Reaksi Logam Transisisi-Libre PDF
Reaksi Logam Transisisi-Libre PDF
1. Nurul Fatimah
KA11
2. Anindia D. Larasati KA11
3. Ika Yulia N.
KA11
Judul Percobaan
Hari/Tanggal Percobaan
Selesai Percobaan
Tujuan Percobaan
I. DASAR TEORI
I.I Logam Transisi
Logam logam golongan transisi memiliki sifat yang berbeda dengan logam-logam
golongan utama. Unsur-unsur transisi adalah unsur logam yang memiliki kulit elektron d atau
f yang tidak penuh dalam keadaan netral atau kation.
Logam transisi umumnya memiliki sifat-sifat khas logam, yakni keras, konduktor panas
dan listrik yang baik dan menguap pada suhu tinggi. Salah satu yang menarik pada logam
transisi adalah kemampuan logam-logam transisi untuk membentuk senyawa koordinasi.
Selain itu karena senyawa kompleks dapat membentuk warna-warna. Senyawa kompleks
dapat berwarna karena senyawa tersebut menyerap energi pada daerah sinar tampak.
Penyerapan energi tersebut digunaan untuk melakukan promosi atau transisi elektronik pada
atom pusat. Pada kompleks yang berkarakter d1-d9 merupakan kompleks yang memiliki warna
dikarenakan adanya transisi elektronik pada orbital d. Bila kedua orbital molekul yang
memungkinkan transisi memiliki karakter utama d, transisinya disebut transisi d-d. Pada
orbital d terjadi pembelahan atau splitting orbital yang akan menghasilkan dua tingkat energi
yaitu eg dan t2g pada oktahedral. Pada kompleks d0 dan d10 memiliki keistimewaan karena
terdapat senyawa dari kompleks ini yang menghasilkan warna. Hal ini dikarenakan adanya
transisi transfer muatan (Charge Transfer). Transisi transfer muatan diklasifikasikan atas
transfer muatan logam ke ligan (MLCT) dan transfer muatan ligan ke logam (LMCT).
Kromium (Cr)
Kromium di alam berada dalam bentuk senyawa : kromik sulfat, kromik oksida, kromik
klorida, kromik trivalent, timbal kromat, kalium dikromat, natrium dikromat, seng kromat.
a.
heksaaquokrom(III) [Cr(H2O)6]3+. Ion Cr3+ sendiri berwarna hijau. Ion bereaksi dengan
molekul air dalam larutan. Ion hidrogen terlepas dari salah satu ligan molekul air sesuai
dengan persamaan berikut:
Ion kompleks berperan sebagai asam dengan memberikan ion hidrogen kepada molekul
air dalam larutan. Air, sudah tentu, berperan sebagai basa yang menerima ion hidrogen.
b. Reaksi ion heksaaquokrom(III) dengan ion hidroksida
Ion hidroksidadapat menghilangkan ion hidrogen dari ligan air kemudian didempetkan
pada ion krom. ion hidrogen dapat dihilangkan dari tiga molekul air, maka akan memperoleh
kompleks yang tidak bermuatan (komplek netral). Kompleks netral ini tidak larut dalam air
dan endapan terbentuk.
Tetapi proses tidak berhenti sampai disini. Ion hidrogen yang lebih benyak akan
dihilangkan untuk menghasilkan ion seperti [Cr(H2O)2(OH)4]- dan [Cr(OH)6]3-. Sebagai
contoh :
Endapan larut kembali karena ion tersebut larut dalam air. Pada tabung reaksi, perubahan
warna yang terjadi adalah:
c.
sedikit, ion hidrogen tertarik oleh ion heksaaquo seperti pada kasus ion hidroksida untuk
menghasilkan kompleks netral yang sama.
Endapan tersebut larut secara luas jika ditambahkan amonia berlebih (terutama jika
amonianya pekat). Amonia menggantikan air sebagai ligan untuk menghasilkan ion
heksaaminkrom(III).
Mangan (Mn)
Mangan sangat reaktif secara kimiawi, dan terurai dengan air dingin perlahan-lahan.
Mangan digunakan untuk membentuk banyak alloy yang penting.
a.
heksaaquomangan(II) [Mn(H2O)6]2+.
b.
pada ion mangan. Setelah ion hidrogen dihilangkan dari dua molekul air, maka akan
dipeeroleh kompleks tidak bermuatan kompleks netral. Kompleks netral ini tidak larut
dalam air dan terbentuk endapan.
c.
pada konsentrasi laboratorium yang biasa, amonia berperan sebagai basa dapat
menghilangkan ion hidrogen dari kompleks aquo.
Kobalt (Co)
a.
c.
hidrogen ditarik ion heksaaquo dengan tepat seperti pada kasus perubahan ion hidroksida
menjadi kompleks netral.
Endapan tersebut melarut jika kamu menambahkan amonia berlebih. Amonia
menggantikan air sebagai ligan untuk menghasilkan ion heksaaminkobal(II).
Nikel (Ni)
Nikel memiliki ciri-ciri atom dengan bilangan oksidasi 2 dan 3. Kemudian nikel memiliki
struktur kristal cubic face centered.
Tembaga (Cu)
a.
b.
memiliki warna tertentu. Dan timbulnya warna tersebut akibat digantikannya molekul H2O
oleh amonia. Reaksi :
Kemudian amonia menggantikan H2O sebagai ligan untuk menghasilkan ion tetra amin
diaquo tembaga II. Dengan catatan hanya 4 dari 6 molekul air yang digantikan. Persamaan
reaksinya sebagai berikut:
Seng (Zn)
Zink merupakan logam dari golongan transisi yang sangat reaktif dan strukturnya lunak.
Garam Zn merupakan garam yang larut dalam air, larutan kompleks ion Zn merupakan
larutan yang tak berwarna. Kemudian, umumnya padatan garamnya terhidrat. Selanjutnya
penambahan basa menyebabkan terbentuknya endapan putih gelatin zink hidroksida:
[Zn(H2O)3(OH)]+ + OH- Zn(OH)2 +3H2O
Tetapi endapan ini larut kembali dalam basa berlebih oleh karena sifat amfoterik dengan
membentuk ion kompleks:
Endapan zink hidroksida juga larut dalam amonia membentuk ion kompleks menurut
persamaan berikut:
disianoargentat
3-
tetrasianokuprat (I)
[Fe(CN)6]4-
heksasianoferat (II)
[Fe(CN)6]3-
heksasianoferat (III)
[Cu(CN)4]
Sianida sering dipakai sebagai zat penutup, misalnya adalah untuk menutupi tembaga
sebagai identifikasi cadmium.
Tiosianat dipakai dalam beberapa kasus untuk mendeteksi ion. Reaksinya dengan ion
besi (III) sangat khas dan dapat dipakai untuk mendeteksi kedua ion tersebut. Warna merah
tua yang terlihat disebabkan oleh pembentukan sejumlah ion-ion tiosianatoferat (III) dan juga
molekul yang tak bermuatan [Fe(SCN)3]. Kompleks tetratiosianatokobaltat (II), [Co(SCN)4]2-,
yang biru kadang-kadang dipakai untuk mendeteksi kobalt.
NO + 3Fe3+ + 2H2O
II.
RANCANGAN PERCOBAAN
1. Alat dan Bahan
Alat :
1. Tabung reaksi
47 buah
2. Pembakar spiritus
1 buah
3. Pengaduk kaca
1 buah
4. Rak tabung
1 buah
5. Gelas ukur
2 buah
6. Gelas kimia
2 buah
7. Pipet tetes
11 buah
Bahan :
1.
Akuades
2.
3.
CoCl2 0,1 M
4.
CrCl3.6H2O 0,1 M
5.
CuSO4.5H2O(s)
20
6.
CuSO4.5H2O 0,1 M
7.
CuCl2.2H2O(s)
8.
Dimetilglioksim (DMG)
9.
Etanol
Larutan Na2EDTA
25. 1,10-phenanthroline
26. Ni(NO3)2
28. Serbuk Zn
2.
Alur Kerja
Percobaan 1
a. Reaksi dengan NaOH
CrCl3
Mn(SO4)
Fe(NH3)2SO4
FeCl3
CoCl2
NiCl2
CuSO4
ZnCl2
Masing-maisng
sebanyak
1
dimasukkan kedalam tabung reaksi
ml
Hasil pengamatan
Mn(SO4)
Fe(NH3)2SO4
FeCl3
CoCl2
NiCl2
CuSO4
ZnCl2
Masing-maisng
sebanyak
1
ml
dimasukkan kedalam tabung reaksi dan
segera mandi
Ditambah tetes demi tetes amonia 1M
dan ditambah pula larutan amonia
berlebih
Dicatat warna endapan dan diamati juga
endapan-endapan yang lkacang pada
penambahan NaOH berlebih
Hasil pengamatan
Mn(SO4)
Fe(NH3)2SO4
FeCl3
CoCl2
NiCl2
CuSO4
ZnCl2
Masing-maisng
sebanyak
1
ml
dimasukkan kedalam tabung reaksi dan
segera mandi
Ditambah larutan ammoniium tiosulfat
dengan volume yang sama
Dicatat perubahan warnanya dan
dibandingkan dengan blanko (1 ml
garam logam transisi dan 1 ml aquades
untuk mengganti ammonium tiosianat)
Hasil pengamatan
Percobaan 2
a. Kompleks Cr (III)
2 ml larutan CrCl3
Dimasukkan kedalam tabung
reaksi
Ditambah sedikit larutan
Na2C2O4
Dikocok
Dicatat perubahan warna
larutan
hasil
2 ml larutan FeCl3
c. Kompleks Co (II)
1 ml larutan Co (II)
Dimasukkan
tabung reaksi 1
Ditambah NaEDTA
hasil
d. Kompleks Ni (II)
1 ml larutan Ni (II)
1 ml larutan Ni (II)
Dimasukkan tabung
reaksi 2
Dimasukkan tabung
reaksi 1
Ditambah DMG
Ditambah Na-EDTA
hasil
hasil
e. Kompleks Cu(II)
Satu spatula kecil padatan
CuSO4.5H2O
Percobaan 3
a. Perubahan Fe2+ menjadi Fe3+
1 ml FeSO4
Hasil
Rumus senyawa
yang terbentuk
CrCl3
Hijau
kebiruan
[Cr(H2O)3(OH)3]
Mn(SO4)
Tidak
berwarna
[Mn(H2O)5(OH)]+
Fe(NH3)2SO4
Kekuningan
(---)
[Fe(H2O)5(OH)]+
FeCl3
Kuning
[Fe(H2O)4(OH)2]+
CoCl2
Merah
muda
[Co(H2O)4(OH)2]
NiCl2
Hijau(-)
CuSO4
Biru(-)
ZnCl2
Garam
Rumus ion
kompleks yang
terbentuk
[Cr(H2O)2(OH)4]-
Endapan
berkurang
[Mn(H2O)4(OH)2]
Endapan
bertambah
[Fe(H2O)5(OH)]+
Endapan
tetap
[Fe(H2O)3(OH)3]
Endapan
bertambah
[Co(H2O)3(OH)3]-
Endapan
berkurang
[Ni(H2O)5(OH)]+
Terbentuk 2 lapisan.
Atas = larutan tidak berwarna
Bawah = endapan hijau muda
[Ni(H2O)4(OH)2]
Endapan
bertambah
[Cu(H2O)5(OH)]+
[Cu(H2O)4(OH)2]
Ket
Endapan
bertambah
-
CrCl3
Mn(SO4)
Sebelum
reaksi
Hijau
kebiruan
Tidak
berwarna
Rumus senyawa
yang terbentuk
[Cr(H2O)4(OH)2]+
[Mn(H2O)5(OH)]+
[Fe(H2O)5(OH)]+
Fe(NH3)2SO4
Kekuningan
(---)
FeCl3
Kuning
Larutan jingga
[Fe(H2O)5(OH)]2+
CoCl2
Merah
muda
[Co(H2O)5(OH)]+
NiCl2
Hijau(-)
CuSO4
Biru(-)
ZnCl2
Tidak
berwarna
[Ni(H2O)5(OH)]+
[Cu(H2O)5(OH)]+
Rumus ion
kompleks yang
terbentuk
[Cr(NH3)3(H2O)3]
[Mn(H2O)4(OH)2]
Ket
Endapan
bertambah
Endapan
bertambah
[Fe(H2O)5(OH)]+
Endapan
tetap
[Fe(H2O)4(OH)2]+
Tidak ada
endapan
Endapan
bertambah
Endapan
bertambah
Endapan
bertambah
[Co(H2O)4(OH)2]
[Ni(H2O)4(OH)2]
[Cu(H2O)4(OH)2]
-
Sebelum reaksi
Rumus ion
(7 tetes)
kompleks
CrCl3
Hijau kebiruan
[Cr(SCN)]2+
Mn(SO4)
Tidak berwarna
[Mn(SCN)]+
Larutan jingga
[Fe(SCN)]+
FeCl3
Kuning
[Fe(SCN)]2+
CoCl2
Merah muda
[Co(SCN)]+
NiCl2
Hijau(-)
[Ni(SCN)]+
CuSO4
Biru(-)
Larutan hijau
[Cu(SCN)]+
ZnCl2
Tidak berwarna
[Zn(SCN)]+
Fe(NH3)2SO4
Larutan
Garam
Sebelum reaksi
CrCl3
Hijau kebiruan
Mn(SO4)
Tidak berwarna
Tidak berwarna
Tidak berwarna
FeCl3
Kuning
Kuning (-)
CoCl2
Merah muda
NiCl2
Hijau(-)
Hijau(--)
CuSO4
Biru(-)
Biru(--)
ZnCl2
Tidak berwarna
Tidak berwarna
Fe(NH3)2SO4
Warna reagen
yang ditambahkan
Pengamatan
setelah bereaksi
Rumus ion
kompleks yang
terbentuk
Na2C2O4 (5 tetes)
Tidak berwarna
Larutan hijau
kebiruan (+)
[Cr(C2O4)3]3-
b. Kompleks Fe
Kompleks Fe (II)
Warna larutan fero sulfat : kekuningan (---)
Pengamatan
Garam
FeSO4
phenanthroline
terbentuk
[Fe(1,10-phenanthroline)3]2+
Kompleks Fe (III)
Warna larutan FeCl3 : kuning
Pengamatan
Larutan
Garam
Setelah
penambahan tetes
demi tetes
NH4CNS
FeCl3
+2 tetes = merah
tua kecoklatan
Rumus ion
kompleks yang
terbentuk
Setelah
penambahan
Na2C2O4
Rumus ion
kompleks yang
terbentuk
[Fe(CNS)]2+
+10 tetes =
jingga(+)
[Fe(C2O4)]+
c. Kompleks Co (II)
Warna larutan CoCl2 : merah muda
Reagen yang
ditambahkan
Warna reagen
yang ditambahkan
Pengamatan
setelah bereaksi
Rumus ion
kompleks yang
terbentuk
Larutan Na2EDTA
(15 tetes)
Tidak berwarna
Merah muda
(tetap)
[Ni(EDTA)2]2+
d. Kompleks Ni (II)
Warna larutan Ni(NO3)2 : hijau (-)
Reagen yang
ditambahkan
Dimetil glioksim
(5 tetes)
Larutan Na2EDTA
(10 tetes)
Warna reagen
yang ditambahkan
Pengamatan
setelah bereaksi
Rumus ion
kompleks yang
terbentuk
Tidak berwarna
Larutan merah
muda (+)
[Ni(DMG)]2+
Tidak berwarna
[Ni(EDTA)2]2+
e. Kompleks Cu (II)
Warna CuSO4.5H2O : biru
Warna CuCl2.2H2O : hijau
Reagen yang
ditambahkan
Warna reagen
yang ditambahkan
Pengamatan
setelah bereaksi
Larutan Na2EDTA
Tidak berwarna
Padatan Garam
Padatan CuSO4.5H2O
Padatan CuCl2.2H2O
Rumus ion
kompleks yang
terbentuk
[Cr(EDTA)2]2+
Warna
Kristal berwarna biru
Kristal berwarna hijau
Pengamatan
Fe3+ + OHFe(H2O)5(OH)]2+
Pengamatan
Pemanasan
Penambahan bijih Zn
Penambahan HCl pekat
Pemanasan
Penambahan HNO3 setelah
perubahan warna akhir
(6 tetes)
Pada percobaan satu, mengenai reaksi yang berlangsung pada beberapa ion logam transisi
bertujuan untuk mengetahui reaksi-reaksi garam logam transisi, yang menggunakan jenis
kompleks amina, hidroksokompleks (hidroksida amfoter), dan kompleks tiosianat. Larutan
yang digunakan dalam percobaan satu adalah larutan CrCl3 yang berupa larutan hijau
kebiruan, Mn(SO4) yang berupa larutan tidak berwarna, Fe(NH3)2SO4 yang berupa larutan
kekuningan(---), FeCl3 yang berupa larutan kuning, CoCl2 yang berupa larutan merah muda,
NiCl2 yang berupa larutan hijau (-), CuSO4 yang berupa larutan biru (-), dan ZnCl2 yang
berupa larutantidak berwarna. Konsentrasi yang digunakan oleh kedelapan larutan tersebut
adalah sama, yaitu 0.1M.
a.
NaOH 1M, yang merupakan jenis reaksi hidroksokompleks (hidroksida amfoter). Pada
percobaan ini menggunakan tujuh larutan, yaitu tanpa larutan ZnCl2. Hasil dari percobaan ini
akan menunjukkan hidroksida logam transisi manakah yang bersifat amfoter dari tujuh larutan
tersebut. Hidroksida amfoter yang terbentuk berupa endapan dari hidroksida logam,
sedangkan pembentukan hidroksokompleks ditandai dengan larutnya endapan dari
penambahan basa berlebih.
CrCl3 0.1M
CrCl3 yang berupa larutan akan membentuk kompleks, yaitu [Cr(H2O)3Cl3], dimana ion
3+
Cr
dalam tabung reaksi sebanyak 1 mL. Selanjutnya ditambahkan NaOH 1M yang berupa larutan
tidak berwarna, secara setetes demi setetes. Penambahan larutan NaOH 1M sebanyak 5 tetes
memberikan perubahan yang signifikan, yaitu terbentuknya endapan hijau kebiruan. Endapan
yang terbentuk merupakan suatu hidroksida amfoter. Reaksi yang terjadi adalah:
[Cr(H2O)6]3+(aq) + OH-(aq) [Cr(H2O)3(OH)3](s)
Apabila endapan yang terbentuk larut dari penambahan basa (NaOH 1M) berlebih, maka
akan membentuk hidroksokompleks yang sempurna, yaitu: [Cr(H2O)(OH)5]2-.
Mn(SO4) 0.1M
Mn(SO4) yang berupa larutan akan membentuk kompleks, yaitu [Mn(H2O)6SO4], dimana
ion Mn2+ membentuk akuokompleks menjadi [Mn(H2O)6]2+. Larutan Mn(SO4) 0.1M
Apabila endapan yang terbentuk larut dalam penambahan basa (NaOH 1M) berlebih,
maka akan membentuk hidroksokompleks yang sempurna, yaitu: [Mn(H2O)2(OH)4]2-.
Fe(NH3)2SO4 0.1M
Fe(NH3)2SO4 yang berupa larutan akan membentuk kompleks, yaitu [Fe(H2O)6SO4],
dimana ion Fe2+ membentuk akuokompleks menjadi [Fe(H2O)6]2+. Larutan Fe(NH3)2SO4
0.1M dimasukkan ke dalam tabung reaksi sebanyak 1 mL. Selanjutnya ditambahkan NaOH
1M yang berupa larutan tidak berwarna, secara setetes demi setetes. Penambahan larutan
NaOH 1M sebanyak 5 tetes memberikan perubahan yang signifikan, yaitu terbentuknya
endapan hijau di bagian atas, namun setelah dikocok endapan menjadi tidak berwarna.
Endapan yang terbentuk merupakan suatu hidroksida amfoter. Reaksi yang terjadi adalah:
[Fe(H2O)6]2+(aq) + OH-(aq) [Fe(H2O)5(OH)]+
dikarenakan penambahan basa (NaOH 1M) berlebihnya masih kurang. Reaksi yang terjadi
adalah:
Fe(H2O)6]2+(aq) + OH-(aq) [Fe(H2O)5(OH)]+
Apabila endapan yang terbentuk larut dalam penambahan basa (NaOH 1M) berlebih,
maka akan membentuk hidroksokompleks yang sempurna, yaitu: [Fe(H2O)2(OH)4]2-.
FeCl3 0.1M
FeCl3 yang berupa larutan akan membentuk kompleks, yaitu [Fe(H2O)3Cl3], dimana ion
Fe3+ membentuk akuokompleks menjadi [Fe(H2O)6]2+. Larutan FeCl3 0.1M dimasukkan ke
dalam tabung reaksi sebanyak 1 mL. Selanjutnya ditambahkan NaOH 1M yang berupa larutan
tidak berwarna, secara setetes demi setetes. Penambahan larutan NaOH 1M sebanyak 5 tetes
memberikan perubahan yang signifikan, yaitu terbentuknya larutan coklat kemerahan. Larutan
coklat kemerahan yang dihasikan merupakan tanda dari pembentukan hidroksida amfoter
mulai terbentuk. Reaksi yang terjadi adalah:
[Fe(H2O)6]3+(aq) + OH-(aq) [Fe(H2O)4(OH)2]+(aq)
Apabila endapan yang terbentuk larut dalam penambahan basa (NaOH 1M) berlebih,
maka akan membentuk hidroksokompleks yang sempurna, yaitu: [Fe(H2O)(OH)5]2-.
CoCl2 0.1M
CoCl2 yang berupa larutan akan membentuk kompleks, yaitu [Co(H2O)4Cl2], dimana ion
Co2+ membentuk akuokompleks menjadi [Co(H2O)6]2+. Larutan CoCl2 0.1M dimasukkan ke
dalam tabung reaksi sebanyak 1 mL. Selanjutnya ditambahkan NaOH 1M yang berupa larutan
tidak berwarna, secara setetes demi setetes. Penambahan larutan NaOH 1M sebanyak 5 tetes
memberikan perubahan yang signifikan, yaitu terbentuknya endapan coklat muda dan larutan
tidak berwarna. Endapan yang terbentuk merupakan suatu hidroksida amfoter. Reaksi yang
terjadi adalah:
[Co(H2O)6]2+(aq) + OH-(aq) [Cr(H2O)4(OH)2](s)
Apabila endapan yang terbentuk larut dari penambahan basa (NaOH 1M) berlebih, maka
akan membentuk hidroksokompleks yang sempurna, yaitu: [Co(H2O)2(OH)4]2-.
NiCl2 0.1M
NiCl2 yang berupa larutan akan membentuk kompleks, yaitu [Ni(H2O)4Cl2], dimana ion
Ni2+ membentuk akuokompleks menjadi [Ni(H2O)6]2+. Larutan NiCl2 0.1M dimasukkan ke
dalam tabung reaksi sebanyak 1 mL. Selanjutnya ditambahkan NaOH 1M yang berupa larutan
tidak berwarna, secara setetes demi setetes. Penambahan larutan NaOH 1M sebanyak 5 tetes
memberikan perubahan yang signifikan, yaitu terbentuknya endapan hijau muda dan larutan
hijau muda keruh. Endapan yang terbentuk merupakan suatu hidroksida amfoter. Reaksi yang
terjadi adalah:
[Ni(H2O)6]2+(aq) + OH-(aq) [Ni(H2O)5(OH)]+(aq)
1M) berlebih, yaitu sebanyak 9 tetes belum terbentuk hidroksokompleks. Reaksi yang terjadi
adalah:
[Ni(H2O)5(OH)]+(aq) + OH-(aq) [Ni(H2O)4(OH)2](s)
Apabila endapan yang terbentuk larut dalam penambahan basa (NaOH 1M) berlebih,
maka akan membentuk hidroksokompleks yang sempurna, yaitu: [Ni(H2O)2(OH)4]2-.
CuSO4 0.1M
CuSO4 yang berupa larutan akan membentuk kompleks, yaitu [Cu(H2O)6SO4], dimana
ion Cu2+ membentuk akuokompleks menjadi [Cu(H2O)6]2+. Larutan CuSO4 0.1M dimasukkan
ke dalam tabung reaksi sebanyak 1 mL. Selanjutnya ditambahkan NaOH 1M yang berupa
larutan tidak berwarna, secara setetes demi setetes. Penambahan larutan NaOH 1M sebanyak
5 tetes memberikan perubahan yang signifikan, yaitu terbentuknya endapan biru muda dan
larutan tidak berwarna. Endapan yang terbentuk merupakan suatu hidroksida amfoter. Reaksi
yang terjadi adalah:
[Cu(H2O)6]2+(aq) + OH-(aq) [Cu(H2O)5(OH)]+(aq)
Apabila endapan yang terbentuk larut dalam penambahan basa (NaOH 1M) berlebih,
maka akan membentuk hidroksokompleks yang sempurna, yaitu: [Cu(H2O)2(OH)4]2-.
Dari percoban satu yang dilakukan, yaitu reaksi ion logam transisi dengan larutan NaOH
1M dengan tujuh larutan yang berbeda, dapat disimpulkan bahwa larutan CrCl3 dan CoCl2
membentuk hidroksi amfoter dengan penambahan 5 tetes NaOH 1M dan membentuk
hidroksokompleks yang belum sempurna dengan penambahan NaOH 1M berlebih; sedangkan
larutan Mn(SO4), FeCl3, NiCl2, dan CuSO4 membentuk hidroksi amfoter yang sempurna
b.
1M, yang merupakan jenis reaksi kopleks amina. Pada percobaan ini menggunakan tujuh
larutan, yaitu tanpa larutan NiCl2. Hasil dari percobaan ini akan menunjukkan
hidroksokompleks transisi manakah yang merupakan jenis kompleks [M(NH3)X]n+ dari tujuh
larutan tersebut. Hidroksida amfoter yang terbentuk berupa endapan dari hidroksida logam,
sedangkan pembentukan hidroksokompleks ditandai dengan larutnya endapan dari
penambahan amonia berlebih.
CrCl3 0.1M
CrCl3 yang berupa larutan akan membentuk kompleks, yaitu [Cr(H2O)3Cl3], dimana ion
Cr3+ membentuk akuokompleks menjadi [Cr(H2O)6]3+. Larutan CrCl3 0.1M dimasukkan ke
dalam tabung reaksi sebanyak 1 mL. Selanjutnya ditambahkan amoniak 1M yang tidak
berwarna, secara setetes demi setetes. Penambahan larutan amoniak 1M sebanyak 5 tetes
memberikan perubahan yang signifikan, yaitu terbentuknya endapan hijau yang sedikit dan
larutan hijau. Endapan yang terbentuk merupakan suatu hidroksida amfoter. Reaksi yang
terjadi adalah:
[Cr(H2O)6]3+(aq) + 2NH3(l) [Cr(H2O)4(OH)2]+(aq) + 2NH4+(aq)
Apabila endapan yang terbentuk larut dari penambahan basa (amonia 1M) berlebih, maka
akan membentuk hidroksokompleks yang sempurna, yaitu: [Cr(NH3)(OH)5]2-.
Mn(SO4) 0.1M
Mn(SO4) yang berupa larutan akan membentuk kompleks, yaitu [Mn(H2O)6SO4], dimana
ion Mn2+ membentuk akuokompleks menjadi [Mn(H2O)6]2+. Larutan Mn(SO4) 0.1M
dimasukkan ke dalam tabung reaksi sebanyak 1 mL. Selanjutnya ditambahkan amonia 1M
yang berupa larutan tidak berwarna, secara setetes demi setetes. Penambahan larutan amonia
1M sebanyak 5 tetes memberikan perubahan yang signifikan, yaitu terbentuknya larutan
kuning keruh. Larutan keruh yang dihasikan merupakan tanda dari pembentukan hidroksida
amfoter mulai terbentuk. Reaksi yang terjadi adalah:
[Mn(H2O)6]2+(aq) + NH3(l) [Mn(H2O)5(OH)]+(aq) + NH4+(aq)
Apabila endapan yang terbentuk larut dalam penambahan basa (amonia 1M) berlebih,
maka akan membentuk hidroksokompleks yang sempurna, yaitu: [Mn(NH3)2(OH)4]2-.
Fe(NH3)2SO4 0.1M
Fe(NH3)2SO4 yang berupa larutan akan membentuk kompleks, yaitu [Fe(H2O)6SO4],
dimana ion Fe2+ membentuk akuokompleks menjadi [Fe(H2O)6]2+. Larutan Fe(NH3)2SO4
0.1M dimasukkan ke dalam tabung reaksi sebanyak 1 mL. Selanjutnya ditambahkan amonia
1M yang berupa larutan tidak berwarna, secara setetes demi setetes. Penambahan larutan
amonia 1M sebanyak 5 tetes memberikan perubahan yang signifikan, yaitu terbentuknya
endapan hijau di bagian atas, namun setelah dikocok endapan menjadi tidak berwarna.
Endapan yang terbentuk merupakan suatu hidroksida amfoter. Reaksi yang terjadi adalah:
[Fe(H2O)6]2+(aq) + NH3(l) [Fe(H2O)5(OH)]+(aq) + NH4+(aq)
tetap berupa endapan hijau di bagian atas, dan setelah dikocok endapan menjadi tidak
berwarna. Hal ini menunjukkan bahwa belum terjadi pembentukan hidroksokompleks,
dikarenakan penambahan basa (amonia 1M) berlebihnya masih kurang. Reaksi yang terjadi
adalah:
Fe(H2O)6]2+(aq) + NH3(l) [Fe(H2O)5(OH)]+(aq) + NH4+(aq)
Apabila endapan yang terbentuk larut dalam penambahan basa (amonia 1M) berlebih,
maka akan membentuk hidroksokompleks yang sempurna, yaitu: [Fe(NH3)2(OH)4]2-.
FeCl3 0.1M
FeCl3 yang berupa larutan akan membentuk kompleks, yaitu [Fe(H2O)3Cl3], dimana ion
Fe3+ membentuk akuokompleks menjadi [Fe(H2O)6]2+. Larutan FeCl3 0.1M dimasukkan ke
dalam tabung reaksi sebanyak 1 mL. Selanjutnya ditambahkan amonia 1M yang berupa
larutan tidak berwarna, secara setetes demi setetes. Penambahan larutan amonia 1M sebanyak
5 tetes memberikan perubahan yang signifikan, yaitu terbentuknya larutan jingga. Larutan
jingga yang dihasikan merupakan tanda dari pembentukan hidroksida amfoter mulai
terbentuk. Reaksi yang terjadi adalah:
[Fe(H2O)6]3+(aq) + NH3(l) [Fe(H2O)5(OH)]2+(aq) + NH4+(aq)
Apabila endapan yang terbentuk larut dalam penambahan basa (amonia 1M) berlebih,
maka akan membentuk hidroksokompleks yang sempurna, yaitu: [Fe(NH3)(OH)5]2-.
CoCl2 0.1M
CoCl2 yang berupa larutan akan membentuk kompleks, yaitu [Co(H2O)4Cl2], dimana ion
2+
Co
dalam tabung reaksi sebanyak 1 mL. Selanjutnya ditambahkan NaOH 1M yang berupa larutan
tidak berwarna, secara setetes demi setetes. Penambahan larutan amonia 1M sebanyak 5 tetes
memberikan perubahan yang signifikan, yaitu terbentuknya endapan biru dan larutan biru
keruh. Endapan yang terbentuk merupakan suatu hidroksida amfoter. Reaksi yang terjadi
adalah:
[Co(H2O)6]2+(aq) + NH3(l) [Cr(H2O)5(OH)]+(aq) + NH4+(aq)
Apabila endapan yang terbentuk larut dari penambahan basa (amonia 1M) berlebih, maka
akan membentuk hidroksokompleks yang sempurna, yaitu: [Co(NH3)2(OH)4]2-.
NiCl2 0.1M
NiCl2 yang berupa larutan akan membentuk kompleks, yaitu [Ni(H2O)4Cl2], dimana ion
Ni2+ membentuk akuokompleks menjadi [Ni(H2O)6]2+. Larutan NiCl2 0.1M dimasukkan ke
dalam tabung reaksi sebanyak 1 mL. Selanjutnya ditambahkan amonia 1M yang berupa
larutan tidak berwarna, secara setetes demi setetes. Penambahan larutan amonia 1M sebanyak
5 tetes memberikan perubahan yang signifikan, yaitu terbentuknya endapan hijau muda dan
larutan hijau muda keruh. Endapan yang terbentuk merupakan suatu hidroksida amfoter.
Reaksi yang terjadi adalah:
[Ni(H2O)6]2+(aq) + NH3(l) [Ni(H2O)5(OH)]+(aq) + NH4+(aq)
(amonia 1M) berlebih, yaitu sebanyak 7 tetes belum terbentuk hidroksokompleks. Reaksi
yang terjadi adalah:
[Ni(H2O)5(OH)]+(aq) + NH3(l) [Ni(H2O)4(OH)2](s) + H2O(l)
Apabila endapan yang terbentuk larut dalam penambahan basa (NaOH 1M) berlebih,
maka akan membentuk hidroksokompleks yang sempurna, yaitu: [Ni(NH3)2(OH)4]2-.
CuSO4 0.1M
CuSO4 yang berupa larutan akan membentuk kompleks, yaitu [Cu(H2O)6SO4], dimana
ion Cu2+ membentuk akuokompleks menjadi [Cu(H2O)6]2+. Larutan CuSO4 0.1M dimasukkan
ke dalam tabung reaksi sebanyak 1 mL. Selanjutnya ditambahkan amonia 1M yang berupa
larutan tidak berwarna, secara setetes demi setetes. Penambahan larutan amonia 1M sebanyak
5 tetes memberikan perubahan yang signifikan, yaitu terbentuknya endapan biru muda dan
larutan biru muda keruh. Endapan yang terbentuk merupakan suatu hidroksida amfoter.
Reaksi yang terjadi adalah:
[Cu(H2O)6]2+(aq) + NH3(l) [Cu(H2O)5(OH)]+(aq) + NH4+(aq)
Apabila endapan yang terbentuk larut dalam penambahan basa (NaOH 1M) berlebih,
maka akan membentuk hidroksokompleks yang sempurna, yaitu: [Cu(NH3)2(OH)4]2-.
Dari percoban dua yang dilakukan, yaitu reaksi ion logam transisi dengan larutan amonia
1M dengan tujuh larutan yang berbeda, dapat disimpulkan bahwa larutan CrCl3, Mn(SO4),
FeCl3, CoCl2, NiCl2, dan CuSO4 membentuk hidroksi amfoter yang sempurna dengan
penambahan amonia 1M berlebih, tetapi tidak membentuk hidroksokompleks sama sekali;
dan pada larutan Fe(NH3)2SO4 membentuk hidroksi amfoter dengan penambahan 7 tetes
amonia 1M, tetapi tidak membentuk hidroksokompleks dengan penambahan amonia berlebih;
sedangkan pada larutan FeCl3 tidak membentuk hidroksi amfoter yang sempurna dengan
penambahan 7 tetes amonia 1M maupun yang berlebih.
c. Reaksi Ion Logam Transisi dengan Larutan Ammonium Tiosianat, (NH4SCN), 0.1M
Pada reaksi ketiga yang dilakukan adalah reaksi ion logam transisi dengan larutan
ammonium tiosianat, (NH4SCN), 1M, yang merupakan jenis reaksi kompleks tiosianat. Pada
percobaan ini menggunakan delapan larutan. Hasil dari percobaan ini akan menunjukkan
kation manakah yang yang membentuk ion kompleks dengan ion CNS- dari delapan larutan
tersebut. Tiosianat dipakai dalam beberapa kasus untuk mendeteksi ion.
CrCl3 0.1M
CrCl3 yang berupa larutan akan membentuk kompleks, yaitu [Cr(H2O)3Cl3], dimana ion
Cr3+ membentuk akuokompleks menjadi [Cr(H2O)6]3+. Larutan CrCl3 0.1M dimasukkan ke
dalam dua tabung reaksi yang terpisah, masing-masing 1 mL.Tabung reaksi yang telah berisi
larutan CrCl3 akan diberikan label U untuk uji dan B untuk blanko. Untuk pembuatan larutan
blanko, ditambahkan 1 mL akuades yang merupakan larutan tidak berwarna, menghasilkan
perubahan yang sedikit signifikan, yaitu menjadi larutan hijau kebiruan (-). Reaksi pada
larutan blanko adalah tidak lain suatu logam yang direaksikan oleh pelarut polar, seperti
halnya proses pengenceran. Sehingga hasil yang didapatkan tidak terlalu signifikan.
Sedangkan pada larutan uji, ditambahkan larutan 2 tetes NH4CNS 0.1M yang berupa larutan
tidak berwarna, menghasilkan perubahan yang signifikan, yaitu larutan hijau tua. Reaksi yang
terjadi adalah:
Mn(SO4) 0.1M
Mn(SO4) yang berupa larutan akan membentuk kompleks, yaitu [Mn(H2O)6SO4], dimana
ion Mn2+ membentuk akuokompleks menjadi [Mn(H2O)6]2+. Larutan Mn(SO4) 0.1M
dimasukkan ke dalam dua tabung reaksi yang terpisah, masing-masing 1 mL.Tabung reaksi
yang telah berisi larutan Mn(SO4) akan diberikan label U untuk uji dan B untuk blanko.
Untuk pembuatan larutan blanko, ditambahkan 1 mL akuades yang merupakan larutan tidak
berwarna, menghasilkan perubahan yang sedikit signifikan, yaitu menjadi larutan tidak
berwarna. Reaksi pada larutan blanko adalah tidak lain suatu logam yang direaksikan oleh
pelarut polar, seperti halnya proses pengenceran. Sehingga hasil yang didapatkan tidak terlalu
signifikan. Sedangkan pada larutan uji, ditambahkan larutan 2 tetes NH4CNS 0.1M yang
berupa larutan tidak berwarna, menghasilkan perubahan yang signifikan, yaitu larutan putih
keruh. Reaksi yang terjadi adalah:
[Mn(H2O)6]2+(aq) + NH4SCN(aq) [Mn(SCN)]2+
Fe(NH3)2SO4 0.1M
FeCl3 0.1M
FeCl3 yang berupa larutan akan membentuk kompleks, yaitu [Fe(H2O)3Cl3], dimana ion
Fe3+ membentuk akuokompleks menjadi [Fe(H2O)6]2+. Larutan FeCl3 0.1M dimasukkan ke
dalam dua tabung reaksi yang terpisah, masing-masing 1 mL.Tabung reaksi yang telah berisi
larutan FeCl3 akan diberikan label U untuk uji dan B untuk blanko. Untuk pembuatan larutan
blanko, ditambahkan 1 mL akuades yang merupakan larutan tidak berwarna, menghasilkan
perubahan yang sedikit signifikan, yaitu menjadi larutan kuning (-). Reaksi pada larutan
blanko adalah tidak lain suatu logam yang direaksikan oleh pelarut polar, seperti halnya
proses pengenceran. Sehingga hasil yang didapatkan tidak terlalu signifikan. Sedangkan pada
larutan uji, ditambahkan larutan 2 tetes NH4CNS 0.1M yang berupa larutan tidak berwarna,
menghasilkan perubahan yang signifikan, yaitu larutan merah tua. Reaksi yang terjadi adalah:
CoCl2 0.1M
CoCl2 yang berupa larutan akan membentuk kompleks, yaitu [Co(H2O)4Cl2], dimana ion
2+
Co
dalam dua tabung reaksi yang terpisah, masing-masing 1 mL.Tabung reaksi yang telah berisi
larutan CoCl2 akan diberikan label U untuk uji dan B untuk blanko. Untuk pembuatan larutan
blanko, ditambahkan 1 mL akuades yang merupakan larutan tidak berwarna, menghasilkan
perubahan yang sedikit signifikan, yaitu menjadi larutan merah muda (-). Reaksi pada larutan
blanko adalah tidak lain suatu logam yang direaksikan oleh pelarut polar, seperti halnya
proses pengenceran. Sehingga hasil yang didapatkan tidak terlalu signifikan. Sedangkan pada
larutan uji, ditambahkan larutan 2 tetes NH4CNS 0.1M yang berupa larutan tidak berwarna,
menghasilkan perubahan yang signifikan, yaitu larutan merah muda. Reaksi yang terjadi
adalah:
NiCl2 0.1M
NiCl2 yang berupa larutan akan membentuk kompleks, yaitu [Ni(H2O)4Cl2], dimana ion
Ni2+ membentuk akuokompleks menjadi [Ni(H2O)6]2+. Larutan NiCl2 0.1M dimasukkan ke
dalam dua tabung reaksi yang terpisah, masing-masing 1 mL.Tabung reaksi yang telah berisi
larutan NiCl2 akan diberikan label U untuk uji dan B untuk blanko. Untuk pembuatan larutan
blanko, ditambahkan 1 mL akuades yang merupakan larutan tidak berwarna, menghasilkan
perubahan yang sedikit signifikan, yaitu menjadi larutan hijau (--). Reaksi pada larutan blanko
adalah tidak lain suatu logam yang direaksikan oleh pelarut polar, seperti halnya proses
pengenceran. Sehingga hasil yang didapatkan tidak terlalu signifikan. Sedangkan pada larutan
uji, ditambahkan larutan 2 tetes NH4CNS 0.1M yang berupa larutan tidak berwarna,
menghasilkan perubahan yang signifikan, yaitu larutan hijau muda. Reaksi yang terjadi
adalah:
[Ni(H2O)6]2+(aq) + NH4SCN(aq) [Ni(SCN)]2+
CuSO4 0.1M
CuSO4 yang berupa larutan akan membentuk kompleks, yaitu [Cu(H2O)6SO4], dimana
ion Cu2+ membentuk akuokompleks menjadi [Cu(H2O)6]2+. Larutan CuSO4 0.1M dimasukkan
ke dalam dua tabung reaksi yang terpisah, masing-masing 1 mL.Tabung reaksi yang telah
berisi larutan CuSO4 akan diberikan label U untuk uji dan B untuk blanko. Untuk pembuatan
larutan blanko, ditambahkan 1 mL akuades yang merupakan larutan tidak berwarna,
menghasilkan perubahan yang sedikit signifikan, yaitu menjadi larutan biru (--). Reaksi pada
larutan blanko adalah tidak lain suatu logam yang direaksikan oleh pelarut polar, seperti
halnya proses pengenceran. Sehingga hasil yang didapatkan tidak terlalu signifikan.
Sedangkan pada larutan uji, ditambahkan larutan 2 tetes NH4CNS 0.1M yang berupa larutan
tidak berwarna, menghasilkan perubahan yang signifikan, yaitu larutan hijau. Reaksi yang
terjadi adalah:
menghasilkan perubahan yang signifikan, yaitu larutan tidak berwarna. Reaksi yang terjadi
adalah:
[Zn(H2O)4]2+(aq) + NH4SCN(aq) [Zn(SCN)]2+
Percobaan 2
Percobaan 2 bertujuan untuk mengenal pembentukan ion kompleks dengan logam
transisi. Pembentukan ion kompleks yang akan dipelajari antara lain kompleks Cr(III), Fe (II)
dan Fe (III), Co(II), Ni(II), dan Cu(II). Pembentukan kompleks ini biasanya disertai dengan
perubahan warna dari larutan awal.
a. Kompleks Cr(III)
Langkah pertama yang dilakukan adalah menyiapkan larutan yang mengandung kation
Cr3+, yaitu CrCl3 sebanyak 2 mL lalu dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Warna awal larutan
CrCl3 hijau kebiruan. Kemudian ditambahkan Na2C2O4 yang berupa larutan tidak berwarna.
Setelah ditambah reagen Na2C2O4 dihasilkan larutan berwarna hijau kebiruan(+). Fungsi dari
penambahan reagen Na2C2O4 yaitu sebagai penyedia ligan. Dimana 3 ion Cl- digantikan
oleh 3 ion C2O42- sehingga terbentuk kompleks [Cr(C2O4)3]3-. Hal ini dapat dilihat melalui
persamaan di bawah ini:
CrCl3 + 3Na2C2O4
Kompleks yang terbentuk memiliki bilangan koordinasi sebanyak 6 dan memiliki bentuk
koordinasi oktahedral. Dengan struktur senyawa kompleks sebagai berikut :
Ion trioksalatokromat(III)
b. Kompleks Fe
Langkah pertama yang dilakukan adalah menyiapkan larutan yang mengandung kation
Fe2+, yaitu FeSO4 sebanyak 1 mL lalu dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Warna awal
larutan FeSO4 kekuningan(---). Kemudian ditambahkan 2-3 tetes 1,10-phenantrhroline yang
berupa larutan tidak berwarna. Setelah ditambah reagen 1,10-phenantrhroline dihasilkan
larutan berwarna kuning(-) Fungsi dari penambahan reagen 1,10-phenantrhroline yaitu
sebagai penyedia ligan. Perubahan warna ini dari kekuningan(---) menjadi kuning(-) karena
ligan SO42- digantikan oleh molekul H2O sebanyak 6 molekul.
Untuk larutan Fe(III), disiapkan sebanyak 2 mL larutan FeCl3 dan dimasukkan ke dalam
tabung reaksi. Keadaan awal larutan FeCl3 adalah kuning. Setelah itu ditambahkan 2 tetes
larutan NH4CNS untuk memberi warna gelap larutan yang mengandung Fe(CNS)2+. Secara
teori penambahan reagen ini akan memberi warna merah bata pada larutan. Hal ini sesuai
dengan percobaan kami, dimana setelah penambahan NH4SCN larutan berubah dari kuning
menjadi berwarna merah tua kecoklatan. Perubahan warna ini terjadi karena adanya substitusi
ligan CNS- menggantikan Cl-. Reaksinya sebagai berikut :
FeCl3 + NH4CNS
Selanjutnya ditambahkan dengan 10 tetes Na2C2O4, larutan berubah warna dari merah tua
kecoklatan menjadi jingga(+). Reaksinya sebagai berikut :
[Fe(CNS)]2+ + Na2C2O4
c. Kompleks Co(II)
Percobaan ini dilakukan untuk membentuk kompleks kobalt (II). Prosedur yang
dilakukan adalah dengan memasukkan 1 ml CoCl2 yang berwarna jingga kedalam tiga tabung
reaksi. Tabung pertama dilakukan penambahan reagen etilendiamin, namun dalam praktikum
ini terjadi keterbatasan bahan, dimana reagen etilendiamin tidak tersedia sehingga tidak ada
hasil dari tabung pertama ini. Seharusnya secara teoritis CoCl2 yang ditambahkan dengan
etilendiamin larutan berubah menjadi berwarna merah tua. Berubahnya warna larutan
menandakan bahwa terbentuk kompleks dengan Co sebagai atom pusat dan etylendiamin
sebagai ligan, dalam hal ini etylendiamin merupakan ligan bidentat. Dan logam kolbalt
bermuatan +2
Selanjutnya pada tabung kedua dilakukan peambahan reagen Na2EDTA yang tidak
berwarna dan setelah penambahan ini ternyata tidak terjaadi perubahan, dan kompleks yang
terbentuk adalah [Co(EDTA)]2-.
d. Kompleks Ni(II)
percobaan ini dilakukan untuk pembentukan ion kompleks Ni (II). Prosedur yang
dilakukan adalah menyiapkan tiga tabung reaksi, langkah selanjutnya adalah dengan
memasukkan 1 ml larutan Ni yang berwarna hijau muda kedalam masing-masing tabung
reaksi. Tabung reaksi pertama dilakukan penambahan reagen etilendiamin. Namun
dikarenakan keterbatasan bahan, dimana reagen eilendiamin tidak tersedia sehingga tidak
diperoleh hasil. Namun seharusnya menurut teori reagen etilendiamin yaitu larutan larutan
yang
berwarna
merah
kekuningan
dan
mengakibatkan
terbentuknya
kompleks
[Ni(NO3)(en)]+.
Selanjutnya tabung kedua dilakukan penambahan dimetilglioksin, dan larutan berubah
warna menjadi merah muda. Warna yang terbentuk dikarenakan terbentuknya kompleks
antara glioksin dengan logam Ni. Tabung selanjutnya yaitu ditambahkan dengan reagen
Na2EDTA dan hasil yang terjadi adalah larutan tidak berwarna. Penambahan reagen tersebut
menjadikan terbentuknya kompleks [Ni(EDTA)2]2-.
e. Kompleks Cu(II)
percobaan selanjutnya bertujuan untuk pembentukan kompleks Cu (II). Terdapat dua cara
kerja disini, cara kerja pertama prosedur yang dilakukan adalah dengan menempatkan
CuSo4.5H2O (merupakan padatan berwarna biru (++)) dan CuCl2.2H2O (berwarna biru jernih
(+))pada kaca arloji. Dan cara kerja kedua adalah disediakan dua tabung reaksi, tabung reaksi
pertama dimasukkan kristal CuSo4.5H2O dan pada tabung kedua CuCl2.2H2O. selanjutnya
tabung pertama ditambahkan dengan beberapa tetes etilendiamin, namun karena keterbatasan
bahan dimana larutan etilendiamin tidak tersedia sehingga hasil tidak ada. Seharusnya
menurut teori warna larutan berubah menjadi ungu tua, Hal ini menandakan terbentuknya
kompeks antara Cu dengan etilendiamin yaitu [Cu(en)]. Selanjutnya tabung kedua
ditambahkan reagen Na2EDTA dan terbentuk hasil larutan yang tidak berwarna, dan
kompleks yang terbentuk adalah Cu(EDTA).
Percobaan 3
Percobaan 3 bertujuan untuk mengetahui dan mengamati perubahan warna karena
perubahan bilangan oksidasi dari senyawa ion logam transisi. Pada percobaan ini kita akan
mempelajari perubahan warna karena perubahan biloks dari ion logam Fe dan Cr dalam
larutan FeSO4 dan K2Cr2O7.
a. Perubahan Fe2+ menjadi Fe3+
Langkah pertama yang dilakukan adalah menyiapkan 1 mL larutan FeSO4 ke dalam
tabung reaksi. Keadaan awal larutan FeSO4 adalah larutan kekuningan (---). Kemudian
ditambahkan 2-3 tetes HNO3 pekat, tujuan penambahan ini adalah untuk mengoksidasi Fe2+
menjadi Fe3+ karena HNO3 pekat merupakan suatu oksidator kuat. Secara teori, oksidasi Fe2+
menjadi Fe3+ terjadi dengan lambat ketika terkena udara. Oksidasi yang cepat jika direaksikan
dengan oksidator kuat seperti HNO3, H2O2 HCl pekat, dsb.
Hasil yang didapatkan setelah penambahan HNO3 pekat adalah perubahan warna larutan
dari warna kekuningan (---) Fe2+ menjadi larutan berwarna hijau kekuningan. Seperti pada
teori diatas, perubahan warna ini terjadi cukup cepat, tepat terjadi ketika HNO3 pekat
ditambahkan lalu dikocok-kocok sedikit. Artinya, oksidasi Fe2+ menjadi Fe3+ sudah terjadi
pada tahap ini, karena pengaruh penambahan suatu oksidator kuat HNO3 pekat. Reaksi
oksidasi Fe2+ menjadi Fe3+ dituliskan sebagai berikut :
3Fe2+ + 3H+ + HNO3+2
oksidasi
+5 reduksi
NO + 3Fe3+ + 2H2O
+2
+3
Langkah selanjutnya adalah memanaskan di atas penangas selama 1-2 menit. Tujuan
pemanasan ini adalah agar reaksi antara FeSO4 dan HNO3 pekat tadi berlangsung dengan
sempurna, sehingga oksidasi Fe2+ menjadi Fe3+ juga demikian. Hasil yang didapatkan setelah
pemanasan adalah larutan berwarna kuning. Secara teori, garam-garam Fe(II) dalam larutan
mengandung kation Fe2+ dan berwarna sedikit hijau. Sedangkan dalam larutannya , kationkation Fe3+ berwarna kuning. Maka dapat disimpulkan bahwa pada tahap ini reaksi oksidasi
Fe2+ menjadi Fe3+ berlangsung dengan sempurna, hal ini diindikasi dari warna larutan yang
dihasilkan berubah dari hijau kekuningan menjadi berwarna kuning yang merupakan warna
kation Fe3+ dalam larutan.
Larutan didinginkan lalu ditambah NaOH 2M. Penambahan NaOH ini bertujuan untuk
membuktikan apakah Fe2+ sudah benar-benar teroksidasi menjadi Fe3+. Seperti sudah
dipelajari pada percobaan 1a, larutan FeCl3(mengandung kation Fe3+) jika direaksikan dengan
NaOH akan memberikan warna jingga. Hasil yang kami dapatkan setelah penambahan ini
adalah larutan berubah warna dari kuning menjadi larutan berwarna jingga. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa hasil percobaan kami sudah sesuai karena Fe2+ teroksidasi menjadi Fe3+.
Reaksi Fe3+ dengan NaOH dituliskan sebagai berikut :
Fe(H2O)5(OH)]2+
Fe3+ + OH-
Simpulan lain yang dapat diambil dari percobaan ini adalah mengenai kestabilan kation
Fe2+ dan Fe3+ dalam larutan. Dari pembahasan diatas tentu kita sudah dapat menjelaskan jika
kation Fe2+ kurang stabil dibandingkan Fe3+ karena sifatnya yang mudah teroksidasi. Jika
terkena udara terus-menerus maka warnanya akan berubah menjadi kuning yang artinya
teroksidasi menjadi Fe3+.
b. Perubahan Cr6+ menjadi Cr3+
Langkah pertama yang dilakukan adalah menyiapkan larutan K2Cr2O7 sebanyak 2 mL lau
dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan dipanaskan 1-2 menit. Keadaan awal larutan K2Cr2O7
adalah jingga. Lalu ditambahkan berturut-turut 1-2 butir seng dan 1,5 mL HCl pekat dan
dipanaskan kembali. Fungsi Zn dan HCl pekat adalah sebagai reduktor untuk mereduksi Cr6+
menjadi Cr3+ . Fungsi pemanasan agar butir Zn larut sempurna dan secara otomatis mereduksi
secara sempurna. Secara teori, pada pemanasan suatu kromat atau dikromat dengan asam
klorida pekat akan dihasilkan suatu larutan yang mengandung ion Cr(III). Artinya pada tahap
ini reduksi Cr6+ menjadi Cr3+ sudah terjadi. Hal ini sesuai dengan hasil percobaan kami,
dimana setelah penambahan Zn dan HCl pekat lalu dipanaskan larutan berubah dari warna
jingga menjadi hijau kebiruan. Reaksinya dituliskan sebagai berikut :
3Zn(s) + Cr2O72- + 14H+
oksidasi
0
+6
reduksi
Selanjutnya didiamkan dan diambil 1 mL larutan, ditambahkan setets demi setetes larutan
HNO3 pekat sambil dikocok. Penambahan ini secara teori akan mereduksi Cr3+ menjadi Cr2+
seperti dijelaskan pada reaksi berikut :
Cr3+ + 4H+ + 2NO3- + 3ereduksi
Cr2+ + 2NO2
+ 2H2O
Secara teori, warna ion Cr2+ dalam larutan adalah biru. Sedangkan hasil yang kami
dapatkan setelah penambahan HNO3 pekat adalah warna hijau dimana warna hijau merupakan
warna ion Cr3+.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa ion Cr2+ tidak stabil dan mudah
V. SIMPULAN
Berdasarkan hasil pada percobaan ini dapat disimpulkan bahwa :
1. Mempelajari reaksi reaksi pada ion logam transisi dapat dilakukan dengan mereaksikan
garam logam transisi dengan NaOH, NH3, dan NH4CNS sehingga didapatkan perubahan
bentuk fisik larutan seperti terjadinya perubahan warna dan perubahan pada endapan yang
menunjukkan adanya reaksi antara garam logam transisi dengan pereaksinya dalam
membentuk kompleks dengan ligan, warna-warna yang khas dan terdapat endapan pada
senyawa tersebut, endapan yang terbentuk memiliki warna yang berbeda-beda sesuai
dengan muatan logam pusat senyawa kompleks tersebut. Jika senyawa kompleks tak
bermuatan, fase dari senyawa kompleks merupakan fase padat sedangkan apabila senyawa
kompleks bermuatan, fase dari senyawa tersebut adalah larutan.
2. Untuk mengenal pembentukan ion kompleks logam transisi dapat dilakukan dengan
menambahkan ligan seperti ion oksalat, H2O, CNS-, EDTA, dan DMG.
3. Perubahan warna yang terjadi pada larutan dengan logam transisi di dalamnya dapat
dikarenakan terjadinya perubahan bilangan oksidasi logam tersebut akibat adanya
pengaruh masuknya ligan.
Percobaan 1
a. Reaksi ion logam transisi dengan larutan NaOH 1M
Pengamatan
Sebelum
reaksi
Rumus senyawa
yang terbentuk
CrCl3
Hijau
kebiruan
[Cr(H2O)3(OH)3]
Mn(SO4)
Tidak
berwarna
[Mn(H2O)5(OH)]+
Fe(NH3)2SO4
Kekuningan
(---)
[Fe(H2O)5(OH)]+
FeCl3
Kuning
[Fe(H2O)4(OH)2]+
Garam
CoCl2
Merah
muda
NiCl2
Hijau(-)
Rumus ion
kompleks yang
terbentuk
[Cr(H2O)2(OH)4]-
Endapan
berkurang
[Mn(H2O)4(OH)2]
Endapan
bertambah
[Fe(H2O)5(OH)]+
Endapan
tetap
[Fe(H2O)3(OH)3]
Endapan
bertambah
Ket
[Co(H2O)4(OH)2]
[Co(H2O)3(OH)3]-
Endapan
berkurang
[Ni(H2O)5(OH)]+
Terbentuk 2 lapisan.
Atas = larutan tidak berwarna
[Ni(H2O)4(OH)2]
Endapan
bertambah
Biru(-)
ZnCl2
Tidak
berwarna
[Cu(H2O)5(OH)]+
[Cu(H2O)4(OH)2]
Endapan
bertambah
Rumus ion
kompleks yang
terbentuk
Ket
Rumus senyawa
yang terbentuk
[Cr(H2O)4(OH)2]+
[Mn(H2O)5(OH)]+
Fe(NH3)2SO4
Kekuningan
(---)
[Fe(H2O)5(OH)]+
FeCl3
Kuning
Larutan jingga
[Fe(H2O)5(OH)]2+
CoCl2
Merah
muda
[Co(H2O)5(OH)]+
NiCl2
Hijau(-)
CuSO4
Biru(-)
CrCl3
Mn(SO4)
Sebelum
reaksi
Hijau
kebiruan
Tidak
berwarna
[Ni(H2O)5(OH)]+
[Cu(H2O)5(OH)]+
[Cr(NH3)3(H2O)3]
[Mn(H2O)4(OH)2]
Endapan
bertambah
Endapan
bertambah
[Fe(H2O)5(OH)]+
Endapan
tetap
[Fe(H2O)4(OH)2]+
Tidak ada
endapan
Endapan
bertambah
Endapan
bertambah
Endapan
bertambah
[Co(H2O)4(OH)2]
[Ni(H2O)4(OH)2]
[Cu(H2O)4(OH)2]
ZnCl2
Tidak
berwarna
Setelah penambahan
Sebelum reaksi
NH4CNS
(7 tetes)
Rumus ion
kompleks
CrCl3
Hijau kebiruan
[Cr(SCN)]2+
Mn(SO4)
Tidak berwarna
[Mn(SCN)]+
Larutan jingga
[Fe(SCN)]+
FeCl3
Kuning
[Fe(SCN)]2+
CoCl2
Merah muda
[Co(SCN)]+
NiCl2
Hijau(-)
[Ni(SCN)]+
CuSO4
Biru(-)
Larutan hijau
[Cu(SCN)]+
ZnCl2
Tidak berwarna
[Zn(SCN)]+
Fe(NH3)2SO4
Warna reagen
yang ditambahkan
Pengamatan
setelah bereaksi
Rumus ion
kompleks yang
terbentuk
Na2C2O4 (5 tetes)
Tidak berwarna
Larutan hijau
kebiruan (+)
[Cr(C2O4)3]3-
b. Kompleks Fe
Kompleks Fe (II)
Warna larutan fero sulfat : kekuningan (---)
Pengamatan
Garam
FeSO4
phenanthroline
terbentuk
[Fe(1,10-phenanthroline)3]2+
Kompleks Fe (III)
Warna larutan FeCl3 : kuning
Pengamatan
Larutan
Garam
Setelah
penambahan tetes
demi tetes
NH4CNS
FeCl3
+2 tetes = merah
tua kecoklatan
Rumus ion
kompleks yang
terbentuk
Setelah
penambahan
Na2C2O4
Rumus ion
kompleks yang
terbentuk
[Fe(CNS)]2+
+10 tetes =
jingga(+)
[Fe(C2O4)]+
c. Kompleks Co (II)
Warna larutan CoCl2 : merah muda
Reagen yang
ditambahkan
Warna reagen
yang ditambahkan
Pengamatan
setelah bereaksi
Rumus ion
kompleks yang
terbentuk
Larutan Na2EDTA
(15 tetes)
Tidak berwarna
Merah muda
(tetap)
[Ni(EDTA)2]2+
d. Kompleks Ni (II)
Warna larutan Ni(NO3)2 : hijau (-)
Reagen yang
ditambahkan
Dimetil glioksim
(5 tetes)
Larutan Na2EDTA
(10 tetes)
Warna reagen
yang ditambahkan
Pengamatan
setelah bereaksi
Rumus ion
kompleks yang
terbentuk
Tidak berwarna
Larutan merah
muda (+)
[Ni(DMG)]2+
Tidak berwarna
[Ni(EDTA)2]2+
e. Kompleks Cu (II)
Warna CuSO4.5H2O : biru
Warna CuCl2.2H2O : hijau
Reagen yang
ditambahkan
Warna reagen
yang ditambahkan
Pengamatan
setelah bereaksi
Larutan Na2EDTA
Tidak berwarna
Padatan Garam
Padatan CuSO4.5H2O
Padatan CuCl2.2H2O
Rumus ion
kompleks yang
terbentuk
[Cr(EDTA)2]2+
Warna
Kristal berwarna biru
Kristal berwarna hijau
Pengamatan
Fe3+ + OHFe(H2O)5(OH)]2+
Pengamatan
Pemanasan
Penambahan bijih Zn
Penambahan HCl pekat
Pemanasan
Penambahan HNO3 setelah
perubahan warna akhir
(6 tetes)
2. Kompleks [Cr(H2O)4Cl2]+ memiliki isomer. Buatlah struktur molekulnya dan berilah nama!
Isomer dari [Cr(H2O)4Cl2]+, adalah :
- [Cr(H2O)6]Cl3 berwarna ungu
Nama senyawa : heksakuotriklorokromat(III)
- [Cr(H2O)5Cl]Cl2H2O berwarna biru-hijau
- [Cr(H2O)4Cl2]Cl2H2O berwarna hijau
DAFTAR PUSTAKA
Lee, J. D. 1991. Consice Inorganic Chemistry Fourth Edition. London: Champ & Hall.
Maria,
D.
2010.
Reaksi
Ion
Transisi.
(http://www.sribd.com/doc/76684462/
Svehla, G. 1979. Vogel : Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro. London
: Longman Group Limited.
Tim Dosen Kimia Anorganik. 2013. Penuntun Praktikum Kimia Anorganik III. Surabaya:
UNESA Press