Entry (Saat Mausk), HIV harus masuk ke dalam sel T untuk dapat memulai kerjanya yang
merusak. HIV mula-mula melekatkan diri pada sel, kemudian menyatukan membran luarnya
dengan membran sel. Enzim reverse transcriptase dapat dihalangi oleh obat AZT, ddC, 3TC,
dan D4T, enzim integrasemungkin dihalangi oleh obat yang sekrang sedang dikembangkan,
2.
enzim protease mungkin dapat dihalangi oleh obat Saquinavir, Ritonivir, dan Indinivir.
Early Replication. Sifat HIV adalah mengambil alih mesin genetic sel T. Setelah bergabung
dengan sebuah sel, HIV menaburkan bahan-bahan genetiknya ke dalam sel. Di sni HIV
mengalami masalah dengan kode genetiknya yang tertulis dalam bentuk yang disebut RNA,
sedangkan pada manusia kode genetic tertulis dalam NA, Untuk mengatasi masalah ini, HIV
membuat enzim reverse transcriptase
membuat kemampuan untuk mengikat enzim reverse transcriptase sehingga membuat enzim
tersebut menjadi tidak berfungsi.
3. Late Replication. HIV harus menggunting sel DNA untuk kemudian memasukkan DNA nya
sendiri ke dalam guntingan tersebut dan menyambung kembali helaian DNA tersebut. Alat
penyambung itu adalah enzim integrase, maka obat intergarse Inhibitors diperlukan untuk
menghalangi penyambungan ini.
4. Assembly (Perakitan/Penyatuan). Begitu HIV mengambil alih bahan-bahan genetik sel,
maka sel akan diatur untuk membuat berbagai potongan sebagai bahan untuk membuat virus
baru. Potongan ini harus dipotong, dalam ukuran yang benar yang dilakukan enzim protease
HIV, maka pada fase ini, obat jenis Inhibitor Protease
inhibitor.
Nucleoside reverse transcriptase inhibitor (NRTI)
Reverse transcriptase (RT) mengubah RNA virus menjadi DNA proviral sebelum bergabung
dengan kromosom hospes. Karena antivirus golongan ini bekerja pada tahap awal replikasi
HIV, obat-obat golongan ini menghambat terjadinya infeksi akut sel yang rentan, tapi hanya
sedikit berefek pada sel yang telah terinfeksi HIV. Untuk dapat bekerja, semua obat golongan
NRTI harus mengalami fosforilasi oleh enzim sel hospes di sitoplasma.
a)
Zidovudin
Mekanisme kerja: Target zidovudin adalah enzim reverse transcriptase (RT) HIV. Zidovudin
bekerja dengan cara menghambat enzim reverse transcriptase virus, setelah gugus
azidotimidin (AZT) pada zidovudin mengalami fosforilasi. Gugus AZT 5 monofosfat akan
bergabung pada ujung 3 rantai DNA virus dan menghambat reaksi reverse transcriptase.
Resistensi: Resistensi terhadap zidovudin disebabkan oleh mutasi pada enzim reverse
abakavir)
Dosis: zidovudin tersedia dalam bentuk kapsul 100 mg. tablet 300 mg dan sirup 5mg/ 5ml.
b)
HIV lainnya.
Dosis: tablet dan kapsul salut enteric per oral 400 mg per hari dalam dosis tunggal atau
terbagi.
Efek samping: Diare, Pankreatitis, Neuropati perifer.
Zalsitabin
Obat ini bekerja pada HIV RT dengan cara menghentikan pembentukan rantai DNA virus.
Resistensi: resistensi terhadap zaisitabin disebabkan oleh mutasi pada reserve transoriptase.
c)
terhadap zidovudin, dalam kombinasi dengan anti HIV lainnya (bukan didanosin)
Dosis: diberikan per oral 2.25 mg per hari (satu tablet 0,75 mg setiap 8 jam).
Efek samping: Neuropati perifer, stomatitis, ruam, dan pancreatitis.
Stavudin
Obat ini bekerja pada HIV RT dengan cara menghentikan pembentukan rantai DNA virus.
Resisten: resisten terhadap stavudin disebabkan oleh mutasi pada RT kodon 75 dan kodon
d)
50.
Indikasi: infeksi HIV, terutama HIV tingkat lanjut, dikombinasikan dengan anti-HIV
lainnya.
Efek samping: Neuropati perifer. Pernah terjadi asidosis laktat, peningkatan enzim
transminase sementara. Efek samping lain yang sering terjadi adalah sakit kepala, mual dan
e)
ruam.
Lamivudin
Obat ini bekerja pada HIV RT dan HBV RT dengan cara menghentikan pembentukan rantai
DNA virus.
Resistensi: mutasi terhadap lamivudin disebkan karena mutasi pada RT kodon 184. Terdapat
Indikasi: infeksi HIV dan HBV,: untuk infeksi HIV, dalam kombinasi dengan anti HIV
lainnya (seperti zidovudin dan abkavir)
Dosis: per oral 300 mg per hari (1 tablet 150 mg dua kali sehari, atau satu tablet 300 mg
sekali sehari). Untuk terapi HIV, lamivudin dapat dikombinasikan dengan zidovudin atau
dengan zidovudin dan abakavir.
steatosis hati.
Abakavir
Obat ini bekerja pada HIV RT dengan cara menghentikan pembentukan rantai DNA virus.
Resistensi: resistensi terhadap abakavir
Spektrum aktivitas: HIV (tipe 1 dan 2)
Indikasi: infeksi HIV, dalam kombinasi dengan anti HIV lainnya seperti zidovudin dan
lamivudin.
Dosis: per oral 600 mg per hari (2 tablet 300 mg)
Efek samping: mual, muntah, diare, reaksi hipersensitif (demam, malaise, ruam), dan
g)
2.
gangguan gastrointestinal.
Nucleotide reverse transcriptase inhibitor (NtRTI)
Tidak seperti NRTI yang harus melalui 3 tahap fosforilase intraseluler untuk menjadi
bentuk aktif, NtRTI hanya membutuhkan 2 tahapfosforilasi saja. Diharapkan, dengan
berkurangnya satu tahap fosforilasi, obat dapat bekerja lebih cepat dan konversinya menjadi
a)
3.
a)
hati.
Delavirdin
Bekerja pada situs alosterik tempat ikatan non-substrat HIV-1 RT.
Resisten terhadap delavirdin disebabkan oleh mutasi pada RT. Tidak ada resistensi silang
b)
Indikasi: infeksi HIV-1, dikombinasi dengan anti HIV lainnya, terutama NRTI.
Dosis: per oral 1200 mg per hari (2 tablet 200 mg 3 kali sehari). Obat ini juga tersedia
dalam bentuk tablet 100 mg.
Efek samping: Ruam, peningkatan tes fungsi hati, juga pernah terjadi neutropenia.
Efaviren
Bekerja pada situs alosterik tempat ikatan non-substrat HIV-1 RT.
Indikasi: infeksi HIV, dalam kombinasi dengan anti HIV lainnya, terutama NRTI dan
c)
NtRTI.
Dosis: per oral 600 mg per hari (sekali sehari tablet 600 mg) sebaiknya sebelum tidur untuk
mengurangi efek samping SSPnya.
Efek samping: sakit kepala, pusing, mimpi buruk, sulit berkonsntrasi dan ruam.
4. Protease inhibitor (PI)
Semua PI bekerja dengan cara berikatan secara reversibel dengan situs aktif HIVProtease. HIV-protease sangat penting untuk inefektivitas virus dan penglepasan poliprotein
virus. Hal ini menyebabkan terhambatnya penglepasan polipeptida prekursor virus oleh
enzim protease sehingga menghambat maturasi virus, maka sel akan menghasilkan partikel
seperti ritonavir).
Dosis: per oral 3600 mg per hari (6 kapsul 200 mg soft kapsul 3 kali sehari), diberikan
a)
bersama dengan makanan atau sampai dengan dua jam setelah makan lengkap.
Efek samping: diare, mual, nyeri abdomen.
Ritonavir
Bekerja pada tahap transisi, merupakan HIV protease peptidomimetic inhibitor.
Resistensi terhadap ritonavir disebabkan oleh mutasi awal pada protease kodon 82.
Indikasi: infeksi HIV, dalam kombinasi dengan anti HIV lainnya (NRTI dan PI seperti
b)
c)
sakuinavir)
Dosis: per oral 1200 mg per hari (6 kapsul 100 mg, dua kali sehari bersama dengan
makanan)
Efek samping: mual, muntah, diare.
Indinavir
Bekerja pada tahap transisi, merupakan HIV protease peptidomimetic inhibitor.
Spektrum aktivitas: HIV (tipe 1 dan 2).
Indikasi: infeksi HIV, dalam kombinasi dengan anti HIV lainnya seperti NRTI.
Dosis: per oral 2400 mg per hari (2 kapsul 400 mg setiap 8 jam, dimakan dalam keadaan
perut kososng, ditambah dengan dehidrasi) sedikitnya 1,5 L air per hari. Obat ini tersedia
d)
e)
Nelvinavir
Bekerja pada tahap transisi, merupakan HIV protease peptidomimetic inhibitor.
Resisten terhadap nelfinavir disebabkan terutama oleh mutasi pada protease kodon 30.
Spektrum aktivitas: HIV (tipe 1 dan 2).
Indikasi: infeksi HIV, dalam kombinasi dengan anti HIV lainnya seperti NRTI.
Dosis: per oral 2250 mg per hari (3 tablet 250 mg 3 kali sehari) atau 2500 mg per hari (5
tablet 250 mg 2 kali sehari), bersama dengan makanan.
Efek samping: Diare, mual, muntah.
Amprenavir
Bekerja pada tahap transisi, merupakan HIV protease peptidomimetic inhibitor.
Resistensi terhadap amprenavir terutama disebabkan oleh mutasi pada protease kodon 50.
Spektrum aktivitas: HIV (tipe 1 dan 2).
Indikasi: infeksi HIV, dalam kombinasi dengan anti HIV lainnya seperti NRTI.
Dosis: per oral 2400 mg per hari (8 kapsul 150 mg 2 kali sehari, diberikan bersama atau
Resistensi: mutasi yang menyebabkan resistensi terhadap lopinavir belum diketahui hingga
f)
saat ini.
Spektrum aktivitas: HIV (tipe 1 dan 2).
Indikasi: infeksi HIV, dalam kombinasi dengan anti HIV lainnya seperti NRTI.
Dosis: per oral 1000 mg per hari (3 kapsul 166,6 mg 2 kali sehari, setiap kapsul
Efek samping: mual, muntah, peningkatan kadar kolesterol dan trigliserida, peningkatan yGT.
Atazanavir
Bekerja pada tahap transisi, merupakan HIV protease peptidomimetic inhibitor.
Indikasi: infeksi HIV, dalam kombinasi dengan anti HIV lainnya seperti NRTI.
Dosis: per oral 400 mg per hari (sekali sehari 2 kapsul 200 mg), diberikan bersama dengan
g)
makanan.
yang resisten terhadap NRTI, NNRTI atau PI tetap peka terhadap envuvirtid.
Indikasi: terapi infeksi HIV-1 dalam kombinasi dengan anti-HIV lainnya.
Dosis: Enfuvirtid 90 mg (1 mL) dua kali sehari diinjeksi subkutan di lengan atas, bagian
paha anterior atau di abdomen. Setiap injeksi harus diberikan pada tempat yang berbeda dari
tempat injeksi sebelumnya dimana belum ada bekas reaksi injeksi dosis sebelumnya.
Efek samping: efek samping yang tersering adalah reaksi lokal seperti nyeri, eritema,
pruritus, iritasi dan nodul/kista
b.Kemungkinan terjadinya resistensi virus kecil, akan tetapi bila pasien lupaminum obat
dapat menimbulkan terjadinya resistensi.
c.Kombinasi menyebabkan dosis masing-masing obat lebih kecil, sehinggakemungkinan efek
samping lebih kecil.
Faktor predisposisi
- Pengetahuan ODHA tentang HIV/AIDS,
- Pengatahuan ODHA tentang obat ARV,
- lingkungan fisik,
- tersedia atau tidak tersedianya sarana dan
fasilitas kesehatan.
Faktor pendorong
- Dukungan keluarga/ dorongan keluarga
dan pendamping minum obat (PMO).
- Sikap dan perilaku petugas kesehatan,
tokoh masyarakat.
- Undang-undangdan peraturan yang ada.
Kepatuhan minum
obat ARV
2. Tersedianya fasilitas pelayanan kesehatan yang memadai dapat
memudahkan para ODHA dalam memanfaatkan fasilitas yang ada.
3. Sikap dan dukungan yang positif dari petugas kesehatan, dukungan
keluarga, pendamping minum obat, dan masyarakat dapat meningkatkan
kepatuhan pasien ODHA dalam berobat.
4. Persepsi yang lebih baik oleh pasien ODHA untuk menafsirkan dan
memahami penyakit HIV/AIDS diharapkan dapat memberikan kepatuhan
yang maksimal dalam pengobatan ARV di kalangan pasien ODHA.
5. Karakteristik responden seperti umur, jenis kelamin, dan pendidikan dapat
mempengaruhi tingkat kepatuhan minum obat.
3.2 Konsep penelitian .
Factor-faktor yang sudah dijelaskan dalam ulasan sebelumnya seperti :
pengetahuan pasien ODHA tentang penyakit HIV/AIDS, pengetahuan pasien
tentang obat ARV, dukungan keluarga/pendamping minum obat (PMO) pada
pasien ODHA, persepsi pasien tentang HIV/AIDS, dan karakteristik pasien
merupakan variabel-variabel penelitian yang dapat mempengaruhi kepatuhan
Tindakan pencegahan yang dapat menurunkan resiko penularan infeksi HIV antara lain:
Memberikan pendidikan dan pengetahuan mengenai patofisiologi dan penyebaran infeksi
HIV.
Kontak seksual antara homoseksual sebaiknya memakai kondom.
Kurangi jumlah pasangan seksual dan memakai kondom
Tidak memakai alat suntik secara bersama-sama
Memberikan alat suntik dengan pembersih atau mengganti alat suntik ( sekali pakai)
Menghindari aktivitas seksual yang beresiko (anal)
Orang normal dengan pasangan yang beresiko sebaiknya menggunakan teknik seks yang
aman
Wanita dengan HIV : memakai kontrasepsi untuk mencegah kehamilan dan tidak
memberikan ASI.
Pakai kondom dari lateks.
Terapi Non Farmakologik
Terapi non farmakologik terdiri daripada pencegahan penularan HIV. Ini melibatkan 5 Ps
iaitu Partners, Prevention of Pregnancy, Protection of Sexual transmitted diseases, Practices,
Past history of sexual transmitted disease. (CDC)
Metode yang sering digunakan adalah menggalakan orang menggunakan alat kontrasepsi.
Antara kontrasepsi yang sering digunakan adalah kondom. Selain itu, menyarankan agar
penderita untuk abstinen dan jika sudah berkawin, menyarankan penderita dan pasangannya
agar tidak berhubungan seks dengan orang lain. (CDC)
Untuk pencegahan transmisi secara vertical, proses kelahiran haruslah dilakukan secara
pembedahan yaitu caesarean. Penyusuan bayi oleh ibu yang menderita juga harus dielakkan.
(CDC)