Anda di halaman 1dari 2

Kepemimpinan transformasional berorientasi pada karakter usaha baru yang memiliki visi

jangka panjang dalam memformulasi strategi, untuk mengawal dampak lingkungan terhadap
kehidupan organisasi, guna mempertahankan kelangsungan usaha. Sedangkan dalam
membangun kerja sama dan memobilisasi pengikutnya untuk mengimplementasi strategi
mewujudkan tujuan organisasi, dilakukan dengan membangkitkan kepedulian dalam upaya
menggali potensi anggota melalui pembangunan rasa fanatisme terhadap tata nilai organisasi.
Penerapan konsep kepemimpinan transformasional dalam program pembaruan organisasi
dilakukan dengan membangun knowledge worker, yaitu kumpulan anggota yang
berpengetahuan luas, keterbukaan, dan menghargai perbedaan, guna mendukung keberhasilan
menggali potensi anggotanya dalam memformulasi dan mengimplementasi strategi
mewujudkan tujuan organisasi.
Pada dasarnya, kepemimpinan transformasional merupakan inside-out leadership, yaitu
kepemimpinan dari dalam keluar, yang tumbuh berkebnag secara alami, berdasarkan tingkat
kematangan atau kedewasaan pimpinan. Inside-out leadership menggambarkan bahwa
kepemimpinan transformasional terdiri dari empat lapis kepemimpinan. Kepemimpinan
manajerial didukung oleh kepemimpinan personal dan interpersonal. Apabila kepemimpinan
manajerial kuat dan kepemimpinan personal dan interpersonal lemah, maka akan muncul
adalah kepemimpinan otoriter.
Pembangunan kepemimpinan transformasional dimulai dari membangun kepemimpinan diri
(personal leadership) dan kepemimpinan sesama (interpersonal leadership), sebagai
prasyarat dari kepemimpinan manajerial (managerial leadership) dan kepemimpinan
organisasi (organizational leadership).
Prinsip dasar dari kepemimpinan diri adalah sifat layak dipercaya (trust worthiness), dalam
arti setiap tindakan pemimpinan harus transparan dan dapat dipertanggungjawabkan
(accountable). Prinsip dasar ini menjadi landasan dan indikator bagi pemimpin sebagai
panutan untuk dapat selalu bersikap proaktif mengantisipasi perubahan lingkungan.
Sebelum seseorang dapat memimpin orang lain, dia harus mampu memimpin dirinya
(kepemimpinan diri) untuk layak dipercaya,di samping itu dia juga harus mampu bekerja
sama dengan orang lain (kepemimpinan sesama), dalam arti dia harus dapat mempercayai
orang lain. Prinsip dasar dari kepemimpinan sesama adalah kepercayaan (trust) yang muncul

dari penilaian pengikutnya. Hal ini diperlukan untuk menjembatani saling ketergantungan
(interdependence) dalam membangun sinergi.
Menurut Stephen R. Covey (1991), sinergi terjadi manakal dua orang atau lebih secara
bersama-sama menghasilkan sesuatu yang lebih baik daripada yang dapat mereka hasilkan
secara sendiri-sendiri. Inti dari bersinergi untuk mengoptimalkan output adalah menghargai
perbedaan, dalam arti melihat perbedaan dari sudut pandang atau perspektif yang lebih
positif, sebagai peluang untuk belajar, guna memperoleh solusi yang kreatif mewujudkan
produktivitas.
Saling ketergantungan antara pimpinan dengan pengikutnya dalam membangun sinergi untuk
melaksanakan serangkaian tugas dari proses penciptaan nilai memerlukan pimpinan yang
layak dipercaya dan mendapatkan kepercayaan dari pengikutnya, yang dibangun dengan
prinsip menghargai perbedaan tanpa meminggirkan kewenangan, tetapi membagi (sharing)
kewenangan ke dalam sistem yang transparan dan accountable.
Peran kepemimpinan yang lebih luas dari kepemimpinan diri dan kepemimpinan sesama
adalah kepemimpinan manajerial. Di sini, kepemimpinan manajerial tidak saja dituntut untuk
mampu bekerja sama dengan orang lain, tetapi lebih jauh dari itu, harus memiliki
kemampuan pemberdayaan (empowerment) sumber daya manusia dalam mengoptimalkan
output

Anda mungkin juga menyukai