Anda di halaman 1dari 3

Paper My Study

February 26, 2012

Filed under: Uncategorized shebijimatahari7 @ 2:59 am

Sodium Hipoklorit dalam Pemutih Pakaian


sebagai DekontaminasI Dental Instrumen
1.

A.

Pendahuluan

Kesehatan merupakan upaya optimal dalam tujuan dari setiap tindakan pengobatan dan
perawatan dalam kedokteran. Petugas kesehatan memegang peranan penting dalam
mengontrol infeksi, terutama infeksi nosokomial. Infeksi nosokomial bisa diperoleh dari
peralatan yang dipakai ketika menangani pasien. Tidak hanya pasien yang akan terkena
penyakit, bisa jadi petugas kesehatan pun bisa terkena resiko penyakit seperti infeksi serius
melalui darah seperti HBV, HCV, dan HIV. Resiko terbesar adalah ketika melekukan prosedur
bedah, menangani instrumen operasi dan peralatan, dan saat membersihkan ruangan dan
sampah (Tietjien dkk, 2004).
Dua tindakan pencegahan yang sangat efektif untuk meminimalkan resiko penularan infeksi
virus atau bakteri kepada pasien dan tenaga kesehatan adalah melalui proses dekontaminasi
dan pembersihan. Proses dekontaminasi dapat dilakukan dengan merendam alat-alat yang
telah digunakan dengan klorin 0,5% selama 10 menit. Sehingga dapat ematikan HBV, HCV
dan HIV. Larutan Klorin dapat diperoleh dari sodium hipoklorit dalam pemutih pakaian
(bayclin) (Tietjien dkk, 2004).
1.

B.

Dasar Teori

Dekontaminasi
Dekontaminasi adalah Langkah pertama dalam menangani alat bedah, sarung tangan dan
benda lainnya yang tercemar. Dekontaminasi terbukti dapat menggurangi tingkat kontaminasi
mikrobial pada instrumen bedah. Penelitian oleh Nystrom (1981) dalam Tietjien (2004) bahwa
kurang dari 10 mikroorganisme pada 75% dari alat yag tadinya tercemar dan pada 98%
kurang dari 100 alat yang telah dibersihkan. Dan didekontainasi. Perihal tersebut sangat
membantu dalam mencagah terjadinya infeksi nosokomial, jika dilakukan sesuai dengan
prosedur yang telah ditetapkan.
Tip Dekontaminasi
Menggunakan tempat plastik untuk dekontaminasi agar dapat mencegah: tumpulnya pisau
(gunting) saat bersentuhan dengan kontainer logam, dan berkaratnya istrumen karena reaksi
kimia (elektrolisis) yang terjadi antara dua logam yang berbeda(instrumen dengan wadah)
bila direndam dengan air. Selanjutnya adalah tidak merendam instrumen logam yang berlapis
elektro (tidak 100% baja tahan gores) meski dalam air biasa selama beberapa jam karena
akan berkarat.
Klorin
WHO (1989 cit, Tietjien dkk, 2004) menganjurkan larutan klorin 0,5 % digunakan untuk
mendekontaminasi instrumen dan permukaan sebelum dibersihkan. Hal ini disebabkan bahwa
air matang (ledeng) yang biasa untuk diminum, tidak tersedia untuk membuat larutan.
Penggunaan larutan klorin 0,5% untuk kontaminasi menghasilkan margin yang lebih luas bagi
keselamatan ( Tietjien, dkk 2004).
Konsentrasi klorin yang sering digunakan antara lain
1.

0,01% 0,05% untuk mendisinfeksi area yang non critical

2.

0,1% (1ppm) untuk 10 menit. Digunakan untuk mendisinfeksi area yang critical, dilakukan
setelah pembersihan.

3.

0,5% (5 ppm) untuk mendisinfeksimaterial, dilakukan setelah pembersihan.

4.

1 % (10 ppm) untuk mendisinfeksi instrumen yang terkontaminasi darah, dilakukan


setelah pembersihan

(Silvia dkk 2009).


Klorin ini merupakan salah satu produk dari desinfektan. Disinfeksi merupakan proses secara
kimia maupun fisik untuk mengeliminasi mikroorganisme vegetatif dari suatu benda tanpa
menghilangkan spora bakteri. Disinfeksi mempunyai beberapa level yang didasarkan pada
efek mikrobial bahan disinfeksi (kimia) tersebut terhadap mikroorganisme yang akan
didisinfeksi. Mekanisme aksinya adalah dengan menghambat reaksi enzimatik, denaturasi
protein dan menonaktifkan asam nukleat. (Willia dkk, 2002).
Langkah-langkah Dekontaminasi menurut Tietjien dkk (2004)
Langkah 1 setelah menggunakan alat-alat kedokteran gigi, adalah merendamnya disebuah
wadah plastik yang sudah berisi larutan klorin 0,5% atau desinfektan lainnya yang tersedia
ditingkat lokal selama 10 menit untuk dekontaminasi (bertujuan agar mencegah transmisi
HBV atau HIV AIDS kepada petugas)
Langkah 2 apabila instrumen dan peralatan lainnya tidak dapat dicuci dengan segera, maka
langkah selanjutnya adalah membilas peralatan dengan air dan dikeringkan dengan handuk
untuk meminimalisi kemungkinan terjadinya korosi.
1.

C.

Hasil Praktikum

Alat dan Bahan


Dental instrumen (alat kedokteran gigi) yang akan didekontaminasi adalah , bengkok, pemutih
pakaian, air, lap pengering, autoclav.
Cara kerja dalam praktikum
Mengumpulkan alat-alat yang akan didekontaminasi ke dalam bengkok, membersihkannya
dari sampah medis seperti cotton roll dsb. Menuang larutan pemutih sebanyak 2 takar tutup
botol lalu bengkok dialiri air keran hingga semua permukaan alat terendam oleh air.
Membiarkan alat terendam dalam larutan pemutih selama kurang dari10 menit. Menyikat
semua permukaan alat, terutama pada bagian yag bergerigi menggunakan sikat, lalu
membilasnya menggunakan air mengalir. Alat kemudian dikeringkan kemudian dilanjutkan ke
tahap sterilisasi dengan menggunakan autoclav.
Pembahasan hasil praktikum
Tujuan dari proses dekontaminsi menurut Tietjien (2004) adalah untuk melindungi individu
yang menangani instrumen operasi dan lainnya yang telah terkena kontak dengan darah atau
duh lainnya terhadap penyakit yang serius. Pencegahan tersebut dapat dilakukan ketika
prosedur dekontaminasi dapat dilakukan dengan baik ddan benar disesuaikan dengan standar
yang sudah ada.
Dalam praktikum yang dilakukan oleh mahasiswa keperawatan gigi yang bertempat di lantai
tiga bagian bedah mulut telah melakukan proses dekontaiminasi menggunakan klorin yang
terdapat pada bayclin (pemuti pakaian) sebelum dilakukan tindakan lainnya dalam proses
pensterilisasian. Lamanya Dekontaminasi yang dilakukan tidak sesuai dengan teori yang
dianjurkan oleh WHO (1989) bahwa laanya perendaman dilakukan selama 10 menit. Proses
dekontaminasi hanya menggunakan beberapa menit saja, bahkan tidak mencapai 10 menit
seperti yang dianjurkan. Hal ini bisa saja, proses dekontaminasi tidak berjalan dengan baik,
aksi klorin sebagai bahan desinfektan tidak mampu men-non-aktifkan berbagai macam virus
dan bakteri yang ada dalam peralatan tersebut. Namun hal tersebut dapat diatasi dengan
melakukan tindakan selanjtnya yang harus dioptimalkan agar tidak terjadinya penularan
infeksi, yakni dengan pembersihan. Pembersihan yang dilaluka dengan baik dan benar
merupakan kunci keefktifan dalam sebuah proses sterlisiasi, sebab tidak ada prosedur
sterilisasi atau desinfeksi tingkat tinggi (DTT) yang efektif tanpa melakukan pencucian terlebih
dahulu (Tietjien dkk, 2004).
Perendaman yang telah dilakukan adalah menggunakan tempat bengkok yang terbuat
dari stainless steel, stainless steel tersebut berasal dari campuran logam, (paduan logam besi,
kromium, dan nikel ) (Sudarmo U, 2007). hal ini tidak sesuai dengan teori yang dianjurkan.
Meurut Tietjien dkk (2004), bahwa untuk merendam diperlukan tempat plastik untuk
dekontaminasi agar dapat mencegah: tumpulnya pisau (gunting) saat bersentuhan dengan
kontainer logam, dan berkaratnya istrumen karena reaksi kimia (elektrolisis) yang terjadi
antara dua logam yang berbeda(instrumen dengan wadah) bila drenda dengan air.

1.

D.

Kesimpulan

Proses dekontaminasi yang telah dilakukan belum sesuai dengan petunjuk dari buku panduan
pencegahan infeksi. Hal ini bisa dilihat dari lamanya perendaman yang kurang dari 10 menit,
dan tempat perendaman yang terbuat dari campuran logam yang seharusnya terbuat dari
plastik.

1.

E.

Daftar Pustaka

Silvia, 2009, sterilization for manual health centers, Amerika: PAHO


Sudarmo, Unggul. 2007, Kimia SMU Kelas 3, Jakarta:PHIBETA
Tietjien dkk, 2004, Panduan Pencegahan Infeksi untuk fasilitas pelayanan kesehatan
dengan suber daya terbatas, Jakarta: YBP-SP
William dkk, 2002. Draft Guideline for Disinfection and Sterilization in healthcare
facilities, HICPAC CDC

Anda mungkin juga menyukai