Oleh:
Aini Rizka
3315122110
Litium ditemukan pertama kali pada tahun 1817 oleh seorang kimiawan
asal Swedia, Johan August Arfvedson. Litium berasal dari bahasa yunani lithos
yang artinya batu, karena litium ditemukan dari mineral atau bijih tidak seperti
natrium dan kalium yang ditemukan di tanaman.
Bijih petalite ditemukan pada tahun 1800 oleh kimiawan Brazil Jos
Bonifcio de Andrada e Silva di dalam tambang di Pulau Ut, Swedia yang lalu
pada tahun 1817, litium ditemukan Arfvedson dengan penelitian pada bijih
petalite yang mengandung silika, alumina, dan alkali. Logam alkali baru di
petalite memiliki sifat unik. Alkali baru itu berbeda dari kalium karena tidak
memberikan endapan dengan asam tartaric.
Arfvedson mencoba untuk menghasilkan sampel murni dari logam baru
dengan elektrolisis, tetapi ia tidak berhasil karena baterai yang digunakan tidak
cukup kuat. Arfverdson juga menemukan litium pada bijih spodumene dan
lepidolite.
Pada tahun 1818, Christian Gmelin merupakan orang pertama yang
meneliti warna garam litium apabila dibakar, yaitu warna merah terang.
Arfvendson dan Gmelin mencoba untuk memisahkan unsur tersebut dari
garamnya namun kedua duanya belum berhasil.
Logam murni berhasil diisolasi pertama kali oleh W.T. Brande dan Sir
Humphrey Davy. Tetapi Davy dan Brande memperoleh sejumlah kecil dari logam
litium dengan elektrolisis litium dioksida.
Pada tahun 1855, Bunsen Robert dan Augustus Mattiessen memproduksi
logam litium dalam jumlah yang banyak dengan elektrolisis menggunakan litium
klorida.
Halaman 2 dari 27
Litium merupakan unsur logam alkali yang sangat reaktif. Akibat sifat
reaktifnya, logam litium di alam tidak terdapat secara bebas sehingga logam ini
harus dipisahkan terlebih dahulu dari sumber-sumber yang mengandung logam
litium (Chen, 1973). Litium dapat diperoleh dari lautan garam, pegmatit, dan
batuan sedimen. Lautan garam mempunyai kandungan litium sebesar 66% dari
sumber litium di alam, pegmatit mengandung 26%, dan batuan sedimen
mengandung 8% (Gruber, Paul dan Medina, Pablo, 2010).
Lautan garam adalah air asin yang mengandung garam di bawah
permukaan tanah akibat pengeboran panas bumi (Alfianto, Ronald, dkk., 2012).
Dataran garam Salar de Uyuni di Bolivia, mencakup lebih dari 10000 km 2,
adalah lautan yang paling luas di dunia dan tercatat sebagai lautan garam yang
kaya litium dengan potensi komersial yang besar. Menurut laporan terbaru IS
Geological Survey, Salar de Uyuni mengandung 9 juta ton litium.
Salar de Uyuni
(Sumber: http://www.faktailmiah.com/2011/06/26/sumber-lithium-terbesar-didunia-salar-de-uyuni.html)
Pegmatite adalah batuan beku yang terbentuk dari hasil injeksi magma
sebagai akibat kristalisasi pada magmatik awal dan tekanan disekeliling magma,
maka cairan residual yang mobile akan terinjeksi dan menerobos batuan
disekelilingnya sebagai dyke, sill, dan stockwork. Pegmatit dapat terbentuk dari
dua jalan, yaitu:
Halaman 3 dari 27
Halaman 4 dari 27
Universe
Sun
0,06
0,01
4600
Crustal rocks
17000
50000
Sea water
180
160
Stream
3000
430
Human
30
27
(Sumber: www.webelements.com)
Halaman 5 dari 27
Lautan garam/brine
Metode ekstraksi litium dari lautan garam dengan menggunakan pelarut
merupakan salah satu metode yang efektif dan sederhana, tetapi membutuhkan
energi yang besar dalam proses recovery pelarut. Sedangkan untuk teknik
deposisi-elektro dan metode pertukaran ion digunakan jika unsur yang akan
diambil dalam larutan yang konsentrasinya kecil. Metode presipitasi merupakan
metode sederhana dan ekonomis. Kandungan litium pada air garam dapat
diendapkan dengan reagen pengendap dan hasilnya berupa padatan litium
aluminat (Shevla, 1961). Namun, kelemahan metode presipitasi ini kurang efisien
menghasilkan logam litium mengingat ion magnesium susah dilepaskan dari ion
litium (Hamzaoui et al., 2003).
Proses pemisahan litium dari lautan garam tersebut mungkin memerlukan
langkah-langkah tambahan tergantung pada magnesium dan kalsium yang
terkandung pada air garam tersebut. Proses ini melibatkan penguapan air garam,
diikuti dengan penghilangan natrium klorida dan ion seperti kalsium dan
magnesium. Kalsium dihilangkan dengan mengendapankannya sebagai sulfat
sedangkan magnesium dihilangkan dengan mereaksikan larutan dengan kapur
sehingga magnesium hidroksida yang tidak larut akan terpisah. Penambahan
natrium karbonat ke dalam filtrat mengendapkan litium karbonat (Patnaik,
Pradyot, 2002).
Pegmatite
Produksi terbesar litium dari pegmatite adalah spodumene. Untuk
meproduksi litium dari bijihnya terutama spodumene dapat digunakan metode
ekstraksi. Pada metode ekstraksi, langkah pertama yang harus dilakukan adalah
memanaskan bijih alami, alpha-spodumene dalam tungku bata berlapis pada
suhu antara 1.075C sampai 1.100C. Proses ini mengubah bentuk alpha ke
bentuk yang lebih reaktif, beta-spodumene. Bentuk beta dipanaskan dalam tanur
putar pada suhu 250C lalu direaksikan dengan penambahan asam sulfat 93%
berlebih. Logam litium bereaksi dengan asam sulfat membentuk lithium sulfat.
Halaman 6 dari 27
Tanur dicuci dengan air untuk memisahkan air dari litium sulfat yang terlarut dari
beberapa logam yang tidak murni. Larutan yang mengandung asam sulfat
berlebih kemudian dinetralisir dengan kalsium karbonat (kapur) berlebih.
Larutan kemudian disaring untuk menghilangkan batu kapur yang tidak dapat
bereaksi bersama dengan kalsium sulfat dan sulfat dari aluminium dan besi.
Larutan yang mengandung kalsium sulfat jenuh dan ion-ion magnesium dari batu
kapur ini kemudian diberi perlakuan dengan kalsium hidroksida untuk
mengendapkan magnesium hidroksida. Magnesium hidroksida disaring dari
larutan. Penambahan natrium karbonat ke filtrat mengendapkan kalsium
karbonat sedangkan litium sulfat tertinggal di dalam larutan. pH larutan ini
kemudian disesuaikan menjadi antara 7 dan 8 dengan menambahkan asam
sulfat. Larutan kemudian dipekatkan dengan penguapan setelah itu diperlakukan
dengan larutan natrium karbonat 28%. Setelah pemanasan pada suhu 90oC
sampai 100C, litium karbonat akan mengendap. Endapan kemudian dipisahkan
dengan metode sentrifugasi dan dicuci lalu dikeringkan untuk perlakuan lebih
lanjut (Patnaik, Pradyot,2002).
Cara lain untuk mendapatkan litium adalah kapur dapat digunakan sebagai
pengganti asam sulfat untuk memisahkankan lithium dari spodumene. Proses
pemisahan ini dikenal sebagai metode alkali, yang dilakukan dengan
memanaskan bijih dengan campuran kapur tanah dan kalsium sulfat atau klorida
untuk membentuk litium sulfat atau litium klorida. Pencucian tanur dengan air
menghasilkan larutan sulfat atau litium klorida (Patnaik, Pradyot,2002).
Beberapa metode pertukaran ion juga diketahui dapat memisahkan litium
dari bijihnya. Dalam proses ini, bijih dipanaskan dengan asam, atau dengan
natrium atau garam kalium, pada suhu moderat antara 100oC sampai 350C.
Seringkali larutan natrium atau garam kalium seperti natrium karbonat yang
digunakan dipanaskan dengan bijih dilakukan di dalam autoclave uap. Ion-ion
litium dibebaskan ke dalam larutan dari kompleks silikat, menggantikan
hidrogen, natrium atau ion kalium (Patnaik, Pradyot, 2002).
Halaman 7 dari 27
Elektrolisis LiCl
Logam litium diproduksi secara komersil dengan elektrolisis dari suatu
campuran eutektik litium klorida-kalium klorida (45% LiCl) pada suhu 400C
sampai 450C. Campuran eutektik ini meleleh pada suhu 352C dibandingkan
dengan pelelehan LiCl murni pada suhu 606C. Dan juga, lelehan eutektik
merupakan elektrolit yang baik untuk mencairkan LiCl (Landolt, PE and CA
Hampel, 1968). Elektrolisis dilakukan dengan menggunakan grafit sebagai anoda
dan baja sebagai katoda. Setiap kotoran natrium klorida dalam litium klorida
dapat dihilangkan dengan penguapan natrium di bawah kondisi vakum pada
suhu yang tinggi. Semua proses komersial saat ini didasarkan pada pemisahan
elektrolitik dari logam. Proses reduksi kimia tidak menghasilkan logam litium
dengan kemurnian yang tinggi (Patnaik, Pradyot, 2002).
Halaman 8 dari 27
(http://www.americanelements.com/li.html)
Halaman 9 dari 27
(sumber: www.webelements.com/lithium/crystal_structure.html)
Isotop-isotop Litium
Litium-4
Litium-4 mengandung tiga proton dan satu neutron. Litium ini adalah
isotop litium yang mempunyai usia terpendek dengan waktu peluruhan oleh
Halaman 10 dari 27
emisi proton menjadi helium-3 dengan waktu paruh sekitar 9.11023 detik.
Litium-4 dapat dibentuk sebagai perantara dalam beberapa reaksi fusi nuklir.
Litium-6
Litium-6 adalah sumber material yang berharga untuk menghasilkan
tritium (hidrogen-3) dan sebagai penyerap neutron dalam reaksi fusi nuklir.
Litium alami mengandung 7,5% litium-6 dan sisanya litium-7. Sejumlah besar
litium-6 telah dipisahkan keluar untuk ditempatkan ke dalam bom hidrogen.
Pemisahan lithium-6 sekarang telah diberhentikan sebagai termonuklir di negara
maju, namun stok itu masih tetap ada di beberapa negara. Lithium-6 bertindak
sebagai fermion dalam interaksi dengan partikel lain karena memiliki tiga proton,
tiga neutron, dan tiga elektron, dan ini memberikan atom suatu atom total "spin"
plus atau minus 1/2 dan bukan spin integral boson a
Litium-7
Litium-7 adalah isotop paling stabil dari litium. Litium alami mengandung
sekitar 92,5% litium-7. Setiap atom litium-7 berisi tiga proton, empat neutron,
dan tiga elektron, dan itu adalah boson a, yang berarti bahwa spin total atom
integral biasanya nol. Di alam semesta, karena sifat intinya, litium-7 kurang
terkenal daripada helium, berilium, karbon, nitrogen, atau oksigen, meskipun
helium, berilium, karbon, nitrogen, atau oksigen memiliki inti yang lebih berat
daripada litium.
Litium-7 adalah isotop yang telah dijual secara komersial. Karena itulah
litium-7 tersebar luas di lingkungan. Kelimpahan relatif litium-7 setinggi 35%
lebih besar dari nilai alami telah diukur dalam air tanah dalam akuifer karbonat
bawah West Valley Creek di Pennsylvania, yang merupakan hilir dari sebuah
pabrik pengolahan litium.
Kegunaan lithium-7 digunakan sebagai bagian dari fluoride lithium cair
dalam reaktor garam cair: liquid-fluoride reaktor nuklir. Luas penampang
melintang penyerapan neutron pada litium-6 sekitar 940 barns dibandingkan
Halaman 11 dari 27
Peran Litium
Sumber daya litium merupakan salah satu elemen yang sangat penting
peranannya terutama dalam bidang energi, industri, farmasi, manufaktur, dan
sektor ekonomi (Hamzaoui et al., 2003). Litium juga digunakan dalam berbagai
aplikasi teknologi seperti pada baterai untuk kendaraan dan berbagai anoda
pada baterai ion litium isi ulang (Bardi, 2010).
Dalam tahun-tahun terakhir abad ke-20 lithium menjadi penting sebagai
bahan anoda. Digunakan dalam baterai litium-ion karena potensi tinggi
elektrokimia, sebuah sel yang khas dapat menghasilkan sekitar 3volt,
dibandingkan dengan 2,1volt untuk volt timbal / asam atau 1,5 untuk sengkarbon sel. Karena massa yang rendah atom, ia juga memiliki muatan-dan tinggi
power-to-weight ratio. Baterai litium baterai sekali pakai (primer) dengan lithium
atau senyawa sebagai anoda. Baterai Lithium tidak menjadi bingung dengan
baterai lithium ion, yang tinggi energi kepadatan baterai isi ulang. Baterai isi
ulang lainnya termasuk lithium-ion polimer baterai, baterai litium besi fosfat, dan
baterai nanowire.
Selain itu, manfaat litium telah semakin luas pada berbagai macam aplikasi
industri seperti:
1.
Halaman 12 dari 27
2.
3.
senyawa
lithium
lain
digunakan
sebagai
pereaksi
untuk
5.
Sebagai reduktor pada aplikasi kimia organik, yaitu sebagai larutan dalam
amonia cair untuk reduksi Birch dan dalam sintesis vitamin (Hawash et al.,
2010).
6.
fusing
logam
selama
proses
dan
menghilangkan
Halaman 13 dari 27
8.
9.
(Sumber: http://minerals.usgs.gov/minerals/pubs/commodity/lithium/)
litium
dalam
pengobatan
gangguan
afektif
bipolar
diperkenalkan oleh John Cade (1949), yang kemudian menjadi dasar pengobatan
litium selanjutnya. John Cade dalam penelitiannya menggunakan marmut
sebagai kelinci percobaan yang disuntikkan dengan berbagai zat kimia, diantara
zat kimia tersebut adalah litium. Pada penyuntikkan dengan litium dia
mendapatkan pengaruh litium pada marmut tersebut berupa keadaan yang
menjadi tenang dan kehilangan respon terhadap rangsang, tapi tidak menjadi
tidur (Cade, John, 1949).
Litium Karbonat
Dengan formula Li2CO3 dengan nama dagang Frimania (Mersifarma)
memiliki massa molekul sebesar 73.89 gram/mol, senyawa ini digunakan dalam
pengobatan sebagai antidepresan. Komposisi unsurnya: Li 18,78%, C 16,25%,
64,96% O.
Lithium karbonat adalah jenis garam lithium yang paling sering digunakan
untuk mengatasi gangguan bipolar, menyusul kemudian lithium sitrat. Sejak
disahkan oleh Food and Drug Administration (FDA) pada tahun 1970 untuk
mengatasi mania akut, litium masih efektif dalam menstabilkan mood pasien
dengan gangguan bipolar. Efek samping yang ditimbulkan dari penggunaan litium
hampir serupa dengan efek mengonsumsi banyak garam, yakni tekanan darah
tinggi, retensi air, dan konstipasi. Oleh karena itu, selama penggunan obat ini
Halaman 15 dari 27
harus dilakukan tes darah secara teratur untuk menentukan kadar lithium
mengingat dosis terapeutik lithium berdekatan dengan dosis toksik. Bagaimana
kerja litium sebenarnya dalam mengatasi mania belum diketahui secara pasti,
diduga ion litium menimbulkan efek menstabilkan mood dengan menghambat
inositol monophosphatase (IMPase) dengan subsitusi satu dari dua ion
magnesium pada sisi aktif IMPase. IMPase merupakan enzim yang diyakini
sebagai penyebab beberapa gangguan bipolar (Santoso SO, Wiria MSS., 2001).
Pendapat lain mengatakan bahwa efek antimania lithium disebabkan oleh
kemampuannya mengurangi dopamine receptor supersensitivity dengan
meningkatkan cholinergic-muscarinic activity dan menghambat Cyclic AMP
(Support Hope Inc.,2009).
Sifat Fisik:
Kristal monoklinik putih, indeks bias 1,428, densitas 2,11 g/cm3, meleleh
pada 723C, terurai pada 1.310C, kelarutan yang rendah dalam air (1,54 g/100g)
pada 0C, 1,32g/100g pada 20C), kelarutan penurunan dengan suhu (0.72g/100g
pada 100C), larut dalam aseton dan etanol.
Pembuatan:
Litium karbonat diperoleh sebagai produk antara dalam pemulihan logam
lithium dari bijih, spodumene. Hal ini dibuat dengan mencampurkan larutan
natrium karbonat dalam keadaan panas dan pekat dengan lithium klorida atau
larutan sulfat.
Indikasi:
Mengatasi episode mania. Gejala hilang dalam jangka waktu 1-3 minggu
setelah minum obat. Litium juga digunakan untuk mencegah atau mengurangi
intensitas serangan ulang pasien bipolar dengan riwayat mania.
Halaman 16 dari 27
Dosis:
Dosis lithium tergantung pada kebutuhan medis pasien, umur, berat badan
dan fungsi ginjal. Dosis dari lithium berkisar antara 600mg-2400mg per hari,
meskipun sebagian besar pasien akan stabil pada 600mg-1200mg per hari. Untuk
tablet atau kapsul immediate release biasa diberikan 3 dan 4 kali sehari.
Sedangkan tablet controlled release diberikan dua kali sehari, interval 12 jam.
Pemberian dosis litium harus dilakukan hati-hati dan individual, yakni
berdasarkan kadar dalam serum dan respon klinis.
Pada mania akut, pasien biasanya memberikan respon optimal terhadap
lithium karbonat jika diberikan dosis 1800 mg per hari, dengan dosis terbagi.
Dosis ini secara normal akan menghasilkan kadar lithium serum yang diinginkan
berkisar antara 1 dan 1,5 mEq/l. Kontrol jangka panjang, kadar serum litium yang
diinginkan adalah 0,6 -1,2 mEq/l. Dosis bervariasi per individu, tapi biasanya
berkisar 900 - 1200 mg per hari dalam dosis terbagi. Monitor serum dilakukan
setiap dua bulan. Pada pasien yang sangat sensitif biasanya memperlihatkan
tanda toksik pada kadar litium serum dibawah 1,0 mEq/l
Efek Samping:
Efek samping lithium seperti tremor, diare, nausea, dan sering kencing,
bergantung pada dosis yang dikonsumsi. Pada kadar lithium darah yang tinggi (>2
mg), pasien akan mengalami ataksia, kebingungan, bahkan koma. Beberapa
pasien dapat mencapai kadar lithium darah normal (sekitar 1 mg) dengan
Halaman 17 dari 27
mengkonsumsi dua pil perhari sementara pada pasien lainnya perlu dua belas pil
per hari. Jika kita dapat mengukur kadar obat dalam darah pada semua jenis
obat serupa, kemungkinan kita dapat menemukan perbedaan individual.
Gejala intoksikasi (kadar serum lithium > 1,5 mEq/L) dapat berupa:
Gejala dini : muntah, diare, tremor kasar, mengantuk, konsentrasi pikiran
menurun, bicara sulit, pengucapan kata tidak jelas, dan gaya berjalan tidak
stabil.
Dengan semakin beratnya intoksikasi terdapat gejala : kesadaran menurun
dapat sampai koma dengan hipertoni otot dan kedutan, oliguria, dan
kejangkejang.
Interaksi Obat:
Penggunaan diuretik bersama litium harus dilakukan hati-hati. Hal ini
dikarenakan diuretik yang menginduksi pengeluaran natrium, bisa mengurangi
klirens renal litium yang akan menyebabkan kadar litium serum meningkat dan
risiko toksisitas juga meningkat. Begitu juga pada pemberian bersamaan dengan
beberapa obat lain seperti NSAID dan ACE inhibitor (Arnita, 2009).
Litium sebaiknya tidak diberikan pada pasien jantung dan ginjal. Tapi jika
kondisi psikiatri pasien mengancam jiwa dan pasien tidak berespon dengan obat
lain, maka litium bisa diberikan dengan pengawasan yang sangat ketat.
Pemeriksaan kadar litium serum dilakukan tiap hari dan kemudian dilakukan
pengaturan dosis. Litium sebaiknya tidak diberikan pada wanita hamil karena
diduga bisa mendatangkan efek merugikan bagi janin. Litium juga disekresikan
melalui air susu ibu, sehingga tidak dianjurkan diberikan pada wanita yang
menyusui. Penggunaan litium pada anak usia dibawah 12 tahun sebaiknya tidak
dilakukan mengingat data keamanan dan keefektifan dari obat ini pada populasi
ini belum ada. Pemberian Litium pada orang tua harus dilakukan perngaturan
dosis (Arnita, 2009).
Halaman 18 dari 27
Halaman 19 dari 27
Pada penelitian ini digunakan variabel kendali, yaitu suhu pada suhu
kamar, tekanan atmosfer, dan sumber litium berasal dari air tua (bittern) yang
berasal dari air laut yang diuapkan sampai (30-33)B. Sedangkan variabel bebas
yang digunakan adalah konsentrasi pengendap NaAlO2 250, 500, 750 mg/L Al3+ ;
pH 11, 12, 13 ; dan waktu reaksi 1, 2, 3 jam.
Analisis Bahan Baku.
Analisis bahan baku meliputi analisis pH, densitas, Baume, TDS, dan kadar
litium menggunakan metode gravimetri. Analisa pendahuluan ini dilakukan untuk
mengetahui kadar litium awal di dalam sampel sehingga dapat diketahui berapa
litium yang berhasil direcovery pada akhirnya.
Presipitasi Litium.
Proses presipitasi litium dilakukan dengan tahapan sebagai berikut,
pertama-tama bittern dengan masing-masing volume 250 ml ditambahkan
reagen pengendap natrium aluminat sebanyak 100 ml dan pH campuran
disesuaikan dengan masing-masing variabel dengan penambahan NaOH 1M.
Larutan tersebut kemudian diaduk pada reaktor berpengaduk sesuai dengan
waktu yang telah ditentukan. Kemudian, endapan yang terbentuk oleh proses
presipitasi disaring dengan kertas saring Whatman dan filter sintered glass.
Endapan yang diperoleh kemudian dilarutkan dengan HF 0,25N hingga volume
100ml dan endapan larut. Berat Li+ yang diperoleh kemudian ditentukan dengan
metode gravimetri.
Halaman 20 dari 27
Halaman 21 dari 27
Hal ini dikarenakan pada konsentrasi pengendap NaAlO2 tersebut telah excess
dan reaksi dianggap telah berjalan sempurna sehingga ion-ion litium yang
terendapkan dapat dikatakan telah mencapai maksimal sehingga penambahan
konsentrasi reagen pengendap sudah tidak akan meningkatkan produk.
Pengaruh pH terhadap % Recovery:
Tingkat keasaman (pH) sangat mempengaruhi reaksi presipitasi karena
proses presipitasi sangat bergantung pada pH reaksi. pH yang optimum dalam
suatu reaksi akan memberi hasil yang optimum pula karena reaksi akan dapat
berjalan secara sempurna. Pada reaksi presipitasi litium oleh pengendap natrium
aluminat, pH optimum berkisar antara 12 sampai 13,5. Namun, variabel pH juga
berhubungan erat dengan konsentrasi reagen pengendap dan waktu
pengadukan, sehingga recovery litium yang diperoleh memberikan berbagai
variasi bergantung hubungannya dengan variabel yang lain.
Halaman 22 dari 27
Halaman 23 dari 27
recovery). Hasil ini sesuai dengan teori pada penelitian yang telah dilakukan
sebelumnya, bahwa ion litium dapat teradsorbsi maksimum setelah mencapai
waktu pengadukan selama tiga jam.
Kesimpulan
Dari hasil penelitian ini diperoleh kesimpulan bahwa recovery litium pada
bittern menggunakan metode presipitasi dapat menghasilkan % recovery sebesar
96,875% dan ketiga variabel (konsentrasi NaAlO2, pH, dan waktu reaksi)
berpengaruh terhadap recovery litium. Kondisi optimum diperoleh pada
konsentrasi pengendap NaAlO2 500 mg/L Al3+, pH 13, dan waktu reaksi 3 jam.
Halaman 24 dari 27
Referensi
Alfianto, Ronald, dkk. 2012. Recovery Garam Lithium pada Air Tua (Bittern)
dengan Metode Presipitasi. Jurnal Teknologi Kimia dan Industri Vol. 1 , No.
1
Tahun
2012,
Halaman
292-297.
Dari
http://ejournal-
Halaman 25 dari 27
of
American
Science.
Vol.
6(11).
pp.
301-309.
Dari
Brian
W.
Dari
Halaman 26 dari 27
Santoso SO, Wiria MSS. 2001. Psikotropik. Dalam : Farmakologi dan Terapi, Edisi
keempat. Jakarta: Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia
Shevla G. 1961. Textbook of Macro and Semimicro Qualitative Inorganic Analysis,
atau Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro, Terj.
Pudjaatmaka, Handyana dkk. Jakarta: PT Kalman Media Pustaka
Sugiyarto, Kristian H. 2003. Common Textbook (edisi revisi) Kimia Anorganik II.
Yogyakarta: FMIPA UNY
Support
Hope
Inc.
2009.
Antipsychotic
Haloperidol,
Haldol.
Dari
http://www.supporthope.com/medication/anti_anxiety/index.html.,
diakses pada tanggal 10 April 2014 pukul 20.00WIB
Wietelmann, Ulrich. 2005. Encyclopedia of Industrial Chemistry. Wiley-VCH
VerlagGmbH & Co. KgaA
Yoshinaga, Tetsutaro, Kentaro Kawano, dan Hirotsugu Imoto. 1986. Basic Study
on Lithium Recovery from Lithium Containing Solution. Bulletin Chemical
Society of Japan, 59. pp. 1207-1213
Halaman 27 dari 27