DEFINISI DIARE
Diare adalah buang air besar atau defekasi dengan tinja berbentuk cair atau
setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya dan
terkadang lebih dari 3 kali sehari. Diare dibagi dalam diare akut dan diare
kronis
(Wawan,
2013;
Adyanastri,
2012).
Buang
air
besar
encer
2.
EPIDEMIOLOGI
Menurut Zein (2004) diare akut merupakan masalah umum ditemukan
histolytica. Disentri berat umumnya disebabkan oleh Shigella dysentery, kadangkadang dapat juga disebabkan oleh Shigella flexneri, Salmonella dan
Enteroinvasive E.coli ( EIEC). Beberapa faktor epidemiologis penting dipandang
untuk mendekati pasien diare akut yang disebabkan oleh infeksi. Makanan atau
minuman terkontaminasi, berpergian, penggunaan antibiotik, HIV positif atau
AIDS, merupakan petunjuk penting dalam
3.
PENYEBAB
Menurut Sinthamurniwaty (2006) secara klinis penyebab diare dapat
mengenal penyebab diare yang disebabkan infeksi dan keracunan adalah sebagai
berikut:
Infeksi :
Bakteri (Shigella, Salmonella, E.Coli, Golongan vibrio, Bacillus Cereus,
Clostridium
perfringens,
Staphilococ
Usaurfus,
Camfylobacter,
Aeromonas)
Virus (Rotavirus, Norwalk + Norwalk like agent, Adenovirus)
Parasit (Protozoa : Entamuba
Histolytica,
Giardia
Lambia,
Perfringens)
Keracunan :
Keracunan bahan-bahan kimia
Keracunan oleh racun yang dikandung dan diproduksi : 1) Jazad renik,
Algae Ikan, 2) Buah-buahan, Sayur-sayuran
4.
PENULARAN
Penularan diare terjadi karena kontak dengan tinja yang terinfeksi secara
langsung, seperti :
Makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi, baik yang sudah
dicemari oleh serangga atau kontaminasi oleh tangan yang kotor.
Bermain dengan mainan yang terkontaminasi, apalagi pada bayi lebih sering
memasukkan tangan, mainan, atau apapun kedalam mulutnya. Karena virus
ini dapat bertahan di permukaan udara sampai beberapa hari.
Penggunaan sumber air yang sudah tercemar dan tidak memasak air dengan
benar.
Pencucian dan pemakaian botol susu yang tidak bersih
5.
PATOFISIOLOGI
Menurut Adyanastri (2012) diare dapat disebabkan oleh satu atau lebih
ini akan
Penyebab dari diare tipe ini antara lain karena efek enterotoksin pada infeksi
Vibrio cholerae, atau Escherichia coli,Yang khas pada diare tipe sekretorik secara
klinis ditemukan diare dengan volume tinja yang banyak sekali. Penyebab
dari diare ini antara lain karena efek enterotoksin pada infeksi Vibrio cholera,
atau Eschersia colli. Malabsorbsi asam empedu, malabsorbsi lemak: diare tipe
ini didapatkan pada gangguan pembentukan atau produksi micelle empedu dan
penyakit-penyakit saluran bilier hati (Wawan, 2013).
Defek sistem pertukaran anion/transpor elektrolit aktif di enterosit; diare
tipe ini disebabkan adanya hambatan mekanisme transport aktif NA + K+ ATP
ase di enterosit dan diabsorbsi Na+ dan air yang abnormal (Adyanastri, 2012).
Motilitas dan waktu transit usus abnormal: diare tipe ini disebabkan
hipermotilitas dan iregularitas motilitas usus sehingga menyebabkan absorpsi
yang abnormal di usus halus. Penyebab gangguan motilitas antara lain: diabetes
melitus, pasca vagotomi, hipertiroid. Gangguan permeabilitas usus: diare tipe
ini
disebabkan
permeabilitas
usus
yang
abnormal
disebabkan
adanya
usus
(diare
inflamatorik):
diare
tipe
ini
disebabkan
adanya
yang berlebihan
dan
eksudasi air
Inflamasi mukosa
usus
halus
dapat
(diiringi
oleh
air,
ion
kalium
dan
ion bikarbonat,
klorida.
6.
GAMBARAN KLINIS
Menurut Zein (2004) diare akut karena infeksi dapat disertaikeadaan
yang
mengakibatkan
penurunan
pH
darah.
Penurunanini
akanmerangsang pusat pernapasan sehingga frekwensi nafas lebih cepat dan lebih
dalam(kussmaul).
Reaksi
ini
adalah
usaha
tubuh
untuk
mengeluarkan
kardiovaskular
beruparenjatan dengan
pada
hipovolemik
yang
berat
dapat
menurun sampai tidak terukur. Pasien mulai gelisah, muka pucat, ujung-ujung
ekstremitas dingin dan kadang sianosis. Karena kehilangan kaliumpada diare akut
juga dapat timbul aritmia jantung. Penurunan tekanan darah akan menyebabkan
perfusi ginjal menurun dan akan timbul anuria. Bila keadaan ini tidak segera
diatasi akan timbul penyulit berupa nekrosis tubulus ginjal akut, yang berarti pada
saat tersebut kita menghadapi gagal ginjal akut. Bila keadaan asidosis metabolik
menjadi lebih berat, akanterjadi kepincangan pembagian darah dengan pemusatan
yang lebih banyak dalamsirkulasi paru-paru. Observasi ini penting karena dapat
menyebabkan edema paru pada pasien yang menerimarehidrasi cairan intravena
tanpa alkali.
7.
DIAGNOSIS
Menurut Wawan (2013) Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis,
Anamnesis
Pasien dengan diare akut datang dengan berbagai gejala klinik
pusing kepala. Dehidrasi menurut keadaan klinisnya dapat dibagi atas tiga
tingkatan:
Dehidrasi ringan (hilang cairan 2 3% BB): gambaran klinisnya turgor
kurang, suara serak, pasien belum jatuh dalam presyok.
Dehidrasi sedang (hilang cairan 5 8% BB): turgor buruk, suara serak,
pasien jatuh dalam presyok atau syok, nadi cep at, napas cepat dan dalam.
Dehidrasi berat (hilang cairan 8 10% BB): tanda dehidrasi sedang
ditambah kesadaran menurun (apatis sampai koma), otot-otot kaku, sianosis.
Pemeriksaan fisik
Kelainan-kelainan yang ditemukan pada pemeriksaan fisik sangat
berguna dalam menentukan beratnya diare dari pada menentukan penyebab diare.
Status volume dinilai dengan
memperhatikan
perubahan
ortostatik
pada
tekanan darah dan nadi, temperatur tubuh, dan tanda toksisitas. Pemeriksaan
abdomen yang seksama merupakan hal yang penting.
Pemeriksaan penunjang
Pada pasien yang mengalami dehidrasi berat atau toksisitas berat atau
diare berlangsung
lebih
dari
beberapa
hari,
diperlukan
pemeriksaan
dan
kreatinin,
immunosorbent
pemeriksaan
assay (ELISA)
tinja,
pemeriksaan
mendeteksi
giardiasis dan
Enzym-linked
tes
serologi
amebiasis, dan foto x-ray abdomen. Pasien dengan diare karena virus,
biasanya mempunyai jumlah dan hitung jenis leukosit yang normal atau
limfositosis. Pasien dengan infeksi bakteri terutama bakteri yang invasif ke
mukosa,
memiliki leukositosis
dengan
kelebihan
darah
putih
muda.
Pasien
untuk pengukuran
toksin clostridium
difficile. Rektoskopi
atau
8.
PENATALAKSANAAN
atau
laktat
Ringer
harus
diberikan
dengan
suplementasi
Anti biotik
Pemberian antibotik secara empiris jarang diindikasikan pada diare akut
infeksi,
karena 40% kasus diare infeksi sembuh kurang dari 3 hari tanpa
enkephalina
namahidrasec sebagai generasi pertama jenis obat baru anti diare yang dapat
pula digunakan lebih aman pada anak (Zein et al,., 2004).
Kelompok opiat
Dalam kelompok ini tergolong kodein fosfat, loperamid HCl serta
kombinasi difenoksilat dan atropin sulfat (lomotil).Penggunaan kodein
adalah15-60mg 3x sehari, loperamid 2 4 mg/ 3 4x sehari dan lomotil 5mg 3
4 x sehari. Efek kelompok obat tersebut meliputi penghambatan propulsi,
peningkatan absorbsi cairan sehingga dapat memperbaiki konsistensi feses dan
mengurangi frekwensi diare. Bila diberikan dengan cara yang benar obat ini
cukup aman dan dapat mengurangi frekwensi defekasi sampai 80%. Bila diare
akut dengan gejala demam dan sindromdisentri obat ini tidak dianjurkan (Zein et
al,., 2004).
Kelompok absorbent
Arang aktif, attapulgit aktif, bismut subsalisilat, pektin, kaolin, atau smektit
diberikan atas dasar argumentasi bahwa zat ini dapat menyeap bahan infeksius
atau toksin-toksin. Melalui efek tersebut maka sel mukosa ususterhindar kontak
langsung dengan zat-zat yang dapat merangsang sekresi elektrolit (Zein et al,.,
2004).
Zat Hidrofilik
Ekstrak tumbuh-tumbuhan yang berasal dari Plantago oveta,
Psyllium,
cerna akan
danreseptor
saluran
cerna.
Syarat
penggunaan
dan
keberhasilan
Obat antimikroba.
Pengobatan empirik tidak dianjurkan pada semua pasien. Pengobatan
9.
KOMPLIKASI
Menurut Zein (2004) kehilangan cairan dan kelainan elektrolit merupakan
komplikasi utama, terutama pada usia lanjut dan anak-anak. Pada diare akut
karena kolera kehilangan cairan secara mendadak sehingga terjadi shock
hipovolemik yang cepat. Kehilangan elektrolit melalui feses potensial mengarah
ke hipokalemia dan asidosis metabolik.
Pada kasus-kasus yang terlambat meminta pertolongan medis, sehingga
syok hipovolemik yang terjadi sudah tidak dapat diatasi lagi maka dapat timbul
Tubular Nekrosis Akut pada ginjal yang selanjutnya terjadi gagal multi organ.
Komplikasi ini dapat juga terjadi bila penanganan pemberian cairan tidak adekuat
sehingga tidak tecapai rehidrasi yang optimal. Haemolitycuremic Syndrome
(HUS) adalah komplikasi yang disebabkan terbanyak oleh EHEC. Pasien dengan
HUS menderita gagal ginjal, anemia hemolisis, dan trombositopeni 12-14 hari
setelah diare. Risiko HUS akan meningkat setelah infeksi EHEC dengan
penggunaan obat anti diare, tetapi penggunaan antibiotik untuk terjadinya HUS
masih kontroversi.
Sindrom Guillain Barre, suatu demielinasi polineuropati akut, adalah
merupakan komplikasi potensial lainnya dari infeksi enterik, khususnya setelah
infeksi C. Jejuni. Dari pasien dengan Guillain Barre, 20 40 % nya menderita
infeksi C. Jejuni beberapa minggu sebelumnya. Biasanya pasien menderita
kelemahan motorik dan memerlukan ventilasi mekanis untuk mengaktifkan otot
pernafasan. Mekanisme dimana infeksi menyebabkan Sindrom Guillain
Barretetap belum diketahui. Artritis pasca infeksi dapat terjadi beberapa minggu
setelah penyakit diare karena Campylobakter, Shigella, Salmonella,atauYersinia
spp.
10.
PROGNOSIS
Dengan penggantian Cairan yang adekuat,perawatan yang mendukung, dan
baik dengan
penyakit, morbiditas dan mortalitas ditujukan pada anak-anak dan pada lanjut
usia. Di Amerika Serikat, mortalits berhubungan dengan diare infeksius < 1,0 %.
Pengecualiannya pada infeksi EHEC dengan mortalitas 1,2 % yang berhubungan
dengan sindromuremik hemolitik (Zein et al,., 2004).
11.
PENGENDALIAN
Karena penularan diare menyebar melalui jalur fekal-oral, penularannya
dapat dicegah dengan menjaga higiene pribadi yang baik. Ini termasuk sering
mencuci tangan setelah keluar dari toilet dan khususnya selamamengolah
makanan. Kotoran manusia harus diasingkan dari daerah pemukiman, dan hewan
ternak harus terjaga dari kotoran manusia (Zein et al,., 2004).
Karena makanan dan air merupakan penularan yang utama, ini harus
diberikan perhatian khusus. Minumair, air yang digunakan untuk membersihkan
makanan, atau air yang digunakan untuk memasak harus disaring dan diklorinasi.
Jika ada kecurigaan tentang keamanan air atau air yang tidak dimurnikan yang
diambil
dari
danau
atau
air,
harus
direbus
dahulu
beberapa
menit
tersedia adalah untuk V. colera, dan demamtipoid. Vaksin kolera parenteral kini
tidakbegitu efektif dan tidak direkomendasikan untuk digunakan. Vaksin
oralkolera terbaru lebih efektif, dan durasi imunitasnya lebih panjang. Vaksin
tipoid parenteral yang lamahanya 70 % efektif dan sering memberikan efek
samping. Vaksin parenteral terbaru juga melindungi 70 %, tetapi hanya
memerlukan 1 dosis dan memberikan efek samping yang lebih sedikit. Vaksin
tipoid oral telah tersedia, hanya diperlukan 1 kapsul setiap dua hari selama4 kali
dan memberikan efikasi yang mirip dengan dua vaksin lainnya (Anonim, 2010).