1. Pengatar
Sistem dan prestasi fiskal satu negara harus dipelajari dalam konteks
sejarahnya. Pada tahun 1951-1958 sistem fiskal di Indonesia sangat tergantung
pada sumber penerimaan yang berasal dari perdagangan internasional. Semenjak
akhir tahun 1950-an, penerimaan dai sumber-sumber ini mulai menurun sebagai
akibat dari makin buruknya situasi pasar dunia bagi karet dan barang-barang
lainnya, dan juga sebagai akibat dari ditetapkannya kurs devisa yang terlalu rendah.
Pemerintah terpaksa melaksanakan kebijaksanaan anggaran belanja defisit untuk
membiayai
pengeluaran-pengeluaran
yang
diperlukan.
Keadaan
ini
telah
belanja
dipertahankan
agar
seimbang
dalam
arti
bahwa
pengeluaran total tidak melebihi penerimaan total yang berasal dari sumber
dalam negeri maupun sumber dari luar negeri, termasuk bantuan luar negeri.
b. Tabungan pemerintah yang diartikan sebagai penerimaan dalam negeri
dikurangi pengeluaran rutin diusahakan meningkat dari waktu ke waktu
dengan tujuan agar mampu menggeser secara berangsur-angsur bantuan
luar negeri dan akhirnya meghilangkan ketergantungan terhadapnya sebagai
sumber pembiayaan pembangunan.
c. Basis perpajakan diusahakan diperluas secara berangsur-angsur guna
menghindari pengalaman yang kurang menyenangkan di tahun 1959-1960.
Sasaran ini dicapai dengan cara mengintensifkan penaksiran pajak dan
prosedur pengumpulannya.
d. Prioritas harus diberikan
kepada
pengeluaran-pengeluaran
produktif
subsidi
kepada
perusahaan-perusahaan
negara
dibatasi
dan
diarahkan
pada
sasaran
untuk
mendorong
2. Prosedur
Ada tiga macam anggaran pendapatan dan belanja yaitu untuk pemerintah
pusat yang disebut APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara), untuk
pemerintah provinsi disebut APBD (Anggaran Pendapatan da Belanja Daerah)
Provinsi, dan untuk pemerintah kabupaten/kota, dikenal sebagai APBD (Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah) kabupaten/kota. Unit kerja untuk APBN adalah
semua departemen seperti departemen dalam negeri, departemen pendidikan
nasional, departemen luar negeri, departemen agama, departemen pertahanan,
departemen tenaga kerja dan transmigrasi dan sebagainya. Unit kerja untuk APBD
Provinsi adalah kantor gubernur dan dinas-dinas, sedangkan APBD kabupaten/kota
adalah kantor bupati/wali kota dan kecamatan-kecamatan.
Prosedur penyusunan anggaran pendapatan dan belanja memakai sistem
bottom-up yang artinya dimulai dari unit kerja yang paling bawah, kemudian ke unit
kerja yang lebih tinggi. Semua unit kerja yang disebutkan diatas menyusun
anggaran pendapatan dan belanja tiap tahun. Misalnya departemen pekerjaan
umum, mereka menyusun anggaran pendapatan dan belanjanya dengan mengikuti
pola yang sudah ditentukan. Misalnya, pada anggaran belanjanya, pengeluarannya
dibedakan menjadi pengeluaran biaya rutin (pembayaran gaji pegawai, biaya
pemeliharaan untuk listrik, telepon dan sebagainya) dan pengeluaran biaya
pembangunan.
APBN
selesai
dtingkat
pemerintah,
konsep
APBN
tersebut
3. Struktur APBN
Struktur APBN atau komponen-komponen yang membentuk APBN adalah
pendapatan dan pengeluaran negara yang secara rinci dapat dilihat pada tabel
dibawah ini.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, 2002-2007 (Miliar Rupiah)
Hibah
Belanja Negara
Anggaran Belanja Pemeintah Pusat
Pengeluaran Rutin
Belanja Pegawai
Belanjan Barang
Pembayaran Bunga Hutang
2002
298.60
5
298.52
8
210.08
8
199.51
2
101.87
4
84.404
17.469
65.153
6.228
1.600
23.189
1.469
10.575
10.344
231
88.440
64.755
47.686
12.325
4.744
9.760
13.925
78
322.18
2003
341.39
6
340.92
9
242.04
8
230.93
4
115.016
95.293
19.723
77.082
8.677
2.229
26.277
1.654
11.114
10.885
230
98.880
67.739
48.871
12.631
6. 238
12.833
18.308
468
376.50
5
2004
349.93
4
349.30
0
272.17
5
260.22
4
133.96
8
120.83
5
13.133
86.273
8.031
2.668
27.671
1.614
11.951
11.636
315
77.125
47.241
28.248
15.754
3.238
11.454
18.430
634
2005-P
540.126
532.671
351.974
334.403
180.253
143.017
37.236
102.671
13.375
3.661
32.245
2.198
17.570
16.591
980
180.697
144.361
102.196
36.364
5.801
12.000
24.336
2006-P
659.115
654.882
425.053
410.226
213.698
175.012
36.686
132.876
18.154
4.386
38.523
2.590
14.827
13.853
1.244
229.829
165.695
122.964
36.825
5.906
20.800
43.334
2007-P
694.088
690.265
492.011
474.551
251.748
214.481
37.268
152.057
22.026
3.966
42.035
2.720
17.460
14.418
3.042
198.254
115.053
78.235
29.484
7.334
21.800
13.669
47.731
7.455
565.070
411.667
326.924
61.167
42.312
60.982
4.233
699.099
478.250
408.470
79.075
55.992
82.495
3.823
752.373
498.172
426.488
97.983
61.824
83.555
0
223.97
6
186.65
1
39.480
12.777
87.667
25.406
62.621
43.628
31.162
12.466
3.099
37.325
25.608
11.717
98.204
94.657
24.884
69.159
613
3.548
256.19
1
186.94
4
47.662
14.992
65.351
46.356
18.995
43.899
30.038
9.901
3.960
15.042
69/247
47.510
21.737
120.31
4
111.070
31.370
76.978
2.723
9.244
374.35
1
255.30
9
184.43
8
56.738
17.280
65.651
41.276
24.375
26.362
14.527
10.995
840
18.407
70.871
50.500
20.371
119.042
112.187
26.928
82.131
3.128
6.855
42.307
18.675
119.098
89.194
23.643
6.253
43.374
84.743
54.747
29.997
153.402
146.160
52.567
88.766
4.828
7.243
58.155
24.340
107.628
80.609
21.367
5.651
41.018
42.262
69.780
55.258
25.475
220.850
216.798
59.564
145.664
11.570
4.052
58.803
24.252
105.073
55.604
49.469
0
52.272
25.781
71.684
70.826
23.205
254.201
244.608
62.726
164.787
17.094
9.593
Tabel diatas menunjukkan bahwa APBN selalu mengalami defisit dan ternyata baik
pendapatan maupun belanja negara telah mengalami perkembangan yang lebih dari
dua kali lipat dalam kurun waktu lima tahun (2002-2007).
tahun 2008, telah terjadi perubahan harga bahan bakar minyak mentah dunia,
namun terjadi penurunan, bukan kenaikan seperti tahun sebelumnya. Oleh karena
itu APBN-P juga harus disusun. APBN-P dibuat setiap tahun sekitar bulan oktober
oleh karena selalu terjadi perbedaan antara asumsi dan kenyataan. Harus dimaklumi
bahwa APBN yang disusun, baik untuk APBN awal maupun APBN-P, adalah
anggaran sehingga oleh karenanya sangat mungkin berbeda dengan angka-angka
realisasi.
terjadi
defisit
dalam APBNnya
namun
tidak dikatakan
memakai
kebijaksanaan deficit spending oleh karena tidak dibiayai melalui percetakan uang.
Pembiayaan defisit anggaran dibiayai dari sumber dalam dan luar negeri. Sumber
pembiayaan dari dalam negara bisa berasal dari perbankan maupun non bank di
dalam negeri. Sumber dari non bank dalam negeri berupa hasil dari privatisasi
perusahaan negara, penjualan aset restrukturisasi perbankan, penjualan obligasi
negara, dan/atau dana investasi dari pemerintah. Sedangkan sumber pembiayaan
defisit dari luar negeri bisa berupa penarikan pinjaman luar negeri (baik berupa
pinjaman program maupun pinjaman proyek) dikurangi dengan pembayaran cicilan
pokok utang luar negeri.
Belanja Negara
2002
322.18
2003
376.50
2004
374.35
-Pemerintah Pusat
0
223.97
5
256.19
1
255.30
411.667
- Pemerintah Daerah
6
98.204
1
120.31
9
119.042 153.402 153.850 254.201
478.250 498.172
APBN merupakan alat kebijakan moneter, karena setiap rupiah yang diambil
dari masyarakat dan masuk kas negara akan mempengaruhi jumlah uang beredar di
masyarakat. Demikian juga halnya dengan setiap rupiah yang keluar dari pemerintah
akan meningkatkan jumlah uang beredar di masyarakat. Jadi semua aktivitas
pendapatan dan belanja negara akan mempengaruhi jumlah uang yang beredar di
masyarakat.
Apabila jumlah (realisasi) pengeluaran negara persis sama dengan jumlah
(realisasi) penerimaan negara, katakanlah Rp. 1.000 triliun, maka jumlah uang yang
beredar di masyarakat berkurang sebesar jumlah tersebut karena penerimaan
negara dan dengan jumlah yang sama jumlah uang yang beredar di masyarakat
bertambah karena pengeluaran negara. Kalau realisasi APBN ternyata defisit, sering
disebut deficit spending. Katakanlah pengeluaran negara sebesar Rp.1.000 miliar,
sedangkan penerimaan negara hanya Rp 900 miliar, maka jumlah uang yang
beredar di masyarakat bertambah sebesar belanja negara (Rp.1.000 miliar) dan
berkurang sejumlah penerimaan negara Rp.900 miliar. Sisanya yang Rp 100 miliar
dibiayai melalui pinjaman pada (uang muka dari) Bank Indonesia. Pinjaman dari
Bank Indonesia bukanlah bersifat penarikan uang yang beredar dari masyarakat,
sedangkan T bill (pinjaman jangka pendek) bersifat serapan uang di masyarakat
oleh pemerintah.
Kalau realisasi APBN bersifat surplus, penerimaan negara lebih besar dari
pengeluaran negara. Hal ini sering terjadi pada realisasi APBN Indonesia pada masa
Soeharto sampai sekarang dan di negara maju. Katakanlah realisasi APBN sebesar
Rp.1000 triliun untuk pengeluaran dan realisasi penerimaan negara sebesar
Rp.1.100 triliun. Dalam keadaan demikian ini jumlah uang beredar berkurang
sebesar Rp.1.100 triliun dan bertambah sebesar Rp.1.000 tiliun, sehingga akibat
bersih APBN adalah jumlah uang beredar berkuang sebesar Rp 100 triliun (sejumlah
surplus pada realisasi APBN).
pemerintah
dan
lembaga
sosial
pertama-tama
ditentukan
jumlah
pengeluaran yang diperlukan sebagai dasar untuk menentukan berapa besar dan
dari mana saja beban belanja tersebut besumber.
Pengaruh Pengeluaran Pemerintah terhadap Penghasilan Nasional.
Pengeluaran pemerintah rutin dan pembangunan dibayarkan kepada
masyarakat (pegawai dan pelaksana pembangunan). Mereka menerima tambahan
pendapatan. Dari tambahan pendapatan tersebut mereka cenderung untuk
melakukan tambahan konsumsi dan tambahan tabungan. Kecenderungan tambahan
konsumsinya disebut MPC (marginl propensity to consume) dan kecenderungan
tambahan untuk menabung disebut MPS (marginal propensity to save). MPC
biasanya dinyatakan dalam proporsi terhadap penghasilan (Y), demikian juga MPS
dinyatakan dalam proporsi terhadap penghasilan (Y), sehingga MPC+MPS=1 kali
besarnya penghasilan. Tambahan konsumsi yang dilakukan oleh orang pertama tadi
diterima oleh orang lain yaitu orang kedua, karena menerima tambahan pendapatan
orang kedua ini juga cenderung melakukan tambahan konsumsi dan tambahan
tabungan maka tambahan konsumsinya merupakan tambahan pendapatan bagi
yang menerimanya yaitu orang ketiga. Begitu selanjutnya proses berjalan sampai
jumlah yang tak terhingga. Jumlah kenaikan penghasilan masyarakat sebagai akibat
dari adanya pengeluaran pemerintah adalah jumlah pengeluaran pemerintah itu
dikalikan dengan faktor pengganda.
akibat
lanjutan
terhadap
mereka
yang
terkena
pengurangan
karena
dalam
anggaran
berimbang
yaitu
jumlah
pengeluaran
pemerintah sama dengan jumlah pajak, maka akibat dari anggaran belanja
seimbang terhadap penghasilan nasional adalah (Jumlah kenaikan penghasilan
nasional
karena
pengeluaran
pemerintah)
dikurangi
(jumlah
pengurangan
penghasilan nasional karena adanya pajak). Karena yang pertama adalah sebesar
(1/MPS) kali jumlah pengeluaran pemerintah , dan yang disebut belakangan adalah
-(1/MPS-1), maka tambahan penghasilan neto karena anggaran seimbang adalah
(1/MPS)-(1/MPS-1)=1 kali anggaran berimbang tersebut. Dengan kata lain faktor
pengganda untuk anggaran berimbang adalah (+1).
Tabungan Pemerintah dan Pembangunan Ekonomi
Pembangunan ekonomi satu negara dapat dibiayai oleh sumber-sumber dari
dalam negeri dan dari luar negeri. Sumber pembiayaan pembangunan ekonomi dari
dalam negeri dapat berupa tabungan perseorangan, tabungan perusahaan, dan
tabungan pemerintah, sedangkan yang bersumber dari luar negeri bisa berupa
bantuan dan pinjaman luar negeri, penanaman modal langsung dari luar negeri atau
penanaman modal tidak langsung dari luar negeri. Yang dimaksud dengan tabungan
pemerintah adalah semua penerimaan dari dalam negeri dikurangi dengan semua
pengeluaran rutin. Namun untuk di Indonesia masih di kurangi lagi dengan anggaran
belanja untuk daerah yang harus dikeluarkan oleh pemerintah pusat tiap tahun
(bersifat rutin).
Referensi:
Nehen, Ketut. 2012. Perekonomian Indonesia. Denpasar:Udayana University
Press