HT Lab PDF
HT Lab PDF
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Alat-alat mesin yang terbuat dari logam memiliki sifat-sifat yang berbeda
sesuai dengan fungsi dan penggunaannya. Sifat-sifat (karakteristik) itu dapat
berubah sesuai dengan perlakuan masing-masing alat tersebut. Uji heat treatment
ini dilakukan untuk mengetahui karekeristik logam baik sebelum dilakukan
pengujian maupun setelah dilakukan pengujian.
1.2 Perumusan Masalah
1.2.1 Permasalahan
Industri manufaktur banyak menggunakan logam sebagai bahan
baku pembuatan suatu produk. Logam tersebut harus mempunyai sifatsifat fisik tertentu agar prosuk yang dibuat sesuai permintaan, untuk
menghemat cost production, perlu dilakukan perlakuan panas agar sifat
fisik logam tersebut bisa berubah.
1.2.2
Ruang Lingkup
Sebagai ruang lingkup kuantitatifnya, penilitian akan dilaksanakan
Baja ST 37
Baja ST 60
Baja ST 80
Amuntit
Heat Treatment
| 1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Heat Treatment
Perlakuan panas adalah proses pada saat bahan dipanaskan hingga suhu
tertentu dan selanjutnya didinginkan dengan cara tertentu pula. Tujuannya adalah
untuk mendapatkan sifat-sifat yang lebih baik dan yang diinginkan sesuai dengan
batas-batas kemampuannya. Sifat yang berhubungan dengan maksud dan tujuan
perlakuan panas tersebut meliputi :
1. Meningkatnya kekuatan dan kekerasannya.
2. Mengurangi tegangan.
3. Melunakkan .
4. Mengembalikan pada kondisi normal akibat pengaruh pengerjaan
sebelumnya.
5. Menghaluskan butir kristal yang akan berpengaruh terhadap keuletan
bahan.
Menurut jenisnya dari perlakuan panas digolongkan menjadi tiga macam yaitu :
1. Hardening (mengeraskan) juga sering disebut dengan istilah menyepuh
keras atau mengeraskan sepuh.
2. Tempering (memudakan) yaitu mendinginkan secara cepat bahan yang
telah dikeraskan dengan maksud mengurangi kekerasannya.
3. Annealing (melunakan) yaitu memanaskan bahan yang telah dikeraskan
agar kekerasanya berkurang tetapi kekuatanya meningkat.
Heat Treatment
| 2
Jenis Benda
Percobaan
Nilai
Rata
Rata
Kerja
Ke
kekerasan
RataNilai
RataNilai
HB
Kekerasan
Kekerasan
HB
HV
87,6
6,1
88,8
8,4
90,4
9,75
82,9
0,2
ST 37
ST 60
ST 80
AM
87,0
88,0
88,3
87,5
88,1
90,8
89,5
90,5
91,3
82,6
83,6
82,5
St 60
Percobaan 1
ST 80
ercobaan 2
AM
Percobaan 3
Heat Treatment
| 3
2.1.2 Hardening
Pengerasan baja disebut juga penyepuhan (quenching) atau sering
dikatakan menyepuh baja. Menye puh adalah memanaskan baja sampai
temperatur tertentu, pada perubahan fase yang homogen dan dibiarkan beberapa
waktu pada temperatur itu, kemudian didinginkan dengan cepat sehingga
menimbulkan suatu susunan yang keras sampai terjadi struktur yang disebut
martensit. Kadar karbon dari baja yang disepuh minimal 0,2 %, apabila kadar
karbonnya kurang dari 0,2 % penyepuhan tidak ada gunanya, sebab tidak
terbentuk martensit dan terlalu sedikit karbida besi sehingga baja tetap lunak.
Data benda uji setelah dilakukan proses Hardening
No
Jenis
Percobaan
Nilai
Rata
Rata
Benda
Ke
kekerasan
RataNilai
RataNilai
HV
Kekerasan
Kekerasan
HV
HB
43,9
138
9000C
54,27
210
9000C
48,77
167
9000C
54,56
215
9000C
Kerja
ST 37
ST 60
ST 80
AM
31,6
51,3
48,8
54,6
54,5
53,7
44,1
52,0
50,2
53,2
50,8
54,7
Temperatur
Heat Treatment
| 4
ST 60
Percobaan 1
ST 80
Percobaan 2
AM
Percobaan 3
2.1.3 Tempering
Penemperan adalah proses pemanasan kembali baja yang telah dikeraskan
sampai temperatur tertentu dibawah suhu 721 C dengan tujuan mengurangi
kekerasan baja. Pada pengerasan baja didalam struktur martensit yang sangat
keras adakalanya tidak dapat dipakai karena terlalu berlebihan kekerasanya dan
terlalu getas. Untuk mengatasi kekerasan baja yang berlebihan tersebut dilakukan
tempering.
Heat Treatment
| 5
Jenis
Percobaan
Nilai
Rata
Rata
Benda
Ke
kekerasan
RataNilai
RataNilai
HV
Kekerasan
Kekerasan
HV
HB
28,57
104,5
5000C
38,1
109,5
5000C
33,87
108,5
5000C
43,37
134,5
5000C
Kerja
ST 37
ST 60
ST 80
AM
30,8
32,0
22,3
38,1
38,1
38,1
33,3
33,2
35,1
43,7
44,1
42,3
Temperatur
ST 60
Percobaan 1
ST 80
Percobaan 2
AM
Percobaan 3
Heat Treatment
| 6
2.1.1 Normallizing
Baja konstruksi, baja canai atau bahan yang mengalami penempaan
biasanya tidak memiliki struktur yang sama. Hal ini disebabkan jumlah beban
yang tidak sama pada waktu proses dan perubahan bentuk pada waktu
pendinginan yang tidak bersamaan dari penampang yang tebal dan tipis. Sehingga
akan menghasilkan ukuran-ukuran yang tidak tetap pada waktu laku pemesinan.
Guna memperbaiki dan menghaluskan struktur butiran dan membentuk struktur
mikro agar terbentuk butir halus dan seragam, sehingga pengaruh dari pengerjaan
dingin atau panas dapat dihilangkan, maka dilakukan normalisasi.
Prosedur pemanasan dilakukan dengan memanaskan baja hingga 800
900 0 C terganung dari kadar karbon, semakin tinggi kadar karbon akan lebih
rendah suhu pemanasanya, dengan kadar karbon dalam baja maksimum 0,83 %.
Selanjutnya menahan pada suhu tersebut selama 1 2 jam lalu didinginkan
sampai suhu + 60 0C karena pada suhu tersebut terjadi austenitisasi dalam daerah
austenit
murni.
Proses
selanjutnya
didinginkan
perlahan-lahan
dengan
Heat Treatment
| 7
Jenis
Percobaan
Nilai
Rata
Rata
Benda
Ke
kekerasan
RataNilai
RataNilai
HB
Kekerasan
Kekerasan
HB
HV
89,16
8,4
9000C
98,96
21,3
9000C
96,3
17,8
9000C
108,23
34,93
9000C
Kerja
ST 37
ST 60
ST 80
AM
86,9
90,6
90,0
99,9 NG
98,0 NG
99,0 NG
97,1 NG
95,0 NG
96,9 NG
107,1
109,0
108,6
Temperatur
ST 60
Percobaan 1
ST 80
Percobaan 2
AM
Percobaan 3
Heat Treatment
| 8
2.1.4 Furnace
Untuk keperluan pemanasan bahan dari proses perlakuan panas tersebut
digunakan dapur-dapur pemanas. Satu hal yang penting dari kondisi dapur
pemanas ini adalah pengukuran temperatur kerja harus secermat mungkin. Dapur
pemanas benda kerja pada proses perlakuan panas menggunakan sumber panas
dari listrik, minyak atau gas panas dari pembakaran kokas. Berikut ini ada
beberapa jenis dapur pemanas :
a. Dapur Pemanas Kamar
Dapur ini mempunyai ruangan bentuk kamar yang ditutup dengan
sebuah pintu. Didalam ruangan tersebut diletakan benda kerja yang
akan dipanaskan. Sedangkan diluar kamar dilengkapi dengan beberapa
alat pengatur panas dan pengontrol temperatur. Dapur pemanas kamar
dapat digunakan untuk segala macam pengolahan panas.
b. Dapur Sepuhan Garam
Dapur ini terdiri atas sebuah ruangan berbentuk bak atau bejana
berisi cairan garam yang dipanaskan dengan temperatur yang dapat
diatur dari tombol pengatur. Dalam cairan garam tersebut dimasukan
benda kerja yang akan disepuh, dengan tercelupnya benda keja
langsung ke dalam cairan garam tersebut, memungkinkan pemanasan
benda kerja dengan cepat dan merata serta terhindar dari oksidasi,
sebab tidak berhubungan dengan udara luar. Dapur ini dapat digunakan
untuk segala macam perlakuan panas.
c. Dapur Bak
Dapur ini berbentuk bak yang ditutup pada bagian atasnya.
Didalam bak tersebut dimasukan benda yang akan dipanaskan dan
panas yang dikenakan pada benda kerja dapat diatur atau diukur dari
peralatan pengatur. Dapur pemanas jenis ini terutama digunakan untuk
benda
kerja
yang
akan
dipijarkan
dan
dimurnikan.
Heat Treatment
| 9
Heat Treatment
| 10
Heat Treatment
| 11
Fase kristal dan besarnya butir yang terjadi akan membentuk sifat baja.
Apabila ferrit dan sementit didalam perlit berbutir besar, maka baja tersebut makin
lunak sebagai akibat pendinginan lambat. Sebaliknya baja menjadi semakin keras
apabila memiliki perlit berbutir halus yang diperoleh pada pendinginan cepat.
Baja dengan unsure paduan aluminium, vanadium, titanium dan zirkonim akan
cenderung memiliki kristal berbutir halus. Untuk memahami macam-macam fase
dan struktur kristal yang terjadi pada saat pendinginan dapat diamati dari diagram
TTT.
Fasa austenit stabil berada di atas suhu 770 C. pada suhu yang lebih rendah
akan terbentuk martensit dan mulai suhu tersebut martensit sudah tidak tergantung
pada kecepatan pendinginan. Struktur bainit akan terbentuk setelah terbentuknya
ferrit dan sementit. Jadi campuran antara ferrit dan sementit adalah bainit seperti
pada perlit. Perbedaan antara bainit dengan perlit adalah bentuknya halus
sedangkan perlit kasar. Diagram TTT dipengaruhi oleh kadar karbon dalam baja,
makin besar kadar karbonya maka diagramnya akan semakin bergeser kekanan,
demikian pula dengan unsure paduan lainya. Apabila baja dipanaskan sampai
terbentuknya austenit, pendinginan akan berlangsung terus menerus tidak
isotermal biarpun dilakukan dengan berbagai media pendingin.
2.2 Uji Keras
Kekerasan (Hardness) adalah salah satu sifat mekanik (Mechanical
properties) dari suatu material. Kekerasan suatu material harus diketahui
khususnya untuk material yang dalam penggunaanya akan mangalami pergesekan
(frictional force) dan deformasi plastis. Deformasi plastis sendiri suatu keadaan
dari suatu material ketika material tersebut diberikan gaya maka struktur mikro
dari material tersebut sudah tidak bisa kembali ke bentuk asal artinya material
tersebut tidak dapat kembali ke bentuknya semula. Lebih ringkasnya kekerasan
didefinisikan sebagai kemampuan suatu material untuk menahan beban identasi
atau penetrasi (penekanan).
Heat Treatment
| 12
Heat Treatment
| 13
Heat Treatment
| 14
Dimana,
HV = Angka kekerasan Vickers
F = Beban (kgf)
d = diagonal (mm)
Heat Treatment
| 15
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Pengujian Kekerasan (HARDNESS TEST)
Alat dan Bahan
Heat Treatment
| 16
Heat Treatment
| 17
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Hasil Percobaan
Dari hasil pengujian kekerasan yang dilakukan dengan variabel kondisi spesimen
benda uji sebelum dan setelah dilakukan perlakuan panas, didapatkan hasil
sebagai berikut:
4.1.1 Hasil Pengujian Kekerasan Sebelum Perlakuan Panas (Heat Treatment)
No.
Jenis Benda
Nilai
Nilai
Media
Kerja
Kekerasan
Kekerasan
Pendinginan
HB
HV
ST 37
87,6
6,1
2.
ST 60
88,8
8,4
3.
ST 80
90,4
9,75
AM
82,9
0,2
Jenis Benda
Nilai
Nilai
Media
Kerja
Kekerasan
Kekerasan
Pendinginan
HB
HV
ST 37
138
43,9
Air
2.
ST 60
210
54,27
Larutan
Garam
3.
ST 80
167
48,77
Oli
AM
215
54,56
Oli
Heat Treatment
| 18
Jenis Benda
Nilai
Nilai
Media
Kerja
Kekerasan
Kekerasan
Pendinginan
HB
HV
ST 37
104,5
28,57
Air
2.
ST 60
109,5
38,1
Larutan
Garam
3.
ST 80
108.5
33,87
Oli
AM
134,5
43,47
Oli
Jenis Benda
Nilai
Nilai
Media
Kerja
Kekerasan
Kekerasan
Pendinginan
HB
HV
ST 37
89,16
8,4
Air
2.
ST 60
98,96
21,3
Larutan
Garam
3.
ST 80
96,3
17,8
Oli
AM
109
34,93
Oli
Heat Treatment
| 19
250
200
Sebelum di proses
150
Hardening
Tempering
100
Normalizing
50
0
ST 37
ST 60
ST 80
AM
4.2 Pembahasan
4.2.1 Kekerasan Baja ST 37
Pada benda uji baja ST 37, rata-rata kekerasan dalam kondisi awal adalah
87,6 [HRB]. Kemudian dilakukan proses perlakuan panas hardening. Benda uji
dipanaskan hingga suhu 9000C dan didinginkan dalam media pendingin air. Hasil
dari proses Hardening adalah kekerasan benda uji rata-rata berubah menjadi 138
[HRB].
Kemudian dilakukan proses perlakuan panas tempering dengan tujuan
untuk melunakan kekerasan benda kerja setelah proses hardening. Benda uji
dipanaskan hingga suhu 5000C dan didinginkan dalam media pendingin air, hasil
dari proses tempering adalah kekerasan rata-rata benda uji berubah menjadi 104,5
[HRB].
Proses perlakuan panas yang terakhir adalah normalizing dengan tujuan
mengembalikan kekerasan benda uji seperti kondisi awal. Benda uji dipanaskan
hingga suhu 900 C dengan media pendingin udara. Hasil dari proses normalizing
adalah kekerasan rata-rata benda uji berubah menjadi 89,16 [HRB].
Heat Treatment
| 20
Heat Treatment
| 21
Heat Treatment
| 22
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil percobaan uji keras dengan variabel kondisi sebelum dan setelah
perlakuan panas yang telah dilakukan, maka didapatkan beberapa kesimpulan, sebagai
berikut:
Sifat benda uji akan berubah menjadi sangat keras apabila menggunakan cara
pendinginan cepat atau dengan media pendingin air.
Sifat benda uji akan berubah menjadi lebih lunak apabila menggunakan cara
pendinginan lambat atau dengan media pendinginan udara/oli.
Pendinginan dengan air akan membuat benda uji lebih cepat korosi.
Pendinginan dengan oli akan membuat benda warna benda menjadi lebih
gelap.
5.2 Saran
Ikutilah SOP dalam pengujian agar pengujian yang dilakukan sesuai dengan
prosedur dan aman.
Ketika menguji kekerasan benda harus dengan teliti agar mendapatkan hasil
yang bagus.
Heat Treatment
| 23