KEPANITERAAN
KLINIK
ILMU
BEDAH
RUMAH
SAKIT
UMUM
DAERAH
TARAKAN
Daftar
Isi
Dermatosis
Inflamasi
.............................................................................................
1
Dermatitis
kontak
...............................................................................................
1
Neurodermatitis
Sirkumpsripta
..........................................................................
1
Intertrigo
............................................................................................................
2
Erupsi
Obat
........................................................................................................
2
Psoriasis
.............................................................................................................
3
Dermatitis
Seboroik
............................................................................................
4
Lichen
Planus
.....................................................................................................
4
Lichen
Sclerosus
.................................................................................................
4
Infeksi
Superfisial
yang
Sering
Ditemukan
.............................................................
5
Arthropods
.........................................................................................................
5
Pedikulosis
Pubis
..................................................................................................
5
Skabies
..................................................................................................................
5
Infeksi
Fungal
(Tinea
Cruris)
................................................................................
6
Candidiasis
............................................................................................................
6
Infeksi
Bakteri
(Pyoderma)
....................................................................................
7
Infeksi
Viral
...........................................................................................................
8
Kutil
Kelamin
......................................................................................................
8
Moluskum
Kontagiosum
....................................................................................
9
Herpes
Simpleks
.................................................................................................
9
Daftar
Pustaka
....................................................................................................
10
Dermatosis
Inflamasi
Pasien
dengan
penyakit
kulit
pada
genitalia
eksternal
harus
ditanyai
dan
diperiksa
untuk
kemungkinan
keterlibatan
pada
area
lain.
Kemungkinan
skabies
harus
selalu
dipertimbangkan
pada
kasus
gatal
di
alat
kelamin.
Pasien
yang
sangat
takut
akan
infeksi
genitalia
seringkali
mengobati
lesi
genital
secara
berlebihan.
Menggaruk
berulang
dan
menggosok
cenderung
memperparah
dan
menambah
komplikasi
kondisi
genital.
A. Dematitis
Kontak
Dermatitis
kontak,
termasuk
didalamnya
adalah
dermatitis
iritan
dan
dermatitis
kontak
alergi.
Gejala
dermatitis
kontak
alergi
yang
sebenarnya
adalah
gatal,
eritema,
edem,
dan
berair.
Penyebab
yang
mungkin
adalah
produk
pembersih
genitalia
wanita,
kondom,
dan
tanaman
(oak
beracun
dan
ivy).
Kompres
sehari
dua
kali
dengan
air
dingin
dan
dilanjutkan
dengan
mengoleskan
steroid
topical
seperti
hidrkortison
1%
atau
Pramosone
1%
(
campuran
hidrokortison
1%
dengan
salep
pramoxine
biasanya
akan
efektif.
B. Neurodermatitis
Sirkumkripta
(Lichen
Simplex
Chronicus)
Predileksi
untuk
penyakit
kulit
kronik
ini
adalah
labia
mayor
dan
skrotum,
yang
biasa
dsebabkan
karena
siklus
gatal-
garuk.
Keadaan
stress
akan
mengeksaserbasi
kondisi
ini.
Pruritus
anogenital
mungkin
dapat
disebabkan
karena
radikulopati
lumbosacral.
Kulit
akan
menjadi
tebal.
Menggaruk
dapat
dilakukan
secara
tidak
sadar
dan
dilakukan
selama
tidur.
Pengobatannya
sama
dengan
dermatitis
kontak
(sudah
dijelaskan
di
bagian
sebelumnya)
dan
juga
berhenti
menggaruk.
Tambahan
obat
adlaah
pramoxine
hidroklorida
1%,
krim
dozepin
topical
5%
(Zonalon)
atau
eutectic
mixture
of
local
anesthetic
(EMLA-
lidokain
2.5%
dan
prilokain
2.5%),
penggunan
steroid
topical
juga
dapat
memberikan
keuntungan.
Capsaisin
topikal
0.006%
dapat
efektif
juga.
C. Intertrigo
Intertrigo
dideskripsikan
sebagai
plak
lembab
di
area
maserasi
persisten.
Seringkali
disertai
dengan
komplikasi
berupa
pertumbuhan
bakteri
dan
jamur.
Dapat
terjadi
di
selangkangan,
lipatan
kulit
abdomen,
di
area
inframamary
,
ketiak,
dan
apda
individu
dengan
obesitas.
Lebih
sering
ditemukan
di
udara
yang
panas
dan
lembab.
Membaiarkan
area
terinfeksi
terkena
udara
dapat
membawa
kesembuhan.
Terapi
lebih
lanjut
dapat
dengan
merendam
bagian
terinfeksi
dengan
larutan
Burrow
1
:
20
dingin,
diikuti
dengan
salep
nistatin
ditambah
salep
hidrokortison
1%.
D. Erupsi
Obat
Kebanyakan
erupsi
obat
bermanifestasi
di
seluruh
tubuh,
tapi
dapat
pertama-
tama
muncul
di
selangkangan.
Fixed
drug
eruption
yang
biasa
terjadi
akibat
laksatif
(phenophtalein),
sulfonamide,
atau
obat
antiinflamasi
non-steroid
(OAINS),
sering
muncul
di
daerah
genital.
Obat-
obatan
ini
seringkali
dikonsumsi
hanya
waktu-
waktu
tertentu,
sehingga
terkadang
keterlibatan
obat-
obatan
ini
seringkali
terlewatkan.
Dua
persen
dari
ulkus
genital
adalah
akibat
dari
fixed
drup
eruption.
Lesi
biasa
mulai
muncul
sehari
setelah
terpapar
obat
dan
muncul
sebagai
macula
merah
terang
yang
dengan
cepat
berubah
menjadi
kapalan
dan
erosive.
Erosi
yang
terjadi
superficial
dan
lebag
(biasa
>1
cm).
Fixed
drup
eruption
muncul
di
tempat
yang
sama
setiap
setelah
terpapar
obat.
Pengobatannya
adlaah
dengan
memberhentikan
obat
penyebab.
E. Psoriasis
Psoriasis
dapat
melibatkan
daerah-
daerah
lipatan
(inverse
psoriasis),
seperti
selangkangan
dan
lipatan
di
pantat.
Pada
daerah
yang
lembab
lesi
psoriasis
berwarna
merah
dan
tidak
bersisik.
Gatal
dapat
sangat
intens
maupun
tidak
gatal
sama
sekali.
Plak
soliter
dapat
diemukan
di
glans
penis,
yang
menyebabkan
kebingungan
dengan
dysplasia
grade
tinggi
(erythroplasia
of
Queyrat).
Diagnosis
dapat
ditegakkan
dengan
inspeksi
dan
memperhatikan
area
lain
yang
mungkin
terlibat
seperti
kulit
kepala,
siku,
lutut,
dan
kuku.
Krim
hidrokortison
1%
ditambah
dnegan
krim
imidazole
(klotrimazole
1%;
mikonazole
1&;
ketoconazole
2%)
baisanya
efektif.
Kondisi
ini
kornik
dan
sering
relaps
terutama
setelah
berhubungan
seksual
yang
diakibatkan
tereksposnya
lesi
psoriasis
dengan
Candida
.
Mencuci
glans
setelah
berhubungan
seksual
sangat
penting
untuk
mencegah
psoriasis
di
penis.
Lesi
kulit
pada
artritis
reaktif
identical
dengan
psosriasis
dan
sering
mengenai
glans
penis
(balanitis
sirsiner).
Human
immunodeficiency
virus
(HIV)
juag
sering
menyebabkan
psoriasis
pada
daerah
genitalia.
F. Dermatitis
Seboroik
Dermatitis
seboroik
mengenai
daerah
berambut
dan
biasa
melibatkan
bagian
dasar
penis,
paha
dalam,
dan
area
pubis.
Pengobatannya
sama
dengan
psoriasis
di
selangkangan.
G. Lichen
Planus
Lichen
Planus
dapat
mengenai
glans
penis
dan
labia
mayor
juga
labia
minor
serta
mukosa
vagina.
Genitalia
mungkin
merupakan
satu-
satunya
daerah
yang
terkena.
Lesi
berbentuk
polygonal,
berwarna
keunguan,
berbentuk
papul
yang
bagian
atasnya
mendatar
berdiameter
0.5-
1
cm,
dengan
striae
putih
pada
permukaan
yang
mengilap.
Lesi
pada
vagina
seringkali
erosive.
Lesi
dapat
asimptomatik,
gatal,
ataupun
nyeri
jika
erosive.
Erosi
pada
vulva
biasanya
bersamaan
dengan
penyakit
erosive
oral
(sindrom
vulvovaginal-gingival).
Kondisi
mungkin
terlihat
mirip
dengan
lichen
sclerosus
(LS)
sehingga
sulit
dibedakan
secara
klinis.
Biopsi
mungkin
diperlukan.
Kontikosteroid
potensi
super
dan
salep
takrolimus
topical
0.1%
mungkin
dapat
menolong
untuk
meringankan
gejala
dan
menyembuhkan
erosi.
PEnyakit
ini
dapat
sembuh
dalam
waktu
bulan
sampai
tahun.
H. Lichen
Sclerosus
LS
hamper
selalu
mengenai
region
anogenital,
dimana
pruritus
berat
atau
erosi
yang
menyakitkan
mungkin
terbentuk.
LS
pada
glans
penis
(balanitis
xerotica
obliterans)
dapat
berujung
pada
fimosis
dan
stenosis
uretra.
Squamous
cell
carcinoma
pada
genitalia
dapat
memperberat
LS
pada
anak-
anak
dan
dewasa.
PAda
tahap
awal
pengobatan
diberikan
dua
kali
sehari
dengan
tappering
off
hingga
sekali
sehari,
lau
ebberapa
kali
dalma
seminggu.
Pengobatan
dilangsungkan
selama
6
minggu.
Akan
terjadi
atrofi
pada
kulit
genital
meskipun
telah
digunakan
steroid.
Begitu
pasien
remisi,
steroid
potensi
sedang
atau
salep
dapat
digunakan
untuk
rumatan.
Testoteron
tepikal
tidak
menguntungkan.
LS
apda
masa
kanna-
kanak
dapat
tidak
membaik
pada
pubertas
ataupun
sesudah
dewasa.
Infeksi
Superfisial
yang
Sering
Ditemukan
A. Athropods
a. Pedikulosis
Pubis
Pedikulosis
pubis
dapat
ditransmisikan
secara
seksual
maupun
nonseksual.
Sifat
gatal
yang
dirasakan
mungkin
intens,
menyebabkan
menggaruk
dan
pyoderma.
Telur
kutu
dapat
ditemukan
pada
batang
rambut
di
area
pubis
dan
kelopak
mata.
Pengobatan
menggunakan
krim
permethrin
1%
diaplikasikan
lalu
didiamkan
selama
10
menit
kemudian
dibilas.
Bagian
tubuh
lain
yang
memiliki
kemiripan
dengan
area
genital
yang
berarti
adalah
sebagian
besar
dari
tubuh
pria
(daa,
abdomen,
kaki,
dan
ketiak)
juga
perlu
diobati.
Sampo
lindane
1%
digunkana
selama
4
menit
atau
krim
permethrin
5%
yang
didiamkan
selama
8
jam
merupakan
alternated
lain.
Partner
seksual
juga
harus
diperiksa
dan
diobati.
Semua
pakaian,
sprai
dan
handuk
harus
dicuci
dan
dikeringkan
dengan
panas
atau
dry
cleaned
.
Jika
kutu
masih
ditemukan
1
minggu
keudian
maka
pengobatan
harus
diulang.
b. Skabies
Infestasi
parasite
manusia
Sarcoptes
scabiei
biasanya
menyebabkan
gatal
berat,
erupsi
seluruh
tubuh.
Pada
pria,
sering
ditemukan
papul
atau
nodul
yang
sangat
gatal
dengan
krusta
dibagian
sentralnya
pada
batang
penis
atau
glans
dan
skrotum
adlaah
patognomonik
untuk
scabies.
Nodulus
ini
mungkin
persisten
selama
beberapa
minggu
hingga
bulan
setelah
pengobatan.
Pada
orang
dewasa
scabies
adalah
penakit
menular
seksual.
Pengobatan
yang
dipakai
menggunakan
krim
permethrin
5%
di
seluruh
tubuh
dari
leher
kebawah.
Pengobatan
dapat
diulang
dalam
waktu
1
minggu.
Seluruh
anggota
rumah
tangga
dan
seluruh
partner
seksual
juga
harus
diobati
bersamaan.
Semua
pakaian,
sprei,
dan
handuk
harus
dicuci
dan
dikeringkan
dengan
panas
atau
dry
cleaned.
Steroid
topical
potensi
tinggi
dapat
digunakan
untuk
mengobati
nodul
genital
B. Infeksi
Fungal
(Tinea
Cruris)
Tinea
cruris
bercirikan
dengan
batasnya
yang
tegas,
pinggiran
yang
meninggi
dan
sisik
pada
perifer,
dapat
dietmuakan
apda
paha
bagian
dalam
dan
selangkangan.
Tinea
cruris
tidak
mengenai
scrotum
dan
tidak
begitu
intens
pada
lipatan
inguinal
(bagian
terlembab).
Rasa
gatal
mungkin
intens.
Pada
pemeriksaan
mikroskopik
direk
pada
kerokan
kulit
dengan
menggunakan
larutan
kalium
hidroksida
(KOH)
dapat
dijumpai
hifa.
Mikonazol,
klotrimazol,
ketoconazole,
ekonazol,
ciclopirox
olamin,
terbinafine,
atau
butenafine
merupakan
pilihan
pengobatan
yang
efektif.
Krim
hidrokortison
1%
dapat
digunakan
secara
bersamaan.
Pada
kasus-
kasus
refrakter
pengobatan
menggunakan
antifungal
oral
dapat
digunakan.
Griseofulvin
ultramicronized
(Grispeg)
250
mg
dua
kali
sehari
selama
4-6
minggu,
itrakonazole
200
mg
dua
kali
sehari
dimnun
bersama
dengan
makanan
dan
minuman
asam
selama
7
hari,
atau
terbinadfine
250
mg
satu
kali
sehari
selama
2-4
minggu.
Biasanya
adekuat
dalam
kasus
yang
berat
sekalipun.
Kandidiasis
Lesi
eritema,
basah
dengan
gambaran
vesikopustul
berbentuk
satelis
adalah
karakteristik
infeksi
Candida
albicans.
Lesi
terjadi
pada
bagian
paha
dalam
dan
pantat
dengan
predilekasi
dibagian
terdalan
dari
lipatan-
lipatan
tersebut.
Keterlibatan
skrotum
juga
sering
terjadi
pad
akandidiasis.
Kehamilan,
diabetes
mellltius,
obesitas
,pengguaan
antibitoik
broad
spectrum
merupakan
factor
predisposisi.
Lesi
pada
kulit
mungkinsekunder
akbat
infeksi
vaginal.
Lesi
terjadi
dibawah
preputium
(balanitis
candidal).
Pemeriksaan
mikrosokopik
menggunakan
kerokan
kulit
dalam
larutan
KOH
menunjukkan
adanya
spora
kecil
dan
filemaen
miselium.
Salep
nistatin
atau
krim
efektif
pada
sebagian
besar
kasus.
Mikonasol,
klorimazole,
ketoconazole,
dan
fluconazole
dipakai
dua
kali
sehari
merupakan
alternative
terhadap
nistatin
namun
dapat
menyebabkan
rasa
terbakar
pada
aplikasi.
Nistatin
dapat
diapliaksikan
apda
area
erosive.
Pada
kasus-
kasus
berat
yang
mengenai
wanita
tablet
fluconazole
(100-
200
mg)
sehari
satu
kali
selama
1
minggu
diikuti
dengan
150
mg
satu
kali
seminggu,
sangat
efektif.
Infeksi
Bakteri
(Pyoderma)
Staphylococcus
aureus
adalah
bakteri
yang
paling
sering
menyebabkan
infeksi
pada
area
geital.
Kultur
dapat
mengonfirmasi
diagnosis.
S.
aureus
menghasilkan
2
tipe
lesi
primer,
pustule
folikuler
(folikulitis),
dan
lepuhan
superfisial
(impetigo).
Folikulitis
Staphylococcal
dimulai
sebagai
infeksi
superfisial
ari
folikel
lalu
bertambag
dalam
(furunkulosis).
Biasanya
akut
namun
dapat
juga
kronik
atau
rekuren.
Folikulitis
kronik
biasa
disebabkan
Staphylococcus
yang
terbawa
melalui
nasal.
Abses
yang
dalam
baisanya
jarang
disbeabkan
hanya
bakteri
semata
dan
merupakan
tanda
dalanya
kelainan
supuratif
kronik,
seperti
inflammatory
bowel
disease,
limfogranuloma
venerum,
atau
hidradenitis
supurativa.
Folikulitis
rekuren
pada
daerah
selangkangan
sering
terjadi
pada
acquired
immunodeficiency
syndrome
(AIDS).
Pengobatan
topical
saja
biasa
tidak
cukup
untuk
mengobati
folikulitis
bacterial.
Dicloxaxillin
atau
cephalosporin
generasi
I
merupakan
pengobatan
pilihan.
Padai
ndividu
yang
alergi
dengan
penisilin
dapat
diobati
dengan
doksisilin.
Community
acquired
methicillin-
resistant
Staphylococcus
aureus
(MRSA)
juga
dapat
diobati
dengan
doksisiklin.
PEngobatan
dilanjutkan
hingga
seluruh
lesi
sudah
sembuh.
Menambahakan
rifampin
pada
pengobatan
tersebut
juga
dierekomendasikan
untuk
rekurensi
yang
sering.
Staphylococcal
impetigo
dimulai
dengan
lepuh
superfisial
yang
dengan
cepat
akan
pecah
menyisakan
erosi
yang
berkrusta
dan
basah.
Pengobatan
sama
dengan
folikulitis
staphylococcal
tapi
dengan
durasi
yang
lebih
singkat.
Infeksi
Viral
A. Kutil
Kelamin
Kutil
kelamin
eksternal,
disebabkan
human
papilloma
viruses
(HPV),
adalah
penyakti
menular
seksual
tersering.
Satu
persen
dari
orang
dewasa
yang
aktif
secara
seksual
memiliki
kutil
kelamin,
dan
hampir
10%
dapat
dipastikan
penyebabnya
adalah
HPV,
dengan
mengggunakan
teknik
sensitif
sepertif
polymerase
chain
reaction
(PCR).
Kulit
kelamin,
conydloma
acumnata
disebabkan
HPV
resiko
rendah
(biasa
tipe
6
dan
11).
Paling
sering
ditemukan
d
vulva,
dibawah
preputium,
dan
batang
penis.
Mukosa
vagina,
anus,
dan
mulut
juga
dapat
terinfeksi.
Karena
pengobatan
yang
ada
hanya
dapat
menghilangkan
lesi
(kutil)
dan
bukan
agen
penyebab
(virus)
maka
tingkat
rekurensi
cukup
sering
(>
25%).
Sebagai
tambahan,
pengobatan
pasangan
seksual
dari
orang
yang
terindeksi
tidak
memiliki
efek
pada
outcome
pengobatan
orang
yang
lebih
dahulu
terkena.
Kutil
dapat
sembuh
secara
spontan.
Tidak
lagi
direkomendasikan
untuk
mencari
dan
mengobati
kutil
kelamin
eksternal
subklinis,
yang
biasa
dapat
kita
lihat
menggunakan
rendaman
cairan
asam
atau
diidentifikasi
dengan
teknik
imunologis
yang
special.
Tujuan
pengobatan
adalah
menyediakan
interval
yang
ebbeas
kutil
dengan
ketidaknyamanan
minimal
dan
mencegah
sekuele
jangka
panjang
pada
pasien.
Pada
pasangan
monogami
opsi
untuk
tidak
melakukan
pengobatan
harus
didiskusikan.
HPV
resiko
tingga
biasa
tipe
16
dan
18
menyebabkan
papulosis
bowenoid
,
papula
hiperpigmentasi
menatar
pada
kulit
genitalia.
Papulosis
bowenoid
intraepitel
adalah
lesi
intraepitel
tingkat
tinggi
dan
berhubungan
dengan
diplasia
penis,
vaginal,
dan
servikal.
PEmeriksaan
ginekologi
dengan
pap
smear
wajib
dilakukan.
Paulosis
bowenoid
dapat
diobati
sama
dengan
kutil
kelamin
eksternal.
Terdapat
dua
jenis
terapi
dasar,
yaitu
berbasis
pasien
dan
berbasis
petugas
kesehatan.
Terpai
berbasis
pasien
menggunakan
antara
podophyllotoxin
atau
imiquimod.
Podophyllotoxin
digunakan
dua
kali
sehari
selama
3
hari
dalam
6
-10
minggu.
Setengah
jumlah
pasien
dapat
menghilangkan
kutilnya
dengan
1
siklus
terapi.
Terapi
ini
lebih
tidak
mengirittas
dan
lebih
efektif
dibandingkan
dengan
B. Molluskum
Contagiosum
Molluskum
kontagiosum
adalah
infeksi
kulit
yang
merupakan
penyakit
menular
seksual
apda
orang
dewasa.
Karakteristiknya
adalah
papul
yang
ujungnya
licin,
berdiameter
2-5
mm
dengan
depresi
di
sentral.
Kebanyakan
orang
yang
terinfeksi
memiliki
5-
15
lesi
yang
terletak
di
abdomen
bagian
bawah,
paha
atas,
atau
kulit
genitalia.
Molluscum
contagiosum
tahap
lanjut
yang
terjadi
di
luar
area
genital
pada
orang
dewasa
jarang,
kecuali
pada
pasien
dengan
gangguan
kkebalan
tubuh,
terutama
mereka
yang
terkena
HIV.
Pengobatan
yang
dapat
dilakukan
adlaah
mendestruksi
lesi
dengan
krioterapi
atau
electrodesiccation.
C. Herpes
Simpleks
Herpes
Simplex
Virus
(HSV)
genital
biasa
disebabkan
oleh
HSV
tipe
2,
namun
akhir-
akhir
ini
juag
dilaporkan
terjadi
infeksi
HSV
1
di
genital
akibat
seks
orogenital.
Kebanyakan
infeksi
tidak
menimbulkan
gejala
pada
awalnya.
Kultur
virus
akan
mengonfirmasi
diagnosis.
Episode
pertama
HSV
genital
diobati
dengan
asiklovir
(200mg)
lima
kali
sehari,
valasiklovir
(500mg)
dua
kali
sehari
atau
famsiklovir
(250
mg)
dua
kali
sehari,
selama
7
-10
hari.
Penyakit
ini
sering
berulang,
biasa
didahului
dengan
sensasi
ngilu
pada
daerah
yang
akan
terinfeksi
(gejala
prodromal).
Ini
biasa
disebabkan
oleh
HSV
2.
Bermanifestasi
sebagai
sekelompok
vesikel
yang
terletak
local
apda
1
sisi
dan
bertahan
selama
1
minggu.
Kebanyakan
pasien
tidak
membutuhkan
pengobatanjika
kekambuhan
bersifat
ringan.
Jika
perlu,
valasiklovir
(500
mg)
dua
kali
sehari
selama
3
hari
atau
famsiklovir
(1000
mg)
dua
kali
sehari
selama
satu
hari
atau
dapat
digunakan
untuk
memeperpendek
dan
memperingan
erupsi.
Untuk
rekurensi
yang
sering
(>6-12/
tahun)
supresi
mungkin
lebih
baik
dibanding
terapi
intermiten.
Asiklovir
(400
mg)
dua
kali
sehari
(atau
800
mg
sekali
sehari),
valasiklovir
(500
mg
sampai
1
gram)
sekali
sehari.
Atau
famsiklovir
(250
mg)
dua
kali
sehari
dapat
digunakan.
PEngobatan
supresif
dapat
mengurangi
kekambuhan
sebanyak
85%
dan
mengurangi
jumlah
virus
sebanyak
95%.
Ini
akan
menurunkan
kemungkinan
transmisi
ke
partner
seksual
sebanyak
50%.
Virus
herpes
simpleks
adalah
penyebab
tersering
dari
ulkus
genital
persisten.
Pada
kasus
yang
ebrat,
asiklovit
intravena
mungkin
dibutuhkan.
Resitensi
asiklovir
dapat
terjadi
pada
keadaan
imunosupresif
dan
diobati
dengan
foscarnet.
Daftar
Pustaka
1.
Tanagho
EA,
McAninch
JW.
Smiths
general
urology.
McGraw
Hill
Medical:
San
Fransisco;
2008.h645-8.
10