Anda di halaman 1dari 17

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN LANSIA DENGAN KEPATUHAN

KUNJUNGAN POSYANDU LANSIA PADA LANSIA


DI KELURAHAN NGEMPON KECAMATAN
BERGAS KABUPATEN SEMARANG

ARTIKEL PENELITIAN

Oleh :
SITI FATCHIYAH
0111731

AKADEMI KEBIDANAN NGUDI WALUYO


UNGARAN
2013

ABSTRAK
Fatchiyah, Siti; Hubungan antara Pengetahuan Lansia dengan Kepatuhan
Kunjungan Posyandu Lansia pada Lansia di Kelurahan Ngempon Kecamatan
Bergas Kabupaten Semarang.
Pembimbing I; Heni Setyowati, S.SiT. M.Kes., II; Auli Tarmali, SKM., M.Kes.
Lansia merupakan proses menua yang menyebabkan penurunan kemampuan
fisik, psikologis, sosial, spiritual, sehingga memerlukan pemeliharaan kesehatan untuk
meningkatkan derajat kesehatannya. Posyandu lansia merupakan kegiatan peran serta
masyarakat yang ditunjukan pada masyarakat, terutama masyarakat lansia, dengan
sasaran langsung lansia umur 60-69 tahun. Data kunjungan posyandu lansia
menunjukkan bahwa cakupan kunjungan posyandu lansia di kelurahan Ngempon
Kabupaten Semarang masih kurang. Data dari tahun 2012 sampai 2013 menunjukkan
tidak ada kenaikan yang signifikan, bahkan ada yang menurun pada bulan
tertentu.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan dengan
kepatuhan kunjungan posyandu lansia.
Desain Penelitian ini menggunakan studi diskriptif korelasi dengan pendekatan
cross sectional. Populasi penelitian adalah semua lansia yang ada di Kelurahan
Ngempon Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang yaitu sebanyak 259 lansia. Jumlah
sampel sebanyak 72 lansia dengan teknik purposive sampling. Pengumpulan data
primer dan sekunder dengan menggunakan angket dan menggunakan buku kunjungan
posyandu lansia. Analisa Univariat disajikan menggunakan tabel distribusi frekuensi
sedangkan analisa Bivariat menggunakan uji chi square
Hasil penelitian diperoleh p-value = 0,000 < (0,05) maka Ho ditolak, dan
disimpulkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan kepatuhan lansia dalam
melaksanakan kunjungan posyandu lansia di Kelurahan Ngempon Kecamatan Bergas
Kabupaten Semarang.
Diharapkan petugas kesehatan dengan kerjasama masyarakat dapat melakukan
evaluasi dengan cara menekankan pada kegiatan posyandu lansia dan meningkatkan
pelayanan terhadap kesehatan para lansia agar kesehatannya tetap terjaga dengan baik.
Kata Kunci

: Pengetahuan lansia tentang posyandu, kepatuhan


ABSTRACT

Elderly is an aging process that causes a decrease in the physical,


psychological, social, spiritual abilities, thus requiring health care to improve
health status. Integrated health service (Posyandu) for elderly is a community
based activities that aimed by the society, especially the elderly, with the target
of older people aged 60-69 years old. The data of older people visits to
Posyandu for elderly at Ngempon Village Semarang Regency is still low. During
2012 to 2013 shows no significant increase, some even declined in a particular
month. The purpose of this study is to find the correlation between knowledge
and the compliance in visits to Posyandu for Elderly.
This was a descriptive-correlative study with cross-sectional approach.
The population in this study was all order people at Ngempon village Bergas

Sub-district Semarang Regency as many as 259 people. The samples were 72


primary and secondary data collection used questionnaires and used the visits
book. The univariate analysis was presented by frequency distribution tables
while the bivariate analysis used the chi square test.
The result of this study obtained that p-value of 0.000 < (0.05) then Ho
is rejected, and concluded that there is a correlation between knowledge of the
elderly and the compliance in visits to Posyandu for the elderly at Ngempon
village Bergas Sub-district Semarang Regency.
It is expected that with the correlation between the society and the
community-based health services can evaluate by emphasizing on activities of
Posyandu for the elderly and improve the health care for the elderly in order that
health status in maintained well.
Keywords
: Knowledge, Elderly, Posyandu, Compliance
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pada tahun 2050 mendatang,
jumlah orang lanjut usia (lansia) di
Indonesia akan mencapai 50 juta orang.
Jumlah ini berarti meningkat hampir
tiga kali lipat jika dibandingkan dengan
jumlah orang lansia pada tahun 2005
yang mencapai 8,48%. Bahkan, pada
tahun 2010, proporsi penduduk lansia di
Indonesia telah mencapai di atas 9,77%.
Ini berarti Indonesia telah memasuki era
penduduk berstruktur tua. Peningkatan
jumlah orang lansia tersebut membawa
implikasi
pada
berbagai
aspek
kehidupan, baik berkeluarga maupun
bermasyarakat. Salah satunya adalah
masalah yang berkaitan dengan
kehidupan penduduk lansia, yaitu beban
ketergantungan (dependency ratid)
makin besar (Marifatul, 2011)
Lanjut usia merupakan suatu
anugrah. Menjadi tua, dengan segenap
keterbatasannya, pasti akan dialami oleh
seseorang bila ia panjang umur.
Posyandu merupakan salah satu upaya
Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat
(UKBM) yang sudahsangat meluas
dikenal dimasyarakat dan telah masuk
dalam bagian keseharian kehidupan
sosial diperdesaan maupun perkotaan
(Ambarwati. dkk, 2009).

Posyandu
adalah
kegiatan
kesehatan dasar yang diselenggarakan
dari, oleh dan untuk masyarakat yang
dibantu oleh petugas kesehatan disuatu
wilayah
kerja
puskesmas,
balai
kelurahan, maupun tempat-tempat lain
yang mudah didatangi oleh masyarakat.
Posyandu merupakan langkah yang
cukup
strategis
dalam
rangka
pengembangan kualitas sumber daya
manusia bangsa Indonesia agar dapat
membangun dan menolong dirinya
sendiri, sehingga perlu ditingkatkan
pembinaannya. Untuk meningkatkan
pembinaan posyandu sebagai pelayanan
KB dan kesehatan yang dikelola untuk
dan oleh masyarakat dengan dukungan
pelayanan teknis dari petugas perlu
ditumbuh kembangkan perlu serta aktif
masyarakat dalam wadah Lembaga
Kesehatan Masyarakat Desa (LKMD)
(Ismawati. dkk, 2010).
Salah satu bentuk pelayanan
kesehatan dari puskesmas yang baru
lahir sehubungan dengan lansia yaitu
posyandu lansia. posyandu lansia
sebagai pelayanan kesehatan paripurna
yang solid dan bertanggung jawab
mempunyai upaya kesehatan paripurna
dasar yaitu upaya menyeluruh pada
lanjut usia (Marifatul, 2011).
Posyandu lansia merupakan
perwujudan
pelaksanaan
program
pengembangan
dari
kebijakan

pemerintah
melalui
pelayanan
kesehatan bagi lansia, sebagai suatu
forum komunikasi dalam bentuk peran
serta masyarakat usia lanjut, keluarga,
tokoh masyarakat dan organisasi social
dalam penyelenggaraannya, dalam
upaya peningkatan tingkat kesehatan
secara optimal. Posyandu lansia adalah
pos
pelayanan
terpadu
untuk
masyarakat usia lanjut disuatu wilayah
tertentu yang sudah disepakati, yang
digerakan oleh masyarakat dimana
mereka bisa mendapatkan pelayanan
kesehatan (Cahyo Ismawati. dkk, 2010).
Pengetahuan
lansia
akan
manfaat posyandu ini dapat diperoleh
dari
pengalaman
pribadi
dalam
kehidupan sehari-harinya. Dengan
menghadiri kegiatan posyandu, lansia
akan mendapatkan penyuluhan tentang
bagaimana cara hidup sehat dengan
segala keterbatasan atau masalah
kesehatan yang melekat pada mereka.
Dengan pengalaman ini, pengetahuan
lansia menjadi meningkat, yang menjadi
dasar pembentukan sikap dan dapat
mendorong minat atau motivasi mereka
untuk selalu mengikuti kegiatan
posyandu
lansia
(Dewi,
2010).
Pengetahuan para lansia di kelurahan
Ngempon dianggap kurang karena dari
wawancara dengan beberapa lansia.
Para lansia mengaku datang ke
posyandu lansia jika ada keluhan atau
merasa sakit, sehingga kunjungan
posyandu lansia di kelurahan Ngempon
tidak stabil.
Posyandu lansia di Kelurahan
Ngempon
Kecamatan
Bergas
Kabupaten Semarang mulai dibentuk
pada tahun 2001. Kegiatan posyandu
tersebut
awal
mulanya
hanya
penimbangan, pemeriksaan kesehatan
dan pengobatan. Pada tahun 2010 mulai
dibentuk posyandu lansia yang sudah
lengkap dengan kegiatan senam lansia.
Data kunjungan lansia dapat dilihat
pada tabel 1.1

Data kunjungan posyandu lansia


menunjukkan
bahwa
cakupan
kunjungan posyandu lansia di kelurahan
Ngempon Kabupaten Semarang masih
kurang. Data dari tahun 2012 sampai
2013 menunjukkan tidak ada kenaikan
yang signifikan, bahkan ada yang
menurun pada bulan tertentu.
Dari hasil wawancara pada
bulan Juni 2013 terhadap 15 lansia yang
dilakukan di Kelurahan Ngempon
Kecamatan
Bergas
Kabupaten
Semarang didapatkan data bahwa 10
lansia tidak datang dengan adanya
keluhan
antara
lain:
kesibukan,
tempatnya jauh, tidak ada yang
mengantar serta alasan hujan. Tiga
orang yang datang ke posyandu
mengaku datang ke posyandu jika ada
keluhan atau jika ingin meminta obat,
sedangkan dua orang lainnya mengaku
datang ke posyandu hanya jika ada yang
mengantar.
Dari wawancara dengan 15
lansia untuk mengetahui pengetahuan
lansia, yang sudah mengerti bahwa
pengertian posyandu lansia adalah pos
pelayanan terpadu untuk lansia 8 orang
(53,3%). 8 orang tersebut terdiri dari 5
orang yang rajin datang posyandu, dan
3 orang sisanya hanya datang jika ada
keluhan. Kegiatan posyandu meliputi
pemeriksaan aktifitas, pemeriksaan
status mental, pemeriksaan status gizi,
pemeriksaan
tekanan
darah,
pemeriksaan Hb, pemeriksaan gula
darah, pemeriksaan protein, pelaksana
rujukan, penyuluhan, kunjungan rumah,
PMT, senam lansia. 12 orang (70%)
hanya mengetahui tentang tensi darah
dan timbang. Manfaat posyandu
meliputi meningkatkan status kesehatan
lansia, meningkatkan kemandirian pada
lansia, deteksi dini adanya gangguan,
meningkatkan harapan hidup, yang
mengetahui hanya 4 orang (23,7%),
sedangkan sisanya 11 orang (60%) tidak
mengetahui sama sekali tentang manfaat

posyandu lansia. 11 orang tersebut


terdiri dari 3 orang yang rajin posyandu,
dan sisanya 9 orang jarang datang ke
posyandu. Hal ini diperkuat dengan
sikap yang ditunjukkan pada saat
posyandu lansia. Beberapa ansia
tersebut hanya datang untuk meminta
diukur tekanan darahnya kemudian
pulang jika tidak ada keluhan dan tidak
mengikuti kegiatan senam lansia.
Ketidakpatuhan lansia dengan
kunjungan posyandu lansia semakin
ditunjukkan pada saat pengamatan
posyandu per bulannya. Terutama pada
saat musim hujan terjadi penurunan
kunjungan
posyandu
dikarenakan
musim hujan yang membuat para lansia
malas datang ke posyandu. Dari 15
lansia yang diwawancarai, 10 lansia
(67%) yang tidak rajin datang ke
posyandu mengaku musim hujan
membuat mereka malas datang ke
posyandu pada saat musim hujan.
Sedangkan lima orang (33%) yang rutin
datang ke posyandu mengaku ingin
tetap datang ke posyandu karena akan
diberikan vitamin dan mengikuti senam
lansia.
Berdasarkan latar belakang
tersebut, maka peneliti tertarik untuk
mengadakan
penelitian
tentang
DEFINISI OPERASIONAL
Tabel 1 Definisi operasional
Definisi
No
Variabel
Operasional
1
Pengetahuan Sejauh mana lansia
mengetahui tentang
pengertian,
penyelengga raan,
kegiatan, tujuan,
manfaat,
lokasi
posyandu lansia.

Hubungan Antara Pengetahuan dengan


Kepatuhan Lansia dalam Melaksanakan
Kunjungan Posyandu Lansia
di
Kelurahan Ngempon Kecamatan Bergas
Kabupaten Semarang.
Teknik

Pengumpulan

Data
Jenis data dalam penelitian ini
berupa data primer yaitu data atau
materi yang dikumpulkan sendiri oleh
peneliti pada saat berlangsungnya
penelitian adalah kuesioner yang
disebarkan kepada responden dan hasil
catatan
kunjungan
lansia
untuk
mengetahui mengetahui hubungan
pengetahuan dengan kepatuhan lansia
dalam
melaksanakan
kunjungan
posyandu lansia di Kelurahan Ngempon
Kecamatan
Bergas
Kabupaten
Semarang.
Data sekunder adalah data yang
tidak diambil langsung dari sumbernya
melainkan di dapat dari pihak lain. Pada
penelitian ini data kunjungan posyandu
lansia berasal dari data sekunder yaitu
dari data kunjungan posyandu lansia
selama satu tahun yang diambil dari
buku catatan daftar hadir kunjungan
posyandu lansia.

Alat Ukur dan


Kategori
Kuesioner terdiri
dari 20 pertanyaan
yang diisi dalam
kolom benar dan
salah.16 untuk
pertanyaan positif
jika jawaban benar
nilai
2
dan
jawaban salah nilai
1,
dan
4
pertanyaan negatif
dimana jawaban

Hasil Ukur

Skala

Total jawaban Ordinal


dikategorikan
menjadi
2
kelompok,
yaitu :
kurang : Skor
20

30
(<76%)
Cukup : Skor
31 - 40 (76%
sampai 100%)

Kepatuhan
Kunjungan
posyandu
lansia

Sejauhmana lansia
datang
sesuai
dengan ketentuan
yang
diberikan
oleh
tenaga
kesehatan, waktu
kunjungan lansia
ke posyandu lansia
1 bulan sekali
selama 1 tahun

HASIL PENELITIAN DAN


PEMBAHASAN
HASIL PENELITIAN
Umur
Tabel
2
Distribusi
Frekuensi
Berdasarkan Umur Lansia di Kelurahan
Ngempon Kec. Bergas Kab. Semarang,
2013
Umur
Frekuensi Persentase
(%)
60-64 Tahun
45
62,5
65-68 Tahun
27
37,5
Jumlah
72
100
Berdasarkan tabel 2, dapat
diketahui bahwa dari 72 lansia di
Kelurahan Ngempon Kec. Bergas Kab.
Semarang, sebagian besar lansia
berumur 60-64 tahun, yaitu sejumlah 45
lansia (62,5%).
Pendidikan
Tabel
3
Distribusi
Frekuensi
Berdasarkan Pendidikan Lansia di
Kelurahan Ngempon Kec. Bergas Kab.
Semarang, 2013
Pendidikan
Frekuensi Persentase
(%)
Tdk Tamat SD
42
58,3
Tamat SD
30
41,7
Jumlah
72
100

benar skor 1 dan


jawaban salah skor
2.Skor maksimal
40
dan
skor
minimal 20.
Data diambil dari
data
sekunder
berdasarkan
lembar observasi
posyandu
lansia
dari bulan januari
2013
sampai
januari 2014.

Banyaknya
Nomina
kunjungan
l
dikategorikan
menjadi
2
kelompok,
yaitu:
Tidak patuh:
<10
Patuh: >10

Berdasarkan tabel 3, dapat


diketahui bahwa dari 72 lansia di
Kelurahan Ngempon Kec. Bergas Kab.
Semarang, sebagian besar lansia tidak
tamat SD, yaitu sejumlah 42 lansia
(58,3%).
Pekerjaan
Tabel
4
Distribusi
Frekuensi
Berdasarkan Pekerjaan Lansia di
Kelurahan Ngempon Kec. Bergas Kab.
Semarang, 2013
Pekerjaan
Frekuensi Persentase
(%)
Bekerja
32
44,4
Tidak Bekerja
40
55,6
Jumlah
72
100
Berdasarkan tabel 4.3, dapat
diketahui bahwa dari 72 lansia di
Kelurahan Ngempon Kec. Bergas Kab.
Semarang, sebagian besar lansia tidak
bekerja yaitu sejumlah 52
40 lansia
(55,6%).
Pengetahuan Lansia tentang
Kunjungan Posyandu
Tabel
5
Distribusi
Frekuensi
Berdasarkan
Pengetahuan
Lansia
tentang Posyandu di Kelurahan
Ngempon Kec. Bergas Kab. Semarang,
2013
Pengetahu Jumla Persenta

an
h
se (%)
Kurang
48
66,7
Baik
24
33,3
Jumlah
72
100
Berdasarkan tabel 4.4, dapat
diketahui bahwa pengetahuan lansia

tentang Posyandu lansia di Kelurahan


Ngempon Kec. Bergas Kab. Semarang,
sebagian besar dalam kategori kurang,
yaitu sejumlah 48 lansia (66,7%),
sedangkan
dalam
kategori
baik
sejumlah 24 lansia (33,3%).

Pengetahuan lansia tentang posyandu


Tabel 6 Distribusi Frekuensi jawaban Responden Tentang Pengetahuan Lansia tentang
Posyandu di Kelurahan Ngempon Kec. Bergas Kab. Semarang, 2013
Ben
Salah
T
ar
Pernyataan
otal
J
J
%
%
%
mlh
mlh
1. Posyandu lansia adalah pos pelayanan
5
7
2
2
1
terpadu untuk lansia untuk mendapatkan
1
0,8
1
9,2
00
pelayanan kesehatan
2. Pelaksana posyandu lansia adalah anggota
masyarakat yang telah dilatih oleh tenaga
2
3
4
6
1
kesehatan dari Puskesmas
8
8,9
4
1,1
00
3. Pengelola posyandu lansia adalah
pengurus yang dibentuk oleh ketua RW
yang berasal dari keder PKK,
2
2
5
7
1
4. Lokasi posyandu lansia adalah di tempat
1
9,2
1
0,8
00
ketua RT atau RW terdekat
5. Kegiatan pertama yang dilakukan pada
waktu datang ke posyandu lansia adalah
2
4
4
5
1
pendaftaran
9
0,3
3
9,7
00
6. Dalam posyandu lansia dilakukan
penimbangan berat badan dan pengukuran
3
4
3
5
1
tinggi badan
4
7,2
8
2,8
00
7. Dilakukan pengukuran tekanan darah
kepada setiap lansia yang datang ke
posyandu lansia
4
6
2
3
1
8. Di posyandu lansia dilakukan penyuluhan
8
6,7
4
3,3
00
pada oleh tenaga kesehatan
9. Manfaat
posyandu
lansia
adalah
meningkatkan status kesehatan lansia
5
7
1
2
1
10. Tempat penyelenggaraan posyandu lansia
6
7,8
6
2,2
00
ditentukan oleh masyarakat melalui
musyawarah
3
4
4
5
1
2
4,4
0
5,6
00
3
7

5
1,4

3
5

4
8,6

1
00

2
4
11. Posyandu
lansia
bertujuan
untuk
meningkatkan pelayanan kesehatan lansia
12. Tujuan
posyandu
lansia
selain
meningkatkan kesehatan lansia juga
meningkatkan
komunikasi
antara
masyarakat usia lanjut
13. Kegiatan posyandu lansia diantaranya
adalah pemantauan status gizi lansia
14. Posyandu
lansia
memperhatikan
kesehatan mental lansia
15. Posyandu lansia memberikan penyuluhan
tentang kesehatan lansia kepada lansia
yang ada
16. Posyandu lansia melakukan rujukan
apabila terdapat penyakit lansia yang
memerlukan tindakan lebih lanjut
17. Posyandu
lansia
menyelenggarakan
senam lansia
18. Posyandu lansia juga menyelenggarakan
gerak jalan sehat bagi lansia
19. Pemberian Makanan Tambahan (PMT)
dengan memperhatikan kesehatan dan
gizi lansia dan kegiatan olah raga seperti
senam lansia
20. Posyandu lansia untuk mendeteksi dini
adanya gangguan kesehatan lansia

3
3,3

3
2

4
4,4

2
2

1
2
4
2
6
2
7
1
9
4
9

2
7
Berdasarkan tabel 6 dapat
diketahui
bahwa
pernyataan
pengetahuan lansia tentang posyandu di
Kelurahan Ngempon Kec. Bergas Kab.
Semarang
sebagian
besar
tidak
mengetahui tentang
pengetahuan
posyandu meliputi penyelenggaraan

1
00

3
1,9

4
5

1
00

3,6
2

3
7,5

1
00

2,5

8,1

1
00

3,9

6,4

1
00

6,7

7,5

1
00

6,4

6,1

1
00

9,4

3,3

1
00

9,4

3,6

1
00

5,6

0,6

6
6,7

0,6

4
8

1
00

6
2,5

1
00

posyandu lansia, kegiatan posyandu


lansia, manfaat posyandu lansia dan
tujuan posyandu lansia. Hal ini
ditunjukkan dari 51 lansia (70,8%) yang
tidak
menegetahui
pengelolaan
posyandu lansia adalah pengurus yang
dibentuk oleh ketua RW yang berasal

dari kader PKK. Pada pernyataan untuk


menilai pengetahuan lansia tentang
tempat posyandu lansia didapatkan 48
lansia (66,7%) tidak mengetahui bahwa
tempat penyelengara posyandu lansia
ditentukan oleh masyarakat melalui
musyawarah. Sebanyak 55 lansia
(76,4%) tidak mengetahui bahwa salah
satu
kegiatan
posyandu
lansia

diantaranya memperhatikan kesehatan


mental lansia. Sebanyak 50 lansia
(69,4%) tidak mengetahui bahwa tujuan
posyandu lansia selain meningkatkan
kesehatan
juga
kesehatan
juga
meningkatkan
komunikasi
antar
masyarakat usia lanjut meningkatkan
komunikasi antar masyarakat usia
lanjut.

Kepatuhan Lansia dalam Kunjungan Posyandu


Tabel 7 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kepatuhan Lansia dalam Kunjungan
Posyandu di Kelurahan Ngempon Kec. Bergas Kab. Semarang, 2014
Kepatuhan
Tidak Patuh
Patuh
Jumlah

Jumlah
57
15
72

Berdasarkan tabel 4.6, dapat


diketahui bahwa sebagian besar lansia
di Kelurahan Ngempon Kec. Bergas
Kab. Semarang tidak patuh dalam

Persentase (%)
79,2
20,8
100
kunjungan Posyandu, yaitu sejumlah 57
lansia (79,2%), sedangkan yang patuh
dalam kunjungan posyandu sejumlah 15
lansia (20,8%).

Analisis Bivariat
Tabel 4.7 Hubungan antara Pengetahuan Lansia dengan Kepatuhan Lansia dalam
Kunjungan Posyandu Lansia di Kelurahan Ngempon Kec. Bergas Kab. Semarang, 2014

Pengetahuan
Lansia
Kurang
Baik
Total

Kepatuhan Lansia dalam Kunjungan


Posyandu
Tidak Patuh
Patuh
Total
F
%
F
%
F
%
46 95,8
2
4,2 48 100
11 45,8
13
54,2 24 100
57 79,2
15
20,8 72 100

Berdasarkan tabel 4.7, dapat diketahui


bahwa
lansia
yang
mempunyai
pengetahuan baik yang patuh dalam
kunjungan Posyandu sejumlah 13 lansia
(54,2%) lebih banyak daripada lansia
yang mempunyai pengetahuan kurang,
yaitu sejumlah 2 lansia (4,2%). Ini
menunjukkan bahwa lansia yang patuh
dalam kunjungan Posyandu lebih

Chi
Square

p-value

21,316

0.000

banyak terjadi pada lansia dengan


pengetahuan baik dibandingkan lansia
dengan pengetahuan kurang.
Berdasarkan uji Chi Square,
diperoleh nilai Chi Square (Contonuity
Correction) sebesar 21,316 dengan pvalue sebesar 0,000. Oleh karena pvalue = 0,000 < (0,05) maka Ho
ditolak, ini berarti bahwa ada hubungan

yang signifikan antara pengetahuan


dengan kepatuhan lansia dalam
melaksanakan kunjungan posyandu
lansia
di
Kelurahan
Ngempon
Kecamatan
Bergas
Kabupaten
Semarang. Dari hasil uji juga diperoleh
nilai Odds Ratio sebesar 27,182
(dibulatkan 27), yang artinya lansia
dengan pengetahuan kurang beresiko 27
kali lebih tidak patuh dalam kunjungan
Posyandu dibandingkan lansia dengan
pengetahuan baik.

PEMBAHASAN
Analisa Univariat
a. Karakteristik Responden
Distribusi
frekuensi
berdasarkan umur responden di
Kelurahan Ngempon Kecamatan
Bergas
Kabupaten
Semarang,
diketahui bahwa lansia umur 60-64
tahun,
yaitu
sejumlah
45
lansia(62,5%) dan lansia umur 6568 tahun, yaitu sejumlah 27 lansia
(37,5%)
dari
72
lansia.
Bertambahnya umur seseorang
maka akan semakin banyak
pengalaman atau informasi yang
pernah didapat sehingga dapat
meningkatkan
pengetahuan
seseorang. Hal ini disebabkan
karena
dengan
semakin
bertambahnya umur seseorang maka
akan semakin luas pengetahuan atau
pengalaman yang pernah didapat
sehingga cara pandang seseorang
lebih terfokus bukan hanya teori
yang didapat dibangku pendidikan
tetapi juga pengalaman yang pernah
dialami.
Distribusi
frekuensi
berdasarkan pendidikan lansia di
Kelurahan Ngempon Kecamatan
Bergas
Kabupaten
Semarang,
diketahui bahwa lansia yang Tidak

Tamat SD 42 lansia (58,3%) dan


yang Tamat SD 30 lansia (41,7%)
dari 72 lansia. Dari hasil penelitian
yang telah didapatkan bahwa
sebagian
besar
responden
mempunyai tingkat pendidikan
Tidak
Tamat
SD,
sehingga
penerimaan
informasi
tentang
pengetahuan
posyandu
lansia
tergolong kurang pengetahuannya.
Pendidikan dapat mempengaruhi
seseorang termasuk juga perilaku
seseorang akan pola hidup terutama
dalam memotivasi untuk sikap
berperan serta dalam pembangunan
(Nursalam, 2003) pada umumnya
makin tinggi pendidikan seseorang
makin mudah menerima informasi
(Dewi, 2010).
Distribusi
frekuensi
berdasarkan pekerjaan lansia di
Kelurahan Ngempon Kecamatan
Bergas
Kabupaten
Semarang,
diketahui bahwa lansia yang bekerja
32
lansia
(44,4%)
yang
berpengetahuan baik 32 lansia
(42,5%) dan yang Tidak Bekerja 40
lansia (55,6%) yang berpengetahuan
kurang 6 lansia (18,7%) dari 72
lansia. Dari hasil penelitian yang
telah didapatkan bahwa sebagian
besar
lansia
tidak
bekerja
berpengetahuan baik. Oleh karena
itu, status pekerjaan mempengaruhi
pengetahuan lansia dalam posyandu.
Menurut Thomas yang dikutip oleh
Nursalam (2003), pekejaan adalah
keburukan yang harus dilakukan
terutama
untuk
menunjang
kehidupannya
dan
kehidupan
keluarga.
b. Pengetahuan
Berdasarkan hasil penelitian
diketahui bahwa pengetahuan lansia
tentang posyandu di Kelurahan
Ngempon
Kecamatan
Bergas
Kabupaten
Semarang
dalam
kategori kurang sejumlah 48 orang

(66,7%) dari 20 pernyataan yang


jumlah scornya 20-30 dan kategori
baik sejumlah 24 orang (33,3%).
Dari data ini menunjukkan bahwa
pengetahuan
lansia
tentang
posyandu di Kelurahan Ngempon
Kecamatan
Bergas
Kabupaten
Semarang paling banyak dalam
kategori kurang. Menurut peneliti,
lansia di kelurahan Ngempon
Kecamatan
Bergas
Kabupaten
Semarang termasuk dalam kategori
kurang karena lansia di Kelurahan
Ngempon tingkat pendidikan paling
banyak yaitu tidak tamat SD,
sehingga penerimaan informasi
yang mempengaruhi motivasi untuk
berperan serta dalam posyandu
lansia kurang. Selain itu, faktor
lainnya yaitu karena lingkungan
Kelurahan Ngempon merupakan
kawasan industri pabrik. Banyak
lansia di Kelurahan Ngempon yang
mengasuh cucunya pada saat
dilaksanakan
posyandu
lansia
karena ibunya bekerja di pabrik,
sehingga lansia tersebut tidak dapat
mengikuti kegiatan posyandu lansia
karena harus menjaga cucunya.
Pengetahuan adalah hasil
tahu dari manusia, yang sekedar
menjawab pertanyaan What,
misalnya apa air, apa manusia, apa
alam dan sebagainya (Notoatmodjo,
2010).
Hasil analisa dari setiap item
kuesioner untuk dapat mengetahui
lingkup apa saja yang menjadi
masalah kurangnya pengetahuan
lansia tentang posyandu didapatkan
hasil sebagai berikut :
Lansia
paling
banyak
menjawab salah pada pernyataan
tentang kegiatan posyandu lansia,
yaitu sebanyak 55 lansia (76,4%)
tidak
mengetahui
adanya
pemeriksaan kesehatan mental
lansia pada posyandu lansia,

sebanyak 53 lansia (73,6%) tidak


mengetahui penyelenggaraan gerak
jalan sehat bagi lansia, sebanyak 50
lansia (69,4%) tidak mengetahui
adanya pemantauan status gizi
lansia pada posyandu lansia,
sebanyak 48 lansia (66,7%) tidak
mengetahui adanya penyuluhan
tentang kesehatan lansia kepada
lansia yang ada dan sebanyak 45
lansia (62,5%) tidak mengetahui
penyelenggaraan senam lansia pada
posyandu lansia. Pengetahuan yang
kurang inilah yang menjadi salah
satu penyebab lansia tidak rutin
mengikuti
posyandu
lansia.
Sebagian besar lansia hanya
megetahui
bahwa
kegiatan
posyandu lansia hanya timbang dan
pemeriksaan
tekanan
darah.
Kagiatan dalam posyandu lansia
menurut Ismawati (2010) mencakup
upaya upaya yang meliputi
promotif, preventif, kuratif dan
reabilitatif untuk meningkatkan
status kesehatan lansia.
Sebanyak 50 lansia (69,4%)
salah dalam pernyataan tujuan
posyandu
lansia
selain
meningkatkan
kesehatan
juga
meningkatkan komunikasi antara
masyarakat usia lanjut. Pernyataan
untuk mengetahui pengetahuan
lansia tentang manfaat posyandu
lansia juga didapatkan paling
banyak salah dari pernyataan
posyandu lansia untuk mendeteksi
dini adanya gangguan kesehatan
lansia yaitu sebanyak 45 lansia
(62,5%) menjawab salah.
Pentingnya posyandu bagi
lansia, dimana posyandu pada
hakekatnya dilaksanakan dalam satu
bulan kegiatan, baik pada hari buka
posyandu maupun di luar hari buka
posyandu. Hari buka posyandu
sekurang-kurangnya
satu
hari
sebulan, namun apabila diperlukan,

hari buka posyandu dapat lebih dari


satu kali dalam sebulan (Dinkes,
2006). Sedangkan tujuan dan
manfaat
Poyandu
adalah
meningkatkan jangkauan pelayanan
kesehatan lansia di masyarakat dan
mendekatkan
pelayanan
dan
meningkatkan
peran
serta
masyarakat dan swasta dalam
pelayanan kesehatan disamping
meningkatkan komunikasi antara
masyarakat usia lanjut (Marifatul,
2011).
Dari pembahasan diatas
dapat disimpulkan bahwa penyebab
masalah yang timbul dalam
penelitian ini berhubungan dengan
tingkat pengetahuan lansia yang
kurang tentang pernyataan yang
telah disebutkan diatas. Salah satu
solusi yang dapat dilakukan untuk
mengatasi
atau
meningkatkan
pengetahuan lansia yang tentang
posyandu lansia dengan cara
memberikan penyuluhan/ konseling
yang dapat diberikan pada saat
posyandu lansia.
Dengan demikian, jika para
lansia mengetahui tentang hal-hal
tersebut di atas, maka hal ini akan
membentuk sikap dan perilaku
positif lansia terhadap kepatuhan
kunjungan ke Posyandu.
Hasil penelitian ini sesuai
dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Zahrotul Fathiah
(2011) dengan judul Faktor-faktor
yang
berhubungan
dengan
kedatangan
lansia
keposyandu
lansia Al-Masitoh didusun krajan
desa Bener kecamatan Tengaran
kabupaten
Semarang
yang
menyimpulkan bahwa pengetahuan
lansia paling banyak dalam kategori
rendah yaitu 34 lansia (65,4%) dari
52 lansia.
c. Kepatuhan Kunjungan

Berdasarkan hasil penelitian


menunjukkan bahwa kepatuhan
kunjungan lansia ke posyandu di
Kelurahan Ngempon Kecamatan
Bergas
Kabupaten
Semarang
sebagian besar dalam kategori Tidak
Patuh sejumlah 57 lansia (79,2%),
sedang dalam kategori Patuh
sejumlah 15 orang (20,8%) dilihat
dari buku kunjungan lansia. Dari
data tersebut menunjukkan bahwa
sebagian besar kepatuhan kunjungan
lansia ke posyandu dalam dalam
kategori Tidak Patuh, yang berarti
bahwa kepatuhan kunjungan lansia
ke posyandu di Kelurahan Ngempon
Kecamatan
Bergas
Kabupaten
Semarang masih jauh dari target.
Hal
ini
kemungkinan
disebabkan kurangnya pengetahuan
lansia tentang pentingnya posyandu,
kurangnya pemahaman tentang
intruksi dan pelayanan posyandu
setempat dalam memotivasi lansia
untuk mengikuti kegiatan posyandu,
sehingga pada kenyataanya peran
dan motivasi lansia untuk mengikuti
posyandu lansia masih rendah.
Rendahnya sikap dan kesadaran
lansia untuk mengikuti Posyandu
lansia juga terkait dengan kurangnya
pemahaman dan pengetahuan lansia
tentang program posyandu lansia.
Adanya Posyandu lansia
yang dilaksanakan secara rutin,
diharapkan dapat memotivasi dan
menggerakkan para lanjut usia,
keluarga,
organisasi
sosial,
masyarakat dan dunia usaha dalam
meningkatkan kesejahteraan lanjut
usia dengan mengembangkan jiwa
dan
semangat
kesetiakawanan
sosial. Karena para lanjut usia di
tubuhnya terjadi kemunduran sel-sel
karena proses penuaan yang dapat
berakibat pada kelemahan organ,
kemunduran
fisik,
timbulnya
berbagai macam penyakit terutama

penyakit degeneratif. Hal ini akan


menimbulkan masalah kesehatan,
sosial
dan
membebani
perekonomian baik pada lanjut usia
maupun pemerintah karena masingmasing penyakit tersebut cukup
banyak memerlukan dana baik
untuk terapi dan rehabilitasinya
(Marifatul, 2011).
Oleh karena itu, dibutuhkan
suatu pelayanan rujukan bagi lansia
untuk mengatasi berbagai masalah
yang menimpa pada lansia tersebut.
Salah satu pelayanan kesehatan
yang dapat menunjang dalam
mengatasi masalah kesehatan lansia
tersebut
diantaranya
adalah
posyandu lansia (Marifatul, 2011).
Hasil penelitian ini sesuai
dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Zahrotul Fathiah
(2011) dengan judul Faktor-faktor
yang
berhubungan
dengan
kedatangan
lansia
keposyandu
lansia Al-Masitoh didusun krajan
desa Bener kecamatan Tengaran
kabupaten
Semarang
yang
menyimpulkan bahwa lansia yang
tidak aktif yaitu 33 lansia (63,5%)
dari 52 lansia.
Analisa Bivariat
Hubungan Pengetahuan dengan
Kepatuhan Lansia dalam Melaksanakan
Kunjungan Posyandu Lansia
Berdasarkan penelitian dapat
diketahui
bahwa
lansia
yang
mempunyai pengetahuan kurang yang
patuh dalam kunjungan posyandu
sejumlah 2 lansia (4,2%), sedangkan
lansia pengetahuan baik yang patuh
dalam kunjungan posyandu sejumlah
13
lansia
(54,2%),
sedangkan
pengetahuan kurang yang tidak patuh
dalam kunjungan posyandu lansia
sejumlah 46 lansia (95,8%) dan yang
pengetahuan baik yang tidak patuh
sejumlah 11 lansia (45,8%).

Berdasarkan uji Chi Square,


diperoleh nilai Chi Square (Contonuity
Correction) sebesar 21,316 dengan pvalue sebesar 0,000. Oleh karena pvalue = 0,000 < (0,05) maka Ho
ditolak, ini berarti bahwa ada hubungan
yang signifikan antara pengetahuan
dengan kepatuhan lansia dalam
melaksanakan kunjungan posyandu
lansia
di
Kelurahan
Ngempon
Kecamatan
Bergas
Kabupaten
Semarang. Dari hasil uji juga diperoleh
nilai Odds Ratio sebesar 27,182
(dibulatkan 27), yang artinya lansia
dengan pengetahuan kurang beresiko 27
kali lebih tidak patuh dalam kunjungan
Posyandu dibandingkan lansia dengan
pengetahuan baik.
Marifatul (2011) menjelaskan
bahwa lansia yang tidak aktif dalam
memanfaatkan pelayanan kesehatan di
posyandu
lansia,
maka
kondisi
kesehatan mereka tidak dapat terpantau
dengan
baik,
sehingga
apabila
mengalami suatu resiko penyakit akibat
penurunan kondisi tubuh dan proses
penuaan dikhawatirkan dapat berakibat
fatal dan mengancam jiwa mereka.
Penyuluhan dan sosialisasi tentang
manfaat posyandu lansia perlu terus
ditingkatkan dan perlu mendapat
dukungan
berbagai
pihak,
baik
keluarga, pemeritah maupun masyarakat
itu sendiri.
Kegiatan posyandu lansia yang
berjalan dengan baik akan memberi
kemudahan pelayanan kesehatan dasar
bagi lansia, sehingga kualitas hidup
masyarakat di usia lanjut tetap terjaga
dengan baik dan optimal. Berbagai
kegiatan dan program posyandu lansia
tersebut sangat baik dan banyak
memberikan manfaat bagi para orang
tua di wilayahnya. Seharusnya para
lansia berupaya memanfaafkan adanya
posyandu tersebut sebaik mungkin, agar
kesehatan para lansia dapat terpelihara

dan terpantau secara optimal (Ismawati,


2010)
Hasil penelitian ini sesuai
dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Zahrotul Fathiah(2011) dengan
judul Faktor-faktor yang berhubungan
dengan kedatangan lansia keposyandu
lansia Al-masitoh didusun krajan desa
bener kecamatan tengaran kabupaten
semarang yang menyimpulkan bahwa
tingkat pengetahuan yang tinggi yang
aktif sejumlah
94,4% sedangkan
tingkat pengetahuan rendah yang aktif
sejumlah 5,9%. Berdasarkan uji chi
square diperoleh x2 sebesar 36,081
dengan p-value 0,000. Oleh karena pvalue <0,05, maka disimpulkan bahwa
ada hubungan yang signifikan antara
tingkat pengetahuan lansia dengan
kedatangan lansia keposyandu lansia di
posyandu lansia Al-Masitoh di dusun
krajan desa Bener kecamatan Tengaran
kabupaten Semarang.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasakan hasil penelitian yang
telah dilakukan di Kelurahan Ngempon
Kecamatan
Bergas
Kabupaten
Semarang pada bulan Maret 2014, maka
peneliti mengambil kesimpulan sebagai
berikut :
1. Karakteristik umur paling banyak
umur 60-64 tahun, yaitu sejumlah
45 lansia(62,5%), pendidikan paling
banyak lansia yang Tidak Tamat SD
42 lansia (58,3%), pekerjaan paling
banyak yang Tidak Bekerja 40
lansia (55,6%) dari 72 lansia.
2. Tingkat pengetahuan responden
tentang posyandu lansia kebanyakan
dalam kategori kurang yaitu
sejumlah 48 orang (66,7%).
3. Frekuensi responden kepatuhan
berkunjung ke Posyandu lansia di
Kelurahan Ngempon Kecamatan
Bergas Kabupaten Semarang paling

banyak dalam kategori Tidak Patuh


yaitu sejumlah 57 orang (79,2%).
4. Berdasarkan uji Chi Square,
diperoleh
nilai
Chi
Square
(Contonuity Correction) sebesar
21,316 dengan p-value sebesar
0,000. Oleh karena p-value = 0,000
< (0,05) maka Ho ditolak, ini
berarti bahwa ada hubungan yang
signifikan antara pengetahuan
dengan kepatuhan lansia dalam
melaksanakan kunjungan posyandu
lansia di Kelurahan Ngempon
Kecamatan Bergas Kabupaten
Semarang. Dari hasil uji juga
diperoleh nilai Odds Ratio sebesar
27,182 (dibulatkan 27), yang
artinya lansia dengan pengetahuan
kurang beresiko 27 kali lebih tidak
patuh dalam kunjungan Posyandu
dibandingkan
lansia
dengan
pengetahuan baik.
Saran
1. Bagi peneliti
Perlunya penelitian lebih
lanjut tentang faktor-faktor lain
yang mempengaruhi kunjungan
posyandu lansia di Kelurahan
Ngempon
Kecamatan
Bergas
Kabupaten Semarang.
2. Bagi institusi pendidikan
Hasil penelitian ini sebaiknya
digunakan sebagai sumber informasi
dalam rangka menambah referensi
dan wawasan pengetahuan tentang
pengetahuan
lansia
terhadap
kepatuhan kunjungan posyandu
lansia.
3. Bagi tenaga kesehatan
Tenaga kesehatan dapat
meningkatkan kualitas pelayanan
kesehatan terhadap lansia dan
bekerjasama dengan lembaga atau
tokoh masyarakat untuk lebih
memperhatikan kesejahteraan para
lansia.

4. Bagi masyarakat
Lansia hendaknya lebih aktif
dalam kegiatan posyandu lansia, serta
masyarakat hendaknya berturut serta
dalam memberikan motivasi dan
pemahaman tentang posyandu lansia
untuk meningkatkan pengetahuan lansia
dan lansia bisa mendeteksi diri tentang
penyakit yang muncul di lansia.
DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati, E., dan Rismintari, S.
(2009). Asuhan Kebidanan
Komunitas. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Arikunto, Suharsini. (2010). Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan
Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Bandiyah, S. (2009). Lanjut Usia dan
Keperawatan
Gerontik.
Yogyakarta: Nuha Medika
Departemen Kesehatan RI. (2006).
Pedoman Umum Pengelolaan
Posyadu. Jakarta
Dewi, M., dan A. Wawan. (2010). Teori
& Pengukuran Pengetahuan,
Sikap Dan Perilaku Manusia.
Yogyakarta: Nuha Medika
Fathia zahrotul. (2011). Faktor-faktor
yang berhubungan dengan
Kedatangan Lansia Keposyandu
Lansia Al-masitoh di Dusun
Krajan Desa Bener Kecamatan
Tengaran Kabupaten Semarang.
Skripsi, Stikes NWU
Ismawati, Cahyo. (2010). Posyandu &
Desa Siaga. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Marifatul
A,
Lilik.
(2011).
Keperawatan
Lanjut
Usia.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Niven,

Neil
(2002).
Psikologi
Kesehatan. Jakarta: ECG.

Noorkasiani, dan Tamher, M. (2009).


Kesehatan Usia Lanjut dengan
Pendekatan
Asuhan
Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika
Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi
Penelitian Kesehatan. Edisi
Revisi. Jakarta: Rineka Cipta
Notoatmodjo, S. (2010). Promosi
Kesehatan Teori dan Aplikasi.
Edisi Revisi. Jakarta: Rineka
Cipta
Nugroho, W. (2002). Keperawatan
Gerontik. Edisi 2. Jakarta: EGC.
Nursalam.
(2008).
Konsep
&
Penerapan
Metodologi
Penelitian Ilmu Keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika.
Riwidikno, handoko. (2010). Statistik
untuk Penelitian Kesehatan
dengan Aplikasi Program R dan
SPSS. Yogyakarta: Pustaka
Rihana.
Rusdiyanto. (2007). Hubungan antara
Pengetahuan Lansia tentang
Posyandu
Lansia
dengan
Frekuensi Kunjungan Lansia ke
Posyandu Lansia di Wilayah
Kerja Puskesmas Kemusu ii
Kabuoaten Boyolali tahun 2007
.
http://
medicine.uii.ac.id/indexz.php.
diakses tanggal 28 Desember
2013
Saputri, Lia. (2008). Hubungan
Pengetahuan Ibu Balita dengan
Kepatuhan Kunjungan Balita di
Desa Sumberejo Kecamatan
Kranggen Kabupaten Demak..
Retrieved. December.10,2013,
from://:rac.uii.ac.id/server/docu
ment/Public/20080525510242
Sarmiarsih, Rahayu Adi. (2010).
Hubungan
antara
Tingkat
Pengetahuan dengan Kepatuhan

Perawatan Diabetes Melitus di


Posyandu Lanisa RW XXI
Perumnas
SendangMulyo
Semarang
.
http://
medicine.uii.ac.id/indexz.php.

diakses tanggal
2013

28 Desember

Sugiyono. (2007). Statistika Untuk


Penelitian.
Bandung:
CV.
Alvabeta.

Anda mungkin juga menyukai