Asfdsf
Asfdsf
Asfdsf
Tanggung Jawab dalam Berfikir Kritis, Bersikap dan Bertindak sesuai Ajaran
Agama
1.
a.
Islam memerintahkan umatnya untuk berfikir dan mencari ilmu agar mendapat
kebahagiaan dunia maupun akhirat. Ilmu yang terkandung dalam Al-Quran
adalah ilmu yang berhubungan dengan ilmu kemasyarakatan. Kita dianjurkan
untuk berfikir kritis dan jernih dalam menghadapi suatu masalah, karena
apapun yang dihadapi manusia pasti ada solusinnya.
Sedangkan dalam rangka mempelajari dan mengajarkan Al-Quran serta alam
raya dan isinya dalam dunia pendidikan islam terkenal dengan sebutan
Adabud Dunya dan Adabud Din,dengan penjelasan sebagai berikut:
Pertama, Adabud Dunya merupakan tata cara dan aturan yang mengatur
bagaimana orang dapat memperoleh kebutuhan dunia dengan baik.
Kedua, Adabud Din merupakan tata cara dan aturan yang mengatur bagaimana
orang dapat mendapatkan kebutuhan akhirat dengan baik,sesuai firman
Allah SWT,
Artinya: Dan diantara mereka ada yang berdoa,Ya Tuhan kami,berilah kebaikan
didunia dan kebaikan di akhirat , dan lindungilah kami dari azab neraka.
(Qs. Al-Baqarah : 201)
Dengan demikian,berpikir kritis adalah suatu usaha untuk mendapatkan apa
yang di inginkan dengan baik dan di ridloi oleh Allah,dengan ilmu
pengetahuan yang memadai.
b.
Kedua,
Ketahanan dalam bidang politik,dalam rangka untuk
membina stabilitas politik yang merupakan tumpuan harapan bangsa,dan ini
merupakan bagian ajaran agama dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara.
Ketiga,
Ketahanan dibidang ekonomi,yaitu usaha
pembangunan ekonomi yang adil dan merata. Yang paling dibutuhkan saat
ini adalah perencanaan yang tepat dan cermat, misalnya merumuskan pola
praktis dalam pemanfaatan zakat,infaq,sedekah,hibah dan wakaf.
Keempat, Ketahanan dibidang social budaya yang memerlukan
pengembangan rasa senasib dan sepenanggungan serta harmoni social yang
dapat dicapai dengan menjunjung tinggi nilai kemanusiaan sertamengakui
eksistensi dn identitas pihak lain.
Kelima,
Bidang pertahanan dan keamanan,peran serta ini
diharapkan sebagai control social yaitu amar maruf dan nahi munkar. Hal ini
dapat dilakukan dengan usaha sebagai berikut:
sehari-hari yaitu Hadits dan ijtihad yang diambil berdasarkan kedua sumber
tersebut.
A. Al-Quran al-karim
Al-Quran adalah kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw
dengan bahasa Arab dengan perantaraan malaikat Jibril, sebagai hujjah
(argumentasi) bagi-Nya dalam mendakwahkan kerasulan-Nya dan sebagai
pedoman hidup bagi manusia yang dapat dipergunakan untuk mencari
kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat serta sebagai media untuk
bertaqarrub (mendekatkan diri) kepada Tuhan dengan membacanya. Wahyu
Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw ini terwujud dalam
bahasa arab dan secara autentik terhimpun dalam mushaf.1
Al-Quran diturunkan secara berangsur-angsur selama 22 tahun 2 bulan 22 hari
atau banyak juga yang membulatkannya menjadi 23 tahun.2
Keistimewaan yang di miliki Al-Quran sebagai wahyu Allah ini ada banyak sekali,
di antaranya yaitu:
a. Lafadh dan maknanya berasal dari Tuhan. Lafadh yang berbahasa Arab itu
dimasukkan ke dalam dada Nabi Muhammad, kemudian beliau membaca dan
terus menyampaikannya kepada umat. Sebagai bukti bahwa Al-Quran itu
datang dari sisi Allah ialah ketidaksanggupan (kelemahan) orang-orang
membuat tandingannya walaupun mereka sastrawan sekalipun.
b. Al-Quran sampai kepada kita secara mutawatir, yakni dengan cara
penyampaian yang menimbulkan keyakinan tentang kebenarannya, karena
disampaikan oleh sekian banyak orang yang mustahil mereka bersepakat
bohong.
c. Tidak ada yang bisa memalsukan Al-Quran karena ia terjaga keasliannya.
Firman Allah dalam surat Al-Hijr ayat 9 yang artinya sesungguhnya Kami telah
menurunkan Al-Quran, dan sungguh Kami yang memeliharanya. Hukumhukum yang terkandung di dalam Al-Quran ada 3 yaitu hokum Itiqadiyah,
hukum akhlaq, hukum amaliah.
1. Hukum Itiqadiyah yaitu hukum-hukum yang berkaitan dengan kewajiban para
mukallaf untuk mempercayai Allah, malaikat-malaikat Allah, Kitab-kitab
Allah, Rasul-rasul Allah dan hari pembalasan.
2. Hukum akhlaq yaitu tingkah laku yang berhubungan dengan kewajiban orang
mukallaf untuk menghiasi dirinya dengan sifat-sifat keutamaan dan
menjauhkan dirinya dari sifat-sifat yang tercela.
3. Hukum amaliah yaitu yang bersangkutan dengan perkataan,
perbuatanperbuatan, perjanjian-perjanjian, dan muamalah (kerja sama)
sesama manusia.
Hukum amaliah sendiri terbagi menjadi dua, yaitu hukum ibadat, seperti shalat,
puasa, zakat, dan lain-lain dimana hukum ini diciptakan dengan tujuan untuk
mengatur hubungan hamba dengan Tuhan serta hukum muamalat seperti
segala macam perikatan, transaksi-transaksi kebendaan, jinayat dan uqubat
(hokum pidana dan sanksi-sanksinya) dan lain sebagainya.
Menafsirkan Al-Quran ada beberapa cara, yang pertama adalah penafsiran
dengan cara lama yaitu, menafsirkan dengan satu per satu ayat yang turun
tanpa mengumpulkan atau menghimpun terlebih dahulu. Metode ini
dianggap memiliki beberapa kelemahan, diantaranya adalah menghabiskan
waktu secara percuma, meninggalkan gagasan tertentu dalam sebuah ayat
tertentu yang mengandung gagasan tersebut, dan memperlakukan Al-Quran
secara atomistis, parsial, dan tidak integral.3 Kedua, penafsiran dengan cara
menghimpun dalam tema-tema.
Cara yang kedua ini dianggap cara yang termodern karena dengan menghimpun
terlebih dahulu, kita dapat membandingkan dan mengambil kesimpulan yang
tepat.
B. Al-Hadits
Tarif tentang Hadist
As-Sunnah menurut bahasa berarti cara, jalan, kebiasaan, dan tradisi.4
Kebiasaan mencakup kehidupan sehari-hari dan yang baik dan buruk. Seperti
sabda Nabi SAW, barangsiapa membuat sunnah yang terpuji maka baginya
pahala sunnah itu dan pahala sunnah yang buruk maka padanya dosa
sunnah buruk itu dan dosa yang mengamalkan sampai hari kiamat.5
Pengertian sunnah menurut ahli hadits adalah sesuatu yang didapatkan dari
Nabi SAW yang terdiri dari ucapan, perbuatan, persetujuan, sifat fisik atau
budi, atau biografi, baik pada sebelum kenabian ataupun sesudahnya.6
Menurut istilah para ahli pokok agama (al-ushuliyyudin), sunnah ialah
sesuatu yang diambil dari Nabi SAW, yang terdiri dari sabda, perbuatan dan
persetujuan saja.7
Sesuai dengan tiga hal tersebut di atas yang disandarkannya kepada
Rasulullah saw. maka Sunnah dapat dibedakan kepada 3 macam:
a. Sunnah qauliyah (perkataan), yaitu sabda yang beliau sampaikan dalam
beraneka tujuan dan kejadian . Misalnya hadits yang berbunyi: tidak ada
kemudharatan dan tidak pula memudharatkan Adalah suatu Sunnah
qauliyah yang bertujuan memberikan sugesti kepada umat Islam agar tidak
membuat kemudharatan kepada dirinya sendiri dan orang lain.
b. Sunnah filiyah (perbuatan), yaitu segala tindakan Rasulullah saw. Sebagai
Rasul. Misalnya tindakan beliau mengerjakan shalat 5 waktu dengan
menyempurnakan cara-cara, syarat-syarat dan rukun-rukun melaksanakan,
C. Ijtihad
Ijtihad adalah mencurahkan segala kemampuan berfikir untuk mengeluarkan
hukum syari dari dalil-dalil syara, yaitu Al-Quran dan hadits. Orang-orang
yang mampu menetapkan hukum suatu peristiwa dengan jalan ini disebut
mujtahid. Peristiwa-peristiwa yang dapat diijtihadkan yaitu:
a. Peristiwa-peristiwa yang ditunjuk oleh nash yang zhaniyulwurud (haditshadits
ahad) dan zhaniyud dalalah (nash Al-Quran dan hadits yang masih dapat
ditafsirkan dan ditawilkan)
b. Peristiwa yang tidak ada nashnya sama sekali. Peristiwa-peristiwa semacam
ini dapat diijtihadkan dengan leluasa baik dengan perantaraan qiyas,
istihsan, istishab, maslahat mursalah atau dengan jalan lainnya.
c. Peristiwa yang sudah ada nashnya yang qathiyuttsubut dan qathiyud dalalah.
Yang terakhir ini adalah khusus dijalankan oleh Umar bin Khattab r.a. beliau
meneliti nash-nash tersebut tentang tujuan syari dalam mensyariatkan
hukum. Kemudian beliau menerapkan ijtihadnya pada peristiwa sekalipun
sudah ada nashnya yang qathi.
sebagai pembuat hukum) baik yang sumbernya pasti (qathi tsubut) seperti
Al-Quran dan Hadits, maupun ketetapan yang sumbernya masih dugaan
kuat (zanni tsubut) seperti hadits
B. Pengertian Hadits
Pengertian Hadits dapat diartikan menurut dua cara yakni menurut bahasa dan
menurut terminoligi. Hadits menurut bahasa terdiri dari beberapa arti, yaitu :
1. Jadid yang berarti baru yang bukan tergolong mutawatir.
Dengan latar belakang di atas maka penulis mencoba memaparkan tentang
Hadits dan fungsinya serta kewajiban umat manusia terhadap Hadits
2. Qarid yang artinya dekat, dan
3. Khabar yang artinya berita
Sedangkan pengertian hadits secara terminologis adalah :
Segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW baik berupa
perkataan, perbuatan, pernyataan (taqrir) dan sebagainya.
(Ilmu Tafsir dan Hadits IAIN Sunan Ampel, CV, Aneka Bahagia Surabaya 1993. Hal
: 41).
Seperti disebutkan di atas, bahwa definisi ini memuat empat elemen, yaitu
perkataan, perbuatan, pernyataan, dan sifat-sifat lain. Secara lebih jelas dari
ke empat elemen tersebut dapat penulis uraikan sebagai berikut :
1. Perkataan
Yang dimaksud dengan perkataan adalah segala perkataan yang pernah
diucapkan oleh Nabi Muhammad SAW dalam berbagai bidang, seperti bidang
syariah, akhlaq, aqidah, pendidikan dan sebagainya.
2. Perbuatan
Perbuatan adalah penjelasan-penjelasan praktis Nabi Muhammad SAW terhadap
peraturan-peraturan syara yang belum jelas teknis pelaksanaannya. Seperti
halnya jumlah rakaat, cara mengerjakan haji, cara berzakar dan lain-lain.
Perbuatan nabi yang merupakan penjelas tersbut haruslah diikuti dan
dipertegas dengan sebuah sabdanya.
3. Taqrir
Taqrir adalah keadaan beliau yang mendiamkan atau tidak mengadakan
sanggahan dan reaksi terhadap tindakan atau perilaku para sahabatnya
serta menyetujui apa yang dilakukan oleh para sahabatnya itu.
4. Sifat, Keadaan dan Himmah Rasululloh
Sifat-sifat, dan keadaan himmah Nabi Muhammad SAW adalah merupakan
komponen Hadits yang meliputi :
Sifat-sifat Nabi yang digambarkan dan dituliskan oleh para sahabatnya dan dan
para ahli sejarah baik mengenai sifat jasmani ataupun moralnya
Silsilah (nasab), nama-nama dan tahun kelahirannya yang ditetapkan oleh para
sejarawan
Himmah (keinginan) Nabi untuk melaksanakan suatu hal, seperti keinginan
beliau untuk berpuasa setiap tanggal 9 Muharram.
Barang siapa yang mentaati Rosul, maka sesugguhnya dan telah mentaati
Alloh. (QS. An-Nisa : 80)
Dalam ayat lain Alloh berfirman :
Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka termalah dia. Dan apa yang
dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah. (QS. Al-Hasyr : 7)
Dari penjelasan kedua ayat di atas jelaslah bahwa umat Islam harus menjadikan
Hadits dan Al-Quran sebagai pedoman hidup untuk mencapai kebahagiaan
di dunia dan akhirat.
KESIMPULAN
Dari berbagai uraian yang telah disampaikan pada bab sebelumnya dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Hadits merupakan berbagai hal yang telah diucapkan dan dicontohkan oleh
Rosululloh yang harus dajadikan pedoman dan contoh bagi umat Islam
2. Fungsi Hadits terhadap Al-Quran adalah sebagai penguat dan memperjelas
apa-apa yang ada di dalam Al-Quran yang masih bersifat global (mumal).
3. Hadits dan Al-Quran adalah merupakan sumber hukum dalam kehidupan
manusia untuk memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat.