Anda di halaman 1dari 11

STRUKTUR ATOM DAN SISTEM PERIODIK UNSUR

A. STRUKTUR ATOM
1.

Pengertian
Struktur atom merupakan satuan dasar materi yang terdiri dari inti atom beserta awan

elektron bermuatan negatif yang mengelilinginya. Inti atom mengandung campuran proton
yang bermuatan positif dan neutron yang bermuatan netral (terkecuali pada Hidrogen-1 yang
tidak memiliki neutron). Elektron-elektron pada sebuah atom terikat pada inti atom oleh gaya
elektromagnetik. Demikian pula sekumpulan atom dapat berikatan satu sama lainnya
membentuk sebuah molekul. Atom yang mengandung jumlah proton dan elektron yang sama
bersifat netral, sedangkan yang mengandung jumlah proton dan elektron yang berbeda
bersifat positif atau negatif dan merupakan ion. Atom dikelompokkan berdasarkan jumlah
proton dan neutron pada inti atom tersebut. Jumlah proton pada atom menentukan unsur kimia
atom tersebut, dan jumlah neutron menentukan isotop unsur tersebut.
Atom berasal dari Bahasa Yunani, yang berarti tidak dapat dipotong ataupun sesuatu
yang tidak dapat dibagi-bagi lagi. Konsep atom sebagai komponen yang tak dapat dibagi-bagi
lagi pertama kali diajukan oleh para filsuf India dan Yunani. Pada abad ke-17 dan ke-18, para
kimiawan meletakkan dasar-dasar pemikiran ini dengan menunjukkan bahwa zat-zat tertentu
tidak dapat dibagi-bagi lebih jauh lagi menggunakan metode-metode kimia. Selama akhir
abad ke-19 dan awal abad ke-20, para fisikawan berhasil menemukan struktur dan komponenkomponen subatom di dalam atom, membuktikan bahwa 'atom' tidaklah tak dapat dibagi-bagi
lagi. Prinsip-prinsip mekanika kuantum yang digunakan para fisikawan kemudian berhasil
memodelkan atom.
2.

NOMOR ATOM (Z) dan NOMOR MASSA (A)


Inti atom tersusun dari proton dan netron. Nomor atom (Z) suatu unsur menunjukkan

jumlah proton dalam inti atom. Nomor massa (A) suatu atom menunjukkan jumlah nukleon
(proton dan netron) dalam inti atom. Atom suatu unsur dapat ditulis dengan notasi :
X = Lambang atom suatu unsur
A = Nomor massa = jumlah proton + jumlah netron
Z = Nomor atom = jumlah proton = jumlah elektron

3.

TEORI ATOM BOHR DAN TEORI MEKANIKA KUANTUM

a. Teori Atom Bohr


1.

Elektron

dalam

atom

mempunyai

tingkat

energi

tertentu

atau

elektron

bergerak mengelilingi inti dalam lintasan tertentu.


2.

Pada lintasannya elektron tidak menyerap atau memancarkan energi.

3.

Elektron dapat pindah dari satu tingkat ke tingkat energi yang lain. Jika
elektron

pindah

ke

tingkat

energi

yang

lebih

tinggi

elektron

tersebut

dikatakan dalam keadaan tereksitasi.


Pada

tahun

1923

Louis

de

Broglie

mengemukakan

bahwa

semua

materi

memiliki sifat gelombang dan setiap partikel yang bergerak memiliki sifat gelombang
dengan

panjang

gelombang

tertentu.

Elektron

yang

bergerak

mengelilingi

inti,

gerakannya seperti sebuah gelombang, keberadaan dalam lintasannya tidak pasti.


Hal ini tidak sesuai dengan yang dikemukakan Bohr yaitu elektron bergerak pada lintasan
tertentu.
Pada tahun 1926 Erwin Schrodinger dan Werner Heisenberg mengemukakan
teori bahwa lokasi elektron dalam atom tidak dapat ditentukan secara pasti, yang
dapat ditentukan hanyalah daerah kemungkinan keberadaan elektron. Oleh karena
keberadaan elektron diperkirakan dengan mekanika kuantum maka teori ini disebut teori atom
mekanika kuantum.
b. Bilangan Kuantum dan Bentuk Orbital

1. Bilangan Kuantum
Schrodinger

menggunakan

tiga

bilangan

kuantum

yaitu

bilangan

kuantum

utama (n), bilangan kuantum azimut (l), dan bilangan kuantum magnetik (m).
Ketiga bilangan kuantum tersebut menjelaskan tingkat energi, bentuk, dan orientasi
elektron di dalam orbital. Selain ketiga bilangan kuantum tersebut ada bilangan
kuantum spin (s) yang menunjukkan perputaran elektron pada sumbunya.
a. Bilangan Kuantum Utama
Bilangan kuantum utama memiliki lambang n. Harga n melambangkan tingkat
energi elektron atau kulit elektron. Harga n untuk berbagai kulit elektron yaitu
sebagai berikut.

Elektron pada kulit ke-1, memiliki harga n = 1.


Elektron pada kulit ke-2, memiliki harga n = 2.
Elektron pada kulit ke-3, memiliki harga n = 3.
Elektron pada kulit ke-4, memiliki harga n = 4.
b. Bilangan Kuantum Azimut
Bilangan kuantum azimut memiliki

lambang

l. Bilangan kuantum azimut

menyatakan tingkat energi elektron pada subkulit. Subkulit elektron mempunyai


lambang s, p, d, f. Huruf-huruf tersebut berasal dari kata sharp (s), principal (p),
diffuse (d), dan fundamental (f) yang diambil dari nama-nama seri spektrum unsur.
Harga l untuk berbagai subkulit yaitu sebagai berikut.
Elektron pada subkulit s memiliki harga l = 0
Elektron pada subkulit p memiliki harga l = 1
Elektron pada subkulit d memiliki harga l = 2
Elektron pada subkulit f memiliki harga l = 3
Hubungan harga n dengan l adalah harga l mulai dari 0 sampai dengan n-1.
c. Bilangan Kuantum Magnetik
Bilangan kuantum magnetik memiliki lambang m yang menunjukkan arah
orbital

elektron.

Bilangan

kuantum

magnetik

menyatakan

jumlah

orbital

pada

subkulit elektron. Bilangan kuantum ini bernilai negatif, nol, dan positif. Secara
matematika harga m dapat ditulis mulai dari -l sampai dengan +l. Harga m untuk berbagai l
atau sib kulit.
Tabel 1.1 Harga m untuk berbagai subkulit

Tabel 1.2 Harga bilangan kuantum n, l, danm untuk berbagai bilangan kuantum

d. Bilangan Kuantum Spin

Bilangan

kuatum

spin

dengan

lambang

s,

menyatakan

arah

perputaran

elektron pada sumbunya.


Bilangan kuantum suatu electron di dalam orbital dapat memiliki harga
spin + 1/2 dan -1/2,tetapi kesepakatan para tokoh kimia,untuk elektron pertama didalam
orbital harga spinnya =+1/2.
2. Bentuk Orbital
Elektron-elektron bergerak pada setiap orbitalnya. Orbital-orbital mempunyai
bentuk yang berbeda-beda sesuai dengan arah gerakan elektron di dalam atom.Bentuk
berbagai orbital adalah sebagai berikut:
a. Orbital s

Orbital s digambarkan berbentuk bola dengan inti sebagai pusat.


b. Orbital p
Orbital p terdiri atas 3 orbital, masing-masing berbentuk balon terpilin dengan
arah dalam ruang sesuai dengan sumbu x, y, dan z. Perhatikan Gambar

c. Orbital d
Bentuk orbital d terdiri atas lima orbital yaitu dx2 y2 , dxz, dz2 , dxy, dan dyz.

3. KONFIGURASI ELEKTRON
Konfigurasi elektron merupakan distribusi elektron-elektron di dalam orbitalorbital
suatu

atom.

Distribusi

elektron

didasarkan

pada

tingkat-tingkat

energi

dari

orbital. Konfigurasi elektron harus memenuhi berbagai aturan atau prinsip. Berikut
ini dijelaskan beberapa aturan atau prinsip tentang konfigurasi elektron :
1. Prinsip Aufbau
Subkulit atau orbital-orbital elektron mempunyai tingkat energi yang berbeda.
Tingkat-tingkat

energi

dan

subkulit

elektron

dari

periode

ke-1

sampai

ke-7

digambarkan seperti Gambar 1.5(a)


Menurut Aufbau, elektron dalam atom sedapat mungkin memiliki energi yang
terendah

maka

berdasarkan

urutan

tingkat

energi

orbital,

pengisian

konfigurasi

elektron dimulai dari tingkat energi yang paling rendah ke tingkat energi yang
tertinggi. Cara pengisian elektron pada subkulit dapat digambarkan seperti, Gambar :

Urutan subkulit dari energi terendah sampai tertinggi yaitu sebagai berikut.
1s, 2s, 2p, 3s, 3p, 4s, 3d, 4p, 5s, 4d, 5p, 6s, 4f, 5d, 6p, 7s, 5f, 6d, 7p, 6f, 7d
Prinsip Aufbau adalah:
Elektron-elektron dalam suatu atom selalu berusaha menempati subkulit yang
tingkat

energinya

rendah.

Jika

penuh, baru elektron berikutnya

subkulit

yang

tingkat

energinya

rendah

sudah

akan mengisi subkulit yang tingkat energinya

lebih tinggi.
2. Prinsip Eksklusi atau Prinsip Larangan Pauli
Helium memiliki dua elektron yang terletak pada orbital yang sama. Kedua elektron
memiliki harga bilangan kuantum n, l, dan m yang sama, tetapi bilangan kuantum s berbeda
yaitu + 2 dan 1/2. Harga bilangan kuantum masing-masing elektron pada He adalah: n =
1, l = 0, m = 0, s = + dan n = 1, l = 0, m = 0, s =
Atas dasar pengamatan ini ahli fisika Austria Wolfgang Pauli merumuskan suatu
prinsip yang dikenal dengan prinsip eksklusi atau larangan Pauli. Prinsip larangan Pauli
adalah:
Tidak ada dua elektron di dalam atom memiliki empat bilangan kuantum
3. Aturan Hund
Konfigurasi elektron dapat pula ditulis dalam bentuk diagram orbital. Elektronelektron di dalam orbital-orbital suatu subkulit cenderung untuk tidak berpasangan. Elektronelektron pada subkulit akan berpasangan setelah semua orbital terisi satu elektron.

Aturan pengisian elektron tersebut sesuai dengan aturan Hund. Aturan Hund
menyatakan:
Pada subkulit yang orbitalnya lebih dari satu, elektron-elektron akan mengisi
dulu semua orbital, sisanya baru berpasangan.

B.

SISTEM PERIODIK UNSUR


Sistem Periodik Unsur yaitu pengelompokan unsure-unsur kimia berdasarkan sifat-

sifatnya dan disusun dengan aturan tertentu. Sistem periodik unsur disusun berdasarkan
hukum periodik yang menyatakan bahwa sifat-sifat unsur merupakan fungsi periodik dari
nomor atomnya.Sitem Periodik Unsur terdiri atas :
1.

Periode
Lajur-lajur horizontal dalam sistem periodik disebut periode. Sistem periodik unsur

terdiri atas 7 periode. Jumlah unsur pada setiap periode sebagai berikut.

2.

Periode

Jumlah Unsur

Nomor Atom

12

3 10

11 18

18

19 36

18

37 54

32

55 86

32

87

118

Golongan
Kolom-kolom vertikal dalam sistem periodik disebut golongan. Penempatan unsur dalam

golongan berdasarkan kemiripan sifat. Sistem periodik modern terdiri atas 18 kolom vertical.
Ada dua cara penamaan golongan, yaitu:

Sistem 8 golongan

Menurut cara ini, sistem periodik dibagi menjadi 8 golongan yang masing-masing terdiri
atas golongan utama (golongan A) dan golongan tambahan (golongan B). Unsur-unsur
golongan B disebut juga unsur transisi. Nomor golongan ditulis dengan angka Romawi.
Golongan-golongan B terletak antara golongan IIA dan IIIA. Golongan VIIIB terdiri atas 3
kolom vertical.

Sistem 18 golongan
Menurut cara ini, sistem periodik dibagi ke dalam 18 golongan, yaitu golongan 1 sampai

dengan 18, dimulai dari kolom paling kiri. Unsur-unsur transisi terletak pada golongan 3 12.
Beberapa golongan unsur dalam sistem periodik mempunyai nama khusus, di antaranya:

Golongan IA

: logam alkali (kecuali hidrogen)

Golongan IIA

: logam alkali tanah

Golongan VIIA

: halogen

Golongan VIIIA

: gas mulia

3.
a.

Unsur Transisi dan Transisi Dalam


Unsur Transisi
Sebelumnya telah disebutkan bahwa unsur-unsur yang terletak pada golongan-golongan

B, yaitu golongan IIIB hingga IIB (golongan 3 12) disebut unsur transisi atau unsur
peralihan. Unsur-unsur tersebut merupakan peralihan dari golongan IIA ke golongan IIIA,
yaitu unsur-unsur yang harus dialihkan hingga ditemukan unsur yang mempunyai kemiripan
sifat dengan golongan IIIA.
b.

Unsur Transisi Dalam


Dua baris unsur yang ditempatkan di bagian bawah Tabel Periodik disebut unsur transisi

dalam, yaitu terdiri dari:

Lantanida, yang beranggotakan nomor atom 57 70 (14 unsur). Ke-14 unsur tersebut

mempunyai

sifat

yang

mirip

dengan

lantanum

(La),

sehingga

disebut lantanoida atau lantanida

Aktinida, yang beranggotakan nomor atom 89 102 (14 unsur). Ke-14 unsur tersebut

mempunyai sifat yang mirip dengan aktinium (Ac), sehingga disebut aktinoida atau aktinida.

SIFAT-SIFAT SISTEM PERIODIK UNSUR


1.

Jari-Jari Atom
Jari-jari atom adalah jarak inti atom sampai kulit terluar. Sifat-sifat periodik unsur

berdasarkan jari-jari atomnya sebagai berikut.


a.

Unsur segolongan dalam tabel sistem periodik, semakin ke bawah, jumlah kulitnya

semakin banyak, sehingga jari-jari atom akan semakin besar.


b.

Jari-jari atom unsur-unsur seperiode dalam tabel sistem periodik, semakin ke kanan

semakin kecil. Hal ini terjadi karena jumlah elektron semakin ke kanan semakin banyak yang
menyebabkan gaya tarik elektron semakin kuat.
Jari-jari atom adalah setengah jarak inti dua atom yang sama dalam ikatan tunggal. Jarijari atom unsur logam diukur dari jarak dua atom kristal padatnya, sedangkan unsur non
logam dari panjang ikatan kovalen tunggal.
Dalam suatu golongan, unsur mempunyaielektron valensi sama, tetapi jumlah kulitnya
bertambah dari atas ke bawah. Akibatnya, jari-jari atom bertambah dari atas ke bawah,
contohnya Na (1,90) dan KI(2,35).

2.

Energi Ionisasi
Energi ionisasi (energy ionization) adalah energi minimum yang diperlukan untuk

melepaskan satu elektron dari atom berwujud gas pada keadaan dasarnya. Besarnya energi
ionisasi merupakan ukuran usaha yang diperlukan untuk memaksa satu atom untuk
melepaskan elektronnya. Makin besar energi ionisasi, makin sukar untuk melepaskan
elektronnya.
Bila jarak itu makin kecil maka daya tarik makin besar. Akibatnya energi ionisasi makin
besar. Sebaliknya, bila jarak makin besar maka daya tarik makin kecil..
3.

Elektronegatif
Elektronegatif adalah kemampuan atom untuk menangkap elektron dari atom lain. Sifat-

sifat periodik unsur berdasarkan elektronegatifnya sebagai berikut.

a.

Unsur-unsur dalam satu golongan, semakin ke bawah elektronegatifnya akan semakin


kecil. Hal ini terjadi karena gaya tarik inti yang makin lemah, sehingga sukar menarik
elektron dari luar.

b.

Unsur-unsur dalam satu periode, elektronegatifnya semakin ke kanan akan semakin


besar. Hal ini terjadi karena gaya tarik inti yang makin kuat, sehingga mudah menarik
elektron dari luar.
Unsur dalam satu perioda mempunyai jari-jari atom makin kecil dari kiri ke kanan.

Akibatnya, daya tarik inti terhadap elektron kulit terluar (termasuk pasangan elektron yang
dipakai bersama) juga bertambah dari kiri kekanan. Keelektronegatifan unsur segolongan
bertambah dari bawah ke atas juga karena pertambahan jari-jari atomnya.
4.

Sifat logam
Sifat-sifat unsur logam yang spesifik, antara lain :mengkilap, menghantarkan panas dan

listrik, dapat ditempa menjadi lempengan tipis, serta dapat ditentangkan menjadi kawat /
kabel panjang.
Unsur-unsur yang berada pada batas antara logam dengan bukan logam menunjukkan
sifat ganda.
Sifat-sifat periodik unsur berdasarkan sifat logamnya sebagai berikut :
-

Sifat logam pada unsur-unsur satu golongan pada tabel sistem periodik, semakin ke
bawah semakin besar karena makin mudah melepaskan elektron (gaya tarik inti makin
lemah).

Sebaliknya, dalam satu periode, semakin ke kanan sifat logamnya akan makin
berkurang, karena makin sulit melepaskan electron.

5.

Reaktivitas
Reaktif artinya mudah bereaksi. Unsur-unsur logam pada system periodik, makin ke

bawah makin reaktif, karena makin mudah melepaskan elektron. Unsur-unsur bukan logam
pada sistem periodik, makin ke bawah makin kurang reakatif, karena makin sukar menangkap
electron.
6.

Afinitas Elektron

Afinitas elektron ialah energi yang dibebaskan atau yang diserap apabila suatu atom
menerima elektron.
Jika ion negatif yeng terbentuk bersifat stabil, maka proses penyerapan elektron itu
disertai pelepasan energi dan afinitas elektronnya dinyatakan dengan tanda negative. Akan
tetapi jika ion negative yang terbentuk tidak stabil, maka proses penyerapan elektron akan
membutuhkan energi dan afinitas elektronnya dinyatakan dengan tanda positif. Jadi, unsur
yang mempunyai afinitas elektron bertanda negatif mempunyai kecenderungan lebih besar
menyerap elektron daripada unsur yang afinitas elektronnya bertanda positif. Makin negative
nilai afinitas elektron berarti makin besar kecenderungan menyerap elktron.
Dalam satu periode dari kiri ke kanan, jari-jari semkain kecil dan gaya tarik inti terhadap
elektron semakin besar, maka atom semakin mudah menarik elektron dari luar sehingga
afinitas elektron semakin besar.
Pada satu golongan dari atas ke bawah, jari-jari atom makin besar, sehingga gaya tarik
inti terhadap elektron makin kecil, maka atom semakin sulit menarik elektron dari luar,
sehingga afinitas elektron semakin kecil.

Anda mungkin juga menyukai