STATUS PASIEN
1. Identitas Pasien
a. Nama/Kelamin/Umur
: An. S/ Laki-laki/ 5 tahun
b. Pendidikan
: Belum sekolah
c. Alamat
: RT. 1 Kel Tambak Sari
2. Latar belakang sosial ekonomi-demografi-lingkungan keluarga
a. Jumlah saudara
:1
b. Status ekonomi keluarga
: kurang
c. Kondisi Rumah
:
Pasien hanya tinggal bersama orangtua dan kakaknya, Rumah terdiri
dari 1 ruang tamu, 1 dapur dan 1 kamar mandi, dengan jendela yang
jarang dibuka setiap hari. Rumah ini memiliki kamar tidur. yang
sempit dengan 1 jendela.
d. Kondisi Lingkungan keluarga: baik
3. Aspek psikologis di keluarga
: cukup baik
4. Riwayat penyakit dahulu/ keluarga :
a. Riwayat penyakit dahulu
Riwayat kejang disangkal
Riwayat Asma disangkal
b. Riwayat penyakit Keluarga :
Riwayat batuk lama disangkal
Ayah pasien perokok
5. Riwayat penyakit
a. Keluhan Utama : batuk sejak 2 hari yang lalu
b. Riwayat Perjalanan penyakit
Pasien datang berobat ke poliklinik anak Puskesmas Pakuan Baru
dibawa ibunya dengan keluhan Batuk dan pilek sejak 2 hari yag lalu.
Batuk kering, tidak berdarah, pilek berwarna bening dan tidak kuning
kental, pilek tidak dipengaruhi cuaca, debu, makanan dan obat-obatan
Rasa kering dan gatal pada tenggorokan (+),pasien juga mengeluh sakit
ketika menelan. Pasien Juga Demam (+) sejak 1 hari yang lalu, tapi tidak
terlalu tinggi, menggigil (-), berkeringat (-), nyeri pada telinga (-), keluar
air (-), telinga berdenging (-), suara parau. Ibu pasien juga mengeluh nafsu
makan pasien menurun. Karena keluhan hanya dibiarkan oleh pasien,
namun karena dirasa makin bertambah, ibu pasien membawa anaknya
berobat. BAK dan BAB tidak ada keluhan.
6. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran
: composmentis
Tanda vital
: nadi : 88x/i, RR 24 x/i, T:37,8C
Berat Badan
: 16 kg
Kepala
: normocepal
Mata
: CA -/-, SI -/- pupil isokor, reflek cahaya +/+
THT
: napas cuping hidung (-),faring terlihat hiperemis (+),
Tonsil T1-T1
Leher
: pembesaran KGB (-)
Thorak
Pulmo
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Cor
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Abdomen :
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Ektremitas
Tonsilitis akut
Rhinitis
Laryngitis akut
10. Manajemen
a. Promotif
Menjelaskan kepada orang tua tentang penyakit faringitis,
penyebab
terjadinya
faringitis,
penatalaksanaan
yang
dilakukan.
b. Preventif
Menganjurkan ibu untuk meningkatkan daya tahan tubuh anak
dengan memberikan makan yang bergizi
Ayah diharapkan tidak merokok di dekat anak
c. Kuratif
Non farmakologis
Istirahat yang cukup
Menjaga higienitas mulut
Memperbanyak minum dan Menghindari minuman dingin dan
makanan yang dapat memicu timbulnya keluhan
Menghindari makanan yang dapat menyebabkan iritasi seperti
: No. 156/SIK/2015
13 April 2015
no.VIII
S3dd tab
R/ Ambroxol syr
no. I
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
retrofaring (retropharyngeal space) adalah dinding belakang faring yang terdiri dari
mukosa faring, fasia faringobasilaris dan otot-otot faring. Ruang ini berisi jaringan
ikat jarang dan fasia prevetebralis. Ruang ini mulai dari dasar tengkorak di bagian
atas sampai batas paling bawah dari fasia servikalis. Serat-serat jaringan ikat di garis
tengah mengikatnya pada vertebra. Di sebelah lateral ruang ini berbatasan dengan
fosa faringomaksila. 3
Ruang parafaring (fosa faringomaksila) merupakan ruang berbentuk kerucut
dengan dasarnya terletak pada dasar tengkorak dekat foramen jugularis dan
puncaknya ada kornu mayus os hyoid. Ruang ini dibatasi di bagian dalam oleh
M.Konstriktor faring superior, batas luarnya adalah ramus asendens mandibula yang
melekat dengan M.Pterigoid interna dan bagian posterior kelenjar parotis. Fosa ini
dibagi menjadi dua bagian yang tidak sama besarnya oleh os stiloid dengan otot yang
melekat padanya. Bagian anterior (presteloid) adalah bagian yang lebih luas dan
dapat mengalami proses supuratif. Bagian yang lebih sempit di bagian posterior (post
stiloid) berisi arteri karotis interna, vena jugularis interna, Nervus vagus yang
dibungkus dalam suatu sarung yang disebut selubung karotis (carotid sheat). Bagian
ini dipisahkan dari ruang retrofaring oleh suatu lapisan fasia yang tipis. 1
Faring adalah suatu kantong fibromuskuler yang berbentuk seperti corong
dengan bagian atas yang besar dan bagian bawah yang sempit. Faring merupakan
ruang utama traktus resporatorius dan traktus digestivus. Kantong fibromuskuler ini
mulai dari dasar tengkorak dan terus menyambung ke esophagus hingga setinggi
vertebra servikalis ke-6.1
Panjang dinding posterior faring pada orang dewasa 14 cm dan bagian ini
merupakan bagian dinding faring yang terpanjang. Dinding faring dibentuk oleh
7
bukofaringeal. 1
Otot-otot faring tersusun dalam lapisan melingkar (sirkular) dan memanjang
(longitudinal). Otot-otot yang sirkular terdiri dari M.Konstriktor faring superior,
media dan inferior. Otot-otot ini terletak ini terletak di sebelah luar dan berbentuk
seperti kipas dengan tiap bagian bawahnya menutupi sebagian otot bagian atasnya
dari belakang. Di sebelah depan, otot- otot ini bertemu satu sama lain dan di belakang
bertemu pada jaringan ikat. Kerja otot konstriktor ini adalah untuk mengecilkan
lumen faring dan otot-otot ini dipersarafi oleh Nervus Vagus. 1,2
bekerja sebagai elevator, kerja kedua otot ini penting pada waktu menelan.
M.Stilofaring dipersarafi oleh Nervus Glossopharyngeus dan M.Palatofaring
dipersarafi oleh Nervus Vagus. Pada Palatum mole terdapat lima pasang otot yang
dijadikan satu dalam satu sarung fasia dari mukosa yaitu M.Levator veli palatini,
M.Tensor veli palatine, M.Palatoglosus, M.Palatofaring dan M.Azigos uvula.
M.Levator vela palatine membentuk sebagian besar palatum mole dan kerjanya untuk
menyempitkan ismus faring dan memperlebar ostium tuba Eustachius dan otot ini
dipersarafi oleh Nervus Vagus. M.Tensor veli palatini membentuk tenda palatum
mole dan kerjanya untuk mengencangkan bagian anterior palatum mole dan
membuka tuba Eustachius dan otot ini dipersarafi oleh Nervus Vagus. M.
Palatoglosus membentuk arkus anterior faring dab kerjanya menyempitkan ismus
faring. M.Palatofaring membentuk arkus posterior faring. M.Azigos uvula merupakan
otot yang kecil dan kerjanya adalah memperpendek dan menaikkan uvula ke belakang
atas. 1,2
Faring mendapat darah dari beberapa sumber dan kadang-kadang tidak
beraturan. Yang utama berasal dari cabang arteri karotis eksterna (cabang faring
asendens dan cabang fausial) serta dari cabang arteri maksila interna yakni cabang
palatine superior. 1
Persarafan motorik dan sensorik daerah faring berasal dari pleksus faring yang
ekstensif. Pleksus ini dibentuk oleh cabang faring dari Nervus Vagus, cabang dari
Nervus Glossopharyngeus dan serabut simpatis. Cabang faring dari Nervus Vagus
berisi serabut motorik. Dari pleksus faring yang ekstensif ini keluar cabang-cabang
untuk otot-otot faring kecuali M.Stilofaring yang dipersarafi langsung oleh cabang
Nervus Glossopharyngeus. 1
Aliran limfa dari dinding faring dapat melalui 3 saluran, yakni superior, media
dan inferior. Saluran limfa superior mengaalir ke kelenjar getah bening retrofaring
dan kelenjar getah bening servikal dalam atas. Saluran limfa media mengalir ke
kelenjar getah bening jugulodigastrik dan kelenjar servikal dalam atas, sedangkan
saluran limfa inferior mengalir ke kelenjar getah bening servikal dalam bawah. 1
f)
dengan air liur akan membentuk bolus makanan. Bolus ini akan bergerak dari rongga
mulut melalui dorsum lidah, terletak di tengah lidah akibat kontraksi otot intrinsic
lidah. Kontraksi M.Levator veli palatine mengakibatkan rongga pada lekukan dorsum
lidah diperluas, palatum mole terangkat dan bagian atas dinding posterior faring
(Passavants ridge) akan terangkat pula. Bolus terdorong ke posterior karena lidah
terangkat ke atas. Bersamaan dengan ini terjadi penutupan nasofring sebagai akibat
kontraksi M.Levator veli palatine. Selanjutnya terjadi kontraksi M.Paltoglossus yang
menyebabkan ismus fausium tertutup, diikuti oleh kontraksi M.Palatofaring, sehingga
bolus makanan tidak akan berbalik ke rongga mulut. 1,2
10
Fase faringeal terjadi secara reflex pada akhir fase oral, yaitu perpindahan
bolus makanan dari faring ke esophagus. Faring dan laring bergerak ke atas oleh
kontraksi M.Stilofaring, M.Tirohioid dan M.Palatofaring.
Aditus laring tertutup oleh epiglottis, sedangkan ketiga sfingter laring, yaitu
plika ariepligotika, plika ventrikularis dan plika vokalis tertutup karena kontraksi
M.Ariepliglotika dan M.Aritenoid obligus. Bersamaan dengan ini terjadi juga
penghentian aliran udara ke laring karena reflex yang menghambat pernapasan,
sehingga bolus makanan akan meluncur kea rah esophagus, karena valekula dan sinus
piriformis sudah dalam keadaan lurus. 1
Fase esophageal ialah fase oerpindahan bolus makanan dari esophagus ke
lambung. Dalam keadaan istirahat introitus
adanya rangsangan bolus makanan pada akhir fase faringeal, maka terjadi relaksasi
M.Krikofaring, sehingga introitus esophagus terbuka dan bolus makanan masuk ke
dalam esophagus. Setelah bolus makanan lewat, maka sfingter akan berkontraksi
lebih kuat, melebihi tonus introitus esophagus pada saat istirahat, sehingga makanan
tidak akan kembali ke faring. Dengan demikian refluks dapat dihindari. Gerak bolus
makanan di esophagus bagian atas masih dipengaruhi oleh kontraksi M.Konstriktor
faring inferior pada akhir fase faringeal. Selanjutnya bolus makanan akan didorong ke
distal oleh gerakan peristaltic esophagus. Dalam keadaan istirahta sfingter esophagus
bagian bawah selalu tertutup dengan tekanan rata-rata 8mmHg lebih dari tekanan di
dalam lambung sehingga tidak akan terjadi regurgitasi isi lambung. Pada akhir fase
esofagal sfingter ini akan terbuka secara reflex ketika dimulainya peristaltic
esophagus servikal untuk mendorong bolus makanan ke distal. Selanjutnya setelah
bolus makanan lewat maka sfingter ini akan menutup kembali. 1,2
11
periode fonasi tetapi ada pula pendapat yang mengatakan tonjolan ini timbul dan
hilang secara cepat bersamaan dengan gerakan palatum. 1
3.3 Faringitis
3.3.1 Definisi
Faringitis adalah suatu peradangan didalam rongga mulut atau faring yang
biasanya disertai kesulitan menelan. Kebanyakan awal mula penyakit ini berasal dari
rongga mulut disertai demam dan lesu. Tapi biasanya hanya berlangsung beberapa
hari saja.3
3.3.2 Etiologi
Penyebab faringitis akut adalah kuman-kuman golongan streptococcus B
hemoliticus, streptococus viridans serta streptococcus pyogenes. Sisanya disebabkan
oleh infeksi virus yaitu adenovirus, ECHO, virus influenza, serta herpes. Pada daerah
yang berdebu dan orang yang biasa bernapas melalui mulut karena hidung tersumbat
merupakan salah satu faktor predisposisi.3,4
3.3.3 Patogenesis
Pada faringitis yang disebabkan infeksi, bakteri ataupun virus dapat secara
langsung menginvasi mukosa faring menyebabkan respon inflamasi lokal. Kuman
menginfiltrasi lapisan epitel, kemudian bila epitel terkikis maka jaringan limfoid
superfisial bereaksi, terjadi pembendungan radang dengan infiltrasi leukosit
polimorfonuklear. Pada stadium awal terdapat hiperemi, kemudian edema dan sekresi
yang meningkat. Eksudat mula-mula serosa tapi menjadi menebal dan kemudian
cendrung menjadi kering dan dapat melekat pada dinding faring. Dengan hiperemi,
pembuluh darah dinding faring menjadi lebar. Bentuk sumbatan yang berwarna
kuning, putih atau abu-abu terdapat dalam folikel atau jaringan limfoid. Tampak
13
bahwa folikel limfoid dan bercak-bercak pada dinding faring posterior, atau terletak
lebih ke lateral, menjadi meradang dan membengkak.4,5
Virus-virus seperti Rhinovirus dan Corona virus dapat menyebabkan iritasi
sekunder pada mukosafaring akibat sekresi nasal. Infeksi streptococcal memiliki
karakteristik khusus yaitu invasi lokal dan pelepasan extracellular toxins dan protease
yang dapat menyebabkan kerusakan jaringan yang hebat karena fragmen M protein
dari Group A streptococcus memiliki struktur yang sama dengan sarkolema pada
myocard dan dihubungkan dengan demam rheumatic dan kerusakan katub jantung.
Selain itu juga dapat menyebabkan akut glomerulonefritis karena fungsi glomerulus
terganggu akibat terbentuknya kompleks antigen-antibodi. 4,5
Faringitis akut
a) Faringitis viral
Disebabkan oleh rinovirus yang dapat menimbulkan gejala rhinitis dan
beberapa hari kemudian akan menimbulkan faringitis. Gejalanya berupa
demam disertai rinorea, mual,nyeri tenggorok, sulit menelan. Pada
pemeriksaan tampak faring dan tonsil hiperemis.
b) Faringitis bakteria
Infeksi grup A Streptokokus B hemolitikus merupakan penyebab faringitis
akut pada orangdewasa (15%) dan pada anak (30%). Pasien mengalami nyeri
kepala, muntah, kadang-kadangdemam dengan suhu yang tinggi. Pada
pemeriksaan tampak tonsil memebesar, faring dantonsil hiperemis. Kelenjar
limfa leher anterior membesar, kenyal, dan nyeri tekan.
2.
Faringitis kronis
14
1.
2.
a)
Manifestasi klinis:
1) Rasa gatal, kering dan berlendir yang sukar dikeluarkan dari tenggorokan
2) Batuk serta perasaan mengganjal di tenggorokan
Pemeriksaan fisik:
1)
2)
3)
4)
Penatalaksanaan:
1) Dicari dan diobati penyakit kronis di hidung dan sinus paranasal
2) Local dapat dilakukan kaustik dengan zat kimia (nitras argenti, albothyl) atau
dengan listrik (elektrokauter)
3) Sebagai simptomatik diberikan obat kumur atau isap, obat batuk (antitusif
atauekspektoran).
b) Faringitis kronis atrofi
Adalah faringitis yang timbul akibat rangsangan dan infeksi pada laring karena
terjadi rhinitisatrofi, sehingga udara pernafasan tidak diatur suhu dan
kelembabannya sehingga menimbulkan rangsangan infeksi pada faring.
15
Manifestasi klinis:
1) Tenggorokan terasa kering dan tebal
2) Mulut berbau
Pemeriksaan fisik:
Pada mukosa faring terdapat lendir yang melekat, dan bila lendir itu diangkat
akan tampak mukosa dibawahnya kering.
Penatalaksanaan:
Terapi sama dengan rhinitis atrofi, ditambah obat kumur, obat simtomatik dan
menjaga hygiene mulut.
3.3.5 Gejala Klinis
Gejala umum yang sering ditemukan ialah: 3-5
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
16
17
rhinitis atrofi dan untuk faringitis kronik atrofi hanyaditambahkan dengan obat kumur
dan pasien disuruh menjaga kebersihan mulut. 1,2,4,5
3.3.9 Prognosis
Umumnya prognosis pasien dengan faringitis adalah baik. Pasien dengan
faringitis biasanya sembuh dalam waktu 1-2 minggu. 1,2,4,5
3.3.10 Komplikasi
Adapun
komplikasi
dari
faringitis
yaitu
sinusitis,
otitis
media,
BAB III
ANALISIS KASUS
jendela,
yang
dapat
menyebabkan
meningkatnya
18
19
DAFTAR PUSTAKA
20
21