PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Perawatan gigi anak sangat penting bagi pertumbuhan gigi permanen dan pembentukan oklusi.
Akan tetapi, sering kali perawatan gigi pada anak-anak mendapat hambatan karena anak yang
tidak kooperatif dan menolak perawatan. Bagaimanapun perawatan harus dilakukan pada gigi
anak dan dokter gigi serta orang tua atau keluarga harus mendukung agar berhasilnya rencana
perawatan yang akan dilakukan.
2.2. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
PEMBAHASAN
2.1. Kecemasan1
Kecemasan merupakan sifat seseorang. Kecemasan menggambarkan situasi emosional dari
personalitas manusia. Kecemasan juga dikenal sebagai construc yang abstrak yang tersusun
dari ide-ide dan konsep-konsep.
American Psychiatric Association (1952) mendefinisikan kecemasan sebagai:
suatu sinyal bahaya yang dirasakan dan dipikirkan oleh seseorang secara sadar. Sinyal tersebut
dihasilkan oleh ansaman dari sesuatu dengan atau tanpa stimulasi dari situasi eksternal
Kamus istilah psikologis (Inggris, 1958) menjelaskan kecemasan sebagai:
keadaan emosianal yang tidak menyenangkan yang timbul dan berlanjut dan berkeinginan
kuat untuk melupakannya; perasaan terancam, khususnya ancaman dari sesuatu yang
menakutkan, tanpa seseorang dapat untuk berkata apa ancaman yang dipikirkan
Dari Webster, 1961, kecemasan diartikan sebagai:
suatu keadaan yang mencemaskan atau mengalami perpaduan dari keraguan yang kuat dan
dominan suatu perasaan yang abnormal dan mengusai kekhawatiran dan ketakutan suatu
keadaan dari masalah yang dipikirkan mendalam
American Psychiatric Association (1946), kecemasan didefinisikan sebagai:
kekhawatiran, ketegangan, atau ketidaktenangan yang mengakari dari antisipasi terhadap
bahaya, sumber yang besar tidak diketahui atau dikenali. Terutama yang bersumber dari
intrapsychic, dalam membedakan terhadap ketakutan, yang merupakan respon emosional
terhadap pengenalan secara sadar dan biasanya ancaman eksternal atau bahaya. Kecemasan dan
ketakutan disertai oleh perubahan psikologis yang lama. Dianggap sebagai patologik ketika
adanya gangguan dalam efektifnya kehidupan. Hasil dari tujuan dan kepuasan yang diinginkan
atau kenyamanan emosional yang beralasan.
1 Wright, G.Z. :Behavior Management in Dentistry for Children. Philadelphia-LondonToronto, W.B. Sauders Co.,1975, (h. 64).
2
Timbul karena meniru orang lain, diteruskan tanpa disadari oleh keduanya.
Terjadi berulang-ulang sehingga menjadi susah dihilangkan.
Contoh: sikap ibu yang takut pada perawatan gigi dan anak dipegang kuat-kuat,
sehingga anak akan merasa ikut takut.
2.3.2. Motivasi
Prinsip dasar dari pembelajaran meliputi konsep motivasi. Seorang anak lebih mungkin
bertingkah laku dalam cara tertentu jika dia dimotivasi untuk mendapatkan tujuan yang spesifik.
Oleh karena itu, seorang anak yang berkeinginan untuk memiliki gigi yang rapi lebih mungkin
untuk mengalami perawatan orthodontic dengan sukses dari pada anak yang tidak tertarik dengan
tampilan giginya.
2.3.3. Reinforcement
3 Wright, G.Z. :Behavior Management in Dentistry for Children. Philadelphia-LondonToronto, W.B. Sauders Co.,1975, (h. 95-96).
5
Konsep lainnya untuk memahiami teori pembelajaran adalah reinforcement. Jika suatu respon
akibat dari mendapatkan tujuan, respon ini diberi hadiah atau diperkuat (reinforced). Gigi yang
sakit (stimulus) juga merupakan motivasi bagi anak untuk mengunjungi praktik dokter gigi.
Kunjungan ini merupakan respon. Menghilangkan nyeri adalah tujuan. Hasil yang
menyenangkan dalam kepuassan mulut yang nyaman mencapai tujuan, dan, oleh karena itu,
menghargai atau reinforces terhadap tingkah laku anak. Sama juga, jika seorang anak takut
terhadap injeksi dan dokter gigi meyakinkan bahwa dia tidak akan tersakiti, maka pemberian
injeksi tanpa rasa sakit menguatkan/ reinforces tingkah laku kooperatif yang positif yang
tercapai.
2.3.4. Generalisasi
a. Generalisasi stimulus
Merupakan kecendrungan kesamaan individu untuk merespon terhadap stimuli yang
sama. Derajat terbesar dari kesamaan antara original stimulus dan stimulus yang baru,
kemungkinan terbesar bahwa respon akan terjadi. Pasien pedodontik, yang pernah sakit
karena dokter gigi akan merespon dengan takut dan cemas pada situasi dental yang baru,
walaupun tempat praktik, lingkungan, staf, dan dokter gigi yang berbeda. Hal tersebut
merupakan stimuli yang sama bagi anak untuk mengeneralkan bahwa dia dihadapkan
pada pengalaman yang sama.
b. Generalisasi respon
Merupakan pembelajaran terhadap respon terhadap stimulus istimewa dalam jalan yang
sedikit berbeda. Pada anak tertentu, sebagai contoh, akan merespon terhadap high-speed
handpiece dengan tingkah laku yang berbeda bergantung pada perubahan dalam situasi
dental; apakah dia aman?, apakah dia cemas?, apakah dokter gigi terlihat terburu-buru?,
apakah giginya asimtomatik dibandingkan dengan waktu lalu ketika giginya sakit?.
c. Generalisasi penengah/ mediated
Diaplikasikan terhadap kasus yang dasar pada generalisasi meliputi label bahasa. Bagi
anak yang sangat kecil, istilah dokter yang berarti dokter umum dan pada saat yang
sama di ruang praktik dokter, apakah dokter umum atau dokter gigi bermakna sama. Bagi
anak yang usia sekolah, label bahasa membentuk dasar bagi generalisasi; oleh karena itu
pentingnya seleksi kata.
d. Diskriminasi dan ekstinsi
Diskriminasi merupakan kemampuan mempelajari terhadap batasan generalisasi secara
benar. Contohnya: anak belajar bahwa praktik dokter gigi berbeda dengan praktik dokter
umum, dan dokter gigi yang satu berbeda dengan lainnya.
Ekstinsi merupakan suatu pembelajaran respon tidak selaluterpelihara kuat. Jika respon
terjadi dan tidak diperkuat, kekuatan respon secara progresif menurun dan lama6
kelamaan hilang. Ini disebut ekstinsi respon. Tingkah laku yang tidak diinginkan sering
dapat dihilangkan dari daftar tingkah laku pada bentuk ini.
usia kronologis
: 6 tahun
Fisik
: 7 tahun
Kemampuan intelektual
: 5 tahun
Keterampilan social
: 4 tahun
i. perkembangan fisik
perubahan yang terjadi sesuai dengan usia anak dalam hal : ukuran,
kekuatan, koordinasi motorik stamina dan keterampilan menggunakan
otot.
Perkembanagn fisik tergantung pada perkembangan lain misalnya
perkembangan social.
ii. perkembangan social
Proses pertumbuhan anak kearah fungsi mandiri.
Ketergantungan pada arang lain.
Kemampuan memelihara diri (funsi otonomi).
Proses osialisasi anak yang meliputi hubungan antar orang lain :
- makhluk penerima
- dewasa memberi dan menerima
- mampu bertanggung jawab
4 Wright, G.Z. :Behavior Management in Dentistry for Children. Philadelphia-LondonToronto, W.B. Sauders Co.,1975, (h. 18-23).
7
2 6 tahun. Lebih pantas menggunakan symbol dan kata dan lebih efektif dalam
berkomunikasi interpersonal . perilaku preschooler dipengaruhi oleh lingkunga dekat.
Pendekatan dokter gigi terhadap perilaku kooeratif preschooler / untuk mnentapkan pengikutpengikut kareakteristik perikau-perilaku untuk menggunakan dalam rencana management :
-
e. Adolescent remaja
Individu yang bukan anak-anak tetapi juga bukan dewasa. 11 15 tahun ditandai denagan
dorongan pertumbuhan fisik, kematangan karakteristik sex primer dan sekunder dan
perubaa bagian tubuh. Perubahan individual tidak hanya morfologi, tetapi juga secara
emosioanl. Lingkungan adolescent memiliki konotasi yang berbeda, mereaka harus
mencari tempat dalam lingkungkungan social yang baru dan mempersiapkan untuk
dewasa.
Dokter gigi dan staf akan dapat pengalaman ynag menyenangkan dengan bekerja untuk
remaja. Remaja yang lebih muda biasnya akan merespon dengan suatu cara yang
menghargai. Bias juga erupakan periode selam pubertas dimana individu menjadi
sensitive dan moody, memerlukan perhatian khusus dan kesabaran dari dokter gigi dan
staf.
6 Mathewson, R.J. and Primosch R.E. :Fundamental of Pediatric Dentistry. 3th ed.
Chicago-Quintessence,. 1955,.(h.15-17).
10
8 Mc.Donald, R.E. and David R. Avery. :Dentistry for the Child and Adolescent. 7th ed., St.
Louis, Mosby.,2000, (h. 24-25).
12
Terlihat pada skema ini bahwa anak terletak pada puncak segitiga dan mempunyai focus
perhatian dari keluarga dan dokter gigi. Peran keluaga yang dapat mengubah dan lingkungan
keluarga harus dipertimbangkan. Tanda panah pada segitiga tersebut menunjukkan bahwa
hubungan antara ketiga unsure tersebut , pasien anak, keluarga, dan dokter gigi yang bersifat
timbale balik.
Dasar dari menerapkan perilaku dentistry terhadap anak-anak adlah dengan membentuk
kemampuan untuk dapat mengarahkan mereka melalui pengalaman dental mereka. Pada jangka
pendek kemampuan tersebut adlah prasyarat untuk menghasilkan kebutuhan perawatan dental
bagi mereka dalam waktu segera mungkin pada jangka panjang efek keuntungan dapat diperoleh
ketika bibit-bibit untuk kesehatan gigi kedepannya ditanam mulai dari kecil.
Yang terpenting dalam perawatan pasien anak adalah hubungan yang dinamis diantara ketiga
sudut segitiga yaitu pasien anak, keluarga dan dokter gigi.
Dokter harus meyakinkan adanya kooperatif oaring tua, mendiskusikan kebiasaan seerti
menghisap ibu jari dan lain-lain. Dengan tujuan memotivasi pasien untuk menghilangkan
kebiasaan buruk tersebut.
Dokter gigi dapat mmberikan contoh dengan menggunakan study medis yang akan
mendemonstrasikan antara gigi yang protusi dibandingkan dengan gigi normal.
b. Desensitisasi
merupakan suatu cara untuk mengurangi rasa takut & cemas seorang anak dengan jalan
memberikan ransang yang membuat cemas sedikit demi sedikit.
Terdiri 3 tahapan:
Kedua; susunlah secara berurutan hal-hal yang membuat pasien cemas dan takut.
Ketiga; memberi rangsang dari hal yang begitu tidak menakutkan sampai anak tidak
merasa takut lagi dan ransang ini ditingkatkan menurut ukuran yang telah disusun.
c. Behavior shaping
Adalah suatu cara yang dilakukan secara bertahap untuk mencapai tingkah laku yang
diinginkan oleh dokter gigi selama perawatan.
Indikasi:
anak yang mempunyai pengalaman yang tidak menyenangkan terhadap dokter gigi pada
perawatan sebelumnya.
Anak yang takut terhadap perawatan gigi akibat informasi oarang tua/ teman sebayanya.
14
TELL: menerangkan pada anak mengenai perawatan yang akan dilakukan dan bagaimana
seharusnya anakl bersikap.
DO: anak dilakukan perawatan gigi sesuai hal-hal yang sudah diterangkan dan
didemonstrasikan.
d. Retraining
Sama dengan behavior shaping, tetapi ada perbedaannya yaitu: terutama dilakukan pada anak
yang menunjukkan rasa cemas dan tingkah laku negatif yang cukup tinggi.
Penanggulangan:
Memberi perhatian dan kepercaaan yang lebih besar pada diri anak (Re-emphasized).
e. Aversive conditioning
Dikenal juga dengan: Hand Over Mouth Exercise (HOME).
Indikasi:
Digunakan pada anak dimana sejak kunjungan pertama ke klinik gigi menunjukkan sikap
yang tidak kooperatif, tidak mau mengerti dengan penjelasan atau bujukan, keras kepala,
menolak perawatan, menangis berkepanjangan dll.
15
b. General anasthesia
Bennet (1974) mendefinisikan sbg: pemantauan timbal balik thdp ketidak aturan kelumpuhan sel
sistem saraf pusat.
Pasien: apakah ada kelainan fisik/ persoalan perilaku yg cukup serius & seringkali
menghambat anak untuk berperilaku positif.
Prosedur: apakah pekerjaan perawatan akan dpt selesai dgn baik dimana anak tdk mau
berperilaku kooperatif.
10 Stewart, R.E. :Pediatric Dentistry Screntific Foundation and Clinical Practise. St.
Louis-Toronto-London, The CV. Mosby co. (h. 793-801).
16
Personal: apakah DRG dan staf cukup berpenggalaman utk melakukan anastesi dan
mampu utk menangulangi pra, selama, dan pasca pemberian anastesi.
Persiapan: apakah pasien tlh dipersiapkan emosi dan fisiknya (pemeriksaan fisik dan
laboratorium).
17
BAB III
KESIMPULAN
4. Masa perkembangan anak merupakan masa bertumbuh dan berkembangnya semua aspek dan
fungsi dalam diri anak (fisik, intelektual, social), secara serentak dan seimbang (multi
dimensional).
5. Klasifikasi anak menutut Frankl (derajat tingkah laku):
Rating 1: pasti negative (--)
Rating 2: negative (-)
Rating 3: positif (+)
Rating 4: pasti positif (++)
Menurut Wrigth (kooperatif anak):
Kooperatif ( dapat diajak bekerja sama)
Kekurangan kemampuan untuk kooperatif
Potensially kooperatif / Behavior Problem
Uncontrolled Behavior
Defiant Behavior ( Perilaku melawan)
18
Modeling
Desensitisasi
Behavior shaping
Retraining
Aversive conditioning
8. Pendekatan Farmakoterapi
Conscious sedation merupakan penurunan level kesadaran yang menahan kemampuan
pasien untuk memelihara jalan nafas secara continue dan independent, dan masih
merespon terhadap stimulus fisik dan/atau perintah verbal.
General anasthesia merupakan pemantauan timbal balik thdp ketidak aturan kelumpuhan
sel sistem saraf pusat.
Anastesi umum dapat diterapkan pada pasien anak dengan 5 kriteria:
Pasien
Prosedur
Tempat
Personal
Persiapan
19
DAFTAR PUSTAKA
1. Finn, S.B. :Clinical Pedodontics. 3th ed. , Philadelphia-Toronto-London, W.B. Sauders Co.,
1973.
2. Mathewson, R.J. dan Primosch R.E. :Fundamental of Pediatric Dentistry. 3th ed. ChicagoQuintessence,.1955.
3. Mc.Donald, R.E. and David R. Avery. :Dentistry for the Child and Adolescent. 7th ed., St.
Louis, Mosby.,2000.
4. Stewart, R.E. :Pediatric Dentistry Screntific Foundation and Clinical Practise. St. LouisToronto-London, The CV. Mosby co.
5. Wright, G.Z. :Behavior Management in Dentistry for Children. Philadelphia-London-Toronto,
W.B. Sauders Co.,1975.
20