1 .
10
13
16
22
19
25
28
Durasi (jam)
disusun oleh
Ira NASSARUDDIN
AL HALIM
Editor
lrwSOEKRASNO H, Dip/, HE
Pada bqgian pertama buku ini diuraikan bila suatu daerah aliran sungai tidak tersedia
data pengamatan aliran dengan waktu yang cukup untuk dianalisa, maka untuk
mendapatkan besamya aliran dapat digunakan metode empiris diantaranya Metode
Water Balance dari Dr. FJ Mock dan Metode NREKA. Metode ini dengan cara
pengalihragamkan curah hujan menjadi aliran permukaan dengan menggunakan
foktor-faktor klimatologi dan kondisi tanah dan vegetasi dalam areal DAS.
Dalam pemakaian rumus masih diperlukan kecermatan dalam menetapkan asumsiasumsi berdasarkan kondisi tanah DAS yang ditinjau seperti; pada Mock besamya
lnfiltrasi diambil sebesar 40%, konstanta penyimpanan air tanah K antara 0,60 - 0,80
dan pada NREKA porsentase air hujan menjadi pengisi lengas tanah pada lapisan
permukaan tanah ( 0
Bagian kedua tentang Hidrograf Satuan Sintetik dapat dibuat bila hanya curah hujan
dan pola hujan yang dipunyai, deogan data tersebut dapat menentukan besamya
debit aliran puncak dengan menggunakan Metode Hidrograf Satuan Sintetik, dalam
buku ini dibahas metode Gama I hasil penyelidikan Dr. Ir. Sriharto Br. Dipl. H pada
sungai-sungai di Pulau Jawa dan Metode Nakayasu hasil penyelidikan sungai-sungai
di Jepang. Kedua metode ini sudah banyak digunakan untuk perencanaan bangunan
air di Indoinesia.
Karena data sungai dapat diukur seperti ; landai dan bentuk profil
selanjutnya luas tampang basah dapat dihitung, dan perkiraan kecepatan aliran
dihitung dengan rumus empiris dari Manning atau Strickler, maka debit maksimum
dapat ditentukan. Dan data tersebut kita dapat membuat Rating Curve hubungan
antara tinggi air dan debit. Maka dengan demikian dapat dilakukan pengecekan
dengan debit hasil perhitungan, apakah mungkin lokasi atau bentuk tampang profil
sungai pada titik pengamatan tersebut dapat atau pernah diliwati oleh debit sebesar
&
yang hitungan secara empiris.
Perhitungan hidrologi adalah ilmu pendekatan hasilnya selalu disebutkan disamai
atau dilampaui, jadi ada range toleransi. Metode yang kami pilih ini berlatar belakang
dari tidak tersedianya data aliran dalam kurun waktu yang panjang.
Tidak lupa kami sampaikan bahwa tulisan ini, masih periu penyempumaan, maka
kami terbuka menerima kritik dan saran agar semua yang kami tulis bermanfaat, atas
perhatian pembaca, pemerhati dan peminat bidang hidrologi diucapkan terima kasih.
Jakarta, April 2004
Penulis
DAFTAR IS1
c . Infiltrasi........................................................................
d . Storage Volume (Volume Tersimpan).........................
e . Base Flow....................................................................
f.
3 . Metode NREKA..................................................................
a. Dasar Pemikiran..........................................................
b. Parameter Aliran Dalam Tanah ...................................
c . Pehitungan Aliran Permukaan....................................
11 -5
11 -6
11 -9
II -11
11 -13
11 -15
2. Perhitungan Evapotranspirasi..............................................
3. Perhitungan Run-off Andalan Dr. FJ Mock...........................
4 . Perhitungan Run-off Andalan NREKA..................................
DAFTAR PUSTAKA
5. Hidrograf Satuan Sintetik Gama I, Sriharto Br, Dr. Ir. Dipl. HI Badan Penerbit
Depertemen Pekerjaan Umum, 1983.
6. Hidrologi Untuk Pengairan, Soeyono Sosrodarsono, Dr. Ir dan Kensaku
TAKEDA, Association for International Technical Promotion, Tokyo - Japan
1977.
7. Pedoman dan Kriteria Perencanaan Teknis Irigasi, Subdit Cantek Irigasi
Bandung, Agustus 1980.
PENGALIH RAGAMKAN
CURAH HUJAN MENJADI ALRAN PERMUKAAN
PENGALIH RAGAMKAN
CURAH HUJAN MENJADI ALIRAN PERMUKAAN
PENGALIH RAGAMKAN
CURAH HUJAN MENJAM ALRAN PERMUKAAN
ada beberapa Metode yang dapat digunakan, dalam tulisan ini akan dibahas 2
cara yaitu Metode Water Balance dari Dr. FJ Mock dan NREKA yang telah banyak
diterapkan dalam perencanaan bangunan air oleh Direktorat Jendeal Sumber
Daya Air.
(mm)
Ea = Evapotranspirasi
(mm)
I = lnfiltrasi
(mm)
(mm)
(mm)
Curah hujan (R) didapat dari hasil pengamatan beberapa tahun, semakin banyak
tahun pengamatan akan lebih mendekaki keakuratan. Evapotranspirasi dih'hng
dengan metode Penman, lnfiltrasi diperkirakan berdasarkan jenis tanah Ilahan
Daerah Aliran Sungai (DAS) bersangkutan. Dalam mmus empiris ini terdapat
beberapa hl~bunganhasil penelitian si pembuat rumus seperti besarnya aliran air
tanah dan besarnya tamp~~ngan
(Storage Volume) tanah itu sendiri.
PENGALIH RAGAMKAN
CURAH HUJAN MEWADI ALRAN PERMUKAAN
b. Evapotranspirasi
Ea = Ep - d E
dE = Perubahan Evapotranspirasi dipengaruhi oleh lama hari huj& dan kondisi
terbukanya lahan, sehingga panas matahari dapat leluasa menembus permukaan
tanah. Rumus ini apabila hari hujan lebih dan' 18 han' nilai perubahan Ep akan
negatif secara matematis, ha1 itu tidak mungkin karena angka 18 merupakan
batas hasil empiris. Sesungguhnya semakin banyak hari hujan maka Ep akan
terpenuhi, sisa hujan menjadi aliran permukaan dan atau menjadi lnfiltrasi masuk
kedalam tanah.
Rumus empiris perubahan Evapotranspirasidari Dr. FJ Mock :
dimana :
m porsentase lahan yang terbuka
n = jumlah hari hujan (hari)
Contoh :
Curah hujan efektif bulan Januari = 262 mm, jumlah hari hujan = 17 hari dan
jumlah hari 1 bulan = 31 hari, temeratur udara rata-rata = 25,75 OC, kelembaban
relatif (h) = 89,25 %. Hitung Evapotranspirasipotensial dan aktual ?.
PENGALIH RAGAMKAN
CURAH HUJAN MENJADI ALRAN PEWUKAAN
Ea=pC
,u = 0,35(ea- e,) = 0,35ed( 1 - h)
e, = eah
C = ( 1 + 0,0098U2)
Untuk data contoh soal bulan Januari sbb:
Ra = radiasi matahan di permukaan bumi tergantung letak lokasi terhadap garis
kattulistiwa dan bulan, untuk Januari = 15,80 mmhari, (Tabel 2.1).
t
mm/hari
PENGALIH RAGAMKAN
CURAH HUJAN MENJADI ALRAN PERMUKAAN
Ra (mrnlhari)
Belahan bumi utara
Ra (mmlhari)
Katulistiwa
Ra (mmlhari)
Belahan bumi selatan
100
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
Sepptember
Oktober
Nopember
~esember
12140
14130
1580
1. Open water
2. Rock
3. Dry mould
4. Wet mould
5. Grass
6. Freshly fallen snow
7. Ripe, clean, moist snow
8. Dirty snow
9. Green vegetation (general figure)
J. AL H U M
PENGALIH RAGAMKAN
CURAH HUJAN MENJAM ALRAN PERMUKAAN
Hubungan Temperatur
&a~a'
OC
70
10
12
14
16
18
22
20
26
24
m
Irn
4a
24
9)
nm
0
0
02
04
06
08
12
14
16
18
22
Slope Satrated (A = mm H ~ K )
24
28
28
PENGALIH RAGAMKAN
CURAH HUJAN MENJADI ALRAN PERMUKAAN
c. lnfiltrasi
lnfiltrasi (I) atau air yang masuk kedalam tanah mengisi pori tanah dan menambah
air tanah. Hasil penyelidikan Horton tahun 1933 - 1939 daya infiltrasi tergantung
pada faktor-faktor seperti :
tipe tanah seperti porous atau kedap air. Untuk tanah kedap air
infiltrasinya kecil, sebaliknya runoff nya besar
adanya tumbuh-tumbuhan
cara pengerjaan tanah
kadar air tanah
daya infiltrasi (fo) mula-mula lebih besar menuju kestabilan yang konstan (fc)
turunya garis daya infiltrasi mengikuti persamaan exponensial e-k' rumusnya
dapat ditulis sebagai berikut :
fi = fc + (fo - fc)*
e-"
dimana :
ft = infikasipada wakfu t
PENGALIH MGAMKAN
C U M H HUJAN MENJADI A L M N PERMUKAAN
(q,.,
bilat=l,
maka
4 I
= 4
J. AL HAKM
PENGALIH RAGAMKAN
CURAH HUJAN MENJADI ALRAN PERMUKAAN
aliran air tanah awal (qo)setelah berjalan waktu sebesar t menurun menjadi
sebesar (qt), dalam ha1 ini nilai K < 1.
rn
I - K
z(-)v,,
1+ K
terdapat hubungan antara K dan besarnya aliran air tanah, semakin besar K
semakin kecil aliran air yang keluar dari tanah.
dalam ha1 :
...t = 1
didapat
J. AL HAKM
PENGALIH RAGAMKAN
CURAH HWAN MENJADI ALRAN PERMUKAAN
e.
Base Flow
Vn = V n - ~ + I n t - X ( q n - ~ + q n ) t
Vn = Vn-1+1nt-BIJ
Bn = Vn-I - Vn + In t
Bn =Int-dVn
Bn = I
atau
Bn = I
+ Vn-, - Vn
-
(Vn - V n - , )
Vn- Vn-, = nIerupakan perubahan tampungan air tanah hasilnya bisa postidan
negatif, bila tidak ada hujan atau sedikit hujan, sehingga water surflus = 0, maka I
karena.......In = 0
maka
dimana:
AL
HAUM
PENGALIH RAGAMKAN
CURAH HUJAN MENJADI ALRAN PERMUKAAN
Run-off = Curah hujan - Evapotranspirasi aktual - lnfiltrasi + aliran dari air tanah,
lnfiltrasi menjadi dua bagian sebagian pengisi air tanah, sebagian lag; mengalir
keluar menjadi base flow.
Ro=R-E,-I+B,,
E,, = El, - d E
I = 0,4(R - E,)
B,, = I -dV,,
+ ( I - dT/,,)
Bn = I - dV,,atau = I - (-TI-,+ y, )
V,, = -(I + K ) I I I
2
Volume air tanah sebelumnya = KV,,-, dalam perhitungan untuk volume awal
besarnya diperkirakan. Dimulai bulan Januari dihitung secara simultan sampai
bulan Desember, periksa apakah anggapan benar, bila bedanya besar diulangi
dengan data Desember sebagai awal untuk hitungan Januari yang baru. Terakhir
ambil nilainya yang telah mendekati biasanya 2 kali jalan sudah cukup.
Dimana :
R = Curah hujan yang didapat dari data pengamatam bulanan
Ea = Evapotranspirasi aktual yang merupakan dari Evapotranspirasi potensial
terkoreksi oleh kondisi vegetasi DAS
PENGALIH RAGAMKAN
CURAH HUJAN MENJAM ALRAN PERMUKAAN
= lnfiltrasi dalam ha1 ini diperkirakan sebesar 40% yang dari curah hujan,
6, = Base flow aliran keluar dari air tanah menuju tempat rendah menjadi aliran
permukaan. Base flow merupakan sebagian dari lnmtrasi dan sebagian lagi
menjadi pengisi air tanah .
E
-300
E
m
cn
g
.-1
.-
-I-
200
loo
n
PENGALIH RAGAMKAN
CURAH HUJAN MENJADl ALRAN PERMUKAAN
T,L/
"K=
13umlah hari
Presipitad
--
--
n (lama hr huianl
ha"
mm
.-
(m/20)(18-n)
-
mrn
= En dE *)
rnrn
Water balance
R E,
Soil storaae
Soil moisture
Water surplus (R
- E,)
--
= 1/2*(1+K)* I,
Pengisian air tanah sebelurnnya
= K*V,
+ (14)
+ V,
Bn + Dro-=(16)+(18)
-
-.
-.
- .-
rnrn
0.80
PENGALIH RAGAMKAN
CURAH HUJAN MENJADl ALRAN PERMllKAAN
Th
1993
Jan ( 297
1
1
1994
219
1
1
1995
361
( 1996
2001
3
262
1996
4
283
283
1
1
1997
38
1998
437
1
1
1999
380
/
1
2000
418
1
1
2001
262
1
1
2002
438
Th
Urt
Jan
1997
1
38
1994
2
219
1993
5
297
1995
6
361
1999
7
380
2000
8
418
-1998
9
437
2002
10
438
Dengan rumus
R,,
10
+ 1 = 3 , maka ditetapkan curah hujan andalan 80% jatuh pada urtan
5
=-
data hujan ke 3 yaitu = 262 mmlbln. Dengan pemilihan ini akan terpenuhi
kebutuhan air selama 80% waktu dan tidak terpenuhi 1gagal 20% waktu, dengan
cara yang sama untuk bulan-bulan lain sehingga curah hujan andalan setahun
didapat. Perhitungan secara tabelaris lihat Lampiran HP. 1-1, 1-2, 1-3.
Curah hujan andalan 80%
P
mm
Jan
262
Feb
114
Mar
235
Apr
Mei
295
202 -137
J. AL
HAKM
Jun
Jul , Agust
45
16
Sept
Okt
19
105
Nop
267
Des
274
PENGALIH RAGAMKAN
CURAH HUJAN MENJADl ALRAN PERMUKAAN
3. Metode N R E K A
dikembangkan oleh Norman H. Crowford di USA
a.
Dasar-Dasar Pemikiran
Dalam metode ini dikenal beberapa parameter Daerah Aliran Sungai antara lain
sebagai berikut:
NOMINAL
Merupakan Index soil moisture capacity daerah tangkapan (DAS)
NOMINAL dalam satuan (mmlbln) = 100 + C . Rt, Rt = Curah hujan
tahunan (mm), 100 mmlbln anggapan tanah tidak pernah betul-betul
kering, tetapi masih ada berisi air sebesar 100 mmlbln. Sedangkan
nilai C ditetapkan berdasarkan hasil pengamatan NREKA di AS.
C = 0.2 untuk daerah dengan hujan sepanjang tahun
C < 0.2 untuk daerah dengan hujan musiman
Harga NOMINAL dapat dikurangi hingga 25% untuk DAS dengan
vegetasi terbatas atau tanah penutup tipis.
PENGALIH RAGAMKAN
CURAH HUJAN MENJADI ALRAN PERMUKAAN
J. AL
HALIM
PENGALIH RAGAMKAN
CURAH HUJAN MENJADI ALRAN PERMUKAAN
PSllB = P I
Porsentase air kelebihan pengisi lengas tanah (EM) yang masuk
kebawah menjadi air tanah (GW) pada jalur subsurface 1 lapisan
permukaan tanah sedalam 0 - 2 m, n~laiP I berkisar antara 0.3 - 0.9
tergantung sifat lulus air tanah:
P I = 0.5 untuk daerah tangkapan hujan normal Ibiasa
P I = 0.3 untuk tanah bersifat kedap air
P1 = 0.9 untuk tanah bersifat lulus air
GWF=P2
Porsentase tampungan air tanah (GW) yang menjadi aliran permukaan
(GWF) menuju ke sungai P2 merupakan parameter karateristik lapisan
tanah pada kedalaman 2 - 10 m, besarnya nilai P2 adalah :
P2 = 0.2 untuk lapisan tanah bersifat kedap air
P2 = 0.8 untuk lapisan tanah bersifat lulus air
b.
Ro = DRO+GWF
DRO = c.WB - GW = c(R - AET) - GW
GI.IfF= P2.GW = P2(P,.EM)
nmka
RO = c(R - AET) - GW
+ P, .P2.EM
Dimana:
DRO
GWF
atau
round-water
Flow (mm)
PENGALIH RAGAMKAN
CURAH HUJAN MENJADl ALRAN PERMUKAAN
GW
Balance (mm)
EM
c.
Kolom ( I )
Nama bulan, jumlah hari dalam bulan dan
Kolom (2)
Curah hujan bulanan tergantung keperluan antara lain:
Untuk debit andalan; digunakan curah efektif 50%, 80% dsbnya
biasanya yang diperlukan curah hujan minimum sld maksimum
per bulanan
Untuk menghitung debit banjir; digunakan curah hujan harian
maksimum bulanan
J. AL HALIM
PENGALIH RAGAMKAN
CURAH HUJAN MENJADI ALRAN PERMUKAAN
Kolom (3)
PET (Potensial Evapotranspirasi) dihitung dengan Metode Penman
Kolom (4)
Moisture Storage (MS) atau Tampungan lengas tanah, untuk perhitungan
awal biasanya diambil sebesar 600 mmlbulan. Tersedia grafik hubungan
antara Ratio Kelebihan kelengasan tanah dan Ratio Tampungan
kelengasan tanah Gbr NR.l
> 2 jatuh diluar grafik NR.l maka baca Ratio kelebihan kelengasan
Ra = EM IWE3 biasanya < 1. MSo = Moisture Storage awal diambil 600
mmlbln dan besaran Nominal = 100 + 0.2 Rt dimana ; Rt = Curah hujan
tahunan mmlth. Angapan awal hanya untuk bulan Januari, perhitungan
d~lanjutkansampai bulan Desember, bila perbedaan sangat besar (> 200
mm), hitungan diulangi dengan MSo yang baru yaitu hasil dari bulan
Desember yang terakhir.
Kolom (5)
Pengisian kolom (5) dengan cara menghitung = MS 1 Nominal dan
selanjutnya mendapatkan kolom (10) Ratio Excess Moisture dengan
grafik NR.l
Kolom (6)
Menghitung besarnya perbandingan antara, Rb IPET = (2) : (3)
Kolom (7)
Diisikan dari Grafik Gbr. NR.2 yaitu nilai Ratio perbandingan AETIPET.
Untuk pengisian hubungan antara Ratio Aktual Evapotranspirasi dan
Potensial Evapotranspirasi (kolom 7) disatu pihak dan Ratio Curah hujan
bulanan dan Potensial Evapotranspirasi (kolom 6) , dengan Storage
Ratio (Ratio tampungan kelengasan)
PENGALIH RAGAMKAN
CURAH HUJAN MENJADI ALRAN PERMUKAAN
tertentu Wi = MSINorn, nilainya berkisar dari 0,O sld 2,O bila > 2,O diluar
grafik, rnaka AETIPET diarnbil = 1.
Kolom (8)
AET (Aktual Evapotranspirasi) = (7) x (3)
Kolom (9)
Water Balance = Curah hujan bulanan - Aktual Evapotranspirasi
= (2) - (8)
Kolom (10)
Nilai Ratio kelebihan MS, dari Grafik Gbr. NR.l
berdasarkan nilai kolorn (5)
Ratio kelebihan kelengasan yang dapat diperoleh apab~la:
Bila neraca air (Water Balance) kolorn (9) benilai positif,
rnaka ratio kelebihan kelengasan dapat ditentukan
dengan grafik Gbr. NR.l berdasarkan nilai Wi (ratio
tarnpungan kelengasan) kolorn (4).
Tetapi apabila nilai neraca air negatif, artinya grafik Gbr.
NR.l ratio kelebihan kelengasan (EMNVB) = negatif,
tidak rnungkin niaka ratio kelebihan kelengasan = nol.
Kolom (1 1)
Kelebihan MS = Water Balance x Ratio kelebihan MS = (9) x (10)
Kolom (12)
Perubahan MS = Water Balance x Kelebihan MS = (9) X (1 1)
Kolom (13)
Pengisian Air Tanah = Sifat kelulusan (PI) x Kelebihan IWS = P1 X (1 1)
Kolom (14)
Awal Tarnpungan Air Tanah = Tarnpungan akhir - aliran Air Tanah =
(15) - (16)
Pada awal tarnpungan air tanah diperkirakan sebab tidak rnungkin
kosong sekali.
PENGALIH RAGAMKAN
CURAH HUJAN MENJADI ALRAN PERMUKAAN
- kolom
sebelumnya.
Sebagai patokan akhir perhitugan (kolom 4), nilai tarnpungan kelengasan (MS)
bulan Januari harus mendekati tarnpungan kelengasan (MS) bulan Desember.
PENGALIH RAGAMKAN
CURAH HUJAN MENJADI ALRAN PERMUKAAN
Jika terdapat perbedaan antara keduanya cukup besar ( > 200 mm ) perhitungan
perlu diulangi mulai bulan Januari lagi
kelengasan
Perhitungan dengan Metode Water Balanced Dr.FJ Mock telah banyak digunakan
untuk menghitung ketersedian air irigasi mulai tahun 1980 an. Untuk Metode
NREKA telah banyak digunakan untuk menghitung ketersedian air pada
pembangunan embung-embung di Indonesia bagian timur yang kering, terutama
pulau-pulau kecil seperti NTT dan NTB.
Contoh Perhitungan Metode NREKA dengan data hujan dan kilmatologi sama
dengan Metode Water Balance Dr. FJ Mock, perhitungan lihat Lampiran HP. 1-4.
Sedangkan untuk menelusuri medapatkan angka-angka dalam tabel ikuti uraian
penjelasan masing-masing kolom (1) sampai (20), berikut ini ditarnpilkan contoh
pentabelan jalanya perhitungan metode NREKA.
PENGALIH RAGAMKAN
CURAH HUJAN MENJAM ALRAN PERMUKAAN
= Moisture Storage
PI =
P2 =
0.30
Ralio
Kdebhan
Perubehan
Pes~Uml A d Tmp.
Kekbhan
MiStu
WblSLu
Ailanah
MhrPh
MiTamp.
Akm
Akran
Ahan
Aililmh
Arlanah
Law-
PWlt
ww
ban
W i Stu
(mn)
Gram
(10)*9)
10
11
(m)
Plx(l1)
(%If)
12
13
J. AL W
(mm)
(15H16)
14
CA (tm') =
0.70
(m)
(mn)
(m)
(m)
(t3)+(14
F2?(15)
(11x13)
(l7)+(18)
15
18
17
18
PENGALIH RAGAMKAN
CURAH HUJAN MENJADI ALRAN PERMUKAAN
01
0.2
0.3
04
0.5
0.6
0.7
0.8
0.9
10
J. AL H U M
1.1
1.2
1.3
14
1.5
1.6
PENGALIH RAGAMKAN
CURAH HUJAN MENJAM AUZAN PERMUKAAN
? 2 S a
C
< - . P g o p g
~ u i a n Mock
Nreka
b (N/5)+1
N = h r n h h tahun pmgamatan
Curah huian diurutlen dari lecil L beel
EvapotmspM
n lnnnrarl
40 9%
.) = ldma hari hutan > I8 hari A > Eo nllalnva neqatl ha1 Inl tdk mungkln teMdl
EA = EvalotransplraslAktual
Innltmsl
meniadl
~ . 0.4
~ tn-etl
. tldak wlumhnva
~.
.~ air tanah
recaqlan r e b q a l cengtr. t m ~ s stanah dan mardm mencawi alr lanan
setelan menladl atr tanan ada b q l a n van1 menpal r, drbl allran aor tanan (Rn)
rn
R u on-FJ Mod
HIDROGRAF SATUAN
SINTETIK
Data seperti tersebut diatas jarang didapatkan, kecuali hanya pada daerah yang
telah berkembang lama pada sungai - sungai tertentu. Untuk mengatasi masalah
ketidak adaan data hidrograf banjir maka ahli hidrologi menciptakan yang disebut
hidrograf satuan sintetik.
Untuk sungai - sungai yang tidak tersedia catatan data pengukuran debit dalam
jangka waktu lama, kesulitan akan timbul saat menentukan debit banjir. Pada
umumnya yang tersedia adalah curah hujan harian, bulanan dan tahunan. Untuk
mengatasi persoalan ini beberapa ahli telah mengadakan penelitian untuk
mendapatkan debit banjir, diantaranya Metode Hidrograf Satuan Sintetik dalam
ha1 ini akan diuraikan beberapa Metode yang dianjurkan oleh Direktorat Jenderal
Sumber Daya Air. Metode ini telah banyak digunakan untuk membuat
AL HALIM
Metode Hidrograf Satuan Sintetik yang dibahas tulisan ini antara lain:
Hidrograf Satuan Sintetik Gama 1, 1982
Hasil penelitian Dr.lr. Sriharto BR, Dip. H. guru besar Hidrologi Universitas
Gajah Mada melakukan penelitian pada 30 DAS, untuk luas DAS kurang dari
3.250 km2 sungai-sungai di Pulau Jawa.
Hidrograf Satuan Sintetik Nakayasu
Nakayasu melakukan penelitian pada sungai-sungai di Jepang dan telah
dipakai untuk perencanaan bangunan-bangunan air di Indonesia diantaranya;
perencanaan bendungan dan perbaikan Sungai Brantas, Jawa Timur.
Sherman menyarankan hujan satuan yang dipilih adalah yang lamanya sama
atau lebih pendek daripriode naik hidrograf
( waktu dari permulaan limpasan sampai puncak hidrograf )
Gama I Sri harto menamakan TR.
Tp. Pada
Curah hujan yang terukur adalah total, maka sebelum dipakai untuk membuat
Hidrograf satuan harus dikurangi dengan besarnya kehilangan akibat penguapan,
infiltrasi, intersepsi, pengisian cekungan, dan sisanya disebut sebagai curah hujan
efektif.
d. Bila curah hujan tidak seragam hasil Hidrograf satuan yang didapat
kurang memuaskan
lstilah
CMB = Curah Hujan Maksimum Boleh jadi atau
PNlP = Probable Maximum Precipitation
DAD = Depth Area Duratioan atau
KLD = Kedalaman Luas Durasi
Tp = Time of concentration atau waktu konsentrasi banjir yaitu waktu dari awal
sampai dicapai puncak banjir atau puncak hidrograf.
Durasi hujan = lamanya terjadi hujan
lntensitas hujan = tinggi curah hujan per satuan waktu
J. AL
HAUM
juga hujan mangkus yaitu curah hujan yang telah dikoreksi dengan faktor reduksi
dan dikurangi dengan kehilangan seperti infiltrasi, intersepsi, penguapan dan
tampungan cekungan.
a.
Faktor reduksi sehubungan ketidak meratanya hujan dalam satu luasan. Curah
hujan DPS atau DAS diperoleh dari hujan rata-rata hasil pengamatan alat ukur
hujan. Faktor reduksi dari PSA-007 menyarankan faktor reduksi seperti Tabel 1.1
Tabel 1.1 Faktor Reduksi
Luas DAS k aktor
(k-m.2-)R-6d uxs;-10
1.oo
0.9~83
0
700-~-0.94
-.
--
FAKTOR REDUKSI
~-
--
om-
XCjE ----0T86---
~~
--
400
500 -6-oo7 0 0
-~ 80.0--
--
--
0.83
082.
or79
.z
Y
oao
a
1
f!
060
~-~
OT77~.
ol-f--~-
--
0774Or722,000--0.61~3,OOO"0.52
.0.44
4,OOF -----Ox5,000900~-
I
1
- -
l~yoDo--
--
---
--
--
10
B = 1,5518A-(1,1491
100
1 000
low0
,
I
SIM = faktor sirnetri tidak berdirnensi adalah hasil perkalian faktor lebar WF dan
luas DAS sebelah hulu
S
Sebaiknya pola durasi hujan diarnbilkan dari hasil pengarnatan pada daerah yang
akan ditentukan debit ba~jirnya, durasi hujan seperti apa yang pernah
rnenirnbulkan banjir pada daerah tersebut. Kadang kala ha1 tersebut sulit
didapatkan, rnaka PSA 007 rnenganjurkan optirnasi sebagai berikut :
Pernilihan durasi hujan dengan pola distribusinya, sangat berpengaruh pada hasil
banjir desain yang diperhitungkan. Curah hujan yang sarna terdistribusi dengan
durasi yang panjang akan rnenghasilkan puncak banjir yang rendah dibandingkan
dengan yang terdistribusi deqgan durasi yang pendek. Oleh karena itu penetapan
dllrasi hujan kritis perlu dilakukan dengan optimasi beberapa besaran durasi
hujan sehingga diperoleh durasi hujan kritis.
Untuk bendungan-bendungan kecil disarankan dilakukan optimasi
durasi untuk hujan 6 jam sarnpai dengan 24 jam, misal6, 9, 12, 15 jam
dan seterusnya.
Sedangkan untuk bendungan yang besar 'disarankan dilakukan
optimasi untuk durasi hujan 1, 2, 3 hari bahkan dapat lebih tergantung
besamya DAS atau DPS dan dimensi waduk.
Sebagai langkah awal, durasi hujan dapat diambil sama atau sedikit lebih
besar dari waktu konsentrasi banjir ( time of concentration ).
Ada beberapa hasil penelitian para ahli tentang besarnya waktu konsentrasi banjir
antara lain sbb:
KIRPICH ( 1940)
~ ~ ~
Sriharto selain panjang sungai dan kemiringan juga berpengaruh faktor bentuk
DAS seperti gemuk 1 pendek atau memanjang 1 rampung.
L
SF
NAKAYASU
T, = tg + 0,8 tr
Nakayasu melihat panjang sungai dan kemiringan lahan Imedan DAS yang diberi
notasi alpha yaitu yang mempengaruhi hidrograf bentuk hidrograf.
daerah pengaliran biasa a = 2
untuk hidrograf yang naik lambat - turunya cepat a = 1,5, DAS
nya relatif landai dan luas serta lebar, sungainya agak terjal
untuk hidrograf yang naik cepat - turunya lambat a = 3, DAS
nya agak terjal luasanya memanjang serta sempit, sungainya
landai
tg tergantung panjang sungai (L)
L<15km
tg = 0,21. L o 7
L>15km
tg = 0,4 + 0,058 L
dimana:
L = panjang alur sungai (km)
Tg = waktu kosentrasi (jam)
Hujan yang menirnbulkan banjir bukan hanya terjadi oleh hujan satu hari,
biasanya tiga hari atau lebih, hari pertama air hujan mengisi pori-pori tanah,
setelah jenuh baru timbul limpasan permukaan, saat itupun sungai biasanya juga
banyak air, maka kemampuannya menampung tidak tercukupi maka timbul banjir.
Maka dalam menentukan pola hujan yang menimbulkan banjir harus dengan
cermat. Untuk luasan yang kecil dapat digunakan curah hujan 6 jam, dengan
catatan sudah ada hujan waktu sebelumnya.
Menurut PSA-005 adalah hujan kritis yaqg distribusinya disusun berbentuk genta
( bell shape );
sendiri dengan tinggi hujan masih rendah dan kedua akibat hujan yang memang
tinggi mencapai puncaknya. Maka dalam memilih durasi hujan efektif atau hujan
mangkus perlu peqgalaman dikombinasikan dengan pengamatan pola hujan
setempat, agar durasi hujan yang dipilih sama atau lebih pendek dari waktu
konsentrasi.
Tabel 2.1 lntensitas hujan dalam O/O yang disarankan PSA 007
Kala ulang
Tahun
-
~-
112jam 314jam
5
32
41
10 - . 30
38
25
28
36
-.
50
2735
34
100
26
1000
25
32
-~
CMB
20
27
-
--
--
--
~ - -
---
- -
~-
--
--
1 jam
48
45
43
42
41
39
34
2jam
59
57
55
53
52
49
45
3jam
66
64
63
'61
60
57
52
~
6 jam
78
76
75
73
72
69
.64
12jam
88
88
-~
88
88
88
88
88
24 jam
100
.
100
100
100
100
100
100
Note: Kala ulang 100 tahun; W jam pertama intensitas curah hujan 26% dari total curah
hujanharianrnaksirnum (Chm) arlinya =(26%Chrn/E jam)
Dari data hujan jam-jaman selama 24 jam dapat diketahui pola hujan yang
menimbulkan banjir. Pada contoh ini intensitas hujan tertingi terjadi dalam
waktu selama 6 jam. Maka pola hujan 6 jam ini dipakai sebagai pola hujan
yang menimbulkan banjir pada DAS tersebut.
II- 10
d.
Hal ini terungkap pula dalam penelitian lain hidrograf yang terukur di suatu stasion
hidrometri berasal dari hujan yang jatuh dalam suatu DAS kemudian ditampung
oleh sungai-sungai tingkat pertama (first order). Selanjutnya diteruskan ke sungais ~ ~ n g atingkat
i
lebih besar sampai ke stasion hidrometri terl~kurhampir 80%
berasal dari sungai-sungai tingkat satu. Hasil penelitian menghasilkan prumusan
empiris yang diberi nama sesuai tempat berkiprahnya Sriharto sebagai Guru
besar yaitu Universitas Gajah Mada (Gama) di Yogyakarta. Rumus - rumus telah
diolah sedimikian rupa berdasrkan prinsip-prinsip mathematis dan asumsi-asumsi
empiris sebagai berikut:
Qp
0,1836 A
0,5886
JN
0,2381
TR
-0,4008
TR =-0,43
L
SF
Titik peninjauan
WU = lebar DAS sejauh % dari titik tinjauan
RUA= luas DAS sebelah hulu ditentukan dengan cara memeperkirakan letak tb
(titik berat) luasan DAS dan buat garis pernbatas yang merupakan garis
tegak lurus terhadap garis jarak terdekat antara tb dan titik peninjauan
debit.
HlDROLOGl UNTUK PENGAIRAN
NASSARUDDIN J. A1 HALIM
Hidrograf satuan yang disajikan pada sisi naik merupakan garis lurus dan sisi
turun merupakan garis dengan persamaan eksponensial sebagai berikut:
Qf= Qp * e
-1IK
dengan e = 2,3
-0,1446
SF
-1.0897 ~ 0 . 0 4 5 2
Disamping hasil hidrograf satuan yang merupakan hasil kali hujan efektif atau
hujan mangkus dengan hidrograf satuan yang merupakan hidrograf limpasan
langsung, masih diperlukan aliran dasar (base flow) yang berasal dari aliran air
tanah. Besarnya aliran dasar yang dipengaruhi oleh luasnya DAS dan kerapatan
jaringan kuras, rumus empiris ini mengandaikan besarnya aliran dasar tetap.
Qb = 0,4751 A
D 0'9430
J. AL
HALIM
dimana:
QP
dimana:
Qa = Limpasan sebelum mencapai debit puncak dengan waktu t (m31dt)
t = waktu dalam jam
Bagian lengkung turun (decreasing limb); Qd = debit bagian lengkung turun dibagi
dalam 3 bagian, dimulai dari puncak debit besaranya sbb:
1. Bagian atas
2.
Bagian tengah
3. Bagian bawah
J Af HAUM
dimana:
Tp = tg + 0,8 tr
tr = satuan durasi hujan
tg tergantung panjang sungai (L)
Lcl5krn
tg = 0,21. Lop'
L>15km
tg = 0,4 + 0,058 L
dimana:
L = panjang alur sungai (km)
Tg = waktu kosentrasi (jam)
Tr = antara 0,5 tg sampai 1,O tg (jam)
T0,3= atg (jam)
Langkah-langkah Perhitungan
1. Dengan peta topografi tentukan data-data sungai luas DAS, kerniringan,
panjang sungai tingkat 1, 2,3 dst.
2. Kurr~pulkandata hujan untuk diolah dengan analisa frekuensi distribusi cara
statistik paling kurang selama 10 tahun.
3.
Kumpulkan data banjir yang pernah terjadi; tanggal, lama dan tinggi curah
hujan, bila mungkin curah hujan saat itu dari catatari hujan otomatis akan
lebih baik. Lama hujan yang menimbulkan banjir berguna untuk menetapkan
pola durasi hujan yang akan digunakan menetapkan debit banjir.
4.
Menghitung hujan efektif (Pi) = Curah hujan pencatatan - phi index, untuk phi
index dapat digunakan rumus dari Dr. Sriharto atau Metode Horton.
Pada contoh penyelesaian ini untuk point 3 langkah perhitungan diatas, di Pulau
Belitung tidak tersedia data yang diperlukan yaitu pencatatan hujan jam-jaman,
maka penyelesaian dilakukan sebagai berikut :
Lihat Lampiran HP. 2-3 digunakan optimasi saran PSA - 007, Direktorat Jenderal
Sumber Daya Air.
5. Membuat pola durasi hujan untuk debit banjir rnenggunakan pola durasi hujan
yang dianjurkan PSA - 007, Ditjen SDA :
Dari perhitungan analisa frekuensi distribusi curah hujan didapatkan curah hujan
harian maksimum dengan return period 100 tahun = 16503 mm. Maka dapat
direkayasa dengan saran PSA-007 diatas besarnya turun hujan setiap jamnya :
Hujan
13.20
26.41
72.61
13.20
9.90
8.25
Distribusi hujan jam-jaman bentuk genta tersebut sudah barang tentu tidak
seluruhnya menjadi aliran pemukaan. Setiap hujan yang jatuh di bumi sebagian
akan menguap (Evapotranspirasi), menjadi infiltrasi kedalam tanah dan mengisi
cekungan-cekungan lahan. Sriharto menganjurkan rumus guna penyederhanaan
untuk menghitung kehilangan air hujan. Dari semua kehilangan air yang
terpenting adalah untuk storage retention dan infiltrasi sbb :
J. AL
HAUM
Maka setelah distribusi hujan jam-jaman dikurangi derlgan phi Index tersebut,
itulah yang dikatakan hujan efektif yang menjadi lirr~pasanpermukaan (Runoff).
Ternyata dalam kasus diatas hujan efektif yang menjadi Runoff hanya selama 4
jam yaitu jam ke 1 sld jam ke 4
6.
7.
8. Sedangkan curah hujan efektif yang digunakan pada metode unit hidrograf
Nakayasu, tidak mengenal index phi seperti metode Gama I Prof. Sriharto Br,
tetapi memakai koefisien pengaliran C. Penentuan besarnya koefisien
pengaliran C terganturlg pada; topografi, kemiringan, terdapatnya cekungancekungan yang dapat menahan hujan, rawa-rawa atau retention basin lainya
serta tumbuh-tumbuhan penutup yang ada di catchment area atau daerah
aliran sungai. Maka dalam perhitungan hidrograf debit banjir, curah hujan
total didapat dari pengamatan langsung digunakan untuk mendapatkan debit
banjir, karena pengurangan air hujan akibat evapotranspirasi, inilltrasi dan
kehilangan lainya telah diperhitungkan pada saat membuat unit hidrograf
satuan sintetik Nakayasu.
Dari hasil perhitungan pada Larnpiran HP. 2.1 sld 2.4 dapat dilihat hasil
perhitungan debit banjir untuk kasus sungai yang sama dengan menggunakan
kedua metode tersebut. Hasil perhitungan kedua metode tersebut untuk kasus ini
HlDROLOGl UNTUK PENGAIRAN
NASSARUDDIN J. AL HALIM
tidak berbeda jauh besarnya debit banjir untuk QIOO = 152,90 m3ldt untuk Gama I
dan 146,04. m3ldt untuk Nakayasu. Untuk memastikan besarnya suatu debit b a ~ j i r
suatu sungai sekurang-kuarangnya dibandingkan 3 metode lainya seperti yang
belum termasuk dalam tulisan ini Hidrograf Satuan Sintetik dari Snyder, SCS dan
Metode Rational yang cukup tua seperti ; lwai Kadoya, Melchior dan Weduen.
Durari
Oam)
Ordinat UH
(4
(m3ldt
Hujan PA
(mm)
Hujan P2
On)
Hujan P3
(mm)
Penjelasan
U = ordhat (surnbu tegak) unit hidrograf sintetik
P = tinggi curah hujan efektif
(m3ldt)
1 No 1 Metode UH Gama I
1 Metode UH Nakayasu
QP = 0,183a o . 5 8 8 6~ ~ p . 2 I 3T R8 ~ , ~ O O ~
Tp = tg + 0,8 tr
T0,3= atg (jam)
Tr =0,5sld 1,Otg
Waktu konsentrsi (Tp) = 2,4 jam
tg = tergantung panjang sungai
Dipengaruhi olh Kelandaian, panjang Wkt konsentrsi (Tp) = 1,78 jam
sungai, faktor simetri DAS
Dipengaruhi oleh panjang sungai,
topografi dan kelandaian
I
Unit Hidmraf
GAMA l
s w i RANQKU
A W)
L@lQ
Tk I (knp
TR (ja*
TE ()am)
K
Qb m3Ml
30.30
0 18
16.50
27.70
OW010
10 00
0 59
0 57
7.00
S-Sbpe
JN
SF
SN
Lbom
Lb 0,zj
WF
RIM
SIM
D
Aw
DEBlT BANJR
P.
E I A W
PER-
4.w
1.75
0.60
1.05 Lsbarsebebht*llu
1.W
23.58
2 40 N.yasu=
1.78
43 32
72 6
5.06
1.94 Nyssu1.40
r 10.48
p
DsM-k=ap
DsM ~ a i -kh n
pain Lnrs
Op=O,1836~~~-~t8~
DsM lurun mnrpalran lib e,qmnemial. e = 2.3
GI = w e . "
I I. waldu kaarah l m (jam
( m i dad p m ~ 9 Ik= 0, bin1 label pmn-n)
m m b iuik (JP*
m = 0.43 ~ 1 0 0 + 1 . ~ SIM5 + 1.2775
index infillasi
index(= 10.4903 3.859.10 *.A2+ 1,8885.10 ". (/VSM4
M s e n tanpmgan
K 0,5617 . A ' , ' ~ . S -O,'M. SF .',PbP'. DO-
-.. - .
.__
-'
CA Sungai Rangkui
Unit HldrografGama I
Unit Hidrograf
CAR0
Mahn
*=3,6(0,3~p+~,j
D.bl
a,
ten,
.nknrruLp.lB%M
15 W
010
ow
075
1m
9 (8
150
? 7 T *
)~ I Z l m ~ m w e b n S
1
L (MI<
L (bn~=
LkM a n h Lmgkung b l m
kel e r o . 3 0 ~
-'
O.m, ,&r
0.3'~
OW1
o m
0175
ow9
o m
L=-.*rpngl(b*
Q-O4+OoJsl (W
0'02%~" M
Hldrograf
LIIS
L45
Satuan Nakayasu
a. 0.3
c1
ke 2
042
u p t i . 0.
(1-Td I TO%
tern)
1
2
3
4-
2.00
3 00
400
4 50
cl
0.07
041
0 75
0 91
a.=o,aaa.
1.2828
0.85%
0.57W
0.4663
0.42
dd
0.13
Qd=O.3~pCT4
U (1-TdO.5 ToJ 1 1.5 To,,
t@m)
ci! &=O.3"ap
dcma2
5.W
1.05
0 3924
6.00
1.28
0 3004
7.00
1.50
02293
8.00
1.73
0 1751
1.W
0.1337
9.00
T,
-~slduarrdhpnranpd
-mbarir(jam)
T a , - m k l u - ~ u b * .
tg
h
1
mmawidsbaWrWdeM-k
(Bm)
-W.hk
e (jam)
0.5 1p sld 1.0 1g (gm)
WakN paJatanar haogaf br@(jam)
r
--
Vnruk~OmI,Rd.8mu(o,mnglCIIbl;
D b a m k d c m - a k h t L r s w . s , a s * h p n h u d b n ~ ~ ~ i
rma~.dah.tonosrslaamdsltlRnri((h&a)
--
10-"
(&)'I
H ~ ~ h ) n t l m r C m c , d , h ) n
--mh.81
Di,l-DaoanlhulnIz)m
m6 (-1
-1
On?
A.
SN=
tam
*ma
hBn
hpn
HIDROGRAF BANJIR
Metode GAMA I
sun@ R-~~ZA. P-aU
R-a.
3820 hll
057
Rdu WL.
+ h l w
I hian
MC-4
HIDROGRAF BANJIR
-
Metode NAKAYASU
Sungal Rangkul Pangkal Pinang. Pulau Bangka
HIDRQGRAF BANJIR
Durarl (jam)