A.
Pendahuluan
Kesehatan merupakan upaya optimal dalam tujuan dari setiap tindakan pengobatan dan
perawatan dalam kedokteran. Petugas kesehatan memegang peranan penting dalam
mengontrol infeksi, terutama infeksi nosokomial. Infeksi nosokomial bisa diperoleh dari
peralatan yang dipakai ketika menangani pasien. Tidak hanya pasien yang akan terkena
penyakit, bisa jadi petugas kesehatan pun bisa terkena resiko penyakit seperti infeksi serius
melalui darah seperti HBV, HCV, dan HIV. Resiko terbesar adalah ketika melekukan prosedur
bedah, menangani instrumen operasi dan peralatan, dan saat membersihkan ruangan dan
sampah (Tietjien dkk, 2004).
Dua tindakan pencegahan yang sangat efektif untuk meminimalkan resiko penularan infeksi
virus atau bakteri kepada pasien dan tenaga kesehatan adalah melalui proses dekontaminasi
dan pembersihan. Proses dekontaminasi dapat dilakukan dengan merendam alat-alat yang
telah digunakan dengan klorin 0,5% selama 10 menit. Sehingga dapat ematikan HBV, HCV
dan HIV. Larutan Klorin dapat diperoleh dari sodium hipoklorit dalam pemutih pakaian
(bayclin) (Tietjien dkk, 2004).
1.
B.
Dasar Teori
Dekontaminasi
Dekontaminasi adalah Langkah pertama dalam menangani alat bedah, sarung tangan dan
benda lainnya yang tercemar. Dekontaminasi terbukti dapat menggurangi tingkat kontaminasi
mikrobial pada instrumen bedah. Penelitian oleh Nystrom (1981) dalam Tietjien (2004) bahwa
kurang dari 10 mikroorganisme pada 75% dari alat yag tadinya tercemar dan pada 98%
kurang dari 100 alat yang telah dibersihkan. Dan didekontainasi. Perihal tersebut sangat
membantu dalam mencagah terjadinya infeksi nosokomial, jika dilakukan sesuai dengan
prosedur yang telah ditetapkan.
Tip Dekontaminasi
Menggunakan tempat plastik untuk dekontaminasi agar dapat mencegah: tumpulnya pisau
(gunting) saat bersentuhan dengan kontainer logam, dan berkaratnya istrumen karena reaksi
kimia (elektrolisis) yang terjadi antara dua logam yang berbeda(instrumen dengan wadah)
bila direndam dengan air. Selanjutnya adalah tidak merendam instrumen logam yang berlapis
elektro (tidak 100% baja tahan gores) meski dalam air biasa selama beberapa jam karena
akan berkarat.
Klorin
WHO (1989 cit, Tietjien dkk, 2004) menganjurkan larutan klorin 0,5 % digunakan untuk
mendekontaminasi instrumen dan permukaan sebelum dibersihkan. Hal ini disebabkan bahwa
air matang (ledeng) yang biasa untuk diminum, tidak tersedia untuk membuat larutan.
Penggunaan larutan klorin 0,5% untuk kontaminasi menghasilkan margin yang lebih luas bagi
keselamatan ( Tietjien, dkk 2004).
Konsentrasi klorin yang sering digunakan antara lain
1.
2.
0,1% (1ppm) untuk 10 menit. Digunakan untuk mendisinfeksi area yang critical, dilakukan
setelah pembersihan.
3.
4.
C.
Hasil Praktikum
1.
D.
Kesimpulan
Proses dekontaminasi yang telah dilakukan belum sesuai dengan petunjuk dari buku panduan
pencegahan infeksi. Hal ini bisa dilihat dari lamanya perendaman yang kurang dari 10 menit,
dan tempat perendaman yang terbuat dari campuran logam yang seharusnya terbuat dari
plastik.
1.
E.
Daftar Pustaka