1.
Protozoa dan Porifera tidak memiliki sistem saraf. Setiap sel penyusun tubuh hewan tersebut
mampu mengadakan reaksi terhadap stimulus yang diterima dan tidak ada koordinasi antara satu
sel dengan sel tubuh lainnya. Hewan bersel satu seperti Amoeba dan Paramaecium meskipun
tidak mempunyai urat saraf tapi protoplasmanya dapat melakukan segala kegiatan sebagai
mahkluk hidup seperti iritabilitas, bergerak dan penyesuaian diri terhadap linngkungannya.
1.
terletak diantara epidermis (ektoderm) dan gastrodermis (endoderm) terdapat sistem saraf diffus
karena sel-sel saraf masih tersebar saling berhubungan satu sama lain menyerupai jala yang
disebut saraf jala. Sistem saraf ini terdiri atas sel-sel saraf berkutub satu, berkutub dua, dan
berkutub banyak yang membentuk sistem yang saling berhubungan seperti jala. Meskipun
demikian impuls dari satu sel ke sel yang lainnya lewat melalui sinaps.
2.
saraf tersusun dalam bentuk cincin saraf sekeliling rongga mulut dan mempunyai cabang ke tiap
lengan, tetapi susunan saraf didalamnya masih diffus seperti jala dan belum ada pengelompokan
dalam ganglion. Sel-sel saraf berhubungan (innervasi) dengan kaki pembuluh, duri dan lain-lain.
Meskipun sistem saraf Echinodermata masih diffus seperti pada Coelenterata, namun
sistem sarafnya sudah mempunyai struktur tertentu dan fungsinya sudah lebih maju. Terdapat sel
saraf motorik, sel saraf sensorik dan telah ada refleks. Misalnya pada bintang laut, terdapat
cincin saraf dalam cakram. Pada tiap penjuluran tubuhnya terdapat saraf radial pada sisi ventral.
Saraf ini bercabang-cabang halus banyak sekali. Tiap saraf radial berakhir sebagai sebuah mata
pada tiap penjuluran tubuh.
3.
cacing pipih terkonsentrasi menjadi sebuah ganglion dengan dua lobus di bagian muka yang
disebut dengan ganglion kepala atau otak primitif. Dari ganglion kepala terdapat dua tali saraf
memanjang ke belakang tubuhnya membentuk seperti tangga. Karena itu disebut saraf tangga
tali. Sistem saraf tepi terdiri atas saraf-saraf yang tersusun secara transversal atau melintang yang
menghubungkan tali saraf dengan saraf-saraf yang lebih kecil yang terletak tersebar di semua
bagian tubuh. Ganglion kepala mempunyai peran sebagai pusat sensoris yang menerima impuls
dari titik mata dan reseptor lainnya pada kepala. Ganglion kepala tidak mempunyai peran untuk
mengkoordinasi aktifitas otot.
4.
Perkembangan yang kompleks pada otak arthropoda sangat berbeda dari spesies ke spesies.
Namun pada dasarnya mempunyai tiga bagian yaitu protoserebrum, deuteroserebrum dan
tritoserebrum. Pada arthropoda otak merupakan stasiun relay sensorik dan mempunyai pengaruh
untuk mengontrol ganglia segmental yang lebih rendah seperti pada toraks dan abdomen.
Ganglia segmental pada hewan ini merupakan pusat refleks lokal. Laba-laba mempunyai
ganglion-ganglion ventral bersatu dengan ganglion dorsal, dan membentuk sebuah massa saraf
yang ditembus oleh esofagus dan mengeluarkan banyak cabang. Ganglion dorsal itu sering
disebut otak. Alat perasa yang pokok berupa 8 buah mata sederhana.
Pada udang (kelas Crustaceae) terdapat otak di sebuah dorsal, dengan dua buah
penghubung sirkumesofageal dan sebuah rantai ganglion-ganglion di sebelah ventral. Ganglion
ventral pertama besar berhubungan dengan beberapa persatuan ganglion. Saraf bercabang dari
otak dan korda ventral. Adapun belalang (kelas Insecta) mempunyai sebuah otak dorsal atau
juga disebut ganglion serebral yang bilobus. Otak dorsal itu disatukan dengan korda ventral oleh
dua penghubung sikumesofageal. Dalam korda ventral terdapat 3 buah ganglion toraksis dan 5
buah ganglion abdominalis. Cabang-cabang saraf keluar dari sistem saraf sentral.
5.
Pada hewan Polychaeta terdapat ganglion serebral atau ganglion supraesofageal dapat juga
disebut sebagai otak yang terletak di sebelah dorsal kepala. Ganglion supraesofageal itu
dihubungkan dengan ganglion subesofageal oleh 2 buah saraf sirkumesofageal. Dari ganglion
subesofageal itu mengalir ke belakang sebatang saraf ventral. Dalam setiap metamer atau
segmen batang saraf ventral itu membuat tonjolan sebagai segmen ganglion. Batang saraf ventral
bercabang-cabang
lateral.
Palpus dan tentakel pada hewan ini merupakan indra yang menerima saraf dari ganglion
supraesofageal. Terdapat mata sederhana sebanyak 4 buah. Mata sederhana itu terdiri dari
kornea, lensa, dan retina sehingga analog dengan mata pada vertebrata.
Sistem saraf pada Oligochaeta berupa sebuah ranting ganglion ventral, tiap segmen dengan
satu rantai, mulai dari segmen ke-4. di samping itu ada ganglion suprafaringeal anterior yang
juga disebut otak yang terletak dalam segmen ke-3. tali korda saraf di sekitar faring
menghubungkan otak dengan ganglion ventral pertama. Dalam tiap metamer terdapat 3 pasang
saraf yang berasal dari tali saraf ventral tersebut. Di dalam kulit cacing tanah terdapat organorgan sensoris yang sensitive terhadap sentuhan dan cahaya.
Pada cacing tanah sudah mempunyai perkembangan sistem saraf yang lebih maju yaitu
telah terbentuknya ganglia yang segmental sepanjang tubuhnya. Ganglion supraoesofagus yang
disebut juga otak fungsinya masih tetap sebagai sebuah stasiun relay sensoris dari reseptor yang
peka terhadap cahaya, sentuhan, dan zat kimia pada permukaan tubuh disekitarnya (bagian
muka). Hewan ini mempunyai ganglion pada tiap ruas tubuhnya. Ganglia segmental tersebut
dihubungkan dengan tali saraf ventral. Tiap ganglion mempunyai fungsi sebagai pusat yang
menerima impuls dari saraf sensorik dari reseptor kulit yang ada disekitarnya. Selain itu terdapat
serabut saraf berukuran besar yang menyebabkan otot longitudinal pada semua ruas berkontraksi
bersama-sama.
6.
dari faring dan bukal), saraf kaki, saraf jeroan. Saraf-saraf dari ganglia itu melanjut keseluruh
sistem organ.
Pada gastropoda, serebral atau ganglion suboeofagus mempunyai peran untuk mengontrol
ganglia yang lebih bawah. Aktifitas refleks atau gerakan pada hewan ini dikontrol oleh aktifitas 4
pasang ganglion yaitu ganglia serebral, pedal, pleural, dan viseral. Pada Cephalopoda (cumucumi, gurita) terdapat otak yang kompleks karena adanya penggabungan berbagai ganglia yang
letaknya mengelilingi oesofagus. Karena itu otaknya mempunyai bagian supraoesofagus dan
suboesofagus. Pada bagian suboesofagus terdapat pusat pernafasan untuk inspirasi dan ekspirasi.
Selain itu terdapat pula bagian yang termasuk ganglia pedal dan branchial yang mengontrol
lengan dan tentakel. Sedangkan bagian otak supraoesofagus berisi pusat motorik, pusat sensorik
utama yang berupa lobus untuk pembau, dan kompleks dorsal vertikal.
bersel
satu
bernafas
melalui
seluruh
permukaan
tubuhnya.
Pada saat hewan ini bernafas, oksigen (O2) masuk dan karbondioksida (CO2) keluar melalui
permukaan tubuh secara difusi, yaitu O2 masuk dan CO2 keluar dengan cara menembus dinding
sel yang tipis. Contoh hewan bersel satu adalah Amuba, Euglena dan Paramaecium.
2. Porifera
Porifera bernapas dengan cara memasukkan air melalui pori-pori (ostium) yang terdapat
pada seluruh permukaan tubuhnya, masuk ke dalam rongga spongocoel. Proses pernapasan
selanjutnya dilakukan oleh sel leher (koanosit), yaitu sel yang berbatasan langsung dengan
rongga spongocoel.
Aliran air yang masuk melalui ostium menuju rongga spongocoel membawa oksigen
sekaligus zat-zat makanan. Pengikatan O2 dan pelepasan CO2 dilakukan oleh sel leher
(koanosit). Selain melakukan fungsi pernapasan, sel leher sekaligus melakukan proses
pencernaan dan sirkulasi zat makanan. Selanjutnya, air keluar melalui oskulum.
3. Cacing (Vermes)
Sebagian besar Vermes bernapas menggunakan permukaan tubuhnya, misalnya anggota
filum Platyhelminthes yaitu Planaria dan anggota filum Annelida yaitu cacing tanah (Pheretima
sp.). Namun, pada beberapa Annelida bernapas dengan insang, misalnya Annelida yang hidup di
air yaitu Polychaeta (golongan cacing berambut banyak) ini bernapas menggunakan sepasang
porapodia yang berubah menjadi insang.
Pada Planaria, O2 yang terlarut di dalam air berdifusi melalui permukaan tubuhnya. Demikian
juga dengan pengeluaran CO2. Pada cacing tanah, O2 berdifusi melalui permukaan tubuhnya
yang basah, tipis, dan memiliki pembuluh-pembuluh darah. Selanjutnya, O2 diedarkan ke
seluruh tubuh oleh sistem peredaran darah. CO2 sebagai sisa pernapasan dikeluarkan dari
jaringan oleh pembuluh darah, kemudian keluar melalui permukaan tubuh secara difusi.
4. MOLUSCCA
Hewan bertubuh lunak (Mollusca) yang hidup di air, seperti siput, cumi-cumi, dan kerang
(Bivalvia) bernapas menggunakan insang. Aliran air masuk ke dalam insang dan terjadi
pertukaran udara dalam lamela insang. Mollusca yang hidup di darat, seperti siput darat (bekicot)
bernapas menggunakan paru-paru.
5. Kalajengking dan Laba-laba
Kalajengking dan laba-laba besar (Arachnida) yang hidup di darat memiliki alat
pernapasan berupa paru-paru buku, sedangkan jika hidup di air bernapas dengan insang buku.
Paru-paru buku memiliki gulungan yang berasal dari invaginasi perut. Masing-masing paru-paru
buku ini memiliki lembaran-lembaran tipis (lamela) yang tersusun berjajar. Paruparu buku ini
juga memiliki spirakel tempat masuknya oksigen dari luar.
Keluar masuknya udara disebabkan oleh gerakan otot yang terjadi secara teratur.
Baik insang buku maupun paru-paru buku keduanya mempunyai fungsi yang sama seperti fungsi
paru-paru pada vertebrata.
6. Serangga
Serangga termasuk hewan berbuku-buku. Sebagian besar serangga hidup di darat. Contoh
serangga adalah jangkrik, kupu-kupu, belalang, nyamuk, lalat, semut, laron, kecoak, dll. Alat
pernafasan serangga yang hidup di darat berbeda dengan serangga yang hidup di air. Pada
serangga yang hidup di air, misalnya jentik-jentik nyamuk mempunyai alat bantu pernafasan,
yaitu tabung pernafasan yang menghubungkan dengan trakhea.
Corong hawa (trakhea) adalah alat pernapasan yang dimiliki oleh serangga dan arthropoda
lainnya. Trakhea adalah suatu sistem alat pernafasan yang terdiri atas pembuluh-pembuluh yang
bercabang-cabang ke seluruh tubuh. Cabang-cabang ini bermuara di stigma (spirakel). Stigma
merupakan lubang keluar masuknya udara. Pada trakhea terdapat kantong udara kantong hawa,
yang berfungsi menyimpan udara yang masuk untuk sementara waktu.
Pembuluh trakhea bermuara pada lubang kecil yang ada di kerangka luar (eksoskeleton)
yang disebut spirakel. Spirakel berbentuk pembuluh silindris yang berlapis zat kitin, dan terletak
berpasangan pada setiap segmen tubuh. Spirakel mempunyai katup yang dikontrol oleh otot
sehingga membuka dan menutupnya spirakel terjadi secara teratur. Pada umumnya spirakel
terbuka selama serangga terbang, dan tertutup saat serangga beristirahat.
Oksigen dari luar masuk lewat spirakel. Kemudian udara dari spirakel menuju pembuluhpembuluh trakhea dan selanjutnya pembuluh trakhea bercabang lagi menjadi cabang halus yang
disebut trakeolus sehingga dapat mencapai seluruh jaringan dan alat tubuh bagian dalam.
Trakeolus tidak berlapis kitin, berisi cairan, dan dibentuk oleh sel yang disebut trakeoblas.
Pertukaran gas terjadi antara trakeolus dengan sel-sel tubuh. Trakeolus ini mempunyai fungsi
yang sama dengan kapiler pada sistem pengangkutan (transportasi) pada vertebrata.
Jika otot perut belalang berkontraksi maka trakea mexrupih sehingga udara kaya CO2
keluar. Sebaliknya, jika otot perut belalang berelaksasi maka trakea kembali pada volume semula
sehingga tekanan udara menjadi lebih kecil dibandingkan tekanan di luar sebagai akibatnya
udara di luar yang kaya O2 masuk ke trakhea.
Sistem trakhea berfungsi mengangkut O2 dan mengedarkannya ke seluruh tubuh, dan
sebaliknya mengangkut CO2 basil respirasi untuk dikeluarkan dari tubuh. Dengan demikian,
darah pada serangga hanya berfungsi mengangkut sari makanan dan bukan untuk mengangkut
gas pernapasan.
Di bagian ujung trakeolus terdapat cairan sehingga udara mudah berdifusi ke jaringan.
Pada serangga air seperti jentik nyamuk udara diperoleh dengan menjulurkan tabung pernapasan
ke permukaan air untuk mengambil udara.
Serangga air tertentu mempunyai gelembung udara sehingga dapat menyelam di air dalam
waktu lama. Misalnya, kepik Notonecta sp. mempunyai gelembung udara di organ yang