Anda di halaman 1dari 81

ATONIA UTERI EC HPP PADA P1A0 DENGAN

SYOK HIVOPOLEMIK DAN IMPENDING DIC

OLEH :
AHMAD SUHEIL PULUNGAN
PEMBIMBING :
dr. ADI NUGROHO SP.An

IDENTITAS PASIEN

Nama pasien : Ny. I


Umur : 22 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Kp. Sekarwangi Rt/Rw 005/007
Neglasari. Tangerang
Pekerjaan : IRT
Status perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Suku : Sunda
MRS : 31 Desember 2014
Tanggal pemeriksaan : 2 Januari 2015

Kel.

ANAMNESIS
Keluhan Utama
Pasien mengeluh mules-mules dan keluar
lendir darah dari jalan lahir.

Riwayat Penyakit Sekarang


Seorang wanita usia 22 tahun datang membawa surat
rujukan dari RB Bunda dengan G2P1A0 Hamil aterm dengan
kala II tak maju. Menurut pangakuan bidan pasien sudah
dipimpin meneran selama 2 jam dan tidak ada kemajuan.
Pasien merasakan mules-mules sejak 9 jam SMRS. Mules
dirasakan semakin lama semakin sering dan menjalar ke
kedua pinggang, keluar air dari jalin lahir disangkal. Pasien
kemudian merasa keluar lendir darah dari kemaluan sejak 5
jam SMRS sehingga pasien datang berobat ke RB Bunda.
Pasien mengaku setelah bukaan lengkap 3 jam SMRS
pasien dipimpin bidan untuk meneran. Oleh bidan karena
tidak ada kemajuan persalinan pasien di rujuk ke RS Sari
Asih Ar-rahmah.

Riwayat

Riwayat Menstruasi

Riwayat Kehamilan sekarang


HPHT
TTP
ANC

: 30 April 2014
: 07 Januari 2015
: Teratur, frekuensi 7
kali di bidan
Pada saat kontrol kehamilan os. Pernah
mendapatkan 1x imunisasi TT pada usia
kehamilan 7 bulan.
Keluhan : Pada saat kontrol kehamilan
tidak ada keluhan.

Riwayat Kehamilan dan Persalinan


Hami
l ke

Tang
gal
lahir
anak

Jenis Penyuli
Persa t/
linan Kompli
kasi

Peno BB. Kead


long Lah aan
ir
anak

Masa
nifas

Riwayat Ginekologi

PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan umum : tampak sakit sedang,


Kesadaran : compos mentis, E4 V5 M6
Vital Sign
:
Tekanan darah : 110/70 mmHg (berbaring,
pada lengan kanan)
Nadi
: 80 x/menit (isi dan tegangan
cukup), irama reguler
Respiratory rate: 20 x/menit
Suhu
: 36,5 0C per aksiler

Kulit
Warna sawo matang, turgor kembali cepat, ikterus pada kulit
(-), scar umum (+), pucat pada telapak tangan dan kaki (-),
pertumbuhan rambut normal, sianosis (-).

Kelenjar Getah Bening


Tidak ada pembesaran KGB pada aksila, leher, inguinal, leher,
submandibula dan supraklavikula.

Kepala
Normosefali, bentuk oval, simetris, deformitas (-), ekspresi
tampak sakit sedang.

Mata
Edema palpebra (-), konjungtiva palpebra pucat (-), sklera
ikterik (-).

Thorax
PARU
Inspeksi : Simetris (+/+), retraksi (-/-),
Ekspirasi memanjang
Palpasi : ketinggalan gerak (-/-)
fremitus N

Normal

Normal

Normal

Normal

Normal

Normal

Perkusi
sonor

sonor

sonor

sonor

sonor

sonor

Vesikuler

Auskultasi
Vesikuler
Vesikuler

Vesikuler
Vesikuler
Vesikuler

Inspeksi

Ictus cordis tidak


tampak

Palpasi

Ictus cordis tidak


kuat angkat.
Pada SIC V
midclavicula sin

Ka-atas: SIC III


parasternal dex
Ka-bawah: SIC IV
Perkusi
parasternal dex
batas
Ki atas: SIC III
jantung
parasternal sin
Ki bawah: SIC V
midclavicula sin
Bunyi jantung I-II
reguler
Auskultasi
Bising jantung(-)

Status obstetri

tinggi fundus

Pemeriksaan Leopold

Pemeriksaan Luar

DIAGNOSIS SAAT DATANG


G1P0A0 hamil aterm JTH presentasi kepala
inpartu kala II tak maju

RIWAYAT DI VK
Tanggal

31/12/14
09:47

Mules-mules

TFU 4 jari
dibawah PX,
preskep, DJJ
152x/mnt, His
4x1040
Vagina oedem vt
bukaan lengkap,
ket (-), kep H IIIIV teraba caput

G1P0A0

Partus spontan

Observasi
perdarahan 50
cc, kontraksi
uterus baik
setinggi pusat
TD : 110/70
N : 80x/mnt T :
36,7 rr : 18x/mnt

P1A0 post partus


spontan

Observasi ttv /15


mnt 1 jam
pertama
selanjutnya tiap
30 menit selama
jam kedua
persalinan

10:15

10.30

Perdarahan 30 cc, uterus


setiggi pusat
Kontraksi baik
TD: 112/67 N : 80x/mnt, T :
36
RR : 20x/mnt

10.45

Perdarahan 30 cc, kontraksi


uterus baik 2 jari dibawah
pusat,
TD: 103/77 N : 85x/mnt, T :
36
RR : 24x/mnt

11.00

Perdarahan 50 cc kontraksi
baik uterus 2 jari dibawah
pusat
TD 104/81
N : 90x/mnt
T : 36,7 Rr : 18x/mnt

11.30

Perdarahan 50cc, kontraksi


uterus baik 2 jari dibwah pusat
TD 112/78
N : 98x/mnt
T : 36, Rr : 20x/mnt

12.00

Perdarah 30cc, kontraksi baik


2 jari dibawah pusat
TD 100/63
N : 87x/mnt
T : 36, Rr : 22x/mnt

P1A0 post partus


spontan

13.00

Lemas

Kesadaran CM
TD : 100/68
N : 82x/mnt
Rr 18x/mnt
TFU setinggi pusat
Kontraksi lembek
perdarahan stocel
400 cc
Inspkulo Tidak
terdapat robekan

13.30

Lemas

Kesadaran CM
TD : 90/58
N : 102x/mnt
Rr :24 X/mnt
T : 36
Perdarahan 100 cc

13.35

TD : 90/60
N : 102x/mnt
Rr : 24x/mnt
T : 36
Perdarahan 100 cc

13.45

TD : 90/60
N : 135x/mnt
Rr 20x/mnt

Atonia uteri ec
HPP pada PIA0
Post partus
spontan

IVFD RL loading
2 kolf
drip Synto II
ampul
O2 3 ltr/mnt
Gastrul per rectal
3 tab, + 2 tab oral
DC
Cek Hb

14.30

Lemas gelisah

Anemis
Kesadaran CM
TD : 90/60
Rr 20x/mnt
N : 135x/mnt
lemah
Akral dingin
DC :30 cc
(0,25cc/kgBB/ja
m)
Hb : 8,3

Atonia uteri ec
HPP pada PIA0
Post partus
spontan dgn
syok
hipovolemik

IVFD RL
loading 900cc
IVFD gelofusin 1
kolf
Cek GDS
EKG

15.15

Lemas

Perdarahan
mengalir 100 cc,
eksplor stocel 500
cc
Kontraksi hilang
timbul

Bimanual
eksterna interna

15.25

Lemas

USG tidak ada


sisa plasenta

IVFD gelofusion
1 kolf
Pro Histrektomi
subtotal
Cek Dpl ulang

15.45

TD : 130/80 Awal DIC


N : 130x/mnt
Rr : 26x/mnt
Hb : 4,5
Ht :
Leu : 23.200
Trombosit :
201

Transfusi
WB 2
kantong
PRC 2
kantong
FFP 5
kantong
Cek
fibrinogen, D
dimer
ApTT, PTT

DAFTAR MASALAH
Atonia uteri ec HPP pada PIA0 Post partus
spontan dgn syok hipovolemik
Impending DIC

RIWAYAT MASUK OK CITO


Pasien diantar ke OK pasien tampak sakit berat,
terpasang IVFD 2 line : RL + 2 amp synto , RL kosong,
cairan yang masuk di VK RL 4 kolf, gelofusin 1 kolf
Kesadaran CM gelisah, Pasien langsung dibawa ke
meja operasi,
TD : 130/79 N : 170x/mnt Saturasi 100%,
Dilakukan operasi mulai jam 15.30 - 17.00 dilakukan
General Anestesi berlangsung HT subtotal,
perdarahan intraop minimal
Eksplorasi vagina : tampak robekan di dinding vagina
lateral kiri ukuran 5 cm, perdarahan aktif
mengalir dilakukan jahitan hemostasis

Instruksi post op
dr.

PEMERIKASAAN PENUNJANG
Tanggal

Pemeriksaan

Hasil

Nilai Normal

31/12/14

Hemoglobin

8,3

12-14

(13:45)

Leukosit

21.700

4.000-10.000

Hematokrit

25

37-43

Eritrosit

3,0

4,5-5,5

Trombosit

266

150.000450.000

Gol darah

AB/+

31/12/14

Hemoglobin 4,5

12-14

(15:45)

Leukosit

23.200

4.000-10.000

Hematokrit

13

37-43

Eritrosit

1,5

4,5-5,5

Trombosit

201

150.000450.000

1/1/15

Hemoglobin 9,0

12-14

Post.transf

Leukosit

20.200

4.000-10.000

Hematokrit

27

37-43

Eritrosit

3,4

4,5-5,5

Trombosit

90

150.000450.000

GDS

100

70-180

APTT

27,0

26-39

Protombin

12,5

10,4-12,6

Time

RIWAYAT DI ICU
Tanggal

31/12/14
18 :30

Nyeri

TD : 125/76 Hr: 87 Post HT subtotal


Rr: 25 T : 36.8 SO2 :
99%
Perdarahan normal
Kontraksi uterus 2
jari pusat, luka
tertutup rapat, tidak
ada rembesan
Balance cairan 12
jam : -337
urin 12 jam 2,6
cc/kgbb/jam

P
Observasi tanda2
perdarahan dan
tanda gawat
abdomen
Inj ceftraikson 1x2
gr
Pronalges supp 3x1
Transfusi s/d hb 10
WB kantong ke-II,
PRC II,
FFP 4 kantong
Tramadol 200 dlm
50 cc untuk 36 jam
Cairan total
2000cc/24 jam
Puasa ondancentron
2x 4mg
Kalnex 3x250
O2 nasal

1/1/15

Nyeri

TD : 135/77 Hr
: 74
Rr : 24x/mnt,
SO2 : 99 %
Perdarahan (-)
Balance24 jam
: + 353
Urin 24 jam :
1,6 cc/kgbb

H1 post HT
subtotal
Anemia ec
blood lost

2/1/15

Nyeri (-)
TD : Hr : Rr :
H2 post Ht
Batuk berdahak SO2 : %
subtotal
Perdarahan flek
Balance 8 jam:
+ 289
Urin /8 jam :
1,1 kgbb/jam

T/ lanjut
Ceftriakson
2x2gr

T/lanjut
OBH 3x C1
Acc pindah
ruangan
Saran :
Ro/ thoraks

ANALSIS KASUS
Pada pemantaun post partum awalnya
perdarahan pada pasien tidak terlalu aktif,dan
kontraksi baik akan tetapi merembes terus
sehingga akhirnya pada pemantaun jam kedua
kontraksi uterus dirasakan lembek dan terdapat
stolcel sekitar 400 cc dan total perdarahan
adalah 640cc sehingga dapat dikatakan
mengalami perdarahan postpartum.
Perdarahan postpartum yaitu jika perdarahan
pervaginam 500 cc atau lebih setelah kala III
selesai (setelah plasenta lahir). (Wiknjosastro,
2000)

Pasien ini didiagnosis dengan atonia uteri.


Diagnosis atonia uteri ditegakkan jika setelah
bayi dan plasenta lahir ternyata perdarahan
masih banyak dan aktif, bergumpal dan pada
palpasi didapatkan uterus setinggi pusat atau
lebih dengan kontraksi yang lembek.
(sarwono, 2007).
Pasien telah dilakukan pemeriksaan speculum
dan dinyatakan tidak ada laserasi jalan lahir
ataupun portio dan hasil usg tidak ditemukan
sisa plasenta

Faktor

Atonia uteri ec HPP


pada PIA0 Post partus
spontan??

Pada awalnya kontraksi uterus tetap baik akan


tetapi seiring dengan perdarahan yang terus terjadi
kontraksi uterus melemah, pada perdarahan dapat
terjadi penurunan nilai hemoglobin.
Terdapat hubungan penurunan hemoglobin terhadap penurunan
kontraksi uterus sehingga terjadi atoni (Ayu, 2010).

Setelah dilakukan histerektomi dilakukan ekspolrasi


vagina ditemukan robekan di dinding vagina
lateral kiri ukuran 5 cm, perdarahan aktif
mengalir

Pasien telah diberikan terapi sesuai


dengan penatalaksanaan atonia uteri
untuk menghentikan perdarahan
postpartus dengan pemberian uterotonik
akan tetapi perdarah terus berlangsung.
dan pasien mulai mengalami syok

Syok adalah Gangguan dari perfusi


jaringan yang terjadi akibat adanya
ketidakseimbangan antara suplai
oksigen ke sel dengan kebutuhan
oksigen dari sel tersebut, sehingga
menimbulkan hipoksia jaringan :

Ditandai dengan :
akral dingin
nadi cepat dan lemah
Oligouria
Takipnue
tensi cenderung turun
Penurunan kesadaran

Pada pasien :
akral dingin
N : 135x/mnt, lemah
DC :30cc atau
0,25cc/kgBB/jam
Rr : 20x/mnt
TD: 90/60
pasien masih Compos
mentis tetapi mulia
gelisah

Pasien mengalami syok hipovolemik yang


diakibatkan perdarahan. Jumlah
perdarahan sampai dengan saat ini adalah
890 cc (650+100+ 100+ 50 cc)

syok
hipovolemik

Variable

Kelas I

Kelas II

Kelas III

Kelas IV

Sistolik

>110

>100

>90

<90

<100

>100

>120

>140

16

16-20

21-26

>26

anxious

agitasi

Confuse

Lethargy

Kehilanga 750ml

750 m-

1500-

>2000ml

n darah

<15%

1500ml

2000ml

>40%

Cairan

EBV
kristaloid

15-30%
Kristaloid

30-40%
Kristaloid

Kristaloid

+ darah

+ darah

(mmHg)
Nadi

Jumlah
perdarahan
sampai dengan
saat ini adalah
890 cc
(650+100+
100+ 50 cc)

(x/mnt)
Nafas
(x/mnt)
Mental

pengganti

Pada pasien syok dilakukan mangemen


ABC :
tidak terdapat hambatan jalan nafas
O2 3ltr/mnt
cairan IVFD

Untuk penatalaksanaan awal diberikan


cairaan 20ml/kgBB dalam - 1 jam, dapat
diulang sehingga pada pasien ini diberikan
:
20ml x 50kg : 1000 ml
Sehingga pemberian IVFD RL 2 kolf
loading pada pasien ini sudah tepat,
dimana cairan kristaloid (RL) dipilih
sebagai pengganti karena bersifat isotonis
(tonisitas 275-295 mOsm/kg)

pasien masih terlihat syok ??


pemberian

Trasnfusi diindikasikan jika


perdarahan >25 % EBV.
EBV pada pasien
adalah 70 ml/kgBB
= 70ml x 50kg =
3500 ml artinya
perdarahan 890 cc
= 25,4 % EBV.

penggantian volume
yang hilang harus
didahulukan karena
batas toleransi
penurunan hemoglobin
lebih tinggi daripada
kekurangan volum
plasma, pada pasien
kritis transfusi
diberikan lebih
Hb<7mg/dl (kadar Hb
pasien 8,3 mg/dl)

Perdarahan masih berlangsung


kompresi

Pasien diberikan Transfusi


Whole blood dan PRC. Whole blood
diindikasikan pada perdarahan akut karena
dapat meningkatkan jumlah sel darah
merah dan volume plasma dalam waktu
yang bersaamaan.

Sasaran transfusi mengembalikan


kadar Hb sampai 8-10mg/dl
( haroen,2006)
Pada orang dewasa
penambahan 1 unit
darah lengkap atau
sel darah merah
pekat akan
meningkatkan Hb
sekitar 1 gr/dl atau
hematokrik 3-4%
(Haroen, 2006).

penambahan 2 kantong Wb +
2 kantong PRC akan
meningkatkan kadar Hb
sebanyak 4 mg

hb sasaran (4,5 + 4 =
8,5mg/dl) dapat tercapai.
mg

Jumlah transfusi yang diperlukan juga


dapat menggunkan rumus transfusi

Whole blood = Hbx


Bbx 6
= (8-4,5) x 50 x 6
= 3,5 x50 x6
= 1050 cc = 4,2 kolf
(1 kantong wb, 250cc)
1 kantong wb
meningkatkan Hb
= 3,5/4,2 = 0,8mg/dl
Maka jika diberikan 2 wb
meningkatkan Hb
= (2x 0,8) + (2x1,25)
= 4,1 mg/d

PRC = Hb x Bbx 4
= (8-4,5) x 50 x 4
= 3,5 x50 x4
= 700 cc = 2,8 kolf (1
kantong PRC, 250 cc)
1 kantong PRC
meningkatkan Hb
= 3,5/2,8 = 1,25 mg/gl
+ 2 prc akan

Sehingga
pemeberian 2wb +
2 prc akan
memenuhi sasaran
Hb (4,5+4,1 =8,9
mg/dl).

1/1/15

Hemoglobi 9,0

12-14

Post.

n
Leukosit

4.000-

20.200

transfusi
Hematokrit 27

10.000
37-43

Eritrosit

3,4

4,5-5,5

Trombosit

90

150.000450.000

Gds

100

70-180

APTT

27,0

26-39

Protomb 12,5
in time

10,412,6

Pemberian fresh frozen plasma


pada pasien??

Indikasi FFP
FFP digunakan hanya untuk
meningkatkan faktor-faktor
pembekuan pembekuan pada
pasien pasien-pasien yang
menunjukkan kekurangan faktor
II, V, VII, IX, X atau XI.
jika tidak tersedia faktor
pembekuan pekat yang sesuai,
atau kekurangan multifaktor
pada penyakit hati atau DIC.
Plasma segar beku digunakan
saat kehilangan darah massif
ketika labooratorium
pemeriksaan koagulasi tidak
tersedia (Sarwono 2007,
Haroen, 2006)

Pemberiaan FFP
(fres frozen plasma)
pada pasien ini
diinkasikan karena
pasien mendapat
transfusi massif
dan dicurigai terjadi
DIC .
Pasien telah
diinforme consent

Impending DIC (Dissaminated


Intravascular Coagulation)
Pasien mengalami perdarahan hebat dan
akan diberikan transfusi massif sehingga
terdapat resiko untuk terjadi DIC.
Salah satu komplikasi dari Transfusi
massif dapat terjadi hemolisis
intravaskular, adenosin difospat (ADP)
atau fospolipoprotein dari destruksi
eritrosit akan mengaktivasi sistem
koagulasi (lukyanti,2006)

Pasien disarankan untuk dilakukan uji


koagulasi (Jumlah Trombosit, PT,
Fibrinogen, D-Dimer) sesuai dengan
sistem scoring ISTH 2001 (International
Society on Thrombosis andHomeostasis)

Kompresi

histerektomi subtotal
cito sumber
perdarahan berasal dari
corpus uteri.
Anatesi general
oksigenasi dan ventilasi
dapat lebih terjamin,
dan pasien mengalami
hipovolemia sehingga
dikontraindikasikan
untuk anastesi regional.

Setelah operasi paien diberikan total


cairan 2000cc/24 jam ini merupakan
jumlah cairan rumatan, pada dewasa
jumlah cairan rumatan adalah :

40ml/kgbb/24
jam

= 40x50/24 jam = 2000ml/24 jam

Sehingga pada
pasien ini ( Bb:
50kg) didapatkan :
(4x10) + (2x10) +
(1x30) = 90ml/jam
= 2160 ml/24 jam
atau sekitar
2000ml/24jam

Setelah dilakukan operasi histerektomi,


pasien masuk ICU dengan indikasi untuk
pemantauan intensif keadaan
hemodinamik dan komplikasi
pembedahan, sehingga berdasarkan
sehingga berdasarkan model prioritas
dalam indikasi masuk icu, pasien
tergolong dalam prioritas II.

lets discuss!

TINJAUAN PUSTAKA

ATONIA UTERI

Atonia uteria
(relaksasi otot
uterus) adalah
uterus tidak
berkontraksi
dalam 15 detik
setelah dilakukan
pemijatan fundus
uteri (plasenta
telah lahir).
(JNPKR, Asuhan
Persalinan
Normal, Depkes
Jakarta; 2002)

Etiologi

Disfungsi uterus.
Partus lama
Pembesaran uterus berlebihan
Multiparitas
Mioma uteri
Anestesi yang dalam dan lama
Penatalaksanaan yang salah pada kala
plasenta

Kompresi Bimanual

Kompresi Aorta
Abdominalis

SYOK
Gangguan dari perfusi jaringan yang
terjadi akibat adanya ketidakseimbangan
antara suplai oksigen ke sel dengan
kebutuhan oksigen dari sel tersebut,
sehingga menimbulkan hipoksia jaringan.

IT IS NOT LOW BLOOD


PRESSURE !!!
IT IS HYPOPERFUSION. . . .

PATOFISIOLOGI

HYPOVOLEMIC SHOCK
DECREASE IN INTRAVASCULAR
BLOOD VOLUME
Hemorrhage
Vomiting
Diarrhea
Fluid sequestration
Intraluminal bowel obstruction
Intraperitoneal pancreatitis
Interstitial - burns

DECREASE IN CARDIAC OUTPUT AND TISSUE


PERFUSION (BP
( BP, SUR , CUP )

Class I

Class II

Class III

Class IV

mL

<750

750-1500

>1500-2000

>2000

<15%

15-30%

>30-40%

> 40%

>100

>120

>140

Normal

Decreased

Decreased

Pulse pressure Normal

Decreased

Decreased

Decreased

Capillary refill Delayed

Delayed

Delayed

Delayed

20-30

30-40

>35

20-30

5-15

<5

Anxious

Confused

Confused and

Blood loss

Heart

Rate <100

(beat/min)
Systolic blood Normal
pressure

time
Respiratory

14-20

rate/min
Urine

output >30

(ml/h)
Mental Status

Slightly
anxious

lethargic

Clinical classes of severity of


Hypovolemic shock after hemorrhage

TERAPI CAIRAN
Resusitas
i
Terapi
cairan
Rumatan

Kristaloi Tuj / - Mengganti


d
kehilangan
Koloi
Akut cairan
d
tubuh
Elektroli Tuj / -Memelihara
t
keseimbangan
tubuh
Nutrisi

dan nutrisi

TUJUAN TERAPI CAIRAN


Mempertahankan status hidrasi dan perfusi jaringan yang
adekuat
serta keseimbangan elektrolit

Terapi cairan penting : Pada kasus pasien


kritis
Trauma
Peri operatif

PRINSIP TERAPI CAIRAN

Ganti sesuai jumlah & jenis cairan yang


hilang
Hitung kehilangan Abnormal
Hitung kebutuhan normal harian /
Maintenance
Kebutuhan cairan iv = Cairan
Maintenance +
Kehilangan Abnormal

PRIORITAS TERAPI CAIRAN


Memberi volume sirkulasi Adekuat

kematian ok . Syok hipovolemik bukan Anemi


akut
Memperbaiki kapasitas daya angkut Oksigen
darah setelah
status Vol. Intra Vaskuler di perbaiki
Perbaiki / Normalisasi status koagulasi

Pada dewasa perdarahan >15% EBV


perlu dilakukan transfusi darah, sedang
pada bayi dan anak bila perdarahan >
10% EBV .

Transfusi dengan :
1. Whole blood
: (Hbx Hb pasien ) x BB x 6
=
ml
2. Packed red cell : (Hbx Hbpasien) x BB x 3
=
ml
Bila di pakai cairan kristaloid : 3 kali
volume darah yang hilang.

Mengganti defisit
cairan
Puasa
2 cc/kg BB / Jam
Kebutuhan Rutin
4- 2- 1
Perdarahan
20 % Kristoid
10 % pada anak
tranfusin
Pembagian Cairan berdasarkan Komposisi
Kristaloid
Koloid
Campuran

Monitor Adekuat terapi cairan

Observasi tanda vital


Pem. fisik
Intake Output
BB
urin Output
Kreatinin Serum
Monitoring Infansif

CRYSTALLOID VS COLLOID
Crystalloid

Colloid

Advantages

- Inexpensive
- Promotes urinary
flow
- Fluid of choice for
initial resuscitation
of
trauma/hemorrhag
e
- Expands
intravascular
volume
- Restores 3rd
spaces losses

-More sustained intravascular


-Volume increase (1/3 still intravascular at
24 hrs)
- Maintain or increase plasma oncotic
pressure
-Requires smaller volume for equal effects
-Less peripheral oedem (more fluids remains
intravascular)
-May lower intracranial pressure

Disadvantages

- Dilutes colloid
osmotic pressure
- Promotes
peripheral oedem
- Higher incidence
of pulmpnary
oedem
- Requires large
volume
- Effects are
transient

-Expensive
-May produce coagulopathy (dextrans and

hetastarch)
-With capillary leaks may potentiate fluid
loss to the interstitium
-Impairs subsequent crossmatching of blood
(dextran)
-Dilutes clotting factors and platelet
-Decrease platelet adhesiveness (absorption
onto platelet membrane reseptor)
-Potential blocking of renal tubules and

Indication for blood component therapy


Component

Indication

Usual strating dose

Packed RBC

Replacement of Oxygen- 2-4 units IV


carrying capacity

Platelets

Thrombocytopenia with 6-10 units IV


bleeding

Fresh frozen plasma

Coagulopaty

Crycoprecipitate

Coagulopaty
fibrinogen

2-6 units IV
with 10-20 units IV

Disseminated Intravascular Coagulation (DIC)

Infeksi
Keganasan
Metastase
Trauma kepala berat
Kebakaran
Reaksi transfusi
Gigitan ular
Penyakit hati
Obstetri
Hematologi
Vaskular

Scientific and Standarization Committee International Society


on Thrombosis andHomeostasis (2001).

terima kasih

Anda mungkin juga menyukai