Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Perawatan gigi anak sangat penting bagi pertumbuhan gigi permanen dan pembentukan oklusi.
Akan tetapi, sering kali perawatan gigi pada anak-anak mendapat hambatan karena anak yang
tidak kooperatif dan menolak perawatan. Bagaimanapun perawatan harus dilakukan pada gigi
anak dan dokter gigi serta orang tua atau keluarga harus mendukung agar berhasilnya rencana
perawatan yang akan dilakukan.

2.2. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

Untuk mengetahui cemas dan rasa takut pada anak.


Untuk mengetahui psikologi pembelajaran pada anak.
Untuk mengetahui tumbuh kembang biopsikososial anak.
Untuk mengetahui karakteristik perilaku anak.
Untuk mengetahui klasifikasi perilaku anak.
Untuk mengetahui segitiga perawatan pada anak.
Untuk mengetahu rencana perawatan non-farmakoterapi dan farmakoterapi.

2.3. Batasan Topik


Kecemasan
Rasa takut
Psikologi pembelajaran:
Stimulus dan respon
Motivasi
Reinforcement
Generalisasi
Diskriminasi dan ekstinsi
Tumbuh kembang biopsikososial anak
Karakteristik perilaku anak
Klasifikasi perilaku
Segitiga perawatan
Rencana perawatan non-farmakoterapi
Rencana perawatan farmakoterapi
BAB II
1

PEMBAHASAN

2.1. Kecemasan1
Kecemasan merupakan sifat seseorang. Kecemasan menggambarkan situasi emosional dari
personalitas manusia. Kecemasan juga dikenal sebagai construc yang abstrak yang tersusun
dari ide-ide dan konsep-konsep.
American Psychiatric Association (1952) mendefinisikan kecemasan sebagai:
suatu sinyal bahaya yang dirasakan dan dipikirkan oleh seseorang secara sadar. Sinyal tersebut
dihasilkan oleh ansaman dari sesuatu dengan atau tanpa stimulasi dari situasi eksternal
Kamus istilah psikologis (Inggris, 1958) menjelaskan kecemasan sebagai:
keadaan emosianal yang tidak menyenangkan yang timbul dan berlanjut dan berkeinginan
kuat untuk melupakannya; perasaan terancam, khususnya ancaman dari sesuatu yang
menakutkan, tanpa seseorang dapat untuk berkata apa ancaman yang dipikirkan
Dari Webster, 1961, kecemasan diartikan sebagai:
suatu keadaan yang mencemaskan atau mengalami perpaduan dari keraguan yang kuat dan
dominan suatu perasaan yang abnormal dan mengusai kekhawatiran dan ketakutan suatu
keadaan dari masalah yang dipikirkan mendalam
American Psychiatric Association (1946), kecemasan didefinisikan sebagai:
kekhawatiran, ketegangan, atau ketidaktenangan yang mengakari dari antisipasi terhadap
bahaya, sumber yang besar tidak diketahui atau dikenali. Terutama yang bersumber dari
intrapsychic, dalam membedakan terhadap ketakutan, yang merupakan respon emosional
terhadap pengenalan secara sadar dan biasanya ancaman eksternal atau bahaya. Kecemasan dan
ketakutan disertai oleh perubahan psikologis yang lama. Dianggap sebagai patologik ketika
adanya gangguan dalam efektifnya kehidupan. Hasil dari tujuan dan kepuasan yang diinginkan
atau kenyamanan emosional yang beralasan.

1 Wright, G.Z. :Behavior Management in Dentistry for Children. Philadelphia-LondonToronto, W.B. Sauders Co.,1975, (h. 64).
2

2.2. Rasa Takut2


Takut merupakan salah satu emosi primer yang dibutuhkan segera setelah lahir, walaupun respon
mengejutkan ada pada saat lahir dan respon reflek terhadap stimuli juga tampak sebelum lahir.
Bagaimanapun, bayi tidak menyadari kealamian dari stimulus yang menghasilkan ketakutan.
Sejalan dengan pertumbuhan anak dan kapasitas mentalnya meningkat, dia menjadi sadar akan
stimuli yang menghasilkan ketakutan dan dapat mengidentifikasi sesuatu secara individual. Anak
mencoba untuk menyesuaikan diri terhadap pengalaman yang terisolasi dengan berlindung
secara menghindar jika mereka tidak dapat menyelesaikan masalahnya. Jika anak merasakan
tidak kuat untuk menanggulangi dan menghindari, maka ketakutan menjadi bertambah.
Takut dan marah merupakan respon primitive yang berkembang untuk melindungi individu dari
kejahatan dan kerusakan diri. Stimulusi emosional dikeluarkan dengan jalan sistem saraf
autonom sampai hipotalamus dan membutuhkan sangat sedikit integrasi kortikal. Hal ini
diilustrasikan oleh tingkah laku yang tidak tercegah dari corticated animal.

A. Macam-macam rasa takut


Objektif
Timbul karena ransangan fisik langsung pada alat perasa.
Merupakan jawaban terhadap sesuatu yang tidak menyenangkan dari apa yang
dialami: didengar, dirasakan, dicium, dilihat.
Contoh: anak usia 3 tahun jatuh dan menjadi terluka dan dijahit oleh dokter,
sehingga anak menjadi takut melihat arang berbaju putih dan mencium bau obat
di ruang praktek. Sehingga, saat dilakukan perawatan gigi, anak menolak karena
teringat dengan kejadian yang lalu.
Rasa takut, menurunkan ambang rasa sakit.
Subjektif
Timbul karena mendengar kejadian yang dialami orang lain (tidak mengalami
sendiri).
Contoh: si A bercerita kepada si B:kemarin waktu ke dokter gigi sakit sekali,
sehingga si B menjadi takut waktu ke dokter gigi.
Anak-anak akan merasa takut pada sesuatu yang baru dan tidak dikenal.
Rasa takut hilang jika anak membuktikan sendiri tidak ada ancaman yang perlu
ditakuti.
Sugesti
2 Finn, S.B. :Clinical Pedodontics. 3th ed. , Philadelphia-Toronto-London, W.B. Sauders
Co., 1973.,(h. 16-28).
3

Timbul karena meniru orang lain, diteruskan tanpa disadari oleh keduanya.
Terjadi berulang-ulang sehingga menjadi susah dihilangkan.
Contoh: sikap ibu yang takut pada perawatan gigi dan anak dipegang kuat-kuat,
sehingga anak akan merasa ikut takut.

B. Hubungan rasa takut dengan usia anak


Cara mengatasi: berubah dengan pertambahan umur. Contoh: sesuatu yang menakutkan waktu
anak berusia 2 (dua) tahun, mungkin tidak mengejutkan lagi setelah anak berusia 6 (enam) tahun.
Usia 2-3 tahun
Rasa takut berhubungan dengan hal yang tidak diketahui dan tidak disangka.
Contohnya:
Suara bur tiba-tiba.
Sonde untuk melihat kedalaman karies.
Merubah posisi unit.
Gerakan tangan tiba-tiba.
Sinar lampu yang silau.
Usia 4 tahun
Grafik puncak rasa takut yang jelas usia 4-6 tahun.
Pengurangan rasa takut seperti: gerak jatuh, suara, orang yang tidak dikenal.
Usia 5-6 tahun
Rasa takut berhubungan dengan ransangan sakit.
Mengatasinya: pakai factor-faktor fantasi, seperti: permainan ke dokter gigi.
Usia 7 tahun
Mulai sanggup mengatasi rasa takut walaupun reaksi sering berubah-ubah
(kadang kooperatif, kadang tidak) dan sangat penting peran dari keluarga.
Dapat dijelaskan pada anak tindakan yang akan dilakukan.
Usia 8-14 tahun
Anak telah mengerti dan mempelajari keadaan kurang menyenangkan dan
berkeinginan menjadi pasien yang baik.
Anak tidak suka orang memandang ringan sakit yang dideritanya atau bujukan
dari dokter.
Anak usia 10 tahun khususnya perempuan menjadi cemas terhadap penampilannya;
o Mereka senang melakukan sesuatu yang atraktif.
o Tertarik terhadap kecantikan sehingga dokter gigi dapat mempengaruhi untuk
motivasi skeling gigi.
4

o Masalah pada manajemen tingkah laku hanya terjadi pada ketidaknyamanan


anggapan.

2.3. Psikologi Pembelajaran3


2.3.1. Stimulus dan respon
Pembelajaran merupakan pembuatan hubungan atau koneksi antara stimulus dan respon (S-R).
stimulus atau isyarat dapat banyak jenis. Stimulus bisa tindakan motorik seperti, memasuki ruang
tunggu dental atau duduk di kursi dental. Hal tersebut bias sebuah pemikiran atau gambaran
seperti memikirkan suara dari handpiece yang berkecepatan tinggi atau membayangkan seorang
dokter gigi dengan instrument pada tangannya. Hal tersebut secara potensial merupakan stimuli
yang menghasilkan kecemasan yang merupakan isyarat terhadap respon yang diasosiasikan. Dan
juga, respon internal seperti berfikir dan merasakan dapat menjadi isyarat atau respond an oleh
karena itu, beberapa tingkah laku terus-menerus mencakup kompleks, series yang berlanjut dari
isyarat dan respon.
Contoh: seorang anak yang memasuki ruang tunggu (stimulus) dan menasosiasikan tindakan ini
dengan pengalaman dental sebelumnya. Pikirannya merupakan respon internal yang bertindak
sebagai stimuli atau isyarat untuk membayangkan dokter gigi dengan explorer yang dapat
lebih mudah untuk menyakitinya. Respon internal anak adalah takut dan cemas. Respon
eksternalnya adalah menangis.

2.3.2. Motivasi
Prinsip dasar dari pembelajaran meliputi konsep motivasi. Seorang anak lebih mungkin
bertingkah laku dalam cara tertentu jika dia dimotivasi untuk mendapatkan tujuan yang spesifik.
Oleh karena itu, seorang anak yang berkeinginan untuk memiliki gigi yang rapi lebih mungkin
untuk mengalami perawatan orthodontic dengan sukses dari pada anak yang tidak tertarik dengan
tampilan giginya.

2.3.3. Reinforcement

3 Wright, G.Z. :Behavior Management in Dentistry for Children. Philadelphia-LondonToronto, W.B. Sauders Co.,1975, (h. 95-96).
5

Konsep lainnya untuk memahiami teori pembelajaran adalah reinforcement. Jika suatu respon
akibat dari mendapatkan tujuan, respon ini diberi hadiah atau diperkuat (reinforced). Gigi yang
sakit (stimulus) juga merupakan motivasi bagi anak untuk mengunjungi praktik dokter gigi.
Kunjungan ini merupakan respon. Menghilangkan nyeri adalah tujuan. Hasil yang
menyenangkan dalam kepuassan mulut yang nyaman mencapai tujuan, dan, oleh karena itu,
menghargai atau reinforces terhadap tingkah laku anak. Sama juga, jika seorang anak takut
terhadap injeksi dan dokter gigi meyakinkan bahwa dia tidak akan tersakiti, maka pemberian
injeksi tanpa rasa sakit menguatkan/ reinforces tingkah laku kooperatif yang positif yang
tercapai.

2.3.4. Generalisasi
a. Generalisasi stimulus
Merupakan kecendrungan kesamaan individu untuk merespon terhadap stimuli yang
sama. Derajat terbesar dari kesamaan antara original stimulus dan stimulus yang baru,
kemungkinan terbesar bahwa respon akan terjadi. Pasien pedodontik, yang pernah sakit
karena dokter gigi akan merespon dengan takut dan cemas pada situasi dental yang baru,
walaupun tempat praktik, lingkungan, staf, dan dokter gigi yang berbeda. Hal tersebut
merupakan stimuli yang sama bagi anak untuk mengeneralkan bahwa dia dihadapkan
pada pengalaman yang sama.
b. Generalisasi respon
Merupakan pembelajaran terhadap respon terhadap stimulus istimewa dalam jalan yang
sedikit berbeda. Pada anak tertentu, sebagai contoh, akan merespon terhadap high-speed
handpiece dengan tingkah laku yang berbeda bergantung pada perubahan dalam situasi
dental; apakah dia aman?, apakah dia cemas?, apakah dokter gigi terlihat terburu-buru?,
apakah giginya asimtomatik dibandingkan dengan waktu lalu ketika giginya sakit?.
c. Generalisasi penengah/ mediated
Diaplikasikan terhadap kasus yang dasar pada generalisasi meliputi label bahasa. Bagi
anak yang sangat kecil, istilah dokter yang berarti dokter umum dan pada saat yang
sama di ruang praktik dokter, apakah dokter umum atau dokter gigi bermakna sama. Bagi
anak yang usia sekolah, label bahasa membentuk dasar bagi generalisasi; oleh karena itu
pentingnya seleksi kata.
d. Diskriminasi dan ekstinsi
Diskriminasi merupakan kemampuan mempelajari terhadap batasan generalisasi secara
benar. Contohnya: anak belajar bahwa praktik dokter gigi berbeda dengan praktik dokter
umum, dan dokter gigi yang satu berbeda dengan lainnya.
Ekstinsi merupakan suatu pembelajaran respon tidak selaluterpelihara kuat. Jika respon
terjadi dan tidak diperkuat, kekuatan respon secara progresif menurun dan lama6

kelamaan hilang. Ini disebut ekstinsi respon. Tingkah laku yang tidak diinginkan sering
dapat dihilangkan dari daftar tingkah laku pada bentuk ini.

2.4. Tumbuh Kembang Biopsikososial Anak4


Masa perkembangan anak
Pengertian : masa bertumbuh dan berkembangnya semua aspek dan fungsi dalam diri
anak (Fisik, intelektual, social), secara serentak dan seimbang (multi dimensional)
perkembangan anak tidak bias diukur dari satu aspek saja
contohnya:

usia kronologis

: 6 tahun

Fisik

: 7 tahun

Kemampuan intelektual

: 5 tahun

Keterampilan social

: 4 tahun

( perkembangan tidak seimbang)

i. perkembangan fisik
perubahan yang terjadi sesuai dengan usia anak dalam hal : ukuran,
kekuatan, koordinasi motorik stamina dan keterampilan menggunakan
otot.
Perkembanagn fisik tergantung pada perkembangan lain misalnya
perkembangan social.
ii. perkembangan social
Proses pertumbuhan anak kearah fungsi mandiri.
Ketergantungan pada arang lain.
Kemampuan memelihara diri (funsi otonomi).
Proses osialisasi anak yang meliputi hubungan antar orang lain :
- makhluk penerima
- dewasa memberi dan menerima
- mampu bertanggung jawab

4 Wright, G.Z. :Behavior Management in Dentistry for Children. Philadelphia-LondonToronto, W.B. Sauders Co.,1975, (h. 18-23).
7

iii. Perkembangan intelektual


pengukuran dilakukan awal 1900.
kelas khusus untuk anak yang tidak mampu megikuti kelompok anak yang
seusianya.
Dokter gigi melakukan secara relatif membandingkan usia dengan kelas
di sekolah.
Prinsip perkembangan anak:
Rangkaian perubahan progresif, teratur, berkesinambungan
Respon umum khusus
Merupakan kesatuan yang mempunyai kaitan aspek fisik, motorik,
intelektual social pola pasti
Berlangsung berantai universal
Dipengaruhi oleh faktor dalam dan luar.

2.5. Karakteristik Perilaku Anak5


a. Infant bayi
Pada bayi usia 15 bulan, saat umur 6 bualn, bayi mulai menggigit dan mengunyah apapun.
Infant juga mengalami bentuk pertama kekhawatiran atau rasa takut.
Intervensi dental untuk bayi maih sedikit. Bagaimanapun factor-faktor yang dapat
mengakibatkan kebutuhan dental sering muncul di luar keadaan sekitar. Factor-faktor ini
biasa emergensi oleh traumatic atau situasi patologis. Jika terdapat masalah besar yang
moderate, perawatan dental bias dicapai dengan baik di rumah sakit menggunakan anstesi
umum.
b. Toddler umur-umur yang baru bisa berjalan
15 bulan 2 tahun. Toddler, perkembangan kognitif dan verbal dengan sangat cepat dan
kesadaran diri untuk bergerak, perilaku kooperatif toodler / anak yang mengalami
perkembangan dan pertumbuhan pengetahuan dan skill motorik, tetapi tetap pada individu
immature.

c. Preschooler belum masuk sekolah


5 Mathewson, R.J. dan Primosch R.E. :Fundamental of Pediatric Dentistry. 3th ed. ChicagoQuintessence,.1955.,(h. 12-15).

2 6 tahun. Lebih pantas menggunakan symbol dan kata dan lebih efektif dalam
berkomunikasi interpersonal . perilaku preschooler dipengaruhi oleh lingkunga dekat.
Pendekatan dokter gigi terhadap perilaku kooeratif preschooler / untuk mnentapkan pengikutpengikut kareakteristik perikau-perilaku untuk menggunakan dalam rencana management :
-

Membaca sifat personality yang ditunjukkan prescoooler


Jika preschooler menyukai verbalize, komunikasi antara doker gigi dan
pasien harus digunakan sepenuhnya untuk keefektifan.
Modelling penting untuk pengetahuan preschooler selama periode ini.
Dokter gigi dan staf harus menggunakan modeling dalam setiap
pemahaman situasi.
Karena kesadaran diri preschooler dan kekhawatiran, khususnya nyeri
dan berdarah, dokter gigi dan staf harus siap untuk beraksi menjauh atau
posedur dental yang medorong kegelisahan terhadap prosedur dental

d. Middle Years Child petengahan umur anak


6-12 tahun. Ini adalah waktu atau saat kehilangan gigi. Waktu moderate pertumbuhan
fisik secara cepat ; saat-saat untuk mencari jati diri, saat bergabung dengan teman-teman
sejenisnya dan saat-saat emosionalisme serta kebingungan. Untuk dokter gigi dan staf,
interval umur-umur pertengahan ini terdiri dari keterlibatan perilaku minimal.

e. Adolescent remaja
Individu yang bukan anak-anak tetapi juga bukan dewasa. 11 15 tahun ditandai denagan
dorongan pertumbuhan fisik, kematangan karakteristik sex primer dan sekunder dan
perubaa bagian tubuh. Perubahan individual tidak hanya morfologi, tetapi juga secara
emosioanl. Lingkungan adolescent memiliki konotasi yang berbeda, mereaka harus
mencari tempat dalam lingkungkungan social yang baru dan mempersiapkan untuk
dewasa.
Dokter gigi dan staf akan dapat pengalaman ynag menyenangkan dengan bekerja untuk
remaja. Remaja yang lebih muda biasnya akan merespon dengan suatu cara yang
menghargai. Bias juga erupakan periode selam pubertas dimana individu menjadi
sensitive dan moody, memerlukan perhatian khusus dan kesabaran dari dokter gigi dan
staf.

2.6. Klasifikasi Perilaku Anak


a) Menurut Frankl (derajat tingkah laku):6
Rating 1: pasti negative (--)
Menolak perawatan, menangis, ketakutan/ beberapa tanda yang jelas ekstrim.
Menolak perawatan:
Immature behavior: tanpa sebab dan tidak dapat meguasai situasi,
biasa pada toodler/ preschooler dan special child.
Perilaku yang dapat dikontrol: pada dasarnya suatu sifat pemarah,
kegelisahan yang ekstrim preschooler.
Perilaku menentang: tipe perlwanan aktif/ pasif. Keras kepala
adalah jenis respon yang dihubungkan dengan perilaku ini.
Biasanya pada middle years child.
Menangis dengan sangat keras: perilaku yang tidak dapat dikontrol.
Biasanya pada late preschooler/ middle years child.
Ketakutan: perilaku yang tidak dapat dikontrol dan perilaku menentang.
Rating 2: negative (-)
Enggan untuk menerima perawatan, tidak kooperatif, beberapa tanda sikap negatif
terbatas (ringan).
Enggan menerima perawatan:
Immature behavior, yang biasanya pada toodler/ preschooler dan
special child.
Perilaku takut atau malu-malu: terlihat pada anak yang terlalu
dilindungi, ditakuti oleh lingkungan asing (anak mengenal orangorang tertentu saja).
Perilaku yang mempengaruhi: tekanan dari keluarga dan teman
sebaya.
Menunjukkan tanda negative ringan:
Timid behavior (pemalu), harus diajarka untuk percaya diri.
Merenngek: biasanya pada preschooler dan middle years child.
Rating 3: positif (+)
Menerima perawatan tetapi berhati-hait, kemauan untuk menuruti dokter gigi,
terkadang pasien mau mengikuti arahan dokter gigi dengan kooperatif.
Menerima perawatan:
Perilaku kooperatif: mengikuti arahan dokter gigi tetapi ragu-ragu.
Konsep behavior: respon dengan harmonis.

6 Mathewson, R.J. and Primosch R.E. :Fundamental of Pediatric Dentistry. 3th ed.
Chicago-Quintessence,. 1955,.(h.15-17).
10

Perilaku merengek: dianggap atau tidak bias dianggap perilaku


negatif.
Timid behavior/ pemalu: mengikuti arahan dokter gigi dengan
malu-malu.

Rating 4: pasti positif (++)


Berhubungan baik dengan dokter gigi, tertarik dengan prosedur dental, tertawa,
dan menikmati situasi.
Perilaku unik: menanti-nanti dan mengenai pentingnya pencegahan yang
baik dan peduli akan pencegahan.

b) Menurut Wrigth (kooperatif anak):7


Kooperatif ( dapat diajak bekerja sama)
Kecemasan yang minimal, antusias, bersemangat, dapat dirawat dengan berterus
terang, pendekatan tingkah laku. Ketika garis pedoman tingkah laku terbentuk,
mereka memperlihatkan diri dalam satu kerangka kerja (framework). Biasanya
anak kooperatif sadar, hal tersebut kunci untuk mempertahankan treatment.
Kekurangan kemampuan untuk kooperatif
Kategori ini termasuk anak-anak yang sangat kecil yang sangat sulit diaja
berkomunikasi dan sulit untuk diberi pengertian. Kelompok anak yang lainnya
yang mengalami kekurangan kemampuan untuk kooperatif adalah anak-ana yang
mengalami kecatatan atanu penyakit-penyakt yang melemahkan.
Potensially kooperatif / Behavior Problem
Memiliki kemampuan untuk menjad pasien yang kooperatif , apabila tingkah laku
anak berhasil dimodifikasi oleh dokter gigi, maka si anak akan menjadi
kooperatif.
Uncontrolled Behavior
Menangis dengan suara keras, penyerangan fisik, mengertak-ngertakkan
kaki dan tangan, biasanya terlihat pada anak umur 3-6 tahun, pada
kunjungan awal ke dokter gigi.
Defiant Behavior ( Perilaku melawan)
Berteiak seperti, saya tidak mau atau saya tidak akan, biasanya di
rumah juga memiliki kebiasaan serupa, merupakan anak yang keras
kepala, dapat terjadi pada anak di segala umur, dan lebih terkarakteristik
pada kelompok usia sekolah umum.
7 Wright, G.Z. :Behavior Management in Dentistry for Children. Philadelphia-LondonToronto, W.B. Sauders Co.,1975, (h. 59-63).
11

Timid behavior ( pemalu/takut)


Bagian teringan dari perilak negative pada anak, apabila tidak termenej
dengan baik, maka perilaku ini dapat berubah menjadi perilaku tidak
terkontrol. Beberapa anak berlindung di balik orang tua mereka, biasnya
gagal untuk bertahan secara fisik terhadap erawatan yang diberikan
beberapanya termangu-mangu ketika diberi penjelasan dan sebagian
merengek, tetapi tidak menangis secara histeris.
Anak-anak overprotective, interaksi sedikit dengan orang asing, tinggal di
area yang terisolasi dan selalu diperingatkan akan bahaya sekitar.
Tense kooperatif Behavior (tegang)
Batas antara perilaku positif negative, anak menerima perawatan yang
akan dilakukan tanpa perilaku sengit , misbehavior physically, namun dari
bahasa tubuh anak mencerminkan ketegangan, beberapa anak selalu
memperhatikan gerak-gerik dentist / asistennya denga kedua matanya,
bergetar, telapak tangan dan alais yang berkeringat.
Whining Behavior (cengeng)
Menagis tetapi tidak menjerit, suara emosi konstan, jarang sekali
disertai air mata saja. Dapat menjadi menjengkelkan.
Lokal anastesi dapat diberika, namun sering sekali mereka protes
terhadapa rasa sakit.
Termasuk ke dalam kelompok potensial perilaku kooperatif dan
manifestasi terhadap suatu reaksi

2.7. Segitiga Perawatan Anak8


Perbedaan antara perawatan yang dilakukan pada anak-anak dan perawatan pada orang dewasa
terletak pada hubungan dokter gigi dan pasien.
Perawatan untuk orang dewasa meliputi hubungan antara dokter-pasien (one to one relationship),
sedangkan perawatan terhadap anak-anak adalah hubungan antara dokter gigi pasien anak
orang tua/ orang yang mendampingi anak tersebut (one to two relationship). Hal ini disebut
segitiga perawatan anak.

8 Mc.Donald, R.E. and David R. Avery. :Dentistry for the Child and Adolescent. 7th ed., St.
Louis, Mosby.,2000, (h. 24-25).

12

Terlihat pada skema ini bahwa anak terletak pada puncak segitiga dan mempunyai focus
perhatian dari keluarga dan dokter gigi. Peran keluaga yang dapat mengubah dan lingkungan
keluarga harus dipertimbangkan. Tanda panah pada segitiga tersebut menunjukkan bahwa
hubungan antara ketiga unsure tersebut , pasien anak, keluarga, dan dokter gigi yang bersifat
timbale balik.
Dasar dari menerapkan perilaku dentistry terhadap anak-anak adlah dengan membentuk
kemampuan untuk dapat mengarahkan mereka melalui pengalaman dental mereka. Pada jangka
pendek kemampuan tersebut adlah prasyarat untuk menghasilkan kebutuhan perawatan dental
bagi mereka dalam waktu segera mungkin pada jangka panjang efek keuntungan dapat diperoleh
ketika bibit-bibit untuk kesehatan gigi kedepannya ditanam mulai dari kecil.
Yang terpenting dalam perawatan pasien anak adalah hubungan yang dinamis diantara ketiga
sudut segitiga yaitu pasien anak, keluarga dan dokter gigi.
Dokter harus meyakinkan adanya kooperatif oaring tua, mendiskusikan kebiasaan seerti
menghisap ibu jari dan lain-lain. Dengan tujuan memotivasi pasien untuk menghilangkan
kebiasaan buruk tersebut.
Dokter gigi dapat mmberikan contoh dengan menggunakan study medis yang akan
mendemonstrasikan antara gigi yang protusi dibandingkan dengan gigi normal.

2.8. Pendekatan Non-Farmakoterapi9


a. Modeling
Modeling/ imitasi (Badura; 1969): suatu proses sosialisasi yang terjadi baik secara langsung
dalam interaksinya dengan lingkungan sosial.
Tujuan: untuk mengurangi dan menghilangkan rasa takut dan cemas yang tinggi.
9 Wright, G.Z. :Behavior Management in Dentistry for Children. Philadelphia-LondonToronto, W.B. Sauders Co.,1975, (h. 97-105).
13

Komponen proses belajar melalui model (Badura; 1969):


Memperhatikan
Mencamkan
Memproduksi gerak motorik
Ulangan penguatan dan motivasi

b. Desensitisasi
merupakan suatu cara untuk mengurangi rasa takut & cemas seorang anak dengan jalan
memberikan ransang yang membuat cemas sedikit demi sedikit.
Terdiri 3 tahapan:

Pertama; lihatlah pasien agar santai dan rileks.

Kedua; susunlah secara berurutan hal-hal yang membuat pasien cemas dan takut.

Ketiga; memberi rangsang dari hal yang begitu tidak menakutkan sampai anak tidak
merasa takut lagi dan ransang ini ditingkatkan menurut ukuran yang telah disusun.

c. Behavior shaping
Adalah suatu cara yang dilakukan secara bertahap untuk mencapai tingkah laku yang
diinginkan oleh dokter gigi selama perawatan.
Indikasi:

untuk anak yang kurang dipersiapkan pada kunjungan pertama

anak yang mempunyai pengalaman yang tidak menyenangkan terhadap dokter gigi pada
perawatan sebelumnya.

Anak yang takut terhadap perawatan gigi akibat informasi oarang tua/ teman sebayanya.

14

Penanggulangannya: TELL-SHOW-DO (TSD)

TELL: menerangkan pada anak mengenai perawatan yang akan dilakukan dan bagaimana
seharusnya anakl bersikap.

SHOW: menunjukkan/ mendemonstrasikan kepada anak apa yang akan dilakukan


terhadap dirinya.

DO: anak dilakukan perawatan gigi sesuai hal-hal yang sudah diterangkan dan
didemonstrasikan.

d. Retraining
Sama dengan behavior shaping, tetapi ada perbedaannya yaitu: terutama dilakukan pada anak
yang menunjukkan rasa cemas dan tingkah laku negatif yang cukup tinggi.
Penanggulangan:

Memberi perhatian dan kepercaaan yang lebih besar pada diri anak (Re-emphasized).

Mengalihkan perhatian anak (Distraction).

e. Aversive conditioning
Dikenal juga dengan: Hand Over Mouth Exercise (HOME).
Indikasi:

Digunakan pada anak dimana sejak kunjungan pertama ke klinik gigi menunjukkan sikap
yang tidak kooperatif, tidak mau mengerti dengan penjelasan atau bujukan, keras kepala,
menolak perawatan, menangis berkepanjangan dll.

Tidak pada anak <3thn, efektif untuk anak 3-6th.

Tidak menggunakan sedasi, anak harus sadar sepenuhnya.

15

2.9. Pendekatan Farmakoterapi10


a. Conscious sedation
Definisi (American Academy of Pediatric Dentistry; 1993): merupakan penurunan level
kesadaran yang menahan kemampuan pasien untuk memelihara jalan nafas secara continue dan
independent, dan masih merespon terhadap stimulus fisik dan/atau perintah verbal.

Obat: Nitrous oxide-oxygen (N2O)

Metode administrasi obat:


Intravena
Intramuscular
Oral
Rectal
Inhalasi

b. General anasthesia
Bennet (1974) mendefinisikan sbg: pemantauan timbal balik thdp ketidak aturan kelumpuhan sel
sistem saraf pusat.

Anastesi umum dapat diterapkan pada pasien anak dengan 5 kriteria:

Pasien: apakah ada kelainan fisik/ persoalan perilaku yg cukup serius & seringkali
menghambat anak untuk berperilaku positif.

Prosedur: apakah pekerjaan perawatan akan dpt selesai dgn baik dimana anak tdk mau
berperilaku kooperatif.

10 Stewart, R.E. :Pediatric Dentistry Screntific Foundation and Clinical Practise. St.
Louis-Toronto-London, The CV. Mosby co. (h. 793-801).
16

Tempat: fasilitas penyembuhan pasca anastesi.

Personal: apakah DRG dan staf cukup berpenggalaman utk melakukan anastesi dan
mampu utk menangulangi pra, selama, dan pasca pemberian anastesi.

Persiapan: apakah pasien tlh dipersiapkan emosi dan fisiknya (pemeriksaan fisik dan
laboratorium).

17

BAB III
KESIMPULAN

Adapun kesimpulan dari makalah ini antara lain:


1. Kecemasan: suatu sinyal bahaya yang dirasakan dan dipikirkan oleh seseorang secara sadar.
Sinyal tersebut dihasilkan oleh ansaman dari sesuatu dengan atau tanpa stimulasi dari situasi
eksternal
2. Macam-macam rasa takut:
Objektif
Subjektif
Sugesti
3. Psikologi pembelajaran:
Stimulus dan respon
Motivasi
Reinforcement
Generalisasi:
Generalisasi stimulus
Generalisasi respon
Generalisasi penengah/ mediated
Diskriminasi dan ekstinsi

4. Masa perkembangan anak merupakan masa bertumbuh dan berkembangnya semua aspek dan
fungsi dalam diri anak (fisik, intelektual, social), secara serentak dan seimbang (multi
dimensional).
5. Klasifikasi anak menutut Frankl (derajat tingkah laku):
Rating 1: pasti negative (--)
Rating 2: negative (-)
Rating 3: positif (+)
Rating 4: pasti positif (++)
Menurut Wrigth (kooperatif anak):
Kooperatif ( dapat diajak bekerja sama)
Kekurangan kemampuan untuk kooperatif
Potensially kooperatif / Behavior Problem
Uncontrolled Behavior
Defiant Behavior ( Perilaku melawan)
18

Timid behavior ( pemalu/takut)


Tense kooperatif Behavior (tegang)
Whining Behavior (cengeng)
6. Perawatan untuk orang dewasa meliputi hubungan antara dokter-pasien (one to one
relationship), sedangkan perawatan terhadap anak-anak adalah hubungan antara dokter gigi
pasien anak orang tua/ orang yang mendampingi anak tersebut (one to two relationship). Hal
ini disebut segitiga perawatan anak.
7. Pendekatan Non-Farmakoterapi:

Modeling
Desensitisasi
Behavior shaping
Retraining
Aversive conditioning

8. Pendekatan Farmakoterapi
Conscious sedation merupakan penurunan level kesadaran yang menahan kemampuan
pasien untuk memelihara jalan nafas secara continue dan independent, dan masih
merespon terhadap stimulus fisik dan/atau perintah verbal.
General anasthesia merupakan pemantauan timbal balik thdp ketidak aturan kelumpuhan
sel sistem saraf pusat.
Anastesi umum dapat diterapkan pada pasien anak dengan 5 kriteria:
Pasien
Prosedur
Tempat
Personal
Persiapan

19

DAFTAR PUSTAKA

1. Finn, S.B. :Clinical Pedodontics. 3th ed. , Philadelphia-Toronto-London, W.B. Sauders Co.,
1973.
2. Mathewson, R.J. dan Primosch R.E. :Fundamental of Pediatric Dentistry. 3th ed. ChicagoQuintessence,.1955.
3. Mc.Donald, R.E. and David R. Avery. :Dentistry for the Child and Adolescent. 7th ed., St.
Louis, Mosby.,2000.
4. Stewart, R.E. :Pediatric Dentistry Screntific Foundation and Clinical Practise. St. LouisToronto-London, The CV. Mosby co.
5. Wright, G.Z. :Behavior Management in Dentistry for Children. Philadelphia-London-Toronto,
W.B. Sauders Co.,1975.

20

Anda mungkin juga menyukai