Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sebagai mahasiswa Departemen Teknik Kimia, mata kuliah Perpindahan
Kalor adalah salah satu mata kuliah yang wajib untuk di pelajari. Mata Kuliah
ini ke depannya akan sangat bermanfaat bagi mahasiswa lulusan Departemen
Teknik Kimia, karena dalam perpindahan kalor akan sangat banyak ditemui
penerapannya dalam kehidupan dan pekerjaan.
Dalam pengajarannya banyak metode yang di gunakan untuk
menyampaikan materi kepada mahasiswanya, salah satunya adalah problem
based learning, disini kami belajar dalam kelompok saling bertukar pikiran
atas materi yang ada dan di berikan dengan dibantu oleh dosen sebagai
fasilitator.
Kali ini penulis menuliskan makalah mengenai Perpindahan Kalor
Konduksi Kondisi Tunak dan Tak Tunak, sebagai bentuk nyata hasil diskusi
dari kelompok kami.
1.2 Pembatasan Masalah
Perpindahan kalor dapat terjadi dalam berbagai bentuk, konduksi,
konveksi, dan radiasi. Dalam pembahasan kali ini, penulis membatasi
pembahasan hanya pada perpindahan kalor konduksi pada kondisi tunak dan
tak tunak. Hal ini dimaksudkan untuk membuat penulis lebih memahami
sistem ini.
1.3 Tujuan Penulisan
Setiap kegiatan manusia pasti mempunyai tujuan tertentu. Demikian pula
dengan pembuatan makalah ini mempunyai beberapa tujuan yaitu sebagai
berikut:
1

Penulis ingin memberikan penjelasan singkat mengenai perpindahan


kalor secara induksi baik dalam kondisi tunak maupun kondisi tak
tunak.

Penulis ingin memberikan jawaban atas soal pemicu yang telah


didiskusikan dalam kelompok agar dapat dibaca dan bermanfaat bagi
pembaca.

1.4 Mafaat Penulisan:


Dalam menulisan ini penulis berharap dapat memberikan manfaat bagi
penulis khususnya, dan bagi para membaca pada umumnya. Secara umum
manfaat yang di harapkan yaitu:
1 Memperoleh ilmu mengenai perpindahan kalor secara konduksi baik
2

pada kondisi tunak maupun kondisi tak tunak


Mengetahui jenis soal dan pembahasannya untuk pembahasan ini.

BAB II
DASAR TEORI

2.1 Perpindahan Kalor Konduksi Tunak Satu Dimensi


2.1.1 Dinding Datar
Untuk dinding datar dengan konduktivitas termal konstan, ketebalan
x , dan temperatur T dan T pada kedua sisinya, integrasi Hukum Fourier
1
2

untuk konduksi ke arah x menghasilkan:


kA
q x=
(T 2T 1)
x

(1)

Jika konduktivitas termal tidak konstan melainkan bervariasi terhadap


temperatur sesuai hubungan linear:

k =k 0 (1+ T ) , maka Persamaan (1)

dapat dituliskan:

T
T

( 22T 21 )
2
( 2T 1)

k 0 A
qx=

(2)

Jika terdapat lebih dari satu material pada dinding dan membentuk dinding
berlapis, maka laju perpindahan kalor adalah:
k A
k A
k A
q x = A ( T 2T 1 )= B ( T 3 T 2 ) = C (T 4T 3 )
xA
xB
xC

(3)

Penyelesaian Persamaan (3) secara simultan menghasilkan:


T 1T 4
q x=
x A /k A A + x B /k B A + x C /k C A

(4)

2.1.2 Hukum Fourier Pada Benda Padat


Hukum Fourier merupakan dasar dari perpindahan panas secara
konduksi. Persamaannya dinyatakan sebagai berikut
q=k A

[ ]
dT
dx

(5)

dT/dx: gradien temperatur pada arah X (oC/m)


A
: luas penampang yang tegak lurus q (m2)

q
K

: laju perpindahan kalor (Watt)


: konduktivitas termal (W/m oC)

2.1.3 Hukum Fourier Pada Benda Radial


-

Koordinat silindernya adalah ( r , z , )

Luas penampangnya

A=2 rL

(6)

Sehingga hukum fourier menjadi


-

q=k 2 r L

dT
dr

(7)

Gambar 2.1. Silinder Berongga


(Sumber : http://tekim.undip.ac.id/images
/download/PERPINDAHAN_PANAS.pdf)
Pada silinder terdapat jari-jari dalam (ri) dan jari-jari luar (ro), panjang L
dan mengalami perbedaan suhu Ti-To. Unutk sistem seperti pada gambar yang
memiliki L > D (diameter) maka aliran kaor berlangsung menurut arah radial
(r) saja. Oleh karena itu, memiliki boundary condition
T =Ti , r = ri
T = To , r = ro
Sehingga, hukum fourier pada silinder berongga ialah
ln( r o /r i)
(TiT o)
q=2 k L

(8)

Atau
ln( D o /D i)
(TiT o)
q=2 k L

(9)

2.1.4 Hukum Fourier Pada Silinder Bola Berongga


-

Koordinat pada bola : (r , ,)

Luas penampang
A=4 r 2

(10)

Sehingga Hukum Fourier pada bola menjadi


dT
q=k 4 r 2
dr

(11)

Gambar 2.1. Bola Berongga


(Sumber : http://tekim.undip.ac.id/images
/download/PERPINDAHAN_PANAS.pdf)
Pada bola terdapat jari-jari dalam (ri) dan jari-jari luar (ro), dan dialiri
panas sebesar q. Suhu permukaan dalan Ti dan luar To.
- T =Ti , r = ri
- T = To , r = ro
Sehingga, hukum fourier pada bola berongga ialah
q=4 k

(TiT o)
1 1

ri ro

(12)
di mana hambatan termal memiliki unit oC/W atau oF.h/Btu. Setelah integrasi
Hukum Fourier dilakukan, nilai

Rth

ditentukan dan digunakan untuk

mengitung laju kalor sistem tertentu yang tersusun dari berbagai material
secara seri, paralel, atau campuran.

2.2 Perpindahan Kalor Konduksi Tak Tunak


Jika suatu benda diletakkan secara tiba-tiba pada suatu lingkungan, pasti
ada waktu yang harus ditempuh sebelum sistem berada dalam kesetimbangan.
Kondisi temperatur bervariasi terhadap waktu inilah yang dipelajari dalam
sistem konduksi unsteady-state. Persamaan diferensial umum pada sistem
unsteady ialah:
z 2 T 1 T
=
x2

(13)

2.2.1 Sistem Kapasitas Kalor Tergabung


Lumped Heat Capacity System merupakan suatu bentuk kondisi paling
sederhana pada sistem unsteady state, dimana pada kondisi ini distribusi
temperatur di dalam benda padat diabaikan, sehingga hanya memperhatikan
perbandingan dengan keadaan eksternalnya dan berlaku:
T di dalam benda padat = T permukaan
Panas yang keluar benda selama dt = Pengurangan energi dalam benda
selama dt
Apabila T=To pada

=0, maka:

q=h A ( T T )=cV

ln

dT
dt

(14)

T T hA
=

T iT cV

hA
T T [ cV
]
=e
T iT

Rate of convection heat transfer :

q=h A [ T T ]

Total amount of heat transfer

q=m c [ T T i ]

(15)

Maximum heat transfer

q=m c [T T i ]

Term kapasitas pada lumped heat system pada dasarnya dapat dianalogikan
dengan teori elektrik, sehingga:

Keterbatasan teori ini terletak pada nilai suatu bilangan yang disebut Biot
number, yang menggambarkan gradien temperatur internal sistem:
V
)
T T surface
A
=
k
T surface T

(16)

h(
Bi=

Jika Bi < 0.1, maka penyelesaian dapat menggunakan lumped heat capacity
system

2.2.2 Aliran Kalor Transien dalam Benda Padat Semi Tak Berhingga
Semi-infinite solid merupakan figur ideal dari permukaan satu dimensi
dan dapat dikembangkan ke arah manapun secara tak terhingga. Persamaan
yang berlaku sama seperti persamaan tak tunak umum dengan beberapa
variabel:
Variabel similaritas

x
4 t

(17)

T iT surface 2 u
= e du=erf ( )=1erfc ()
T surface T 0
2

Error function:

(18)
(19)

2
eu du
Complementary error function : erfc ( ) =1
0
2

2.2.3 Kondisi Batas Konveksi


2.2.3.1 Angka Biot

Angka biot merupakan rasio antar besaran konveksi permukaan dan


tahanan konduksi dalam perpindahan kalor. Nama biot berasal dari Jean
Baptiste Biot, dan rumusnya dapat dinyatakan sebagai
h.s
Bi=
k

(20)

Dengan h = koefisien perpindahan kalor konveksi (W/m2.K)


s = dimensi karakteristik
k = konduktivitas termal (W/m.K)
Jika nilai Bi >>> 1, menandakan bahwa nilai k kecil yang berarti
dinding tersebut adalah insulator. Namun jika nilai Bi <<< 1, maka dapat
disimpulkan bahwa resistansi konduksi internal dapat diabaikan jika
dibandingkan dengan resistansi konveksi permukaan. Ini berarti suhu yang
terdapat pada benda uji dapat dianggap seragam. Makin rendah nilai
modulus Biot berarti tahanan konduksi dalam dapat diabaikan terhadap
tahanan konveksi permukaan.

2.2.3.2 Angka Fourier


Bilangan Fourier merupakan bilangan tak berdimensi yang
digunakan untuk mempelajari perpindahan kalor dalam kondisi tidak tunak
(unsteady). Nilai dari bilangan ini sebanding dengan hasil kali dari
konduktivitas termal dengan waktu karakteristik dan dibagi dengan densitas,
kalor spesifik saat tekanan tetap dan jarak. Bilangan ini menyatakan
hubungan antara laju perubahan kondisi termal di lingkungan dengan laju
variasi distribusi temperature di dalam system dengan mempertimbangkan
ukuran system dan difusivitas termalnya. Bilangan Fourier dirumuskan
dengan

Fo

2
s
cs 2

Dengan = Difusivitas Termal (m2/s)


= Waktu Karakteristik (s)

(21)

s = Dimensi Karakteristik
= Konduktivitas Termal (W/m.K)

= Densitas (kg/m3)

c = Kalor Spesifik

BAB III
PEMBAHASAN SOAL

A. Contoh kasus : Desain dinding rumah


Beberapa fenomena kehidupan sehari-hari yang terkait dengan
perpindahan kalor secara konduksi telah dipaparkan diatas. Dapatkah anda
menggambarkan dan menjelaskan mekanisme perpindahan kalor yang terjadi
pada dinding rumah, serta persamaan-persamaan konduksi yang terlibat dalam
penjelasan mekanisme tersebut ?
9

Jawab :
Dinding rumah mengalami perpindahan panas secara konveksi dari udara
menuju permukaan dinding dan setelah melalui dinding, panas akan
dipindahkan lagi melalui udara bebas secara konduksi. Sistem yang ada pada
dinding rumah merupakan sistem yang rumit karena terdiri dari kusen, pintu,
jendela, dan pajangan-pajangan dinding. Oleh karena itu, dalam menjawab
masalah ini, dapat diasumsikan bahwa sistem adalah dinding tanpa bendabenda lain di sekitarnya.
Udara merupakan fluida bergerak dan sebagai media pembawa panas ke
dinding rumah. Proses perpindahan panas dari udara ke dinding rumah disebut
konveksi karena molekul-molekul udara ikut berpindah bersama dengan panas
ke dalam dinding rumah. Pada proses ini, laju panas yang berpindah dapat
dinyatakan dengan persamaan berikut:
q h=hi A (T 1T 2)
keterangan:
h = koefisien konveksi dari udara yang bergerak menuju dinding rumah
A = luas permukaan dinding rumah yang dikenai oleh panas
T1 = Suhu fluida
Pada saat udara menyentuk dinding rumah, panas yang diterima oleh
dinding rumah akan diteruskan ke seluruh permukaan luar dan dalam dinding
itu. Proses ini disebut perpindahan kalor konduksi karena perpindahan panas
tidak disertai dengan perpindahan molekul-molekul dinding. Laju panas yang
terjadi dapat dinyatakan dengan persamaan berikut :
q k=

kA
( T T 2 )
x 3

10

Keterangan :
k = konduktivitas termal
x

= ketebalan dinding rumah

T2 = suhu dinding bagian luar


T3 = suhu dinding bagian dalam
Setelah panas mencapai dinding bagian dalam, panas akan diteruskan ke
udara dengan cara konveksi. Laju panas dari dinding ke udara dapat dinyatakan
dengan persamaan berikut :
q h=h0 A (T 3T 4 )(7)

Total kalor yang mengalir dalam sistem dinding rumah dapat ditentukan
dengan menggunakan persamaan gabungan konduksi-konveksi berikut :
q h=h1 A ( T 1T 2 )=

kA
( T T 2 )=h A(T 3T 4 )
x 3
0

(8)

Keterangan :
T1 = suhu udara sebelum masuk ke dinding
T4 = suhu udara setelah melalui dinding

Konduktivitas thermal suatu bahan berubah-ubah menurut persamaan k


= a + bt + ct3 dengan a,b,c = konstanta. Jabarkan rumus untu menghitung
kehilangan panas per-satuan panjang dari suatu silinder berongga yang
dibuat dari bahan tersebut. Jari-jari luar dan dalam silinder masingmasing adalah ro dan ri. Ujung dan pangkal silinder disekat sempurna.
Diketahui :

k = a + bt + ct3
A=2rL
Ditanya :
q/L = ?

11

Gambar 3.1 Ilustrasi Sistem Soal No.1


Jawab :
Kehilangan panas dapat dicari dengan menggunakan Fouriers Law
q=k A

dT
dr

Dengan memasukan semua variabel yang diketahui maka di dapatkan


persamaan :
q=2 rL( a+bT + c T 3)

dT
dr

Dari persamaan diatas, dibuat persamaan differential, maka :


q1
3
dr=2 ( a+bT + c T ) dT
Lr
Kondisi batas ;
Pada r = ro , T = To
Pada r = ri , T = Ti
Selanjutnya persamaan differential diselesaikan dengan mengintegralkannya
kedalam kondisi batas
ro

To

q1
L r dr= 2 ( a+bT +c T 3 ) dT
r
Ti
i

)|

q ro
1
1
T
ln =2 aT + b T 2+ c T 4 o
L ri
2
4
Ti

q ro
1
1
ln =2 a ( T o T i ) + b ( T o2T i2 ) + c ( T o4 T i4 )
L ri
2
4

)
12

Sehingga, kita bisa mendapatkan nilai dari kehilangan panas per satuan
panjang
1
1
2 a ( T oT i )+ b ( T o2T i2 ) + c ( T o4 T i4 )
2
4
q
=
L
r
ln o
ri

2. Suatu bola berdiameter 6 inci dipanaskan dari dalam. Permukaan bola itu
ditutup dengan penyekat yang tebalnya 2 inci dan mempunyai k m = 0,04
BTU/j ft oF. Suhu permukaan dalam dan luar penyekat berturut turut
adalah 600F dan 180F. Hitung kehilangan panas yang terjadi?
Diketahui :
din (bola)

= 6 inci = 0,5 ft

km

= 0,04 BTU/j ft oF

rin (bola)

= 0,25 ft

Tin

= 600 F

xp penyekat

= 2 inci = 0,167 ft

Tout

= 180F

rout (luar)

= ( jari-jari bola (rin) + tebal penyekat (xp)


= 0,25 ft + 0,167 ft = 0,417 ft

Ditanya : Hitung kehilangan panas yang terjadi (q) ?


Jawab :
Untuk sistem bola dapat dianggap sebagai satu dimensi, ketika temperatur
adalah fungsi radius. Sehingga persamaan perpindahan panas adalah
q=4 k

(TiT o)
1 1

ri ro

q=4 .3,14 0,04

BTU
j ft o F

(600180) F
1
1

0,25 ft 0,417 ft

13

q = 131,722

BTU
hr

Jadi kehilangan panas yang terjadi dalam sistem adalah sebesar 131,722
BTU
hr

3. Hitunglah panas yang melalui dinding suatu dapur per-ft 2 yang tebalnya
9 inci. Suhu permukaan dalam dapur 1800oF , sedangkan suhu udara luar
70

F. Daya

hantar panas secara konduksi

dapur adalah 0.667

BTU/j.ft2oF, koefisien perpindahan panas secara konveksi dan radiasi


dianggap 2 BTU/j.ft2oF. Bila kemudian dinding itu diberi penyekat yang
tebalnya 0.3 inci (k = 0,046 BTU/j.ft2oF). Hitunglah panas yang melalui
dinding bila suhu permukaan luar penyekat adalah 70 oF juga.(Btu/ft2).
Jika harga penyekat Rp2250,- per ft2 , hitunglah waktu yang diperlukan
untuk membayar harga bahan penyekat itu jika diketahui harga panas Rp
675,- per satu juta BTU dan dapur bekerja selama 24 jam seharu selama
175 hari dalam setahun.
Diketahui :
Xd(dinding) = 9 inci = 0,75 ft

T = 70 o F

Xp(Penyekat) = 0,3 inci = 0,025 ft

h = 2 BTU/j.ft2oF

T0 = 1800oF

kd dinding = 0.667 BTU/j.ft2oF

Kp penyekat = 0,046 BTU/j.ft2oF

Harga penyekat = Rp2250,- per ft2

Ditanya : h = 2 BTU/j.ft2oF
a. Panas yang melalui dinding
b. Panas yang melalui dinding bila ada penyekat
c. Hitunglah waktu yang diperlukan untuk membayar harga penyekat
Jawab :
a. Panas yang melalui dinding :

14

q
T
=
A 1 x dinding
+
h k dinding
q 180070
=
A 1 0,75
+
2 0,667
q
2
=1064,98 BTU / jam . ft
A
Jadi,

panas

1064,98 BTU / jam . ft

yang

melalui

dinding

dapur

adalah

b. Panas yang melalui dinding bila ada penyekat


q
T
=
A 1 x p x d
+
+
h kp
kd

q
180070
=
A 1 0,025 0,75
+
+
2 0,046 0,667

q
=798,001 BTU / jam . ft 2 Jadi, panas yang hilang melalui dinding
A
bila suhu permukaan luar penyekat juga 70F adalah
798,001 BTU / jam . ft 2
c. Hitunglah waktu yang diperlukan untuk membayar harga penyekat
Dalam soal ini dapur dianggap beroperasi selama 24 jam selama 175
hari setahun dan panas yang hilang dihitung per jam. Sehingga langkah
pertama kita hitung nilai panas dalam setahun baik dengan penyekat
ataupun tanpa penyekat.
Besar panas dalam setahun
Tanpa Penyekat
q=1064.98

BTU
24 Jam 175 hari
x
x
=4472916 BTU /Ft 2 tahun
2
Ft jam 1 hari 1 tahun

Dengan Penyekat
q=798.044

BTU
24 Jam 175 hari
x
x
2
Ft jam 1 hari 1tahun

15

3351784,8

BTU
Ft 2 tahun

Maka, besar panas dalam setahun per Ft2


Tanpa Penyekat

Rp675,
=Rp 3019,2/tahun
6
1 x 10 BTU /Ft 2
BTU
4472916 2
x
Ft tahun
Dengan Penyekat

Rp675,
=Rp 2262,45/tahun
6
2
1 x 10 BTU / Ft
BTU
3351784,8 2
x
Ft tahun

Dengan, mengalikan dengan nilai harga yang ada dalam soal,

maka waktu yang dibutuhkan untuk membayar bahan penyekat


Harga penyekat
Rp 2250
t=
=
=2,967 tahun
Selisih harga panas pertahun ( Rp 3019,2Rp 2262,45)
4. Oksigen cair yang hendak dikapalkan disimpan dalam sebuah tangki
berbentuk bola berdiameter luar Do = 5 ft. Permukaan luar tangki
diisolasi dengan bahan A setebal 1 ft, dan luarnya diisolasi dengan bahan
isolasi B setebal 0,5 ft. Suhu permukaan tangki -290F sedangkan suhu
permukaan luar isolasi 50F diketahui k A = 0,022 dan kB = 0,04
BTU/j.ft.F. Hitunglah perpindahan panas yang terjadi dari udara ke
tangki oksigen cair.
Diketahui:
Do = 5 ft
To = -290F
ro = 2,5 ft
T = 50F
rA = 3 ft
kA = 0,022 BTU/j.ft.F
rB = 3,25 ft
kB = 0,04 BTU/j.ft.F
hudara = 18 BTU/j.ft.F
Ditanya: Perpindahan panas yang terjadi dari udara ke tangki oksigen cair
(Q)?
Jawab: Asumsikan bahwa terjadi konveksi dengan udara.

16

Keterangan:
rB= (5+1+0,5) ft/2=3,25 ft
rA=(5+1) ft/2=3
Maka dapat dianalogikan dengan rangkaian listrik :
Gambar 3.2 Ilustrasi
Sistem Soal No. 4

Persamaan fourier
yang digunakan untuk
bola adalah:

q=

q=

4 (T T o )
1
1 1 1
1 1 1
+

2
h r B k B r B r A k A r A r o

) (

4 x 3,14(50 F(290 F))


1
1
1
1
1
1
+

+
2
0,04
BTU
/
j
.
ft
.
F
3,25
ft
3
ft
0,022
BTU
/
j
.
ft
.
F
3
f
(18 BTU / j . ft . F)(3,14)(3,25 ft)

q=1163,7

BTU
j

5. Enam pound daging sapi berbentuk silinder (sosis) dipanggang dalam


suatu oven yang suhunya dipertahankan tetap 300 oF. Suhu awal daging =
50 oF. Diameter daging = panjang daging (Dsilinder=Lsilinder). Daging
sapi akan masak bila suhu dipusatnya mencapai 150 oF. Hitungah waktu
yang diperlukan untuk memasak daging tersebut!
Diketahui :
Daging sapi berbentuk silinder
m = 6 lb = 2,7215 kg
Ti (suhu awal) = 50oF = 10oC

(suhu oven) = 300oF = 148,89oC

T (suhu daging matang) = 150oF = 65,56 oC


D silinder = B silinder (B sebagai panjang silinder)

17

K daging sapi = 0,453 W/m.K


h udara = 15 W/m2.K

Ditanya : (waktu agar sosis matang) = ?


Jawab :
V=

m 2,7215 kg
=
=2,59 103 m3

kg
1050 3
m
V=

m 2,7215 kg
=
=2,59 103 m3

kg
1050 3
m

Gambar 3.3. Ilustrasi


Gambar untuk Sistem no. 5

Karena daging berbentuk silinder, maka digunakan rumus volume untuk


silinder, maka
1
D3=2,59 103 m3
4
D=

2,59 103 m3 4
=0,14887 m

Sosis berbentuk silinder ini kemudian ditinjau dalam bentuk multi dimensi
sebanyak 2 dimensi yaitu infinite plate dan infinite cylinder.
a. Plat (infinite plate)
Tebal plat = 2L = B = D sehingga L = 0,0744 m
W
0,45
k
m. K
=
=0,403 0,4
h. L
W
15 2 0,0744 m
m .K
x
0m
=
=0
L 0,0744 m
Setelah itu dilihat pada grafik 4-10 pada buku Heat Transfer

(Holman) didapatkan nilai

=1
. Dimana nilai tersebut didapatkan
o

dengan metode interpolasi

18

Gambar 3.4 : Temperatur sebagai fungsi temperatur pusat pada bidang tak
berhingga denga ketebalan 2L (Sumber : Holman, 2011)

Karena itu persamaan untuk infinite plate dapat ditulis :

=
o
i plat o plat i plat

() ( ) ( )
o
i

() ( )

plat

plat

b. Silinder (infinite cylinder)


Jari jari (r) silinder = L plat, maka
k
=
h. r o

0,45

W
m. K

W
15 2
0,0744 m
m .K

=0,403 0,4

r
0m
=
=0
r o 0,0744 m
Setelah itu dilihat pada grafik 4-11 pada buku Hollman didapatkan

nilai

=1
o

19

Gambar 3.5 : Grafik temperatur sebagai fungsi temperatur pusat


pada bidang tak berhingga denga ketebalan 2L
(Sumber : Holman, 2011)
Karena itu persamaan untuk infinite cylinder dapat ditulis :

=
o
i cyl o cyl i cyl

() ( ) ( )
o
i

() ( )

cyl

cyl

Jika ditinjau secara total sebagai silinder 2 dimensi maka :

i total i plat i cyl

( ) ( ) ( )
o
i

o
i

( ) ( ) ( )
T T
( 65,56148,89 )

=
=
( ) T T ( 10148,89 ) =0,6

total

plat

cyl

i total

Selanjutnya, mencari nilai

o
i

( )

dan
plat

o
i

( )

cyl

yang jika dilalikan

maka akan menghasilkan angka yang mendekati 0,6 dan memiliki


nilai Fo yang sama. Ini dapat dilakukan dengan cara interpolasi 2

20

grafik. Untuk lebih mudah maka dapat dilihat dari dua grafik 4.7 dan
4.8 pada buku Heat Transfer (Holman).

Gambar 3.6 Grafik suhu bidang tengah plat tak berhingga, tebal
2 L dan grafik suhu poros untuk silinder tak berhingga dengan
jari-jari ro. (Sumber : Holman, 2011)
Dari hasil interpolasi 2 grafik ini diperkirakan nilai Fourier berada
pada rentang 0,21-0,23 sehingga waktu yang diperlukan untuk
memasak daging adalah :
.
Fo= 2
ro
0,0744

1,97 107 .
0,21=

=5900 s=98 menit


Fo=

.
2
ro

0,23=

1,97 107 .
(0,0744)2

=6462 s=107 menit


Maka waktu yang diperlukan agar daging bisa matang merata hingga
ke pusat adalah sekitar kurang lebih 98 menit hingga 107 menit.
6. Sebuah bola tembaga diameter 5cm pada mulanya berada pada suhu
250oC. Bola tersebut tiba-tiba ditempatkan pada lingkungan dengan suhu

21

30oC dan h= 28 W/m2oC. Hitunglah waktu yang diperlukan untuk


mencapai suhu bola 90oC.
Jawab:
Pastikan soal memenuhi syarat (untuk soal ini menggunakan sistem kalor
tergabung) dengan mencari angka biot-nya
Diketahui: d=5 cm ; r=0,025m
h=28W m
k =385W m

Angka Biot < 0,1


h

( VA ) =

4 r2
6,544 105 m3
4 3
(
28
W
/m
)

r
3
7,853 103 m2
=
385W /m
385W /m

( 28W /m )

( )

6,061 104
6,061 104 <0,1

maka soal ini dapat diselesaikan dengan sistem kalor

tergabung
Gunakan persamaan:
hA
[
]
T T
=e cV
T 0T

Data-data yang diketahui:


T =90 =8900 kg m3
T =30 h=28W m
T 0 =250 c=385 W m
3

( 28 W /m ) (7,853 10 m )

[
(9030)
=e (8900 kg/m ) (385 W /m ) (6,544 10
(25030)
3

m )

log e 1,299=[ 9,812104 ]


=

1,299
9,812 104

=1323,889 s=0 , 367 hour

7. Setumpuk bata bangunan tinggi 1 m, panjang 3m, dan tebal 0,5 m


dikeluarkan dari tanur dimana batu tersebut telah dipanaskan hingga

22

mencapai suhu seragam 300C. Tumpukan itu didinginkan di udara yang


suhunya 35C dengan koevisien konveksi udara 15 W/mC. Permukaan
bagian bawah tumpukan bata diisolasi dengan pasir. Berapa kalor yang
dilepas hingga bata mencapai suhu kamar? berapa lama waktu yang
diperlukan untukmelepaskan separuh dari jumlah kalor tersebut, dan
berapakah suhu di pusat geometri tumpukan saat itu?
Diketahui:
3

V bata=1m 3 m 0,5 m=1,5 m


T i =300

1m

3m

T =35

Pasir

0,5 m

h = 15 W/m2. oC
Informasi lain yang perlu diketahui
diperoleh dari appendix, yaitu:
bata =1600 kg/m3
K bata =0,69W /m.

Gambar 3.7 Ilustrasi Gambar


untuk Sistem no. 7

Cbata =0,84 kJ /kg .


bata=5,2. 107 m2 / s

Jawab:
a. Mencari kalor yang diperlukan agar tumpukan bata mencapai suhu
35

Q=m .C . T
Q= . C . V .( T i T )
Q=1600 kg /m3 0,84 kJ /kg . 1,5 m3 (300 35 )
Q=534240 kJ

b. Waktu yang diperlukan untuk melepas setengah dari kalor total


Q
1
= =0,5
Qo total 2

( )

23

Ketebalan dari tumpukan batu bata ini dilihat dari 2 sisi berbeda
(perpotongan 2 plat semi-infinite) berdasarkan prinsip multidimensi,
yaitu dengan ketebalan

Untuk plat 1 (

2 L1=3 m

tebal=2 L1=3 m

dan

2 L2 =0,5 m

L1=1,5 m
Bi=

h L1 15 . 1,5
=
=32,61
k
0,69
Untuk plat 2 (

tebal=2 L2=0,5 m

L2=0,25 m
Bi=

h L2 15 . 0,25
=
=5,43
k
0,69

Rumus umum perpindahan kalor multidimensi untuk system 3 dimensi


Q
Q
Q
Q
Q
Q
Q
=
+
1
+
+ 1
1
Qo total Q o 1 Qo 2
Q o 1 Qo 3
Qo 1
Qo 2

( ) ( ) ( )[ ( )] ( )

[ ( ) ][ ( ) ]

Karena bagian bawah bata diinsulasi oleh pasir, maka :


Q
Q
Q
Q
=
+
1
=0,5
Qo total Q o 1 Qo 2
Qo 1

( ) ( ) ( )[ ( )]

Dari grafik 4-14 pada buku Heat Transfer (Holman) dilakukan interpolasi

terhadap nilai

nilai

( QQ )

o total

memiliki nilai

( QQ ) dan ( QQ )
o 1

o 2

sedemikian rupa sehingga memperoleh

mendekati 0,5. Kedua nilai


Fo Bi 2

( QQ ) dan( QQ )
o 1

o 2

juga harus

yang sama. Hasil interpolasi yang diperoleh

adalah sebagai berikut:


Tabel 1. Hasil interpolasi nilai

Q
Q
dan
Qo 1
Qo

( ) ( )

24

( QQ )

o 1

Fo Bi 2=

Fo Bi

( QQ )

0,45

0,5

o 2

0,08
Dari nilai

( QQ )
2

o total

Fo Bi 2
9

yang telah didapat, dicari nilai t (waktu):

h2 t
k2

152 (5,2 . 107) t


9=
0,692
t=36623 s=10 jam
d. Suhu di pusat tumpukan pada saat t = 10 jam
tebal=2 L1=3 m
Plat 1 (
)
7

Fo=

t 5,2 .10 . 36621


3
=
=8,46 .10
2
2
L1
1,5

1
1
=
=0,031
Bi 32,61
x
=0
L
Dari grafik 4-10 diperoleh

=1 d
an grafik 4-7 diperoleh
o

o
=0,8
i

( ) =( ) ( ) =1 0,7=0,7
i 2

o 2

i 2

Jadi,

=0,8 0,7=0,56
i total i 1 i 2

() () ()
T T
=0,56
T i T

T 35
=0,56 T =183,4
30035

8. Sebuah lempeng besar terbuat dari tembaga berada pada suhu awal
300C. Suhu permukaan tiba-tiba diturunkan hingga 35C. Berapa suhu
pada kedalaman 7,5 cm 4 menit setelah suhu permukaan diturunkan ?

25

Diketahui :
T0 = 35C
Ti = 300C
X = 7,5 cm = 0,075 m
t = 4 menit = 240 s
Dicari : T(x,t) = T(0.075 , 240)

Kondisi unsteady state


Konduksi untuk semi tak hingga
Digunakan metode solusi analitik teknik transform laplace
T ( x , t )T 0
x
=erf
TiT 0
2 . t

Tahapan penyelesaian :
a. Menentukan dari apendix A2, Holman , untuk tembaga, didapat
11,234x10-5
b. Menentukan nilai ruas kanan persamaan transform laplace
0,075 m
x
erf
=
2 . t
2 11,234 x 105 m 2 /s .240 s = 0,689
c. Menentukan nilai sesungguhnya dari factor error pada jawaban (b)
dari appendix A-1, Holman, didapat dari interpolasi sebesar 0,716
d. Menyelesaikan persamaan transform-laplace :
T ( x ,t )T 0
x
=erf
T i T 0
2 . t

T (0.075,240 )35 C
=0,716
300 C35 C
Maka,

T ( 0.075,240 )

= 62,1 C

Sehingga suhu pada kedalaman 7,5 cm saat suhu permukaan diturunkan


menjadi 35 C selama 4 menit adalah 62,1 C

26

BAB IV
KESIMPULAN
Dari pembahasan pada BAB III, dapat disimpulkan bahwa :

Konduktivitas termal suatu benda berbeda tergantung dari jenis dan

bentuknya.
Faktor bentuk konveksi tiap benda dua dimensi berbeda-beda bergantung

pada bentuk benda dan lingkungannya


Penyelesaian batas konduksi-konveksi

dapat

diselesaikan

dengan

menganalogikan batas-batasnya dengan rangkaian listrik.

Sistem kalor tergabung merupakan sistem yang paling sederhana dengan

validitas yang tinggi.


Angka biot dapat digunakan sebagai syarat untuk menentukan penggunaan

sistem kalor tergabung.


Kondisi batas-konveksi, angka biot, angka fourier dan bagan heisler
digunakan untuk membaca grafik untuk memudahkan perhitungan dalam
menganalisis masalah-masalah perpindahan kalor transien.

27

DAFTAR PUSTAKA
Cengel, Y. A. 2003. Heat Transfer: Practical Approach. Second
Edition. New York: Mc-Graw Hill Companies, Inc
Fuadi, Ahmad M. dan Kun Harismah . 2015 . Pengaruh Pemasangan Sirip
terhadap Jumlah Panas yang Dipindahkan pada Alat Penukar Anulus.
Surakarta:UMS
Haryanto, Bode dan Zuharina Nasyitah. 2006 . Buku Ajar Perpindahan Panas.
Medan: Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik USU
Holman, J.P. 2010 . Heat Transfer 10th Edition. NewYork: MC Graw-Hill
Istanto, tri. 2015 . Karakteristik Perpindahan Panas dan Tekanan sirip-sirip pin
Silinder. Surakarta: UMS
Kothandaraman, C. (2006). Fundamentals of heat and mass transfer. New Delhi:
New Age International (P) Ltd., Publishers.

28

Anda mungkin juga menyukai