A. Mekanisme Imunologis
Tipe I (Reaksi Anafilaksis)
Mekanisme ini paling banyak di temukan. Yang paling berperan ialah Ig E
yang mempunyai afinitas yang tinggi terhadap sel mast dan sel basofil
yang banyak terletak pada pembuluh darah. Pajanan pertama dari obat
tidak menimbulkan reaksi . Tetapi bila dilakukan pemberian kembali obat
yang sama, maka obat tersebut akan dianggap sebagai antigen yang akan
merangsang pelepasan bermacam-macam mediator seperti histamin,
serotonin, bradikinin dan heparin dan SRSA. Mediator yang dilepaskan ini
akan menimbulkan bermacam-macam efek, misalnya eritema, sesak nafas,
utrikaria. Reaksi anafilaksis yang paling ditakutkan adalah timbulnya
syok. (Baratawidjaja, 2010)
Tipe II (Reaksi Autositoksis)
Terjadi adanya ikatan antara ig G dan ig M dengan antigen yang melekat
pada sel. Hal ini menyebabkan efek sitolitik atau sitotoksik oleh sel
efektor yang diperantarai oleh komplemen. Reaksi sitotoksik memiliki 3
kemungkinan mekanisme; pertama, obat terikat secara kovalen pada
membran sel dan antibodi yang kemudian mengikat obat dan
mengaktivasi komplemen (misalnya penisilin); kedua kompleks obat
antibodi yang terbentuk, terikat pada permukaan sel dan mengaktivasi
komplemen (misalnya sefalosporin); ketiga obat yang terikat pada
permukaan sel menginduksi respon imunyang mengikat langsung antigen
spesifik jaringan (misalnya -metyl-dopa). Antibodi yang terbentuk
mengaktifkan sel K yang mempunyai reseptor Fc sebagai efektor antibody
dependent cellular cytotoxicity (ADCC). Selanjutnya ikatan antigen
antibodi mengaktifkan komplemen melalui reseptor C3b sehingga
memudahkan fagositosis dan menimbulkan lisis. (Baratawidjaja, 2010)
Tipe III (Reaksi Kompleks Imun)
Tipe III ditandai dengan pembentukan kompleks antigen-antibodi
(antibodi IgG atau ig M) dalam sirkulasi yang dideposit dalam jaringan.
Komplemen yang teraktivasi melepas macrophage chemotatic factor.
Makrofag dikerahkan ketemmpat tersebut melepas enzim yang dapat
merusak jaringan. Komplemen juga membentuk C3a dan C5a
(anafilatoksin) yang merangsang sel mast dan basofil melepas granul.
Daftar Pustaka
Andrew J.M, Sun. Cutaneous Drugs Eruption. In: Hong kong Practitioner. Volume 15.
Departement of Dermatology University of Wales College of Medicine. Cardiff CF4 4XN,
UK.
1993.
Access
on:
June
24,
2012.
Available
at:
http://sunzil.lib.hku.hk/hkjo/view/23/2301319.pdf
Baratawidjaja, Karnen Garna dkk. 2010. Imunologi Dasar edisi IX. Jakarta. FKUI.
Purwanto, SL. 1976. Alergi Obat. Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran UNIKA Atma
Jaya. Jakarta
Revus J, Allanore AV. Drugs Reaction. In: Bolognia Dermatology. Volume 1st. 2nd edition.
Elserve limited, Philadelphia. United States of America. 2003