Anda di halaman 1dari 12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A; PENGERTIAN UMUM OBAT TRADISIONAL
1; PENGERTIAN OBAT TRADISIONAL

Obat Tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa


bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik),
atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah
digunakan untuk pengobatan, dan dapat diterapkan sesuai dengan norma
yang berlaku di masyarakat. (Permenkes, 2010)
Obat tradisional adalah obat-obatan yang diolah secara
tradisional, turun-temurun, berdasarkan resep nenek moyang, adatistiadat, kepercayaan, atau kebiasaan setempat, baik bersifat magic
maupun pengetahuan tradisional. Menurut penelitian masa kini, obatobatan tradisional memang bermanfaat bagi kesehatan, dan kini
digencarkan penggunaannya karena lebih mudah dijangkau masyarakat,
baik harga maupun ketersediaannya. Obat tradisional pada saat ini
banyak digunakan karena menurut beberapa penelitian tidak terlalu
menyebabkab efek samping, karena masih bisa dicerna oleh tubuh.
(Wikipedia, 2007)
Beberapa perusahaan mengolah obat-obatan tradisional yang
dimodifikasi lebih lanjut. Bagian dari Obat tradisional yang bisa
dimanfaatkan adalah akar, rimpang, batang, buah, daun dan bunga.
Bentuk obat tradisional yang banyak dijual dipasar dalam bentuk kapsul,
serbuk, cair, simplisia dan tablet.
2; PENGGOLONGAN OBAT TRADISIONAL

Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa


bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian ( galenik)
atau campuran dari bahan tersebut, yang secara turun-temurun telah
digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman. Obat bahan alam
yang ada di Indonesia saat dapat dikategorikan menjadi 3, yaitu jamu,
obat herbal terstandar, dan fitofarmaka.
a; Jamu (Empirical based herbalmedicine)
Jamu adalah obat tradisional yang disediakan secara tradisional,
yang berisi seluruh bahan tanaman yang menjadi penyusun jamu
tersebut, higienis (bebas cemaran) serta digunakan secara

tradisional. Jamu telah digunakan


secara

turun-temurun

berpuluh-puluh

tahun

selama
bahkan

mungkin ratusan tahun, Pada umumnya, jenis ini dibuat dengan


mengacu pada resep peninggalan leluhur . Bentuk jamu tidak
memerlukan pembuktian ilmiah sampai dengan klinis, tetapi
cukup dengan bukti empiris turun temurun.
b; Obat Herbal Terstandar (Scientificbased herbal medicine)

Adalah

obat

disajikan

tradisional

yang

ekstrak

atau

dari

penyarian bahan alam yang dapat


berupa tanaman obat, binatang, maupun mineral. Untuk
melaksanakan proses ini membutuhkan peralatan yang lebih
kompleks dan berharga mahal, ditambah dengant enaga kerja
yang mendukung dengan pengetahuan maupun ketrampilan
pembuatan ekstrak. Selain proses produksi dengan teknologi
maju, jenis ini telah ditunjang dengan pembuktian ilmiah berupa
penelitian-penelitian

pre-klinik

mengikutis

kandungan

tandar

(uji

pada

bahan

hewan)

dengan

berkhasiat,

standar

pembuatan ekstrak tanaman obat, standar pembuatan obat


tradisional yang higienis, dan uji toksisitas akut maupun kronis.
c; Fitofarmaka (Clinical basedherbal medicine)

Fitofarmaka adalah obat tradisional dari bahan alam yang dapat


disetarakan dengan obat modern karena proses pembuatannya
yang telah terstandar, ditunjang dengan bukti ilmiah sampai
dengan uji klinik pada manusia dengan kriteria memenuhi syarati
lmiah, protokol uji yang telah disetujui, pelaksana yang
kompeten, memenuhi prinsip etika, tempat pelaksanaan uji
memenuhi syarat. Dengan uji klinik akan lebih meyakinkan para
profesi medis untuk menggunakan obat herbal di sarana
pelayanan kesehatan. Masyarakat juga bisa didorong untuk

menggunakan obat herbal karena


manfaatnya

jelas

dengan

pembuktian secara ilimiah.


3; KELEBIHAN DAN KEKURANGAN
a; Kelebihan obat tradisional
1; Memiliki efek samping yang saling mendukung jika berada

dalam satu ramuan dengan komponen yang berbeda


2; Memiliki efek samping yang relatif rendah
3; Pada satu tanaman memiliki lebih dari satu efek farmakologi
serta lebih sesuai untuk penyakit-penyakit yang diakibatkan
pertukaran zat di dalam tubuh dan keturunan.
b; Kekurangan obat tradisional
1; Takaran harus tepat.Jika tidak tepat, obat tradisional bisa tidak
aman bagi tubuh dan kesehatan manusia.
2; Harus tepat memilih jenis obat sesuai dengan riwayat kesehatan
masing-masing, sehingga tidak menimbulkan efek samping
yang membahayakan jiwa.
4; BAHAN BAKU OBAT TRADISIONAL

Bahan baku obat tradisional bisa didapatkan dari hewan maupun


tumbuhan. Namun, sumber obat tradisional yang banyak dikembangkan
berasal dari tumbuhan. Sebab, tumbuhan mudah dibudidayakan, ramah
lingkungan, dan hampir seluruh bagian yang terdapat pada tumbuhan
(mulai dari akar, umbi, batang, kulit, daun, biji, dan bunga)berkhasiat
untuk mengobati berbagai macam penyakit.
5; CARA MEREBUS RAMUAN OBAT

Perebusan umumnya dilakukan dalam pot tanah, pot keramik,


atau panic email. Pot keramik dapat dibeli di took obat tradisional
Tionghoa. Panic dari besi, alumunium atau kuningan sebaiknya tidak
digunakan untuk merebus. Hal ini diingatkan karena bahan tersebut dapat
menimbulkan endapan, konsentrasi larutan obat yang rendah,
terbentuknya racun atau menimbulkan efek samping akibat terjadinya
reaksi kimia dengan bahan obat.

Gunakan air yang bersih untuk merebus. Sebaiknya digunakan air


tawar, kecuali ditentukan lain. Cara merebus bahan sebagai berikut.
Bahan dimasukkan ke dalam pot tanah. Masukkan air sampai bahan
terendam seluruhnya dan permukaan air sekitar 30 mm diatasnya.
Perebusan dimulai bila air telah meresap kedalam bahan ramuan obat.
Lakukan perebusan dengan api sesuai petunjuk pembuatan.
Apabila nyala api tidak ditentukan, biasanya perebusan dilakukan dengan
api besar sampai airnya mendidih. Selanjutnya api dikecilkan untuk
mencegah air rebusan meluap atau terlalu cepat kering. Meski demikian,
adakalanya api besar dan api kecil digunakan sendiri-sendiri sewaktu
merebus baha obat. Sebagai contoh, obat yang berkhasiat tonik umumnya
direbus dengan api kecil sehingga zat berkhasiatnya dapat secara lengkap
dikeluarkan dalam air rebusan. Demikian pula tumbuhan obat yang
mengandung racun perlu direbus dengan api yang kecil dalam waktu
yang agak lama, sekitar 3-5 jam untuk mengurangi kadar racunnya.
Nyala api yang besar digunakan untuk ramuan obat yang dimaksudkan
agar pendidihan menjadi cepat dan penguapan berlebih dari zat yang
merupakan komponen aktif tumbuhan dapat dicegah.
6; CARA MENGKONSUMSI OBAT TRADISIONAL
a; Dosis tepat

b; Cara penggunaan tepat


c; Waktu mengkonsumsi tepat
d; Pemilihan bahan baku tepat sesuai dengan penyakit yang diderita
e;

Bahan baku obat benar dan tepat

B; PENGERTIAN UMUM JAMU


1; PENGERTIAN JAMU

Jamu tradisional adalah jamu yang terbuat dari bahan-bahan alami.


Seperti dari tumbuh-tumbuhan yang diracik menjadi serbuk jamu dan
minuman jamu.Tujuannya sebagai khasiat kesehatan dan kehangatan
tubuh. (Wikipedia, 2010)

Dalam Kamus Besar bahasa Indonesia, jamu adalah ramuan dari


rempa-rempa yang dihaluskan dengan air lalu diminum (untuk obat), atau
dalam kata lain disebut dengan obat tradisional.
Jamu tergolong dalam obat tradisional, yaitu bahan atau ramuan
bahan yang berupa bahan tumbuhan, hewan, mineral, sediaan sarian
(galenik), atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun-menurun
telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman (Permenkes
RI No.246/Menkes/Per/V/1990).
Jamu (Empirical based herbalmedicine) adalah obat tradisional
yang disediakan secara tradisional, yang berisi seluruh bahan tanaman
yang menjadi penyusun jamu tersebut, higienes (bebas cemaran) serta
digunakan secara tradisional. Bentuk jamu tidak memerlukan pembuktian
ilmiah sampai dengan klinis, tetapi cukup dengan bukti empiris secara
turun-menurun.
Setiap hari jumlah dan jenis jamu yang dijajakan tidak selalu
sama, tergantung kebiasaan dan kebutuhan konsumen. Setelah dilakukan
pendataan, diperoleh informasi bahwa jenis jamu yang biasa dijual ada
delapan, yaitu beras kencur, cabe puyang, kudu laos, kunci suruh, uyupuyup/gepyokan, kunir asam, pahitan, dan sinom. Terkadang penjual jamu
gendong juga menyediakan jamu bubuk atau pil dan kapsul hasil produksi
industri jamu.

2; MACAM-MACAM JAMU TRADISIONAL

Jenis jamu, khasiat, bahan baku, dan cara pengolahan


a; Jamu beras kencur
Jamu beras kencur dipercaya dapat menghilangkan pegal-pegal
pada tubuh. Dengan membiasakan minum jamu beras kencur, tubuh
akan terhindar dari pegal-pegal dan linu yang biasa timbul bila bekerja
terlalu payah. Selain itu, banyak pula yang berpendapat bahwa jamu
beras kencur dapat merangsang nafsu makan, sehingga selera makan
meningkat dan tubuh menjadi lebih sehat.

1; Bahan baku

Dalam pembuatan jamu beras kencur, terdapat


beberapa variasi bahan yang digunakan, namun terdapat dua
bahan dasar pokok yang selalu dipakai, yaitu beras dan kencur.
Kedua bahan ini sesuai dengan nama jamu, dan jamu ini selalu
ada meskipun komposisinya tidak selalu sama di antara penjual
jamu. Bahan-bahan lain yang biasa dicampurkan ke dalam
racikan jamu beras kencur adalah biji kedawung, rimpang jahe,
biji kapulogo, buah asam, kunci, kayu keningar, kunir, jeruk
nipis, dan buah pala. Sebagai pemanis digunakan gula merah
dicampur gula putih dan seringkali mereka juga
mencampurkan gula buatan.
2; Cara pengolahan:
Pada umumnya tidak jauh berbeda, yaitu direbus dan dibiarkan
sampai dingin, kemudian disediakan sesuai kebutuhan. Mulamula beras disangan, selanjutnya ditumbuk sampai halus.
Bahan-bahan lain sesuai dengan komposisi racikan ditumbuk
menggunakan lumpang dan alu besi atau batu. Kedua bahan ini
kemudian dicampur, diperas, dan disaring dengan saringan
atau diperas melalui kain pembungkus bahan. Sari perasan
bahan dicampurkan ke dalam air matang yang sudah tersedia,
diaduk rata. Selanjutnya dimasukkan ke dalam botol-botol.
b; Jamu Kunir Asam
Jamu kunir asam dikatakan oleh sebagian besar penjual jamu
sebagai jamu 'adem-ademan atau seger-segeran' yang dapat diartikan
sebagai jamu untuk menyegarkan tubuh atau dapat membuat tubuh
menjadi dingin. Ada pula yang mengatakan bermanfaat untuk
menghindarkan dari panas dalam atau sariawan, serta membuat perut
menjadi dingin. Seorang penjual jamu mengatakan bahwa jamu jenis
ini tidak baik dikonsumsi oleh ibu yang sedang hamil muda
sehubungan dengan sifatnya yang memperlancar haid. Ada pula
penjual jamu yang menganjurkan minum jamu kunir asam untuk
melancarkan haid.
1; Bahan baku
Penggunaan bahan baku jamu kunir asam pada umumnya tidak
jauh berbeda di antara pembuat. Perbedaan terlihat pada komposisi
bahan penyusunnya. Jamu dibuat dengan bahan utama buah asam

ditambah kunir/kunyit, namun beberapa pembuatnya ada yang


mencampur dengan sinom (daun asam muda), temulawak, biji
kedawung, dan air perasan buah jeruk nipis. Sebagai pemanis
digunakan gula merah dicampur gula putih dan seringkali mereka
juga mencampurkan gula buatan, serta dibubuhkan sedikit garam.
2; Cara pengolahan
Pada umumnya tidak jauh berbeda antar penjual jamu, yaitu
direbus sampai mendidih dan jumlahnya sesuai kebutuhan. Bahanbahan sesuai dengan komposisi racikan ditumbuk secara kasar
menggunakan lumpang dan alu besi atau batu atau diiris tipis-tipis
(kunyit), dimasukkan ke dalam air mendidih dan direbus sampai
mendidih beberapa saat. Selanjutnya, ditambahkan gula (atau
pemanis buatan) sampai diperoleh rasa manis sesuai selera
(dicicipi). Rebusan yang diperoleh dibiarkan sampai agak dingin,
kemudian disaring dengan saringan. Rebusan yang sudah disaring
dibiarkan dalam panci dan selanjutnya dimasukkan ke dalam
botol-botol dan siap untuk dijajakan.
c; Jamu Cabe Puyang
Jamu cabe puyang dikatakan oleh sebagian besar penjual jamu
sebagai jamu 'pegal linu'. Artinya, untuk menghilangkan cikalen,
pegal, dan linu-linu di tubuh, terutama pegal-pegal di pinggang.
Namun, ada pula yang mengatakan untuk menghilangkan dan
menghindarkan kesemutan, menghilangkan keluhan badan panas
dingin atau demam. Seorang penjual mengatakan minuman ini baik
diminum oleh ibu yang sedang hamil tua.
1; Bahan baku
Bahan dasar jamu cabe puyang adalah cabe jamu dan puyang.
Tambahan bahan baku lain dalam jamu cabe puyang sangat
bervariasi, baik jenis maupun jumlahnya. Bahan lain yang
ditambahkan antara lain temu ireng, temulawak, jahe, kudu, adas,
pulosari, kunir, merica, kedawung, keningar, buah asam, dan
kunci. Sebagai pemanis digunakan gula merah dicampur gula
putih dan kadangkala mereka juga mencampurkan gula buatan
serta dibubuhkan sedikit garam.
2; Cara pengolahan
Pada umumnya tidak jauh berbeda, yaitu pertama-tama air direbus
sampai mendidih dan dibiarkan sehingga dingin, jumlahnya sesuai

dengan kebutuhan. Bahan-bahan sesuai dengan komposisi racikan


ditumbuk menggunakan lumpang dan alu besi atau batu. Seluruh
bahan ini kemudian diperas melalui saringan ke dalam air matang
yang sudah tersedia. Selanjutnya, ramuan yang diperoleh diaduk
rata kemudian dimasukkan ke dalam botol-botol.
c; Jamu Pahitan
Jamu pahitan dimanfaatkan untuk berbagai masalah kesehatan.
Penjual jamu memberikan jawaban yang bervariasi tentang manfaat
jamu ini, namun utamanya adalah untuk gatal-gatal dan kencing
manis. Penjual yang lain mengatakan manfaatnya untuk 'cuci darah',
kurang nafsu makan, menghilangkan bau badan, menurunkan
kolesterol, perut kembung/sebah, jerawat, pegal, dan pusing.
1; Bahan baku
Bahan baku dasar dari jamu pahitan adalah sambiloto. Racikan
pahitan sangat bervariasi, ada yang hanya terdiri dari sambiloto,
tetapi ada pula yang menambahkan bahan-bahan lain yang rasanya
juga pahit seperti brotowali, widoro laut, doro putih, dan babakan
pule. Ada pula yang mencampurkan bahan lain seperti adas dan
atau empon-empon (bahan rimpang yang dipergunakan dalam
bumbu masakan).
2; Cara pengolahan
Pembuatan jamu pahitan adalah dengan merebus semua bahan
ke dalam air sampai air rebusan menjadi tersisa sekitar
separuhnya. Cara ini dimaksudkan agar semua zat berkhasiat
yang terkandung dalam bahan dapat larut ke dalam air rebusan.
Sebagai hasil akhirnya, diperoleh rebusan dengan rasa sangat
pahit. Khusus jamu pahitan, tidak diberikan gula atau bahan
pemanis lain. Sebagai penawar rasa pahit, konsumen minum
jamu gendong lain yang mempunyai rasa manis dan segar
seperti sinom atau kunir asam.
d; Jamu Kunci Suruh
Jamu kunci suruh dimanfaatkan oleh wanita, terutama ibu-ibu
untuk mengobati keluhan keputihan (fluor albus). Sedangkan
manfaat lain yaitu untuk merapatkan bagian intim wanita (vagina),
menghilangkan bau badan, mengecilkan rahim dan perut, serta
dikatakan dapat menguatkan gigi.
1; Bahan baku

Bahan baku jamu ini sesuai dengan namanya, yaitu rimpang


kunci dan daun sirih. Biasanya selalu ditambahkan buah asam
yang masak. Beberapa penjual jamu menambahkan bahanbahan lain yang biasa digunakan dalam ramuan jamu
keputihan atau jamu sari rapat seperti buah delima, buah
pinang, kunci pepet, dan majakan. Dalam penelitian ini,
ditemukan bahan lain yang ditambahkan, yaitu jambe, manis
jangan, kayu legi, beluntas, dan kencur. Sebagai pemanis
digunakan gula pasir, gula merah, dan dibubuhkan sedikit
garam.
2; Cara pengolahan
Cara pengolahan pada umumnya tidak jauh berbeda antar
penjual jamu, yaitu air direbus sampai mendidih sesuai
dengan kebutuhan. Bahan-bahan sesuai dengan komposisi
racikan ditumbuk secara kasar menggunakan lumpang dan
alu besi atau batu atau diiris tipis-tipis (kunyit), diperas,
disaring, dan dimasukkan ke dalam air matang yang sudah
didinginkan. Selanjutnya, ditambahkan gula sesuai
kebutuhan, sampai diperoleh rasa manis sesuai selera
dengan cara dicicipi. Ramuan selanjutnya dimasukkan ke
dalam botol-botol dan siap untuk dijajakan.
e; Jamu Kudu Laos
Menurut sebagian besar penjual jamu, khasiat jamu kudu laos
adalah untuk menurunkan tekanan darah. Tetapi, ada pula yang
mengatakan untuk melancarkan peredaran darah, menghangatkan
badan, membuat perut terasa nyaman, menambah nafsu makan,
melancarkan haid, dan menyegarkan badan.
Cara pengolahan
Cara pengolahan pada umumnya tidak jauh berbeda antar penjual
jamu yaitu pertama-tama air direbus sampai mendidih sejumlah
sesuai kebutuhan. Bahan-bahan sesuai dengan komposisi racikan
ditumbuk secara kasar menggunakan lumpang dan alu besi atau
batu kemudian diperas dan disaring dimasukkan ke dalam air
matang yang sudah dingin. Selanjutnya ditambahkan gula sampai
diperoleh rasa manis sesuai selera (dicicipi). Ramuan selanjutnya
dimasukkan ke dalam botol-botol dan siap untuk dijajakan.
f; Jamu Uyup-uyup/Gepyokan

Jamu uyup-uyup atau gepyokan adalah jamu yang


digunakan untuk meningkatkan produksi air susu ibu pada ibu
yang sedang menyusui. Hanya seorang penjual jamu yang
mengatakan bahwa ada khasiat lain, yaitu untuk menghilangkan
bau badan yang kurang sedap, baik pada ibu maupun anak dan
'mendinginkan' perut.
Bahan baku dan cara pengolahan
Bahan baku jamu uyup-uyup sangat bervariasi antar pembuat jamu,
namun pada umumnya selalu menggunakan bahan empon-empon
yang terdiri dari kencur, jahe, bangle, laos, kunir, temulawak,
puyang, dan temugiring. Cara pengolahan, yaitu semua bahan
dicuci bersih tanpa dikupas, selanjutnya empon-empon dirajang
(diiris tipis) ditambah bahan-bahan lain dan ditumbuk kasar, lalu
diperas serta disaring. Perasan dimasukkan ke dalam air matang
yang sudah dingin. Selanjutnya ditambahkan gula (atau pemanis
buatan) sampai diperoleh rasa manis sesuai selera (dicicipi).
C; Risiko Penggunaan Jamu Jangka Panjang
Umumnya, Jamu diracik dengan bahan-bahan yang alami, tanpa adanya
unsur-unsur kimia yang ditambahkan ke dalamnya. Jika jamu dicampur dengan
bahan-bahan kimia dengan dosis yang tidak sesuai dengan terapi maka tentunya
akan berdampak pada kesehatan kita jika dikonsumsi dalam jangka panjang.
Sekalipun Jamu, Herbal atau obat tradisional mungkin secara luas
dianggap aman, disarankan untuk waspada. Jangan longgarkan kewaspadaan
Anda hanya karena suatu produk berlabelkan natural. Fakta yang tidak
menyenangkan ialah bahwa beberapa jamu dan herbal bahkan bisa sangat
berbahaya. Dan ironisnya beberapa orang tidak memandang herbal atau obat
tradisional sebagaimana mestinya. Senyawa kimia dalam obat tradisional atau
herball dapat mengubah detak jantung, tekanan darah, dan kadar glukosa. Maka,
orang yang memiliki problem jantung, tekanan darah tinggi, atau kelainan gula
darah seperti diabetes mesti sangat waspada.
Meski demikian, efek sampingan obat tradisional biasanya terbatas pada
reaksi tipe alergi. Misalnya sakit kepala, pusing, mual, atau ruam. Beberapa
pengobatan tradisional atau herbal kemungkinan bisa menimbulkan krisis
penyembuhan dengan menghasilkan gejala seperti flu atau gejala lainnya. Orang
yang mengkonsumsi obat tradisional mungkin tampak menjadi lebih parah

sebelum menjadi lebih baik. Secara umum dikatakan bahwa reaksi ini disebabkan
oleh pembuangan limbah racun dari tubuh selama tahap-tahap awal terapi herbal.
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menarik peredaran 54
jamu/obat tradisional karena terbukti mengandung bahan kimia obat keras yang
membahayakan kesehatan manusia. Menurut hasil pengawasan obat tradisional
dengan metode sampling dan pengujian laboratorium selama 2007, dalam obat
tradisional tersebut terkandung bahan kimia obat keras seperti sibutramin
hidroklorida, sildenafil sitrat, siproheptadin, fenilbutason, asam mefenamat,
prednisone, metampiron, teofilin, dan parasetamol yang besarnya tidak sesuai
dengan dosis terapi.
Dampak yang dapat ditimbulkan beberapa bahan kimia dalam jamu tersebut:
1; Sibutramin hidroklorida dapat meningkatkan tekanan darah dan denyut
jantung
2; Sildenafil sitrat menyebabkan sakit kepala, pusing, dispepsia, infark miokard,
gangguan pengelihatan, palpitasi (denyut jantung cepat) dan kematian
3; Siproheptadin dapat menyebabkan mual, muntah, diare, anemia, leukopenia
dan trombositipenia
4; Fenilbutason menyebabkan mual, ruam kulit, retensi cairan perdarahan
lambung, gangguan ginjal dan gagal ginjal.
5; Asam mefenamat menyebabkan diare, ruam kulit, trompositopenia dan
kejang.
6; Prednison menyebabkan gangguan saluran pencernaan
7; Metamphiron menyebabkan perdarahan lambung dan gangguan saluran
pencernaan serta sistem syaraf
8; Teofilin menyebabkan palpitasi, insomnia dan gangguan saluran cerna.

Daftar Pustaka
http://Id.wikipedia.org/tanaman_obat
http://www.ubb.ac.id/menulengkap.php?judul=Obat%20Tradisional%20dan
%20Tanaman%20Obat%20di%20Indonesia&&nomorurut_artikel=293
http://dawoxobehy.01lx.net/macam-macam-obat-tradisional/
http://www.anneahira.com/pencegahan-penyakit/obat-tradisional.htm

Anda mungkin juga menyukai