala, senantiasa mendekatkan diri kepada-Nya, baik
dengan beribadah, bertasbih, dan melantunkan lafadz-lafadz dzikir.
Semua aktifitas yang baru saja disebutkan bisa mengantarkan
seseorang pada kondisi kasyaf sebagaimana yang diterapkan oleh
para kaum shufi. Mereka kaum shufi berpendapat bahwa seseorang
memeiliki kemampuan extra sensory perception yang tidak dimiliki
oleh kebanyakan orang. Dalam kondisi jiwa yang jernih dan bersih,
ruh akan terbebas dari ikatan-ikatan fisik yang menghambatnya
untuk bisa bergerak leluasa. Dalam kondisi seperti itu, ruh akan
mampu melihat dan mendengarkan sesuatu yang sangat jauh dan
mampu menangkap hal-hal yang berada di alam metafisik. Kalau
kebanyakan orang tidak bisa menangkap fenomena metafisik, maka
hal itu tidak lain karena mereka terlalu sibuk dengan hal-hal yang
berbau duniawi (Najati: 2000)
Dari penjelasan ini pulalah dapat ditarik kesimpulan bahwa,
intuisi bukanlah potensi lahiriah atau merupakan bawaan dari lahir.
Seseorang yang lahir ke dunia ini berstatus suci, dan tidak
mengetahui apa-apa sebagaimana. Hal ini tertuang dalam Al-Quran,
Allah Subhanallahu wa Taala berfirman:

dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam Keadaan


tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran,
penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur QS An-Nahl: 78

16 | P a g e

Hati itu terbiasa dengan dua jenis hati, yaitu hati yang menjadi
tempat semayamnya Allah Yang Maha Pengasih dan hati yang
menjadi tempat semayamnya syaithan. Di dalam hati yang pertama,
terdapat

cahaya,

kehidupan,

kesenangan,

kegembiraan,

dan

simpanan-simpanan kebaikan. Sedangkan di dalam hati yang kedua,


terdapat kesempitan, kegelapan, kematian, kegundahan, kesedihan,
dan kekhawatiran (Al-Jauziyyah: 2005).
At-Tirmidzy dan lain-lainnya telah meriwayatkan dari Nabi
Shallallahu alaihi wa Sallam, beliau bersabda, Jika cahaya sudah
masuk ke dalam hati, maka hati itu menjadi luas dan lapang. Para
shahabat

bertanya,

Apa

tandanya

wahai

Rasulullah?

Beliau

menjawab, Menuju ke tempat tinggal yang abadi, meninggalkan


tempat

tinggal

yang

menipu

dan

bersiap-bersiap

menghadapi

kematian sebelum ia datang (Syaikh Al-Albany dalam Al-Jauziyyah:


2005).
E. Bahaya Malfungsi Intuisi
Jika kita menilik ke masa lalu dengan cermat dan teliti
mengenai satu bagian sejarah Islam, maka pastinya kita akan
menemukan bukti tentang bahaya penyalahgunaan intuisi. Ketika
pemaknaan intuisi itu salah, sudah menjadi satu kesalahan, apalagi
jika ditambah dengan penyalagunaan atau malfungsi intuisi itu
sendiri.
Tasawwuf,

suatu

ajaran

yang

kepercayaanya

menyatakan

bahwa pengetahuan kepada kebenaran Allah dapat dicapai dengan


jalan

penglihatan

batin,

renungan

dan

sebagainya.

Tasawwuf

biasanya dkaitkan dengan ilmu suluk, ilmu tarekat,ilmu mistis


(Nirmala: 2003).

Imam Al-Ghazaly mendeskripsikan tentang tawuf

sebagai dua hal, yaitu ketulusan kepada Allah Subhanallahu wa Taala


dan pergaulan yang baik dengan sesama manusia sesuai dengan
syariah dan mereka-mereka itu disebut sebagai sufi. setiap orang
yang rela terhadap penyimpangan Syariah atau dia mengingkarinya,

17 | P a g e

dia bukanlah sufi. jika dia mengaku sebagai sufi, berarti dia telah
berdusta.
Di salah satu pemahaman mengenai tasawwuf sepertinya
mengalami kekeliruan sederhana, namun berdampak besar. Ya,
kekeliruan pemaknaan istilah intuisi yang berakibat pada penggunaan
salahsuai pada intuisi itu sendiri. Kalangan tasawwuf yang sebagian
mereka mengungkapkan hal-hal yang sama sekali tidak dilandasi
syariat, seperti berpedoman hanya kepada dzauq 'rasa' dan intuisi,
bukan kepada syariat. Menurut mereka, orang tidak perlu berpegang
pada apa yang difirmankan oleh Rabbnya, namun yang terpenting
adalah berpedoman pada apa yang dikatakan oleh hatinya. Salah
seorang dari mereka dengan bangga berkata, "Hatiku berkata
kepadaku berdasarkan informasi dari Tuhanku." Karena, ia mengambil
informasi langsung dari "atas". Oleh karena itu, saat dikatakan
kepada salah seorang dari mereka, "Marilah kita membaca kitab
Mushannaf Abdurrazzaq," ia menjawab, "Apa manfaatnya karya
Abdurrazzaq itu bagi orang yang mengambil ilmunya langsung dari
sang Khaliq?" Maksudnya, ia mengambil ilmunya langsung dari Allah
Subhanallahu wa Taala, tanpa melalui perantara!Dari mereka ada
yang berkata, "Kalian mengambil ilmu kalian dari orang yang telah
mati yang mendapatkannya dari orang yang telah mati pula,
sementara kami mengambil ilmu kami dari Zat Yang Maha Hidup,
Yang tidak mati!" Malik dari Nafi dari Ibnu Umar, mereka semua telah
mati; mata rantai riwayat emas ini (seperti dinamakan oleh para ahli
hadits) bagi kalangan tasawwuf dipandang sebagi mata rantai
karatan yang tidak bermanfaat sama sekali (Efendi dalam Hadits Web
3.0).
Hal ini sesuai dengan apa yang tertulis dalam buku Pengantar
Pola Pikir Ilmiah Islami (2002), bahwa penemuan kebenaran secara
intuisi diperoleh secara cepat sekali melalui proses luar sadar tanpa
menggunakan penalaran dan proses berfikir, atau melalui suatu

18 | P a g e

renungan. Kebenaran yang diperoleh secara intuisi sukar dapat


dipercaya, bagaimana orang dapat mengetahui bahwa itu benar.
Inilah salah satu fakta bagaimana intuisi berakibat jika berada
pada tempat dan pemaknaan yang salah. Bahaya malfungsi intuisi
dapat berakibat buruk, membawa pada kerugian, ketidaktahuan,
keburukan, bahkan dapat mengarah pada jalan yang salah dan sesa.
Naudzubillahi min dzalik wa naudzu biKa min syarri maa shanana.


Ada cahaya yang hanya diizinkan Allah untuk sampai ke hati,
dan ada pula cahaya yang diizinkan Allah untuk masuk ke
hati Ibnu Athaillah

19 | P a g e

BAGIAN 3
PENUTUP
A. Kesimpulan
Intuisi merupakan sesuatu yang layak untuk diperbincangkan
dan dibahas. Apa dan bagaimana intuisi berwujud, berada, dan bereksistensi menjadi pintu awal mempelajari intuisi. Intuisi yang bersifat
non-ilmiah dan non-empiris bukanlah sebagai penghalang untuk
mempelajari dan mengetahuinya secara rasional dan logis.
Dari

penjelasan mengenai intuisi yang telah dipaparkan,

mungkin memang tidak membahas secara keseluruhan dan detail


mengenai intuisi itu sendiri. Namun, semoga apa yang telah
disampaikan dapat memberi manfaat pengetahuan dan pemahaman.
Amin.
B. Saran
Seberapa

pun

ilmu

yang

banyak

diketahui

tak

kan

menghilangkan batas. Begitu pula dengan kemampuan dan akal


manusia yang terbatas meskipun salah satu alasan mengapa manusia
diciptakan adalah untuk menjadi khaliah di muka bumi. Batas
tersebutlah yang menjadi peluang penerimaan saran dan evaluasi
untuk menjadi lebih baik dan baik lagi. Manusia memanglah tidak
sempurna, namun bukan berarti manusia harus bertumpu pada
ketidaksempurnaan dan keterbatasan.
Dengan segala keterbatasan yang ada, semoga tulisan ini tetap
dapat bermanfaat dan berguna untuk dikaji maupun sekedar dibaca.
Segala kekurangan yang ada berasal dari penulis sendiri dan
kelebihannya semata-mata hanyalah karena Allah Subhanallahu wa
Taala.

20 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai