Reti No Blast Oma
Reti No Blast Oma
Reti No Blast Oma
Pendahuluan: Retinoblastoma (RB) adalah tumor yang sering terjadi pada sel-sel
retina bayi dan anak prasekolah. Tumor berasal dari mutasi gen yang menekan gen
RB yang terletak pada kromosom 13. Faktor-faktor yang diduga memiliki
kontribusi berkembangnya penyakit ini yaitu gaya hidup,usia dan keturunan. RB
muncul satu dari 15.000-20.000 kelahiran hidup dengan predisposisi laki-laki
sama dengan perempuan.
Pembahasan: Diagnosis RB ditegakkan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik
dan pemeriksaan penunjang. Keluhan yang paling khas pada RB yaitu leukokoria,
strabismus, dan rasa panas, inflamasi pada ocular. Pemeriksaan fisik yang
dilakukan yaitu pemeriksaan pupil dan pemeriksaan mata posterior. Pemeriksaan
penunjang untuk menegakkan diagnosis RB yaitu USG mata, CT-Scan, MRI dan
Funduskopi. Diagnosis Banding RB yaitu pseudoRB, persisten hyperplastic
primary vitreous, penyakit coats dan presumed ocular toxocariasis. Beberapa
klasifikasi telah dikembangkan secara khusus untuk RB intraokuler antara lain
klasifikasi The Reese-Ellsworth dan klasifikasi baru dari International
Classification of RB (ICRB). Penanganan RB pada anak bergantung pada kondisi
pasien antara lain dengan kemoterapi sistemik, krioterapi atau fotokoagulasi,
kemoreduksi dan enukleasi.
Penutup: Pencegahan RB masih belum diketahui namun bisa dilakukan tes
genetik dan pemeriksaan mata sedini mungkin.
Kata kunci : Retinoblastoma (RB), Leukokoria, ICRB Kemoterapi
PENDAHULUAN
Retinoblastoma (RB) adalah tumor yang disebabkan oleh faktor genetis yang yang
sering terjadi pada sel-sel retina bayi dan anak usia prasekolah. Tumor berasal dari
mutasi gen yang menekan gen RB yang terletak pada kromosom 13. Kromosom
ini mengkode protein yang bertindak sebagai anti-onkogen atau
anti-tumor,
dimana mutasi kedua alel gen ini menyebabkan tumorogenesis. Hilangnya alel
dapat terjadi segera setelah pembuahan, sehingga mutasi germinal akan ada pada
setiap sel berikutnya. Mutasi germinal biasanya menghasilkan tumor tunggal atau
bilateral. Kasus bilateral biasanya terjadi pada usia yang lebih muda (satu tahun
atau kurang). Sedangkan, kasus unilateral biasanya muncul sekitar tahun kedua.
Kehadiran mutasi germinal, di mana protein RB tidak ada di setiap sel membuat
individu rentan terhadap radiasi tumorogenesis, khususnya sarkoma. Telah lama
ditemukan bahwa anak-anak dengan RB bilateral memiliki peningkatan lima kali
lipat dalam risiko neoplasma ganas (Deegan,2012,p.1).
Faktor-faktor yang diduga memiliki kontribusi terhadap berkembangnya
penyakit diantaranya: (1) gaya hidup, antara lain berat badan, aktivitas fisik, diet,
dan merokok yang berperan besar pada penderita dewasa. Namun, faktor-faktor
tersebut memerlukan paparan dalam jangka waktu yang lama sebelum menjadi
faktor risiko. (2) Usia, kebanyakan anak-anak didiagnosis menderita RB saat
berusia 3 tahun ke bawah. Kongenital / RB herediter biasanya ditemukan pada
tahun pertama masa kehidupan, sedangkan non-RB herediter biasanya didiagnosis
pada usia 1-2 tahun. RB jarang ditemui pada dewasa, (3) Keturunan, 25% anak
yang lahir dengan mutasi gen yang didapat dari orang tuanya. Anak yang lahir
dengan mutasi gen RB biasanya mengalami RB di kedua matanya (bilateral RB)
dan sering mengalami beberapa tumor mata (multifokal RB). RB merupakan
kasus kanker intraokuler terbanyak yang menyerang anak-anak. RB muncul satu
dari 15.000-20.000 kelahiran hidup. Predisposisi laki-laki sama dengan
perempuan dengan kesempatan yang sama pada mata kanan maupun mata kiri.
Secara keseluruhan, 9 dari 10 penderita dapat ditangani, dimana 1 pasien tidak
tertangani karena kanker telah menyebar ke luar mata (Shield et al, 2004, p. 1-3).
Ditinjau dari RB yang merupakan salah satu kasus karsinoma terbanyak
yang menyerang anak-anak di bawah tiga tahun, maka dirasa perlu untuk
melakukan telaah lebih jauh mengenai, diagnosis klasifikasi klinis, dan
penatalaksanaan dari peyakit ini.
PEMBAHASAN
Diagnosis
Dalam mendiagnosis RB dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.
Anamnesis
1. Keluhan utama : keluhan yang paling khas pada RB adalah leukocoria,
striabismus (mata juling), dan rasa panas pada mata sebagai salah satu
tanda terjadinya inflamasi pada okular. Kemudian, ada beberapa keluhan
yang jarang seperti heterochromia, iris rubeosis, hypopyon, hyphema,
glaucoma, selulitis orbital (Zhang, 2012,p.627-628).
2. Riwayat penyakit keluarga : penyakit RB dengan riwayat keluarga
biasanya terlihat saat umur 4 bulan (Zhang, 2012,p.627-628).
Pemeriksaan fisik
2
1. Pemeriksaan pupil
Dimana pada mata normal pupil akan berwarna merah, namun pada RB
terlihat pupil berwarna putih (Leukocoria) (Zhang, 2012,p.627-628).
2. Pemeriksaan mata posterior
Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat masa tumor pada retina dengan
menggunakan oftalmoscope dan dilakukan di ruangan gelap
(Zhang,
2012,p.627-628).
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang untuk RB didasarkan pada anamnesis dan pemeriksaan
fisik. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah USG mata, CT-Scan,
MRI, dan Funduscopy (Chintagumpala, Cheves-Barrios, Paysse, Plon, Hurwits,
2007,p. 1237-1242).
Pemeriksaan USG mata dapat dilakukan untuk mengidentifikasi adanya
masa intraokular, namun kurang sensitif dibandingkan CT-Scan. Pemeriksaan CTScan merupakan pemeriksaan yang ideal untuk mendiagnosis RB karena dapat
mengidentifikasi adanya kalsifikasi pada masa tumor. Namun, pemeriksaan ini
meningkatkan risiko kanker pada bayi karena adanya paparan radiasi.
Pemeriksaan MRI, merupakan yang paling sensitif dalam mengidentifikasi masa
tumor pada penyakit ini karena dapat memperlihatkan gambaran hingga saraf
optik dan area pineal, namun pemerikasaan MRI tidak dapat mendeteksi adanya
kalsifikasi. Pemeriksaan MRI diikuti dengan pemeriksaan sitologi pada cairan
serebrospinal dapat dilakukan jika dicurigai adanya metastase (Chintagumpala,
Cheves-Barrios, Paysse, Plon, Hurwits, 2007,p.1237-1242).
Selain pemeriksaan radiologi seperti yang telah disebutkan diatas,
pemeriksaan lainnya adalah biopsi. Biopsi dilakukan dengan mengambil sedikit
masa tumor kemudian dilanjutkan dengan pemeriksaan secara histopatologis.
Namun, pemeriksaan ini memiliki risiko yang tinggi karena dapat meningkatkan
penyebaran tumor ke area sekitarnya sehingga sangat jarang digunakan (Shield
dan Shield, 2004,p.320-321)
Diagnosis Banding
Banyak penyakit memiliki karakteristik yang hampir serupa dengan RB. Penyakit
lain dengan karakteristik serupa dengan RB disebut pseudoRB. Adapun 3
penyakit yang paling identik dengan RB yaitu persisten hyperplastic primary
vitreous, penyakit coats, dan presumed ocular toxocariasis (Kiss, Leiderman, dan
Mukai, 2008). Peristen hyperplastic primary vitreous (PHPV) merupakan
penyakit kelainan pembentukan pembuluh darah mata pada masa embrional dan
bukan merupakan penyakit herediter. Penyakit ini memiliki keluhan yang mirip
dengan RB yaitu leukokoria, dan strabismus (Sun, Kao, dan Kuo, 2003). Selain
itu, penyakit coats selalu memperlihatkan gambaran yang unilateral dan lebih
sering menyerang anak laki-laki. Sedangkan, ocular toxocariasis dapat
memberikan gambaran leukokoria (Kanski dan Bowling, 2011, p.513-516).
Klasifikasi
Terdapat 4 klasifikasi klinis pada RB yaitu : intraokular, regional, sistem saraf
pusat, dan hematogen. Beberapa klasifikasi telah dikembangkan secara khusus
untuk RB intraokular. Klasifikasi The Reese-Ellsworth telah dikembangkan sejak
tahun 1963 didasarkan pada stadium tumor intraocular dan prognosis setelah
pemberian sinar radiasi eksternal. Sistem ini membagi mata berdasarkan lokasi
dan ukuran tumor dengan mempergunakan oftalmoskopi. Dalam pembagiannya
dibagi menjadi 5 kelompok (I sampai V) dan 10 sub kelompok ( a dan b untuk
setiap kelompok). Kelompok I terdiri dari mata dengan resiko rendah dari
enukleasi dan kelompok V dengan resiko paling tinggi. Pada klasifikasi ReeseEllsworth penggunaan external beam radiotherapy (EBRT) adalah pengobatan
paling populer untuk RB. Tetapi pada Peripheral RB, multifokal tumor dan tumor
yang lebih besar akan lebih sulit mengobatinya dengan EBRT dari pada tumor
yang lebih kecil dan tumor tunggal. (Kiss et al, 2008, p. 138)
Selama 10 tahun terahir pengobatan untuk RB sudah banyak berubah.
Dalam upaya menghindari penggunaan EBRT yang dapat mengakibatkan cacat
yang cukup besar dan meningkatkan risiko mengembangkan kanker tambahan.
Sebagian besar rujukan untuk penyakit RB telah menggunakan kemoterapi
sistemik dan perawatan fokal seperti laser fotokoagulasi dan cryotherapy sebagai
modalitas pengobatan primer (Kiss et al, 2008, p. 139).
Pada tahun 2003, sistem klasifikasi baru untuk RB intraocular telah
dikembangkan. International Classification of RB (ICRB) lebih menekankan pada
penanganan klinis untuk memilih metode penanganan yang paling cocok dan
Group
A
Subgroup Fokalisasi
A
Tumor Kecil
Manifestasi Klinis
RB dengan ukuran 3mm
Larger tumor
Macula
Macular RB
( 3mm menuju foveola)
Juxtapapillary RB
( 1.5mm to disc)
Cairan bening subretinal 3 mm dari
margin
Juxtapapillary
Subretinal fluid
C
C1
Sebaran fokal
Subretinal
3mm dari RB
C2
Vitreous
3mm dari RB
C3
D
Diffuse
D1
D2
D3
RB yang meluas
Penatalaksanaan
Penanganan RB pada anak bergantung pada kondisi penyakit pasien, risiko untuk
kanker sekunder, status sistemik, ukuran dan lokasi tumor, prognosis dan respon
terhadap penanganan. Hal yang paling penting dalam merencanakan penanganan
adalah daya tahan anak, diikuti dengan salvage of the globe, dan terakhir
pemeliharaan fungsi visual (Kiss, 2008,p.142).
fokal
seperti
fotokoagulasi,
termoterapi,
krioterapi,
atau
sekitar 1% dari kasus. Pada dasar (basis) dari mata yang paling parah, hanya
pasien grup A yang ditangani dengan laser atau krioterapi, pasien grup B atau C
ditangani dengan kemoreduksi diikuti dengan konsolidasi fokal, pasien grup D
menerima kemoreduksi, konsolidasi fokal, dan carboplatin subkonjungtival atau
subtenon, radioterapi proton atau enukleasi, serta pasien grup E diterapi dengan
enukleasi. Apabila kedua mata sama-sama parah (keduanya grup E), pasien
ditangani dengan kemoreduksi, carboplatin subkonjungtival atau subtenon, dan
radioterapi proton (Kiss, 2008,p.143).
Komplikasi yang paling sering dari kemoreduksi adalah kekambuhan
tumor pada subretinal atau vitreous body. Angka kekambuhan tumor paling tinggi
adalah pada RB yang terletak di makula dan pada RB yang tebal dan besar. Pada
beberapa kasus, kekambuhan tumor dapat ditangani dengan krioterapi atau
radioterapi plak (Kiss, 2008,p.144).
Pasien dengan RB herediter juga bisa mengembangkan tumor baru selama
atau setelah kemoterapi. Interval rata-rata untuk perkembangan tumor baru adalah
5 bulan setelah kemoreduksi awal. Oleh karena itu, anak dengan RB yang
ditangani dengan kemoreduksi dan konsolidasi fokal harus dipantau secara rutin
untuk mendeteksi adanya kekambuhan maupun tumor baru (Kiss, 2008,p.144).
Unilateral
Krioterapi
fotokoagulasi
Vincristine, carboplatin
etoposide
plus
termoterapi/krioterapi
dan
carboplatin
subkonjungtival
atau
enukleasi
Vincristine, carboplatin
etoposide
plus
termoterapi/krioterapi
dan
carboplatin
subkonjungtival
Enukleasi
10
Konseling genetik
DAFTAR PUSTAKA
Chintagumpala, M, Cheves-Barrios, P, Paysse, A, Plon, S.E., Hurwitz, R (2007).
RB: Review of Current Management. NCBI. [online] 12(10)p. 1237-1242.
Available
from:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/17962617
[Accessed: 23 September 2014]
Deegan William. (2012) RB : A Review of Current Treatment Strategies. Journal
of Ophthalmic Prosthetics. [online] p.1-6. Available from :
http://artificialeyeclinic.com/2_Deegan.pdf [Accessed : 24 September
2014]
11
12