Anda di halaman 1dari 7

PENGARUH INTERIOR DISPLAY DAN STORE LAYOUT TERHADAP

PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM MEMILIH TEMPAT MAKAN DI AREA


KAMPUS ITB
Istivada

Ruly Dr. Ruly Darmawan, M.Sn

Program Studi Desain Interior, Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) ITB
Email : istivada@gmail.com
Kata kunci : interior display, store layout

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh interior display dan store layout terhadap pengambilan keputusan
pengunjung dalam menentukan dan memilih tempat makan di area kampus ITB. Analisa menggunakan survey dan
wawancara terhadap beberapa nara sumber. Hasil penelitian menunjukkan bahwa interior display berpengaruh secara
tidak langsung terhadap pengambilan keputusan dalam memilih tempat makan. Di antara dua variabel tersebut, store
layout merupakan variabel yang paling dominan mempengaruhi pengambilan keputusan costumer dalam memilih
tempat makan.

Abstrac
This study aimed to determine the effect of interior display and store layout to decision making visitors to pick and
choose where to eat. Analysis using interviews with several informants. Regression analysis was used to process the
data. The results showed that the interior display indirect effect on decision making in choosing where to eat. Among
these three variables, store layout is the most dominant variable influencing customer decision making in choosing
where to eat.

1. Pendahuluan
Bandung merupakan salah satu kota besar yang terus berkembang, laju pertumbuhan perekonomian serta perubahan
teknologi dan arus informasinya pun semakin cepat. Hal ini menjadi salah satu faktor pendorong terciptanya persaingan
ketat di dalam dunia bisnis. Pasar yang semakin dinamis, mengharuskan para pelaku bisnis untuk secara terus-menerus
berimprovisasi dan berinovasi dalam mempertahankan para pelanggannya.
Pertumbuhan bisnis makanan dan minuman masih tercatat sebagai pertumbuhan yang tinggi di berbagai belahan
dunia (Nonto, 2006). Berbagai outlet yang menawarkan produk makanan dan minuman dalam berbagai bentuk banyak
bermunculan, dari yang sederhana hingga yang mewah. Hal ini disebabkan karena makanan adalah salah satu
kebutuhan pokok yang harus dipenuhi manusia. Bila kita mengunjungi suatu daerah yang belum pernah dikunjungi, satu
hal yang tidak terlewatkan adalah mencicipi kuliner ataupun makanan khas daerah tersebut dengan suasana
Kota Bandung, oleh masyarakat luas dikenal sebagai Entertainment City (Kota Hiburan) menawarkan berbagai
macam pilihan hiburan wisata untuk semua kalangan tanpa batasan usia. Mulai dari wisata sejarah, wisata alam, wisata
belanja, hingga wisata kuliner ditawarkan di kota ini. Bisnis kuliner, merupakan jenis usaha yang banyak ditawarkan di
kota Bandung (Resti Meldarianda dan Henky Lisan S, 2004). Jika mengunjungi kota Bandung, banyak sekali tempat
makan dengan berbagai macam makanan yang ditawarkan dihampir setiap sudut kota. Banyak sekali rumah makan,
caffe ataupun restoran yang tidak hanya menawarkan makanan namun juga menawarkan suasana dengan menampilkan
interior display dan store layout yang menarik perhatian pengunjung yang datang. Dengan banyaknya persaingan
tempat makan di Bandung, beberapa tempat makan membuat beberapa pesaing bisnis ini mencoba menarik pelanggan
dengan berbagai pendekatan interior maupun eksterior.
Dari uraian diatas, penulis tertarik untuk meneliti mengenai pengaruh interior display dan store layout dalam
pengambilan keputusan untuk memilih tempat makan. Rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah
seberapa besar mengenai pengaruh interior display dan store layout dalam pengambilan keputusan untuk memilih
tempat makan? Berdasarkan perumusan masalah yang diajukan tersebut, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui pengaruh interior display dan store layout terhadap pengambilan keputusan pengunjung dalam menentukan
dan memilih tempat makan.

2. Proses Studi Kreatif


Kajian Pustaka
Dalam hal ini penulis membahas mengenai interior display serta store layout dan penyebab ketertarikan kostumer untuk
memutuskan memilih tempat makan. Hal-hal yang narik pengunjung untuk makan ditempat makan tersebut.
Teknik Pengambilan Sampel
Teknik yang digunakan untuk pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan metode non probability
sampling, dengan menggunakan teknik purposive sampling, yaitu pemilihan sampel dilakukan berdasarkan penilaian
atau pandangan dari peneliti berdasarkan tujuan dan maksud penelitian atau peneliti memilih sampel berdasarkan

kriteria tertentu (Hartono: 2004). Adapun kriteria yang dimaksud adalah seorang responden yang pernah mengunjungi
beberapa tempat makan di wilayah Bandung dengan memberikan beberapa pertanyaan mengenai ketertarikan terhadap
suatu tempat makan.

3. Hasil Studi dan Pembahasan


Store layout merujuk pada perlengkapan, alokasi ruang, pengelompokan produk, arus lalu lintas, departemen lokasi,
dan alokasi dalam departemen (Turley & Milliman, 2000). Pebisnis yang hendak menata sebuah store harus
memperhatikan tujuan yang ingin dicapai. Menurut Levy dan Weitz (2001) ada 3 hal yang harus diperhatikan dalam
menentukan suasana lingkungan store, yaitu:
1. Suasana lingkungan store harus konsisten dengan citra store dan strategi secara keseluruhan.
2. Menentukan pelanggan dalam pengambilan keputusan pembelian.
3. Biaya yang diperlukan agar sesuai dengan yang dianggarkan.
Store layout dapat mempengaruhi keadaan emosi pelanggan. Keadaan emosi pelanggan terdiri perasaan senang dan
perasaan yang dapat mem-bangkitkan keinginan, baik yang muncul secara psikologis ataupun keinginan yang bersifat
mendadak (impulsif) untuk melakukan pembelian. Turley dan Milliman (2000) menyatakan bahwa untuk mengukur
store layout digunakan indikator sebagai berikut:
a. Alokasi luas ruangan yang sesuai
b. Penempatan meja/kursi yang sesuai
c. Lokasi penempatan ruangan yang baik
Display merupakan salah satu dari alat promosi penjualan yang mempunyai fungsi untuk menarik perhatian
pelanggan agar dapat melakukan pembeli-an. Interior display meliputi display produk, poster, tanda-tanda, kartu,
teleteks pesan, dan hiasan dinding yang ditata sedemikian rupa dan berhubungan dengan efek ruang pajang. Istilah
"ruang pajang" digunakan untuk menggambarkan besarnya ruang yang di-alokasikan untuk suatu produk, efek dari
lokasi rak, atau efektivitas suatu tampilan produk sehingga efek dari rak, besar ruang dan lokasi penjualan saling
berkaitan atau ada hubungan positif antara ruang pajang dan unit penjualan (Turley & Milliman, 2000).
Lebih lanjut Turley dan Milliman (2000) menyatakan bahwa interior display yang baik secara signifikan dapat
memiliki efek pada pelanggan untuk melakukan pembelian. Hal ini dapat terjadi baik ketika kualitas produk setara
dengan pesaing. Bahkan ketika kualitas produk tidak setara dengan pesaing, interior display yang baik dan lengkap juga
dapat mempengaruhi pelanggan. Hal ini senada dengan pendapat Maruf (2006) bahwa keinginan untuk melakukan
pembelian dapat diciptakan melalui interior display yang menarik.
Untuk mengukur interior display digunakan indikator sebagai berikut (Turley & Milliman, 2000):
a. Perabotan yang menarik
b. Papan tanda yang menarik
c. Dekorasi dinding yang menarik
Orientasi belanja pelanggan (customer shopping orientation) yang lebih mementingkan hal-hal yang fungsional akan
memilih pusat perbelanjaan dengan beberapa pertimbangan baik dari lokasi yang mudah dicapai, memiliki lokasi parkir
yang strategis, barang yang dicari tersedia dengan lengkap, harga yang ditawarkan menarik, dan sebagainya. Menurut
Maruf (2006), orientasi belanja pelanggan yang berorientasi pada rekreasi lebih cenderung memilih pusat
perbelanjaan yang bergengsi, pilihan produk yang dijual banyak, suasana di outlet nyaman, memiliki visual
merchandising, fasilitas di dalam outlet, fasilitas kredit, dan sebagainya.
Turley dan Milliman (2000) menyatakan bahwa untuk mengukur customer shopping orientation dapat digunakan
indikator sebagai berikut:
a. Pelanggan membeli di store yang didasarkan pada gengsi.
b. Pelanggan membeli di store yang dianggap memiliki pengetahuan dan pengalaman tentang produk yang
bermerek.
c. Pelanggan membeli di store yang mementingkan kenyamanan.
Hampir setiap hari kita dihadapkan pada suatu keputusan untuk menentukan pilihan dalam membeli barang.
Hal ini yang kemudian ditangkap oleh para pengusaha karena penentuan pilihan sangat memengaruhi keberhasilan
produk yang ditawarkan. Industri-industri besar menghabiskan dana yang besar untuk melakukan penelitian untuk
mengetahui apa yang dibutuhkan oleh konsumen, dimana mereka membeli, berapa dan bagaimana mereka membeli,
kapan mereka dan mengapa mereka membeli. Untuk mendalami lebih lanjut mengenai perilaku konsumen, berikut ini
pengertian perilaku konsumen menurut beberapa ahli:
a) Menurut Wilkie (1994:14) perilaku konsumen merupakan aktivitas mental, emosi, dan fisik yang berpengaruh pada
saat orang memilih, membeli, menggunakan, dan membuang produk dan jasa setelah memuaskan kebutuhan dan
keinginannya.
b) Loudon dan Bitta (1993:6) perilaku konsumen yaitu proses pengambilan keputusan dan aktivitas fisik seseorang yang
mempengaruhinya saat mengevaluasi, menggunakan atau membuang produk dan jasa.
a. Faktor-faktor yang memengaruhi perilaku pembelian konsumen Perilaku konsumen selalu berubah-ubah, hal
tersebut dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya. Lingkungan sekitar mampu memengaruhi seseorang dalam bertindak
dan berperilaku. Latar belakang budaya, keluarga, pendidikan dan pergaulan juga dapat memengaruhi seseorang dalam
bertindak dan mengambil keputusan. Oleh karena itu perusahaan harus mampu selalu mengikuti perubahan perilaku

konsumen yang memengaruhi keputusan pembelian supaya produk yang dihasilkan selalu dapat diterima oleh
konsumen.
Perilaku konsumen menurut Kotler (2007:214) dipengaruhi oleh beberapa faktor utama. Faktor-faktor tersebut
terbentuk dari unsur-unsur yang lebih kecil yang membentuk satu kesatuan tentang bagaimana manusia berperilaku
dalam kehidupan ekonominya. Faktor-faktor tersebut antara lain:
1) Faktor Budaya
Faktor budaya memiliki pengaruh yang luas terhadap perilaku. Peran budaya, sub budaya, dan kelas sosial pembeli
sangatlah penting.
a) Budaya
Kebudayaan dikatakan sebagai suatu simbol dan fakta yang kompleks yang diciptakan oleh manusia dan diturunkan
dari generasi ke generasi sebagai penentu dan pengatur tingkah laku manusia dalam masyarakat yang ada.
b) Sub Budaya
Terdiri dari bangsa, agama, kelompok ras, dan daerah geografis. Banyak sub budaya yang membentuk segmen pasar
yang penting dan pemasaran sering merancang produk dan program pemasaran yang disesuaikan dengan kebutuhan
mereka.
c) Kelas Sosial
Divisi-divisi homogen didalam suatu masyarakat, dimana keluargakeluarga dan individu-individu dapat
diklasifikasikan untuk tujuantujuan kooperatif . Beberapa perusahaan eceran beroperasi secara efektif pada kelaskelas sosial tertentu dengan cara merencanakan perawatan barang dan jasa oleh kelas-kelas tersebut.
2) Faktor Sosial
a) Kelompok Acuan
Kelompok ini sangat berpengaruh dalam pembentukan perilaku dan opini yang memiliki dampak pada gaya hidup
yang dipilih seseorang. Kelompok acuan seseorang terdiri dari semua kelompok yang memiliki pengaruh secara
langsung atau tidak langsung terhadap sikap atau perilaku seseorang. Kelompok tersebut merupakan kelompok
keanggotaan yang terdiri dari:
(1) Kelompok Primer
Yaitu kelompok yang anggotanya berinteraksi dengan seseorang secara terus menerus dan informal. Sebagai
contoh: keluarga dan teman.
(2) Kelompok Sekunder
Cenderung lebih formula dan intensitas interaksinya tidak begitu sering. Sebagai contoh: kelompok keagamaan,
professional dan asosiasi perdagangan.
Seseorang sangat dipengaruhi kelompok acuannya dalam hal:
(1) Mereka menghadapkan seseorang pada perilaku dan gaya hidup baru.
(2) Mereka juga mempengaruhi perilaku dan konsep pribadi seseorang.
(3) Mereka menciptakan tekanan untuk mematuhi apa yang mungkin mempengaruhi pillihan produk dan merek
aktual seseorang. Seseorang juga dipengaruhi oleh kelompok diluar kelompok mereka seperti:
(1) Kelompok Aspirasional, yaitu kelompok yang ingin dimasuki oleh
seseorang.
(2) Kelompok Dissosiatif, yaitu kelompok dengan nilai atau perilaku yang ditolak oleh seseorang.
b) Keluarga
Keluarga dianggap sebagai salah satu kelompok yang paling berpengaruh dari semua kelompok acuan yang ada
karena perilaku terhadap toko dan produk dikembangkan didalam rumah tangga.
Dalam kehidupan pembeli, keluarga dapat dibedakan menjadi:
(1) Keluarga Orientasi
Terdiri dari orang tua dan saudara kandung seseorang. Dari orang tua seseorang mendapat orientasi atas, agama,
politik, dan ekonomi serta ambisi pribadi, harga diri dan cinta.
(2) Keluarga Prokreasi
Yaitu pengaruh yang lebih langsung terhadap perilaku pembelian seseorang, seperti pasangan dan anak-anak
seseorang.
c) Peran dan Status
Seseorang berpartisipasi dalam banyak kelompok sepanjang hidupnya di dalam keluarga, klub dan organisasi. Posisi
seseorang dalam tiaptiap kelompok dapat didefinisikan dalam peran dan status. Peran meliputi kegiatan yang
diharapkan akan dilakukan oleh seseorang.
Setiap peran pasti memiliki status sebagai suatu bagian.
3) Faktor Pribadi
a) Usia dan Tahap siklus Hidup
Orang membeli barang dan jasa yang berbeda sepanjang hidupnya selera orang terhadap suatu barang juga
berhubungan dengan usianya.
b) Pekerjaan
Suatu pemahaman atas tipe-tipe pekerjaan memberikan pandangan ke dalam kebutuhan konsumen. Pergantian
pekerjaan menyebabkan perubahan-perubahan pada perilaku pembelanjaan.
c) Keadaan Ekonomi

Keadaan ekonomi sangat mempengaruhi pilihan seseorang terhadap produk. Keadaan ekonomi terdiri dari
penghasilan yang dapat dibelanjakan (tingkat, kestabilan, pola waktu), tabungan dan aktivitas, serta sikap atas belanja
atau menabung.
d) Gaya Hidup
Merupakan salah satu cara bagi seseorang untuk mengaktualisasikan diri. Gaya hidup juga merupakan
cerminan pribadi seseorang dimana perilaku yang muncul dipengaruhi oleh kelompok acuan, pribadi dan tuntutan akan
aktualisasi diri.
e) Kepribadian dan Konsep Diri
Definisi kepribadian menurut Engel, Blackwell dan Miniard (1997:367) adalah: Respon yang konsisten
terhadap stimuli lingkungan perilaku konsumen. Kepribadian merupakan karakteristik psikologis yang berbeda dari
seseorang yang menyebabkan tanggapan yang relatif konsisten dan bertahan lama terhadap lingkungannya. Kepribadian
biasanya dijelaskan dengan ciri-ciri seperti kepercayaan diri, dominasi, ketaatan, kemampuan beradaptasi.
4) Faktor Psikologis
a) Motivasi
Menurut Sciffman dan Kanuk (1991:69), motivation can be decribe as driving force within individuals that
impuls them to action. Motivasi bisa diartikan sebagai kekuatan penggerak dalam diri individu yang memaksanya
untuk bertindak. Seseorang memiliki banyak kebutuhan pada waktu tertentu. Beberapa kebutuhan bersifat biogenis,
yaitu muncul dari tekanan biologis (contoh: lapar, haus). Kebutuhan lain bersifat psikogenis, yaitu muncul dari tekanan
psikologis (contoh: kebutuhan akan penghargaan, rasa memiliki). Pada umumnya kebutuhan psikogenis tidak cukup
kuat untuk memotivasi orang agar bertindak dengan segera. Kebutuhan tersebut akan menjadi motif jika dia didorong
sampai mencapai tingkat intensitas yang memadai. Berbeda dengan kebutuhan yang bersifat biologis, pada umumnya
kebutuhan ini langsung menimbulkan reaksi
yang segera.
b) Pembelajaran
Winardi (1991:130) mengatakan bahwa belajar adalah: Memperoleh dan memiliki sesuatu hal yang
sebelumnya belum dimiliki.
Pembelajaran meliputi perubahan dalam perilaku seseorang yang timbul dari pengalaman. Pembelajaran
dihasilkan melalui perpaduan dari dorongan, rangsangan, petunjuk, tanggapan dan penguatan.
c) Persepsi
Winardi (1991:123) mengatakan bahwa persepsi adalah: Proses menafsirkan sensasi-sensasi dan memberikan
arti pada stimuli. Jika seseorang telah termotivasi ia akan siap untuk bertindak dan dipengaruhi oleh persepsinya
terhadap situasi tertentu. Persepsi merupakan proses bagaimana seseorang individu memilih, mengorganisasikan, dan
menginterpretasikan masukan-masukan informasi untuk menciptakan gambaran dunia yang memiliki arti.
d) Sikap dan Keyakinan
Sikap dan keyakinan muncul dari proses bertindak dan belajar yang kemudian memengaruhi perilaku
pembelian mereka. Seperti yang dijelaskan Sciffman dan Kanuk (1991:227) an attitude is a learned persdiposition to
behave in aconsistenly favorable or unfovarable way with respect to a given object. Dari definisi diatas sikap adalah
kecenderungan untuk bertindak dalam suatu maksud yang konsisten untuk menerima atau menolak suatu objek atau ide
yang ditawarkan.
Keyakinan adalah pemikiran deskriptif yang dianut seseorang mengenai suatu hal. Sedang sikap adalah
evaluasi perasaan emosional dan kecenderungan tindakan yang menguntungkan dan bertahan lama dari seseorang
terhadap beberapa objek atau gagasan sikap mengarahkan orang-orang berperilaku secara cukup konsisten terhadap
objek yang serupa.
Proses Pembuatan Keputusan Pembelian Konsumen
Pemahaman kebutuhan dan proses pembelian konsumen adalah sangat penting dalam membangun strategi
pemasaran yang efektif. Dengan mengerti bagaimana pembeli melalui proses pengenalan masalah, pencarian informasi,
mengevaluasi alternatif, memutuskan membeli, dan perilaku setelah membeli para pemasar dapat mengambil isyaratisyarat penting bagaimana memenuhi kebutuhan pembeli. Menurut Setiadi (2008:416), keputusan pembelian merupakan
perilaku konsumen dalam memperlakukan pengambilan keputusan konsumen sebagai pemecahan masalah yang
dihadapinya. Menurut Kotler dan Keller (2009:234) keputusan pembelian merupakan proses psikologis dasar ini
memainkan peran penting dalam memahami bagaimana konsumen secara aktual mengambil keputusan pembelian. Para
pemasar harus memahami setiap sisi perilaku konsumen. Para konsumen melewati lima tahap proses pembelian, yaitu
pengenalan masalah, pencarian informasi,evaluasi alternatif, keputusan pembelian, dan perilaku pascapembelian.
1) Tahap-Tahap Keputusan Pembelian
Menurut Kotler dan Keller (2009:235) proses keputusan pembelian terdiri dari lima tahap, yaitu pengenalan
masalah, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian dan perilaku pasca pembelian.
a) Pengenalan Masalah
Proses pembelian dimulai ketika pembeli mengenali masalah atau kebutuhan tersebut dapat dicetuskan oleh
rangsangan internal atau eksternal. Para pemasar perlu mengidentifikasi keadaan yang memicu kebutuhan tertentu.
Dengan mengumpulkan informasi dari sejumlah konsumen, para pemasar dapat mengidentifikasi rangsangan yang
paling sering membangkitkan minat akan kategori produk tertentu. Para pemasar kemudian dapat menyusun strategi
pemasaran yang mampu memicu minat konsumen.
b) Pencarian Informasi

Konsumen yang terangsang kebutuhannya akan terdorong untuk mencari informasi yang lebih banyak. Yang
menjadi perhatian utama pemasar adalah sumber-sumber informasi utama yang menjadi acuan konsumen dan pengaruh
relatif tiap sumber tersebut terhadap keputusan pembelian selanjutnya. Sumber informasi konsumen digolongkan ke
dalam empat kelompok:
(1) Sumber pribadi (keluarga, teman, tetangga, kenalan)
(2) Sumber komersial (iklan, wiraniaga, penyalur, kemasan, pajangan di
toko)
(3) Sumber publik (media massa, organisasi penentu peringkat konsumen)
(4) Sumber pengalaman (penanganan, pengkajian, dan pemakaian produk) Jumlah dan pengaruh relatif
sumber-sumber informasi itu berbeda-beda bergantung pada kategori produk dan karakteristik pembeli. Melalui
pengumpulan informasi, konsumen tersebut mempelajari merek-merek yang bersaing serta fitur merek tersebut.
c) Evaluasi Alternatif
Terdapat beberapa proses evaluasi keputusan, dan model-model terbaru memandang proses evaluasi konsumen
sebagai proses yang berorientasi kognitif, yaitu model tersebut menganggap konsumen membentuk penilaian atas
produk dengan sangat sadar dan rasional. Beberapa konsep dapat membantu memahami proses evaluasi konsumen.
Pertama, konsumen berusaha memenuhi kebutuhan. Kedua, konsumen mencari manfaat tertentu dari solusi produk.
Ketiga, konsumen memandang masing-masing produk sebagai sekumpulan atribut dengan kemampuan yang berbedabeda dalam memberikan manfaat yang digunakan untuk memuaskan kebutuhan itu. Atribut yang diminati oleh pembeli
berbedabeda tergantung jenis produknya.
d) Keputusan Pembelian
Dalam tahap evaluasi, konsumen membentuk preferensi atas merek-merek yang ada di dalam kumpulan
pilihan. Konsumen tersebut juga dapat membentuk niat untuk membeli merek yang paling disukai. Namun, dua faktor
yang berada diantara niat pembeli dan keputusan pembelian, yaitu:
(1) Sikap orang lain
Semakin gencar sikap negatif orang lain dan semakin dekat orang lain tersebut dengan konsumen, konsumen
akan semakin mengubah niat pembeliannya. Keadaan sebaliknya juga berlaku.
(2) Faktor situasi yang tidak terantisipasi
Faktor ini dapat muncul dan mengubah niat pembelian. Hal ini terjadi mungkin karena konsumen kehilangan
pekerjaan, beberapa pembelian lain yang lebih mendesak, atau pelayanan toko yang dapat mengurungkan niat
pembelian.
e) Perilaku Pasca Pembelian
Setelah membeli produk konsumen akan mengalami level kepuasan atau ketidakpuasan tertentu.
(1) Ketidakpuasan pasca pembelian
Kepuasan pembeli merupakan fungsi dari seberapa dekat harapan pembeli atas produk dengan kinerja yang
dipikirkan pembeli atas produk tersebut. Jika kinerja produk lebih rendah daripada harapan, pelanggan akan kecewa,
jika ternyata sesuai harapan pelanggan akan puas dan jika melebihi harapan, pembeli akan sangat puas.
(2) Tindakan pasca pembelian
Kepuasan dan ketidakpuasan terhadap produk akan mempengaruhi perilaku konsumen selanjutnya. Jika
konsumen tersebut puas, ia akan menunjukkan kemungkinan yang lebih tinggi untuk membeli kembali produk tersebut.
(3) Pemakaian dan pembuangan pasca pembelian
Jika para konsumen menyimpan produk itu ke dalam lemari untuk selamanya, produk tersebut mungkin tidak
begitu memuaskan, dan kabar dari mulut ke mulut tidak akan gencar. Jika para konsumen tersebut menjual atau
mempertukarkan produk tersebut, penjualan produk baru akan menurun. Para konsumen dapat juga menemukan
kegunaan baru produk tersebut. Jika para konsumen membuang produk tertentu, pemasar harus mengetahui cara mereka
membuangnya, terutama jika produk tersebut dapat merusak lingkungan.

Gambar 1. Skema Tahapan Pembelian


Sumber: Kotler dan Keller (2009:235)
Disekitar area kampus itb terdapat banyak sekali tempat makan. Tempat makan tersebut tidak hanya diperuntukkan oleh
mahasiswa itb namun juga karyawan serta orang yang akan makan. Ada tiga tempat makan yang akan dibahas yaitu
kantin area gelap nyawang, warung pasta, serat kantin di kampus ITB sendiri yaitu kantin IWK, kantin yang terletak di
area dekat GKU Barat.

Gambar 2. Kantin IWK Labtek dekat GKU Barat


Sumber. Nicilicil.wordpres.com

Gambar 3. Warung Pasta


Sumber. www.ceritaperut.com

Gambar 4. Gelapnyawang
Sumber. bangakrie.wordpress.com
Dapat dilihat dari gambar, store layout sangat berbeda. Untuk kantin IWK, alokasi luas ruangan kurang ditata
dengan baik sehingga jarak antar meja sangatlah berdekatan bahkan untuk duduk disudut sangatlah sulit karena harus
melewati beberapa kursi lain yang mengalangi dengan jarak untuk melewatinya sangatlah sempit. Hal tersebut
menyebabkan penempatan meja/kursi yang kurang sesuai karena sesuai sehingga jarak teritori mengecil membuat orang
yang makan ditempat tersebut tidak mendapatkan privasi. Lokasi kantin ini penempatan ruangan terletak diselasar
Labtek yang kecil dan sempit sehingga pemilik sedikit kesulitan untuk penataan furniture tersebut. Kantin ini termasuk
tempat makan yang sangat bersih dan servis yang cepat tidak seperti di gelap nyawang yang terkesan kotor apalagi pada
saat hujan, air yang menggenang membuat gelap nyawang terlihat kotor.
Disepanjang jalan gelap nyawang, banyak sekali makanan-makanan yang disajikan.disana merupakan salah
satu tempat yang ramai dikunjungi oleh mahasiswa serta karyawan dan juga pelajar untuk makan siang serta berkumpul
dan berincang-bincang. Untuk lokasi tempat makan ini terletak di pedestrian sepanjang jalan gelap nyawang. Alokasi
luas ruang yang setengah berbilik-bilik ini memberikan batas yang jelas antara pemjual di daerah gelap nyawang. Jarak
antar kursi dan meja ditata dengan jarak yang masih bisa dilalui, tidak seperti di area kantin IWK yang relatif sempit.
Masih ada banyak space ataupun ruang personal karena jarak antar kursi yang sesuai. Penempatan kursi yang
memanjang membuat suasana tempat makan yang intim tidak terlalu dekat ataupun jauh. Orang cenderung datang
beramai-ramai dan berkelompok untuk makan ditempat ini dan biasa menjadikan tempat nongkrong dan tempat
berkumpul muda-mudi bandung untuk makan ataupun berbincang-bincang.
Warung pasta merupakan tempat makan yang ramai dikunjungi baik mahasiswa, karyawan ataupun keluarga.
Ditempat ini juga merupakan tempat makan yang ramai dikunjungi. Bahkan banyak keluarga makan ditempat ini.
Lokasi tempat makan warung pasta terletak dipedestrian dekat kampus itb sebelah timur. Tempat ini dahulu merupakan
bekas rumah lama yang kemudian dijadikan retail atau tempat makan. Di warung pasta terdapat beberapa area, ada yang
terdapat diteras dan di dalam. Didalam pun terbagi beberapa area atau beberapa seat duduk. Rata-rata empat sampai
lebih seat dengan penataan yang erbeda-beda. Jarak antar kursi relatif jauh tergantung dari area tersebut.

Gambar 5. Warung Pasta Bagian Luar


Sumber. Haphap.com

Gambar 6. Warung Pasta Main Enterance


Sumber. Haphap.com

Untuk interior display,dapat dilihat melalui perabotan yang digunakan seperti di kantin IWK hanya terdapat
satu jenis tempat duduk yang kurang nyaman karena material yang keras yaitu besi sebagai tempat duduk dan meja.
Meja di tempat makan ini juga kurang nyaman karena kurang ergonomi. Meja terlalu tinggi untuk digunakan sebagai
meja makan. Papan tanda disekitar kantin IWK sangat sedikit bahkan kurang namun etalase makanan dari jauh sudah
terlihat sehingga orang tertarik melihat menu yang ditawarkan dengan display makanan yang bejajar disana. Kurang
adanya dekorasi yang menarik pelanggan karena lokasi kantin yang terletak diselasar labtek membuatnya terbatas untuk
memberikan hiasan. Hanya berupa partisi yang sebagai pembatas sekaligus menarik perhatian orang yang melewati
tempat tersebut.
Di gelap nyawang juga hanya menggunakan satu jenis furniture namun berupa kayu yang lebih nyaman.
Beberapa sign system penunjuk dan menu masakan serta foto-foto masakan berjajar di sepanjang jalan. Di sini sangatlah
disayangkan untuk penataan display makanan karena tidak dimaksimalkan dengan baik. beebrapa tempat tidak
memberikan gambaran makanan yang baik dietalase makanannya sehingga orang terkesan bingung untuk memilih
makanan disana. Hanya makanan yang direkomendasikan teman ataupun yang biasa dimakan yang akan dibeli. Untuk
hiasan dinding, menggunakan partisi bambu dan untuk beberapa waktu selalu berganti warna cat.
Berbeda dengan tempat lain, warung pasta merupakan tempat makan yang menggunakan jenis kursi yang
beraneka ragam seperti dilihat digambar. Disesuaikan dengan area yang digunakan. Ada sofa, ada juga yang
menggunakan rotan. Jenisnya pun berbeda, ada yang kursi santai ada juga yang kursi makan hal ini membuat kostumer
dapat memilih tempat duduk secara leluasa untuk makan ditempat ini.dapat dilihat digambar terdapat beberapa tanda
yang cukup menarik dilihat dari luar seperti kain-kain berwarna merah dan kuning terletak di teras depan warung pasta
yang dapat dilihat dari luar yang dapat menarik pelanggan untuk setidaknya melihat dan membuat orang tertarik untuk
masuk dan memesan makanan ataupun hanya minuman saja. Untuk pernak pernik dinding hanya berupa jendela
gambar-gambar kecil serta jendela lama yang memberikan kesan rumah tempo dulu.
Menurut hasil wawancara, orang makan tidak hanya sekedar menikmati hidangan namun juga terdapat
beberapa faktor seperti berkumpul dengan teman dan berbagi suka dan duka. Ada juga yang berbagi cerita bertemu
dengan kawan lama, ada pula untuk dijadikan cerita yang menarik dari segi situasi dan kondisi yang ada. Wawancara
dilakukan pada mahasiswa itb dengan rentang usia 20an laki-laki maupun perempuan. Dari hasil wawancara interior
display seara tidak langsung membuat seseorang setidaknya tertarik untuk melihat karena penataanya yang rapi ataupun
sesuai dengan selera.

4. Penutup / Kesimpulan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa interior display berpengaruh secara tidak langsung terhadap pengambilan
keputusan dalam memilih tempat makan. Di antara dua variabel tersebut, store layout merupakan variabel yang paling
dominan mempengaruhi pengambilan keputusan costumer dalam memilih tempat makan.

5. Daftar Pustaka
Fransisca, Andreani, Monika Kristanti, Adiguna Yapola. 2013. Pengaruh Store Layout, Interior Display, Human
Variable Terhadap Customer Shopping Orientation Di Restoran Dewandaru Surabaya. Jurnal Manajemen dan
Kewirausahaan Universitas Petra Christian Surabaya, 15:65-74.
Noviyanti, Desri, Yunelly Asra, MM., Rosmida, SE. Pengaruh Layout Toko Terhadap Keputusan Pembelian
Konsumen (Studi Kasus Pada Konsumen Centermart Bengkalis). Karya Ilmiah Administrasi
Bisnis Universitas Bengkalis.
Stiefi, Deswitha Arvinci. 2012. Pengaruh Store Layout Terhadap Minat Beli (Studi pada Toko Sepatu Payless di
Margocity). Skripsi Administrasi Niaga Universitas Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai