Anda di halaman 1dari 6

Pancasila Sebagai Rumah Bersama

Selama ini kita sebagai generasi muda sudah agak melupakan Pancasila sebagai
ideologi negeri yang kaya ini, Indonesia. Kita sekarang tidak lagi memprioritaskan
kedudukan Pancasila sebagai pandangan hidup berbangsa dan bernegara, yang
didalamnya mengajarkan nilai-nilai "Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan,
Kebijaksanaan dan Keadilan". Di sisi lain juga kita mulai melupakan Pancasila sebagai
suatu identitas atau jati diri kebangsaan Indonesia yang merupakan wujud kepribadian
dan karakter bangsa Indonesia. Maka hendaklah kita kembali pada jati diri bangsa yang
bersumber dari Pancasila, karena para pendiri telah lebih dulu memahami pentingnya
Pancasila dalam kehidupa berbangsa dan bernegara yang majemuk. Tidak heran jika
Pancasila yang menjadi ideologi berbangsa dan bernegara juga disosialisasikan ke ranah
dunia oleh Soekarno dalam pidatonya di depan PBB, 30 September 1960, yang berjudul
"To Build the World Anew". Beliau mengatakan bahwa Pancasila adalah alat yang tepat
untuk mempersatukan bangsa Indonesia yang amat beragam dari Sabang sampai
Merauke.
Nilai- nilai yang terkandung dalam Pancasila hingga saat ini masih relevan
diaplikasikan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Lima sila yang terdapat pada
Pancasila yaitu Pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa. Kedua, Kemanusiaan yanng adil
dan beradab. Ketiga, Persatuan Indonesia. Keempat, Kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dalam Permusyawaratan Perwakilan. Dan kelima, Keadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia. Maka jika kelima sila ini dapat kita hayati, cermati dan
amalkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, pastilah bangsa Indonesaia akan
semakin kokoh dan dapat meminimalisir permasalahan suku, ras dan agama. Pancasila
besumber dari nilai-nilai yang terkandung dalam pandangan hidup masyarakat Indonesia.
Pancasila dirumuskan oleh para pendiri bangsa, dari nilai- nilai hidup bangsa Indonesia
yang pada hakikatnya adalah gotong royong. Tujuan Pancasila adalah sebagai falsafah
hidup, ideologi negara dan dasar negara. Pemahaman dan implementasi nilai-nilai luhur
Pancasila haruslah tertanam dalam diri masyarakat Indonesia. Ketika Pancasila hilang
dari jiwa-jiwa anak bangsanya maka bangsa Indonesia telah hilang jati dirinya. Oleh

karena itu Pancasila harus tertanam dalam diri masyarakat Indonesia melalui proses
pendidikan. Dalam hal ini bukanlah pemberian edukasi yang kaku dan mengikat. Namun
dapat dilalukan dengan jalan demokratis, interaktif dan menarik bagi generasi ke generasi
bangsa. Maka perlu kiranya kesadaran dalam menjadikan Pancasila sebagai rumah kita
bersama karena pentingnya dalam pemersatatu bangsa Indonesia.
Dikenal istilah 4 Pilar bangsa Indonesia yaitu Pancasila, UUD 1945, Negara
Kesatuan Republik Indonesia dan Bhineka Tunggal Ika. Keempat pilar ini merupakan
landasan pandangan hidup dalam menjalankan dinamika kehidupan berbangsa dan
bernegara yang harus kita hadapi demi persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia. Dengan
pandangan hidup seperti ini maka dapat menentukan arah serta bagaimana cara
memecahkan permasalahan yang dihadapi baik sosial,politik dan ekonomi, dapat pula
membangun bangsa ini demi kemajuan dan kesejahteraan rakyat. Pancasila bukanlah
ideologi yang secara tiba-tiba datang akibat paksaan dari pihak lain, sehingga kita
menjalankan dengan apa adanya. Amat berbeda dengan tafsiran ideologi yang ada pada
negara-negara liberal. Demokrasi Pancasial ialah demokrasi yang hidup pada masyarakat
Indonesia. Demokrasi liberal mencapai kejayaannya pada awal dari masa berakhirnya
Perang Dunia II yang telah menghancurkan permukaan daratan benua Eropa, Asia dan
kawasan utara benua Afrika, serta menewaskan jutaan manusia. Kaum liberal dan
komunisme patut bergembira pada saat itu, sebab koalisi keduanyalah yang berhasil
menghentikan ekspansi yang dilakukan kelompok fasisme keberbagai wilayah dunia
melalui kekuatan Nazisme di Jerman, Fasisme di Jerman, Jepang dan Italia. Namun pada
perjalanan berikutnya mereka bersikap saling berlawanan hingga muncullah perang
dingin dari tahun 1948 sampai 1990, saat negara komunisme mengalami kehancuran dan
kebangkrutan. Maka hal inilah yang menjadikan kaum liberal demokratis menang dan
menjadi satu-satunya ideologi yang paling besar pasca perang dingin. Jelas jika negaranegara Asia yang pernah dijajah kaum liberal terpaksa menggunakan ideologi ini, agar
selamat dan tidak terkucilkan dalam pergaulan internasional yang didominasi oleh kaum
liberal dan kaum komunis. Dengan demikian, jika ideologi liberal yang pernah ada di
Indonesia pada paruh awal eksistensinya sebagai bangsa dan negara modern,
sesungguhnya adalah paksaan dan tekanan dari dunia liberal, melalui janji-janji

pemulihan ekonomi yang tentunya tidak gratis, tidak ada makan siang gratis. Hal ini
menjadi kepentingan mereka untuk mengincar kekayaan sumber daya alam dari negaranegera terbelakang yang pernah dijajahnya. Jadi demokrasi liberal bukanlah sesuatu yang
berasal dari pengalaman sejarah bangsa Indonesia. Maka sebagai pilihan atas ideologi
pemersatu bansga, Pancasila sesungguhnya lahir dan hadir disaat situasi internasional
terbelah antara dua ideologi besar. Sejatinya Pancasila berhasil meredam pertikaian
ideologi yang diperkenalkan para pendiri bangsa ini. Bung Karno dalam sidang BPUPKI
pada 1 Juni 1945 menyatakan secara tegas bahwa Pancasila adalah yang paling tepat dan
mendalam dalam jiwa dan kepribadian bangsa. Pemikiran ini sangat logis karena
sejatinya jiwa bangsa Inodenesia bukanlah individual tetapi sebagai bangsa yang beradab
terbukti dengan jiwa gotong royongnya menjalani kehidupan sehari-hari.
UUD 1945 adalah hukum dasar yang tertulis menjadi sebuah pengatur tata kehidupan
kenegaraan dan kemasyarakatan sekaligus menjadi solusi dalam suatu konflik yang
terjadi. Maka UUD tidak boleh multi tafsir. Dalam kesepakatannya Pembukaan UUD
tidak dirubah, tetap mempertahankan bentuk Negara Kesatuan, penegasan sistem
pemerintahan presidensial, dan perubahan dilakukan dengan cara addendum. Hal ini
karena nilai-nilai yang sangat fundamental yang telah dirumuskan para pendiri bangsa
ternyata memiliki jangkauan pemikiran yang jauh kedepan, yang masih cocok untuk
kondisi saat ini dan masa mendatang. Pada zaman demokrasi ini berbagai macam
pendapat tumbuh berkembang. Setiap individu maupun kelompok dapat secara bebas
berpendapat dikalangan umum. Ada berbagai kalangan yang menilai bahwa reformasi
telah gagal, demokrasi telah gagal menyejahterakan rakyat. Pemilu sebagai instrumen
demokrasi dinilai telah kebablasan, sekedar menghabiskan uang rakyat dan memboroskan
keuangan negara. Ada yang menyarankan bahwa uang pemulu dialokasikan saja untuk
pembangunan infrastruktur atau untuk permodalan ekonomi makan akan terjadinya
peningkatan pertumbuhan ekonomi bangsa Indonesia. Pandangan tentang demokrasi
tidak dapat menyejahterakan rakyat justru suatu kesalahan besar. Justru demokrasi,
pemilulah yang menjadi motor utama roda perekonomian bangsa Indonesia. Kita dapat
melihat pada besaran pertumbuhan ekonomi dan total anggaran di APBN. Pertumbhan
ekonomi di Indonesia tahun 2012 pada angka 6,23%. Hal ini menempatkan Indonesia

pada peringkat kedua dunia dalam angka pertumbuhan ekonomi, hanya dikalahkan oleh
China pada angka 7,8%. Dari anggaran di APBN terjadi lompatan yang signifikan. Pada
tahun 2006, APBN hanya sebesar Rp.600 triliun, lalu pada tahun 2013 telah mencatat
angka Rp.1.700 triliun. Motor penggerak pertumbuhan ekonomi Indonesia bukanlah dari
sektor pertanian dan perkebunan karena justru mencatat jumlah impor yang besar. Bukan
juga dari sektor industri karena yang ada ialah PHK pekerja sedangkan upah buruh di
Indonesia jauh besarannya dibandingkan dengan upuh buruh di negara lain. Sumbangan
terbesar dari pertumbuhan ekonomi Indonesia berasal dari konsumsi publik yang
berhubungan dengan peningkatan pajak disaat masyarakat membelanjakan uangnya
untuk keperluan sehari-hari. Pajak sektor konsumsi publik yang semakin besar harus
diakui sebagai berkah dari demokrasi. Demokrasi melalui instrumen pemilu berdampak
positif terhadap pemutaran roda perekonomian negeri ini. Dapat diperhitungkan
dahsyatnya peredaran uang cash pada ilustrasi jika di setiap tps terdapat 7 orang KPPS,
rata-rata setiap orang menerima Rp200.000, totalnya adalah Rp.1.400.000. Dapat
dihitung juga jumlah uang cash yang didapatkan bagi penyelenggara pemilu lainnya yaitu
PPS<PPK< dan petugas pengamanan yaitu TNI/Polri. Dampak politik dari pemilu yang
demokratisasi yang berjalan juga terasa bagi pelaku ekonomi, akan menggerakkan roda
ekonomi bagi tukang baliho, tukang sablon, percetakan, pembuatan kartu nama,
penyewaan tenda, tukang ojek dan ragam profesi lainnya. Maka jelas bahwa
demokrasilah yang menyelamatkan perekonomian negeri ini. Pada pemilu 2014
penyelenggaraannya akan lebih independen dari pemilu-pemilu sebelumnya. Hal ini tak
terlepas dari campur tangan pemerintah, DPR yang tidak sedominan masa lalu. KPU
Pusat kini dibentuk melalui tim seleksi. Prosesnya pun terbuka bagi publik dan juga dapat
diawasi oleh publik. Mulai dari pengumuman di media massa, merekrut para kandidat,
menguji para kandidat, merupakan proses seleksi bagi calon anggota KPU Pusat.
Pengawasan terhadap pemilu mendatang akan berlapis dari pihak KPU, ada juga peran
Bawaslu, DPKP yang mengawasi secara etik. Maka apabila komisioner Kpu bermain
mata dengan pasangan calon, maka akan dilaporkan ke DPKP. Dari supply-side juga
telah dilakukan dengan benar untuk bekerja bagi partai politik, adanya verifikasi partai
politik dan bacaleg. Dengan terselenggaranya partai politik yang semakin baik, maka
demokrasi di Indonesia juga kualitasnya semakin meningkat.Sukses pemilu merupakan

kombinasi antara penyelenggara pemilu, partai politik dan rakyat. Rakyat sebagai
demand-side. Banyaknya harapan rakyat yang tidak paralel dengan kenyataan yang ada
membuat sejumlah kalangan memilih menjadi golongan putih dan apatis pada pemilu,
besarannya di era reformasi ini semakin besar untuk golongan putih. Hal ini hendaknya
sejalan dengan semangat demokrasi dimana partisipasi masyarakat yang lahir dari
kesadaran. Jelaslah orang yang datang ke tps berarti telah memiliki kesadaran politik,
telah mempunyai pertimbangan mengenai partai politik dan orang yang akan dipilinya.
Karena ketika kita cerdas dalam memilih pemimpin yang baik melalui pemilu mendatang
berarti kita cerdas menentukan nasib diri dan bangsa untuk masa depan yang lebih baik
demi terciptanya kesejahteraan rakyat.
Kita patut bersyukur karena di tengah reformasi dan gerakan demokrasi di negeri ini,
rakyatnya masih memiliki solidaritas kebangsaan yang tinggi. Hal ini diwujudkan dalam
peringatan Hari Kesetiakawanan Sosial Nusantara (HKSN) setiap tahunnya. Peringatan
ini didasarkan pada peristiwa bersejarah 20 Desember 1948, saat terjalin kemanunggalan
TNI dan rakyat menghadapi agresi militer Belanda. Jelas bahwa kesetiakawanan sosial
berwujud pada solidaritas dan toleransi untuk mengulurkan tangan demi menolong
sesama. Namun saat ini jarang menemukan figur pemimpin yang bisa menjadi teladan
bagi rakyat dalam menjalin kesetiakawanan sosial. Yang disaksikan justru perbedaan
pendapat diantara mereka saat membahas persoalan masyarakat tanpa menunjukkan
iktikad yang sungguh-sungguh menyelesaikan masalahnya. Meskipun belum menjadi
konflik terbuka, namun jika potensi ini dibiarkan maka akan berbahaya. Tanpa disadari
banyak pihak, masalah utama kita sesungguhnya adalah kemiskinan yang menjadi
penyebab bagi erosinya nilai kesetiakawanan sosial. Di tengah angka kemiskinan yang
masih tinggi, terkesan pemerintah tidak memiliki konsep yang jelas untuk
menyelesaikannya. Ini menjadi penyebab mengendurnya ikatan kepercayaan sosial antara
masyarakat dan pemerintah. Kita perlu formulasi sistem kehidupan yang mampu bertahan
di tengah desakan pengaruh globalisasi. Gejala memudarnya ikatan solidaritas
kebangsaan, perlu kita sikapi secara bijak tanpa menyalahkan pihak lain. Maka kita harus
komitmen untuk menjaga keutuhan dan solidaritas bangsa, karena itu adalah tujuan
bangsa kita. Inilah jati diri yang tidak boleh hilang pada setiap anak bangsa. Sebab kalau

bukan kita siapa lagi yang diharapkan mampu menjaga keutuhan bangsa ini.

Anda mungkin juga menyukai