Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Logam merupakan kelompok toksikan yang unik. Logam ini ditemukan dan
menetap dalam alam, tetapi bentuk kimianya dapat berubah akibat pengaruh
fisikokimia, biologis, atau akibat aktivitas manusia. Toksisitasnya dapat berubah
drastis bila bentuk kimianya berubah. Umumnya logam bermanfaat bagi manusia
karena penggunaannya di bidang industri, pertanian, atau kedokteran. Sebagian
merupakan unsur penting karena dibutuhkan dalam berbagai fungsi biokimiawi/faali.
Di lain pihak, logam dapat berbahaya bagi kesehatan masyarakat bila terdapat dalam
makanan, air, atau udara, dan dapat berbahaya bagi para pekerja tambang, pekerja
peleburan logam dan berbagai jenis industri (Frank C Lu, 1995).
Logam berat adalah unsur-unsur kimia dengan densitas lebih besar dari 5
g/cm3, terletak di sudut kanan bawah pada sistem periodik unsur, mempunyai afinitas
yang tinggi terhadap S dan biasanya bernomor atom 22 sampai 92, dari periode 4
sampai 7. Logam berat merupakan bahan pencemar yang berbahaya karena bersifat
toksik. Logam berat yang ada dalam perairan akan mengalami proses pengendapan
dan terakumulasi dalam sedimen, kemudian terakumulasi dalam tubuh biota laut
yang ada dalam perairan, baik melalui insang maupun melalui rantai makanan dan
akhirnya akan sampai pada manusia. Fenomena ini dikenal sebagai bioakumulasi atau
biomagnifikasi yaitu proses biologi yang terjadi pada organisme dengan
mengendapkan logam berat pada tubuh organisme melalui rantai makanan (Amriani,
2011).
Timbal (Pb) merupakan logam yang sangat populer dan banyak dikenal oleh
masyarakat awam. Hal ini disebabkan oleh banyaknya Pb yang digunakan di industri
nonpangan dan paling banyak menimbulkan keracunan pada makhluk hidup. Pb
adalah sejenis logam yang lunak dan berwarna cokelat kehitaman, serta mudah
dimurnikan dari pertambangan (Agustina, 2010).
1.2 Rumusan Masalah
Dengan latar belakang tersebut di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan
sebagai berikut :
1.
Apa yang dimaksud dengan Logam Berat dan Timbal (Pb) ?
2.
Bagaimanakah mekanisme Toksisitas dari Timbal (Pb) ?
3.
Apakah Efek lain dari Timbal (Pb) ?
4.
Apa saja contoh kasus-kasus kejadian pencemaran Timbal (Pb) di Indonesia ?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dan kegunaan penelitian dalam penulisan ini adalah :
1. Untuk mengetahui definisi dari Logam Berat dan Timbal (Pb)
2. Untuk mengetahui mekanisme Toksisitas dari Timbal (Pb)
3. Untuk mengetahui efek lain yang disebabkan oleh Timbal (Pb)
4. Untuk mengetahui kasus kejadian pencemaran Timbal (Pb) di Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN
1 | Page

2.1 Definisi
Logam berat dapat didefinisikan sebagai unsur-unsur yang mempunyai nomor
atom 22-92 dan terletak pada periode 4 7 pada susunan berkala Mendeleyev. Logam
berat mempunyai efek racun terhadap manusia dan makhluk hidup lainnya. Logam
berat yang berbahaya dan sering mencemari lingkungan adalah merkuri (Hg), timbal
(Pb), arsenik (Ar), kadmim (Cd), kloronium (Cr) dan nikel (Ni). Logam-logam
tersebut dapat menggumpal di dalam tubuh organisme dan tetap tinggal dalam tubuh
dalam jangka waktu yang lama sebagai racun yang terakumulasi (Kariada, 2012)
Pencemaran logam berat terhadap lingkungan merupakan suatu proses yang
erat hubungannya dengan penggunaan logam tersebut oleh manusia. Pada awal
digunakannya, belum diketahui pengaruh pencemaran pada lingkungan. Proses
oksidasi pada logam yang menyebabkan perkaratan sebetulnya merupakan tandatanda adanya pencemaran (Agustina, 2010)
Timbal atau timah hitam dengan nama kimia plumbum (Pb) merupakan logam
yang mempunyai empat bentuk isotop, berwarna kebiru-biruan atau abu-abu
keperakan dengan titik leleh pada 327,5 C dan titik didih pada 1740 C di atmosfer.
Secara kimiawi, timbal mempunyai titik uap yang rendah dan dapat menstabilkan
senyawa lain sehingga berguna pada ratusan produk industri. Secara klinis, timbal
merupakan bahan toksik murni, tidak ada organisme yang fungsinya bergantung pada
timbal (Lubis et al, 2013)
Timbal merupakan salah satu jenis logam berat yang terjadi secara alami yang
tersedia dalam bentuk biji logam, dan juga dalam percikan gunung berapi, dan bisa
juga di peroleh di alam Karena meningkatnya aktivitas manusia,
seperti
pertambangan dan peleburan, dan pengunaannya dalam bahan bakar minyak, dan
juga masih banyak lagi di gunakan dalam pembuatan produk lainnya, sehingga
kandungan timbal di biosphere telah meningkat dalam 300 tahun terakhir . Timbal
bisa masuk dalam lingkungan dan tubuh manusia dari berbagai macam sumber seperti
bensin (petrol), daur ulang atau pembuangan baterai mobil, mainan, cat, pipa, tanah,
beberapa jenis kosmetik dan obat tradisional dan berbagai sumber lainnya. Di
kebanyakan negara berkembang, sumber utama kontak dengan timbal berasal dari
bensin bertimbal. Selain itu juga, berbagai consumer product seperti yang disebutkan
diatas dan makanan juga bisa mengandung timbal. Keracunan timbal bisa menyerang
manusia dari berbagai usia. Akan tetapi, anak usia muda, wanita hamil dan pekerja di
industry tertentu lebih besar resikonya di bandingkan kelompok yang lain. Anak-anak
lebih sensitive di bandingkan orang dewasa karena pusat perkembangan system saraf
mereka masih berkembang (Suherni, 2010)
Biasanya kadar Pb dalam tanah berkisar antara 5 sampai 25 mg/kg, dalam air
tanah dari 1 sampai 60 g/l dan agak lebih rendah dalam air permukaan di alam, kadar
di udara dibawah 1 g/m3, tetapi dapat jauh lebih tinggi ditempat kerja tertentu dan di
daerah yang lalu lintasnya padat (Frank C Lu, 1995).
2.2 Mekanisme Toksisitas Timbal (Pb)

2 | Page

Gb. Metabolisme heme


Kontaminasi timbal pada anak sebagian besar melalui tertelannya bahan
mengandung timbal seperti mainan dan debu, hal ini juga dimungkinkan karena
kebiasaan anak memasukkan tangan ke mulut. Tubuh anak mengarbsorsi timbal lebih
banyak dibanding orang dewasa, sehingga paparan timbal yang lebih rendah dapat
menimbulkan keracunan pada anak. Anak dapat mengabsorpsi lebih dari 50% timbal
yang tertelan, sedang orang dewasa hanya 35 sampai 50% saja. Jumlah timbal yang
diserap pada saluran cerna tergantung beberapa faktor, seperti ukuran partikel, pH, zat
lain di saluran cerna, dan status nutrisi esensial. Absorpsi timbal yang tertelan pada
kondisi lambung kosong lebih tinggi dibanding jika tertelan bersama makanan.
Keberadaan besi dapat mengurangi absorpsi timbal dengan cara kompetisi langsung
pada tempat ikatan, kondisi kekurangan besi menyebabkan peningkatan absorpsi,
retensi, dan keracunan timbal Setelah diserap, 99% timbal terikat pada eritrosit, dan
1% menyebar bebas ke dalam jaringan lunak dan tulang, sehingga kadar timbal dalam
darah menggambarkan kadar timbal dalam tubuh. Total beban timbal darah tersimpan
dalam empat kompartemen, yaitu darah (waktu paruh 35 hari), jaringan lunak (waktu
paruh 40 hari), tulang trabekular (waktu paruh 3 sampai 4 tahun), dan komponen
kortikal tulang (waktu paruh 16 sampai 20 tahun). Timbal mempunyai berbagai efek
pada sel. Timbal terikat pada enzim, dapat mengubah dan menghilangkan efek enzim.
Timbal menghambat enzim asam -aminolevulinat dehidrase dan ferrokelatase,
sehingga enzim asam -aminolevulinat dehidrase (ALAS) tidak dapat mengubah
porfobilinogen akibatnya besi tidak dapat memasuki siklus protoporfi rin. Perkursor
heme, erythrocyte protophorphyrin yang digantikan menjadi zinc protophorphyrin,
3 | Page

menjadi meningkat dan pembentukan heme menurun dan terjadi anemia berat (Lubis
et al., 2013)
penentu ketoksikan suatu zat kimia adalah sampainya zat kimia (Pb dan Cd)
utuh atau metabolit aktifnya di sel sasaran dalam jumlah yang berlebihan, pada sisi
lain zat kimia dapat mengalami metabolisme menjadi senyawa non aktif dan
diekskresikan(eliminasi) yang dapat mengurangi sampainya atau jumlah zat kimia
dalam sel sasarannya. Dengan demikian timbulah efek toksik yang dipen- garuhi juga
oleh selisih antara absorsi dan distribusi dengan eliminasinya. Dengan demikian
toksitas suatu zat sangat di ten- tukan oleh Absorpsi, Distribusi, Metabo- lisme, dan
Ekskresi (ADME) (Hasan, 2012)
Toksisitas logam pada hewan komersial biasanya berpengaruh terhadap
produksi, juga menimbulkan residu logam dalam tubuh ternak. Sapi yang makan
sampah dan tercemar bahan toksik Timbal dan Kadmium, akan mengaku- mulasi
Timbal dan Kadmium. Jika sapi tersebut kemudian dimanfaatkan sebagai sumber
pangan manusia, maka manusia yang mengkonsumsi bahan pangan terse- but
kemungkinan juga akan mengakumu- lasi Timbal dan Kadmium, akhirnya akan
mengalami gangguan kesehatan. Perjalanan Zat Kimia ( Pb dan Cd) dalam tubuh
Hewan dan Manusia diawali dari masuknya zat tersebut kedalam tubuh melalui
intravaskuler atau ekstravaskuler, selanjutnya zat masuk melalui sirkulasi sistemik dan
didistribusikan keseluruh tu- buh. Proses distribusi memungkinkan zat atau
metabolitnya sampai pada tempat ker- janya (reseptor). Zat kimia (Pb dan Cd) di
tempat kerjanya atau reseptornya berinter- aksi dan dampaknya mungkin menimbulkan efek, interaksi dari zat kimia (Pb dan Cd) atau metabolitnya yang berlebihan dapat
menghasilkan efek toksik (Kafiar et al., 2013)
Timbal yang masuk didalam tubuh tidak semuanya dapat tinggal didalam
tubuh, kira-kira 5% - 10% dari jumlah yang tertelan akan diadsorbsi oleh saluran
pencernaan dan sekitar 5% dari 30% yang terserap lewat pernafasan akan tinggal
didalam tubuh. Timbal yang tertinggal didalam tubuh akan menggupal terutama di
skeleton (90-95%). Untuk menentukan seseorang keracunan timbal dilakukan analisis
kandungan timbal dalam darah, selama dalam darah timbal 90% terikat pada sel darah
merah, akibatna sintesis hemoglobin terhambat, karena dapat menghalangi enzim
aminolaevulinic acid dehidratase (ALAD) untuk proses sintesa tersebut, dan anemia
biasa terjadi dan umur sel darah merah lebih pendek. Terhadap syaraf mengakibatkan
menurunnya kecepatan konduksi syaraf (Yulaipi dan Aunurohim, 2013)

4 | Page

Gb. Nasib zat kimia (Pb) dalam tubuh hewan dan manusia.
2.3 Efek-efek lain dari Keracunan Timbal (Pb)
Timbal memengaruhi semua organ dan sistem, termasuk sistem
gastrointestinal, sistem susunan saraf pusat, sistem imunitas, ginjal, sistem
hematologi, sistem muskuloskeletal (gigi dan tulang), sistem kardiovaskuler, sistem
motorik, sistem endokrin, dan lain-lain. Gejala keracunan timbal pada sistem
gastrointestinal antara lain anoreksia, nyeri perut, muntah, dan konstipasi yang timbul
dan berulang beberapa minggu. Anak dengan Blood Lead Level (BLL) >20 g/dL dua
kali lebih sering mengalami keluhan sistem gastrointestinal.1,4 BLL >100 g/dL
menyebabkan disfungsi tubular ginjal. Timbal juga dapat menginduksi terjadinya
sindrom Fanconi.Gejala susunan saraf pusat antara lain akibat edema serebral dan
peningkatan tekanan intrakranial. Nyeri kepala, perubahan perilaku, letargi, edema
papil, kejang, dan koma yang dapat mengakibatkan kematian jarang ditemukan pada
anak dengan kadar timbal >100 g/dL, tetapi pernah dilaporkan anak dengan BLL
<70 g/dL. Ensefalopati dapat terjadi pada anak dengan BLL >100 g/dL (Lubis et
al., 2013)
keracunan timbal di kalangan orang dewasa berhubungan dengan tekanan
darah tinggi pada populasi dasa; keguguran, lelaki yang kurang subur, gagal ginjal,
kehilangan keseimbangan, gangguan pendengaran, anemia, ketulian dan rusaknya
saraf seperti lambat dalam beraksi. Pengaruh timbal pada kesehatan anak sangat
banyak sekali termasuk diantaranya mengurangi perkembangan IQ, hyperactive, susah
dalam belajar, masalah dalam bersikap seperti kurang peduli dan aggressive, rusak
alat pendengaran dan lemah pertumbuhan . Kandungan timbal dalam darah lebih dari
50 ug/dL bisa menyebabkan rusaknya ginjal dan anemia. Konsentrasi timbal 100
5 | Page

micrograms per deciliter dalam darah anak bisa menyebabkan penyakit serius, coma,
sawan atau kematian (Suherni, 2010)
2.4 Kasus kejadian Keracunan Timbal (Pb) di Indonesia
Sebuah penelitian oleh yang di lakukan di Jakarta, menemukan bahwa
seperempat dari anak-anak sekolah di Jakarta memiliki kandungan timbal dalam darah
berkisar 10-14.9 ug/dL, yang mana melampaui batas yang di tetapkan oleh Pusat
Pengontrolan dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat yaitu kurang dari 10
ug/dL tentang batas timbal yang di golongkan tidak beracun [penelitian terbaru
menunjukkan bahaya memiliki kandungan timbal dalam darah di bawah 10 ug/dL
(Roberts et al., 2009).
Di kalangan anak-anak, kandungan darah tertinggi lebih dari 10 ug/dL telah di
temukan pada anak-anak yang hidup di daerah yang padat dengan lalu lintas.
Sementara, anak-anak yang tinggal dekat jalan yang rendah kepadatan lalu lintas nya
terbukti memiliku kandungan timbal dalam rendah lebih rendah. Dilaporkan bahwa
hasil dari kandungan darah di kalangan anak-anak di Jakarta tergolong agak tinggi dan
konsisten di bandingkan dengan negara lain yang memiliki bensin bertimbal. Hal ini
diduga terjadi karena kadar timbal dalam darah pada anak-anak di Jakarta menurun
sejak di terapkan penggunnaan bensin bebas timbal di Indonesia (Albalak et al., 2003)
Di bogor, Jawa barat, dimana kepadatan lalu lintas sangat tinggi di bandingkan
di daerah lainnya, telah di temukan sayur-sayuran dan tanaman teh telah
terkontaminasi dengan timbal dari gasoline gasoline. Tingginya konsentrasi timbal
yang di temukan pada tanaman di daerah ini mungkin disebabkan oleh penggunaan
pupuk kimia. Tercatat bahwa konsentrasi timbal pada sayuran dan tanaman the di
Bogor lebih besar dari batas standard yang di tetapkan oleh WHO untuk sayursayuran (ambang batas yang di tetapkan WHO: 2 ppm untuk berat basah dan 2.82
ppm untuk berat kering) (AbahJack 2010).
Kontaminasi timbal dalam mainan di Indonesia juga telah digolongkan
berbahaya. Kebanyakan mainan yang terkontaminasi dengan timbal merupakan
mainan import dari Cina . Dalam berita baru-baru ini, di laporkan bahwa di Jakarta,
sejumlah anak-anak di sekolah dasar telah mengalami keracunan ketika bermain
dengan mainan dari Cina (Sinar Indonesia 2010). Sebuah penelitian yang di lakukan
oleh Asosiasi pendidikan dan mainan tradisional anak Indonesia menemukan sekitar
80 % mainan di Indonesia mengandung timbal empat kali lebih banyak dari Standard
Nasional Indonesia (SNI) untuk mainan (BSN 2009). Standarisasi dari Cina terhadap
timbal dalam cat dan produk lainnya adalah 90 ppm. Pemerintah Indonesia tidak
memiliki peraturan tentang batas penggunaan timbal dalam berbagai consumer produk
(Suherni, 2010).
Penelitian pencemaran timbal di lingkungan udara wilayah Semarang telah
dilakukan oleh Martuti (2011) dalam penelitian tersebut ditemukan bahwa kadar Pb
wilayah Tambaklorok Kecamatan Semarang Utara, pada musim kemarau rata-rata
8,41 g/m3 melampau nilai ambang baku mutu lingkungan maksimal 2 g /m3 per 24
jam (PP RI No. 41 Tahun 1999, tentang Pengendalian Pencemaran Udara (Marianti
dan Agung, 2013)
Mayoritas dari sampel cat yang dijual di Indonesia tidak akan diizinkan untuk
dijual di Amerika Serikat atau kebanyakan negara maju lainnya, dan lebih dari
6 | Page

sepertiga sampel dapat digolongkan sangat berbahaya. Lebih dari tiga perempat
sampel (77% atau 60 sampel) memiliki kadar timbal di atas 90 bagian per juta, dan
tidak dimungkinkan dijual atau digunakan di Amerika Serikat. Empat puluh delapan
sampel (62%) memiliki kadar timbal di atas 600 bagian per juta dan tidak
dimungkinkan dijual atau digunakan di kebanyakan negara maju. Dua puluh enam
sampel (33%) memiliki kadar timbal di atas 10.000 bagian per juta, sehingga dapat
dianggap sangat berbahaya. Paparan timbal umumnya terjadi lama setelah cat
bertimbal mengering pada kusen, pagar atau permukaan lain yang dicat (Ismawati et
al., 2013)
pada tahun 2006 dari 20 kota yang dipantau ditemukan bahan bakar bensin
masih mengandung Pb dengan nilai rata-rata 0,038 gr/l, sedangkan tahun 2007 dari 30
kota yang dipantau ditemukan nilai rata-rata 0.0068 gr/lt. Dari 30 kota yang dipantau,
10 kota kandungan Timbalnya sudah tidak terdeteksi atau unleaded gasoline, termasuk
Kota Bandung tahun 2011, dari hasil pemantauan kadar Pb di kota Semarang
menunjukkan kadar tertinggi sebesar 2,41 g/Nm, yaitu di daerah Perempatan
Bangkong, dan keadaan ini adalah sesuai kondisi riil di lapangan bahwa arus
transportasi daerah Bangkong padat dengan didominasi oleh kendaraan pribadi dan
angkutan umum, serta posisi di dekat pusat kota (Gusnita, 2012).

BAB III
PENUTUP
7 | Page

3.1 Kesimpulan
Timbal merupakan salah satu jenis logam berat yang terjadi secara alami yang
tersedia dalam bentuk biji logam, dan juga dalam percikan gunung berapi, dan bisa
juga di peroleh di alam Karena meningkatnya aktivitas manusia,
seperti
pertambangan dan peleburan, dan pengunaannya dalam bahan bakar minyak, dan
juga masih banyak lagi di gunakan dalam pembuatan produk lainnya, sehingga
kandungan timbal di biosphere telah meningkat dalam 300 tahun terakhir . Timbal
bisa masuk dalam lingkungan dan tubuh manusia dari berbagai macam sumber seperti
bensin (petrol), daur ulang atau pembuangan baterai mobil, mainan, cat, pipa, tanah,
beberapa jenis kosmetik dan obat tradisional dan berbagai sumber lainnya. Di
kebanyakan negara berkembang, sumber utama kontak dengan timbal berasal dari
bensin bertimbal. Selain itu juga, berbagai consumer product seperti yang disebutkan
diatas dan makanan juga bisa mengandung timbal. Keracunan timbal bisa menyerang
manusia dari berbagai usia. Akan tetapi, anak usia muda, wanita hamil dan pekerja di
industry tertentu lebih besar resikonya di bandingkan kelompok yang lain. Anak-anak
lebih sensitive di bandingkan orang dewasa karena pusat perkembangan system saraf
mereka masih berkembang.
Keracunan timbal merupakan salah satu massalah kesehatan lingkungan yang
bisa di dapat di mana saja di dunia. Sejak timbal digunakan dalam berbagai macam
produk, perlu kiranya kesadaran masyarakat tentang bahayanya timbal bagi kesehatan.
Sebagai salah satu negara berkembang, Indonesia mungkin saja berada pada resiko
terkena timbal dikarenakan kurangnya informasi dan kesadaran tentang keracunan
timbal.
3.2 Saran
Hindari pembelian makanan yang dibungkus dari bahan yang mengandung
timbal,seperti koran, hindari pemakaian alat masak ataupenyaji yang mengandung
timbal, hindari menkonsumsi jeroan, makanan kaleng, seafood, dan cucilah bahan
makanan seperti sayuran,buah-buahan sebelum dikonsumsi dengan air yang mengalir.
Penggunaan bahan-bahan yang mengandug timbal seharusnya dibatasi sesuai dengan
ambang batas yang telah ditentukan. Meningkatkan pendidikan atau training tentang
keracunan timbal, khusnya bagi masyarakat yang tinggal di daerah pedesaan dimana
disana kurangnya informasi dan kesadaran tentang keracunan timbal dan penyakit
lingkungan lainnya. Dengan menyediakan informasi tentang sumber timbal dan
efeknya terhadapa kesehatgan, masyarakat mungkin bisa mengambil langkah untuk
menghindari kontak dengan timbal yang mungkin berbahaya dan juga bisa mencegah
terkontaminasinya timbal di lingkungan mereka.

DAFTAR PUSTAKA

8 | Page

AbahJack . 2010. Pencemaran Timah Hitam [TRANSLATION: Lead Contamination in Tea


Garden] [IN INDONESIAN], AbahJack - Informasi Kesehatan Untuk Anda, 26
February 2010
Agustina T. 2010. Kontaminasi Logam Berat Pada Makanan Dan Dampaknya Pada
Kesehatan. TEKNUBUGA Volume 2 No. 2 April 2010
Albalak, Rachel; Noonan, Gary; Buchanan, Sharunda; Flanders, W. Dana; Gotway-Crawford,
Carol; Kim, Dennis; Jones, Robert L.; Sulaiman, Rini; Blumenthal, Wendy; Tan, Regina;
Curtis, Gerald; McGeehin, Michael A. 2003. Blood lead levels and risk factors for lead
poisoning among children in Jakarta, Indonesia, The Science of The Total Environment,
Volume 301, Issues 1-3, 1 January 2003, Pages 75-85
Amriani, Boedi Hendrarto, dan Agus Hadiyarto. 2011. Bioakumulasi Logam Berat Timbal
(pb) dan Seng (zn) pada Kerang Darah (Anadara granosa l.) dan Kerang Bakau
(Polymesoda bengalensis l.) di Perairan Teluk Kendari. Jurnal Ilmu Lingkungan Volume
9, hal 45-50.
Frank C. Lu. 1995. Toksikologi Dasar (Azas, Organ Sasaran dan Penilaian. Resiko) Jakarta :
Penerbit Universitas Indonesia Press. Year, : 1995. Stock, : 3 eks. Indeks Page, : Index :
hlm. 413-428 eks. Penerjemah Edi Nugroho
Hasan W. 2012. Pencegahan Keracunan Timbal Kronis Pada Pekerja Dewasa Dengan
Suplemen Kalsium. Makara, Kesehatan, Vol. 16, No. 1, Juni 2012: 1-8
Kafiar F P, Prabang Setyono dan Ari Ramelan Handono. 2013. Analisis Pencemaran Logam
Berat (Pb Dan Cd) Pada Sapi Potong Di Tempat Pembuangan Akhir (Tpa) Sampah Putri
Cempo Surakarta. Jurnal EKOSAINS | Vol. V | No. 2 | Juli 2013
Kariada N, Tri Martuti. 2012. Kandungan Logam Berat Cu Dalam Ikan Bandeng, Studi
Kasus Di Tambak Wilayah Tapak Semarang. UNDIP. Semarang
Lubis B, Nelly Rosdiana, Selvi Nai anti, Olga Rasyianti, Flora Mindo Panjaitan. 2013.
Hubungan Keracunan Timbal dengan Anemia Defisiensi Besi pada Anak. CDK-200/ vol.
40 no. 1, th. 2013
Roberts, Anne; OBrien, Elizabeth; and Taylor, Robert. 2009. Dangers of a blood lead level
above 2 ug/dL [two micrograms per decilitre] and below 10 ug/dL to both adults and
children, 17th August 2009 published by The LEAD Group
Suherni. 2010. Keracunan Timbal di Indonesia. The LEAD Group Incorporated, Sydney,
Australia.
Yulaipi S dan Aunurohim. 2013. Bioakumulasi Logam Berat Timbal (Pb) dan Hubungannya
dengan Laju Pertumbuhan Ikan Mujair (Oreochromis mossambicus). JURNAL SAINS
DAN SENI POMITS Vol. 2, No.2, (2013) 2337-3520 (2301-928X Print)

9 | Page

Anda mungkin juga menyukai