PENDAHULUAN
Globalisasi membawa dampak yang besar bagi perkembangan dunia bisnis. Pasar
menjadi semakin luas dan peluang ada dimana-mana, namun sebaliknya persaingan
menjadi semakin ketat dan sulit diprediksikan. Kondisi ini menuntut perusahaan untuk
berkesinambungan.
harus dapat memberikan produk berupa barang atau jasa yang berkualitas dan pelayanan
yang baik kepada para pelanggan lebih dari pesaingnya. Kualitas harus dimulai dari
kebutuhan pelanggan dan berakhir pada persepsi pelanggan (Kotler, 1994). Hal ini berarti
bahwa citra kualitas yang baik bukanlah berdasarkan sudut pandang atau persepsi
2004:61).
Sehubungan dengan itu pekerjaan dibidang penjualan atau biasa disebut dengan
1998; Smee, 1990) Individu yang bekerja di bidang ini harus selalu siap menerima
lama (Vinchur, Schippmann, dkk, 1998). Chan (2003) menyatakan bahwa konsumen saat
ini butuh dikenali, diberi reward, dan pelayanan yang baik. Oleh karena itu hubungan
interpersonal yang baik, memegang peranan penting dalam kesuksesan individu yang
bekerja dalam bidang penjualan. Ries dan Ries (2002), menyatakan bahwa era dominasi
periklanan sudah mulai berakhir dan muncul era baru dalam menjual, yaitu dengan public
relations .
terdiri atas kepuasan dan kepercayaan konsumen. Hal ini didukung oleh Crosby et.al
(1997) yang menyatakan bahwa relationship quality adalah bentuk permintaan yang
salesperson.
pengukur pada relationship quality adalah “customer cognitive and affective evaluation
based on their personal experience across all service episodes within the relationship.”
menyajikan suatu evaluasi kualitas dari semua interaksi yang terdahulu dengan
penyediaan jasa dan kemudian membentuk harapan tentang kualitas interaksi di masa
Sementara itu, Trust atau kepercayaan telah secara luas didefinisikan oleh
Anderson dan Weitz (1998,p.312) sebagai “one party belief that their needs will be
fulfilled by other party in the future. Requires a judgment as to the integrity and
kepercayaan merupakan pusat untuk usaha pada evaluasi hubungan relasi karena ada
faktor untuk mengandalkan pihak lain dalam memenuhi keinginan pihak lain.
Oleh sebab itu salesperson service behavior yang ditampilkan oleh seorang
minus service behavior maka satisfaction konsumenpun akan minus. Sedangkan apabila
seorang salesperson menampilkan service behavior yang tidak dapat dipercaya maka
konsumen tidak akan terikat hubungan jangka panjang yang dapat memberikan
dimensi salesperson service behavior yang diteliti terdiri atas Diligence, information
sebab itu setiap SSB mempengaruhi kualitas hubungan. Banyak penelitian percaya bahwa
mempengaruhi trust.
Diligence merupakan suatu gabungan dari dua jenis perilaku: responsiveness dan
reliability. Para konsumen menunjukkan bahwa di dalam lingkungan bisnis saat ini yang
bersifat hiper-kompetitif, dan membutuhkan banyak waktu, para salesperson harus
mempertimbangkan perilaku tersebut sebagai hal yang dapat diandalkan dan akurat.
Berry, Zeithaml, dan Parasuraman (1990, hal 30) menyatakan bahwa responsiveness dan
service" dan menunjukkan reliability yang bagus dan responsiveness dapat memuaskan
Sementara itu para konsumen menunjukkan bahwa salah satu komponen paling
dan para konsumen menyetujui bahwa hal ini harus meliputi keseluruhan proses
penjualan dan tidak hanya berhenti ketika mereka mulai melakukan pembelian.
Parasuraman dkk. (1988) menjelaskan bahwa penting secara efektif dalam melayani dan
memuaskan konsumen. Selain itu, penelitian lain menunjukkan bahwa pelanggan akan
menilai lebih baik salesperson yang selalu berbagi informasi (Anderson & Narus, 1990;
Morgan & Hunt, 1994). Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa dengan komunikasi
pelanggan.
demikian dapat “brighten their day” dan dapat “membedakan” satu tenaga sales dari
tenaga sales lainnya dan menunjukkan bahwa pemberian hadiah merupakan cara unik
Parasuraman t al. (1985) memasukan empathy sebagai dimensi yang penting dari
pelanggan, sehingga lebih menuntut bisnis untuk menyadari nilai pelanggan (Comer &
Drollinger, 1999). Dalam buku The Seven Habits of Highly Effective People, Covey
(1989) menjelaskan bahwa empathy adalah kunci yang benar-benar efektif dalam
"emotional bank account" dengan pihak lain, sehingga empathy dapat dikatakan sebagai
kurangnya Empathy akan mengurangi trust konsumen (Comer & Drollinger, 1999;
Ingram, 1996)
berbagai kondisi yang kurang ideal tanpa menunjukkan sifat negatif. Di dalam konteks
sosial yang baik dan profesionalisme selama proses interaksi dengan kliennya. Dalam
penelitian ini menyatakan bahwa sportsmanship sama dengan empathy yang berasal dari
dan inducements lebih mengarah pada perilaku untuk jangka pendek, sportmanship lebih
sebab itu dapat sportsmanship merupakan bagian penting dari trust (Doney & Cannon,
penting dalam menaksir the quality of the buyer-seller exchange dengan satisfaction yang
memiliki pengaruh langsung terhadap trust (Crosby et al., 1990; Doney & Cannon, 1997;
Morgan & Hunt, 1994; Ramsey & Sohi, 1997). Ganesan (1994) menunjukkan bahwa
trust pelanggan dijalankan (drive) oleh satisfaction, dan penelitian lain mendukung
hubungan positif antara kedua constructs (Jap, 2001; Ramsey & Sohi, 1997).
satisfaction dan trust merupakan dua komponen yang berpengaruh terhadap Relationship
dari studi Boonajsevee (2007), dan Hennig-Thurau et al. (2002). Hasil penelitian mereka
Commitment yang lebih kuat terhadap produk yang ditawarkan oleh seorang salesperson.
Jadi konsumen akan puas apabila salesperson dapat memenuhi atau melebihi harapan
mereka akan service yang diberikan dan kurang suka mengembangkan relationship yang
baru dengan salesperson lain apabila sudah memiliki kedekatan emosional yang kuat
perilaku pembelian berulang menjadi suatu relationship. Jika konsumen tidak merasakan
adanya kedekatan dengan salesperson, maka hubungan antara konsumen dan salesperson
tidak memiliki karakteristik suatu hubungan. Temuan Mormaan et al. (1993) ini
didukung oleh studi yang dilakukan Venetis and Ghauri (2004). Venetis and Ghauri
menggunakan komitmen sebagai variabel antara yang memainkan peran penting dalam
dan trust. Penelitian ini juga menekankan pada pengalaman konsumen ketika berinteraksi
penelitian ini tidak menggunakan hubungan yang digunakan Michael et al (2007) dalam
Salesperson di industri kartu kredit diambil sebagai study kasus pada penelitian
ini. Ada beberapa alasan penelitian ini memilih sampel tersebut. Pertama, industri kartu
kredit merupakan setting yang ideal untuk memeriksa adanya the buyer-seller, dan sudah
sering digunakan di masa lalu pada penelitian yang terkait dengan penjualan ( misalnya,
Ahearne dkk., 1999; DeSarbo dkk., 2002). Hal ini menjadikan industri kartu kredit
Walaupun merek satu dengan yang lainnya saling bersaing. Dalam industri ini, pada
umumnya merk-merk tersebut dianggap sangat substitutable. Oleh sebab itu perusahaan
dalam industri ini cenderung mengarahkan salesperson mereka agar memiliki pengaruh
yang signifikan pada calon nasabah yang akan memakai kartu kredit.
Dari latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka dapat disusun
Relationship Commitment ?
Tujuan yang diharapkan oleh peneliti berdasarkan latar belakang dan rumusan
terhadap service
2. Sportsmanship dan emphaty pada perilaku yang ditunjukkan oleh
Relationship Commitment
a. Bagi Peneliti
hasil dari penelitian ini dapat memberikan informasi yang dapat digunakan
Penulisan skripsi ini dibagi dalam lima bab, dimana antara bab yang satu dengan
yang lainnya terdapat keterkaitan yang erat. Adapun sistematika penulisannya adalah
sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
ini dan berisi latar belakang yang secara garis besar memuat hal-hal yang
intention. Uraian tentang konsep dan teori ini diperoleh melalui studi
terdahulu.
dan sumber data, prosedur pengumpulan data dan teknik analisis yang
ada.
Bagian terakhir dari skripsi ini akan menyajikan suatu simpulan yang
TINJAUAN PUSTAKA
Industri jasa pada saat ini merupakan sektor ekonomi yang sangat besar dan
tumbuh sangat pesat. Pertumbuhan tersebut selain diakibatkan oleh pertumbuhan jenis
jasa yang sudah ada sebelumnya, juga disebabkan oleh munculnya jenis jasa baru,
sebagai akibat dari tuntutan dan perkembangan teknologi. Dipandang dari konteks
globalisasi, pesatnya pertumbuhan bisnis jasa antar negara ditandai dengan meningkatnya
intensitas pemasaran lintas Negara serta terjadinya aliansi berbagai penyedia jasa di
dunia. Perkembangan tersebut pada akhirnya mampu memberikan tekanan yang kuat
teknologi baru yang secara langsung akan berdampak kepada menguatnya kompetisi
dalam industry (Lovelock, 2004 : 2). Kondisi ini secara langsung menghadapkan para
pelaku bisnis kepada permasalahan persaingan usaha yang semakin tinggi. Mereka
menetapkan berbagai standar kinerjanya serta mengenali secara baik para pesaingnya.
Dinamika yang terjadi pada sektor jasa terlihat dari perkembangan berbagai
pengacara. Selain itu terlihat juga dari maraknya organisasi nirlaba seperti LSM, lembaga
pemerintah, rumah sakit, perguruan tinggi yang kini semakin menyadari perlunya
peningkatan orientasi kepada pelanggan atau konsumen. Perusahaan manufaktur kini juga
telah menyadari perlunya elemen jasa pada produknya sebagai upaya peningkatan
competitive advantage bisnisnya (Hurriyati, 2005: 41). Implikasi penting dari fenomena
Zeithaml and Bitner (2003 : 319) menyatakan bahwa pemasaran jasa adalah
mengenai janji-janji, janji yang dibuat kepada pelanggan dan harus dijaga. Kerangka
kerja strategik diketahui sebagai service triangle (Gambar 2.1) yang memperkuat
pentingnya orang dalam perusahaan menjaga janji mereka dan sukses dalam membangun
Ketiga pemain utama ini diberi nama pada poin segitiga: perusahaan (SBU atau
departemen atau manajemen), pelanggan dan provider (pemberi jasa). Provider dapat
pegawai perusahaan, subkontraktor, atau pihak luar yang menyampaikan jasa perusahaan.
Antara ketiga poin segitiga ini, tiga tipe pemasaran harus dijalankan agar jasa dapat
Pada sisi kanan segitiga adalah usaha pemasaran eksternal yaitu membangun
harapan pelanggan dan membuat janji kepada pelanggan mengenai apa yang akan
sebelum menyampaikan jasa dapat dipandang sebagai bagian dari fungsi pemasaran
eksternal. Pemasaran eksternal yang merupakan permulaan dari pemasaran jasa adalah
Company
Provider Customers
Interactive Marketing
Keeping Promises
Gambar 2.1 THE SERVICES MARKETING TRIANGLE
Sumber: Zeithaml and Bitner (2003:319)
Pada dasar segitiga adalah akhir dari pemasaran jasa yaitu pemasaran interaktif
atau real time marketing. Disini janji ditepati atau dilanggar oleh karyawan,
subkontraktor atau agen. Ini merupakan titik kritis. Apabila janji tidak ditepati pelanggan
akan tidak puas dan seringkali meninggalkan perusahaan. Sisi kiri segitiga menunjukkan
peran kritis yang dimainkan pemasaran internal. Ini merupakan kegiatan manajemen
teknologi. Apabila provider tidak mampu dan tidak ingin memenuhi janji yang dibuat,
Kotler and Keller (2006 : 372) mengemukakan pengertian jasa (service) sebagai
berikut: “A service is any act or performance that one party can offer to another that is
essentially intangible and does not result in the ownership of anything. Its production
may or may not be tied to a physical product.” (Jasa adalah setiap tindakan atau kinerja
yang ditawarkan oleh satu pihak ke pihak lain yang secara prinsip tidak berwujud dan
tidak menyebabkan perpindahan kepemilikan. Produksi jasa dapat terikat atau tidak
terikat pada suatu produk fisik). Selanjutnya Stanton (2002 : 537) mengemukakan
“Services are identifiable, intangible activities that are the main object of a transaction
pengertian fisik, dikonsumsi dan diproduksi pada saat bersamaan, memberikan nilai
Menurut Zeithaml and Bitner (2003 : 20), jasa memiliki empat ciri utama yang
Jasa merupakan sesuatu yang tidak berwujud, artinya tidak dapat dilihat,
dirasa, diraba, dicium sebelum dibeli. Hal ini mengakibatkan pelanggan tidak
melalui tempat jasa tersebut diproduksi atau dihasilkan orang penghasil jasa,
peralatan, alat komunikasi, simbol dan harga jasa tersebut. Beberapa hal yang
yaitu sebagai berikut: (a) Meningkatkan visualisasi jasa yang tidak berwujud,
(b) Menekankan pada manfaat yang diperoleh, (c) Menciptakan suatu nama
merek (brand name) bagi jasa, atau (d) Memakai nama orang terkenal untuk
Jasa tidak dapat dipisahkan dari sumbernya, yaitu perusahaan jasa yang
sumber atau penyedia jasa tersebut, sehingga penjualan jasa lebih diutamakan
dalam kelompok yang lebih besar, bekerja lebih cepat, serta melatih pemberi
3. Bervariasi (variability).
dalam seleksi dan pelatihan personil yang baik. (b). Melakukan standarisasi
proses produksi jasa. (c) Memantau kepuasan pelanggan melalui sistem saran
dan keluhan, survei pelanggan, dan comparison shopping, sehingga pelayanan
Jasa tidak dapat disimpan sehingga tidak dapat dijual pada masa yang akan
masalah yang sulit dalam melakukan persiapan pelayanannya. Untuk itu perlu
jasa.
Crosby et.al (1997) yang menyatakan bahwa relationship quality adalah bentuk
kualitas dari buyer-seller relationship, karena sejak awal penjualan perilaku salesperson
reliability. Para konsumen menunjukkan bahwa di dalam lingkungan bisnis saat ini yang
mempertimbangkan perilaku tersebut sebagai hal yang dapat diandalkan dan akurat.
Berry, Zeithaml, dan Parasuraman (1990, hal 30) menyatakan bahwa responsiveness dan
service" dan menunjukkan reliability yang bagus dan responsiveness dapat memuaskan
Sementara itu para konsumen menunjukkan bahwa salah satu komponen paling
dan para konsumen menyetujui bahwa hal ini harus meliputi keseluruhan proses
penjualan dan tidak hanya berhenti ketika mereka mulai melakukan pembelian.
Parasuraman dkk. (1988) menjelaskan bahwa penting secara efektif dalam melayani dan
memuaskan konsumen. Selain itu, penelitian lain menunjukkan bahwa pelanggan akan
menilai lebih baik salesperson yang selalu berbagi informasi (Anderson & Narus, 1990;
Morgan & Hunt, 1994). Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa dengan komunikasi
pelanggan.
demikian dapat “brighten their day” dan dapat “membedakan” satu tenaga sales dari
tenaga sales lainnya dan menunjukkan bahwa pemberian hadiah merupakan cara unik
membuat kesan yang baik serta meningkatkan satisfaction (Bird, 1989; Crosby dkk.,
Parasuraman t al. (1985) memasukan empathy sebagai dimensi yang penting dari
pelanggan, sehingga lebih menuntut bisnis untuk menyadari nilai pelanggan (Comer &
Drollinger, 1999). Dalam buku The Seven Habits of Highly Effective People, Covey
(1989) menjelaskan bahwa empathy adalah kunci yang benar-benar efektif dalam
"emotional bank account" dengan pihak lain, sehingga empathy dapat dikatakan sebagai
kurangnya Empathy akan mengurangi trust konsumen (Comer & Drollinger, 1999;
Ingram, 1996)
berbagai kondisi yang kurang ideal tanpa menunjukkan sifat negatif. Di dalam konteks
sosial yang baik dan profesionalisme selama proses interaksi dengan kliennya. Dalam
penelitian ini menyatakan bahwa sportsmanship sama dengan empathy yang berasal dari
salesperson yang baik dan siapa salesperson yang menunjukkan kebajikan lebih, oleh
sebab itu dapat sportsmanship merupakan bagian penting dari trust (Doney & Cannon,
relationship quality.
kunci bagi kesuksesan relationship marketing. Variable ini memiliki dampak yang kuat
keadaan yang terjadi ketika seorang mitra percaya atas keandalan serta kejujuran
karena keyakinan bahwa mitranya akan memberikan apa yang ia harapkan dan suatu
harapan yang umumnya dimiliki seseorang bahwa kata, janji atau pernyataan orang lain
ability, integrity and motivation of the other party to act to serve the needs and interests
pada penyedia jasa dan juga bersedia untuk melakukan tindakan untuk
penyedia jasa.
melakukan yang terbaik untuk apa yang diinginkan pasangannya (Wilson,1995). Waktu
adalah salah satu elemen yang perlu diperhitungkan ketika membicarakan kepercayaan
konsumen pada penyedia jasa dalam relationship marketing. Wilson (1995) juga
relationship quality.
pemasar untuk:
1. Bekerja dengan lebih menekankan investasi pada menjaga hubungan
konsumen.
3. Melihat kegiatan yang beresiko tinggi dengan lebih bijaksana karena percaya
Menurut Peppers and Rogers (2004: 43), kepercayaan adalah keyakinan satu
pihak pada reliabilitas, durabilitas, dan integritas pihak lain dalam relationship dan
keyakinan bahwa tindakannya merupakan kepentingan yang paling baik dan akan
menghasilkan hasil positif bagi pihak yang dipercaya. Kepercayaan merupakan hal
1. Cooperation.
hasil yang melebihi hasil yang lebih banyak dibandingkan apabila dikerjakan
sendiri.
2. Komitmen.
merupakan hal yang mudah hilang, yang akan dibentuk hanya dengan pihak-pihak
relationship dan untuk menahan godaan untuk tidak mengutamakan hasil jangka
pendek dan atau bertindak secara oportunis. Kepercayaan dari penjual secara
bisnis pada masa yang akan datang, oleh karena itu memberikan kontribusi untuk
4. Kualitas.
Pihak yang percaya lebih mungkin untuk menerima dan menggunakan informasi
dari pihak yang dipercaya, dan pada gilirannya menghasilkan benefit yang lebih
perselisihan atau konflik dapat dipecahkan secara efisien dan damai. Dalam
adanya kesulitan pada masa yang akan datang dan biasanya menyebabkan
berakhirnya relationship.
Pada penelitian ini, definisi kepercayaan yang akan dipakai sebagai dasar teori
untuk kemudian digunakan sebagai penentu indicator,adalah defisi menurut Morgan dan
Hunt (1994), yaitu kepercayaan pelanggan adalah keadaan dimana suatu pihak (calon
salesperson kartu kredit BCA. Kepercayaan yang terbentuk dari behavior yang
perbandingan atas kinerja produk atau jasa yang diterima dan yang diharapkan. Kepuasan
merupakan fungsi dari persepsi/kesan atas kinerja dan harapan, jika kinerja berada di
bawah harapan, pelanggan tidak puas. Jika kinerja memenuhi harapan, pelanggan puas,
jika kinerja melebihi harapan, pelanggan amat puas atau senang (Kotler et al,2002)
Pada kenyataannya, akhir-akhir ini banyak perhatian tercurah pada konsep kepuasan
“total,” yang implikasinya adalah mencapai kepuasan sebagian saja tidaklah cukup untuk
membuat pelanggan setia dan kembali lagi. Ketika pelanggan merasa puas akan
pelayanan yang didapatkan pada saat proses transaksi dan juga puas akan barang atau
jasa yang mereka dapatkan, besar kemungkinan mereka akan kembali lagi dan melakukan
pembelian-pembelian yang lain dan juga akan merekomendasikan pada teman-teman dan
kepuasan pelanggan dari waktu ke waktu akan membina hubungan yang baik dengan
pelanggan. Hal ini dapat meningkatkan keuntungan perusahaan dalam jangka panjang.
al. (1996) menyatakan bahwa perasaan puas pelanggan timbul ketika konsumen
membandingkan persepsi mereka mengenai kinerja produk atau jasa dengan harapan
mereka. Tse and Wilson (1988) menyatakan kepuasan dan ketidakpuasan adalah respon
sebelumnya (atau norma kinerja lainnya) dan kinerja aktual produk yang dirasakan
setelah pemakaiannya. Lebih jauh lagi Tse and Wilson (1988) menguraikan dua variabel
akan puas, tetapi apabila sebaliknya maka pelanggan merasa tidak puas.
perasaan senang atau kekecewaan seseorang setelah membandingkan kinerja atau hasil
yang dirasakan dibandingkan dengan harapannya. Dari beberapa uraian tersebut dapat
diketahui bahwa kepuasan konsumen dihasilkan dari proses perbandingan antara kinerja
Fornell et al. (1996) dalam temuannya menyebutkan bahwa (1) kepuasan konsumen
secara menyeluruh adalah hasil evaluasi dari pengalaman konsumsi sekarang yang
berasal dari keandalan dan standarisasi pelayanan; (2) kepuasan konsumen secara
menyeluruh adalah hasil perbandingan tingkat kepuasan dari usaha yang sejenis, dan (3)
indikator harapan secara keseluruhan, harapan yang berhubungan dengan kebiasaan, dan
Selain itu, terdapat beberapa teori tentang kepuasan yakni equity theory dan
atribution theory. Menurut teori equity, seseorang akan merasa puas bila rasio hasil
(outcome) yang diperolehnya dibandingkan dengan input yang digunakan, dirasakan fair
atau adil. Dengan kata lain, kepuasan terjadi apabila konsumen merasakan bahwa rasio
hasil terhadap inputnya (outcome dibandingkan dengan input) proporsional terhadap rasio
yang sama yang diperoleh orang lain (Oliver and De Sarbo, 1988), sedangkan atribution
theory berasal dari teori Weiner (1971) yang dikembangkan oleh Oliver and De Sarbo
(1988) dan Engel et al. (1990). Teori ini menyatakan bahwa ada tiga dimensi yang
suatu pembelian memuaskan atau tidak memuaskan. Ketiga dimensi tersebut adalah:
seperti tingkat kesulitan suatu tugas (task difficulty) dan factor keberuntungan.
Kepuasan pelanggan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah perasaan senang
atau kecewa pengguna kartu kredit BCA yang muncul setelah membandingkan antara
terhadap kinerja bank BCA dengan harapan-harapannya. Kepuasan dapat dicapai apabila
pengguna kartu kredit BCA merasa puas atas promise yang ditunjukkan oleh salesperson
Morgan and Hunt (1994) dalam Chen,et al. (2002) mendefinisikan komitmen
sebagai “an exchange partner believing that on going relationship with another is so
important as to warrant maximum efforts at maintaining it; that is, the committed party
Definisi ini hampir sama dengan yang disampaikan oleh Moorman et al. (1992)
dalam Hoccut (1998) yang menyatakan bahwa komitmen sebagai keinginan yang terus –
relationship dipertimbangkan sebagai hal yang penting. Selain itu, keinginan yang terus
yang komit menginginkan relationship dapat berjalan terus-menerus dan akan berusaha
untuk mempertahankannya.
pada situasi baru. Komitmen merupakan orientasi jangka panjang dalam suatu hubungan,
bahwa relationships dibangun di atas fondasi mutual komitmen. Selain itu komitmen juga
perusahaan tertentu. Tema yang sering muncul dari berbagai literatur relationship adalah
untuk memperoleh hasil yang bernilai bagi mereka, dan mereka berusaha keras untuk
mengembangkan dan memelihara atribut bernilai ini dalam relationship mereka. Oleh
karena itu, komitmen adalah sentral bagi semua pertukaran relasional antara perusahaan
Secara umum ada dua tipe komitmen yang berbeda. Calculative dan affective
(Peppers and Rogers, 2004 : 46). Calculative commitment berhubungan dengan tipe
instrumen dari komitmen, dan sebagai perluasan dari kebutuhan untuk mempertahankan
relationship yang disebabkan oleh adanya manfaat ekonomi dan switching cost.
Calculative commitment dihasilkan dari analisis ekonomi dari biaya dan manfaat dengan
negatif dengan kepercayaan dan didasarkan pada perhitungan biaya dan benefit. Jadi
ekonomi jangka pendek, tetapi karena setiap pihak merasakan kedekatan emosional atau
psikologikal satu sama lain. Affective commitment secara positif berhubungan dengan
kepercayaan dan mendukung benefit relationship dalam waktu yang lebih lama,
menurunkan opportunism, dan keinginan untuk memecahkan konflik dengan cara damai.
Oleh karena komitmen bersifat rentan, relationship dijalin dengan pihak yang
dapat dipercaya. Oleh sebab itu, kepercayaan adalah kontributor yang kuat bagi
komitmen. Sepanjang garis yang sama, komunikasi dan pertukaran informasi yang
terbuka dapat digunakan untuk menciptakan sikap positif anggota relationship dan dapat
menunjukkan kemampuan untuk menyampaikan manfaat superior akan dinilai tinggi oleh
Quality yang terdiri atas kepuasan dan kepercayaan pelanggan. Artinya kepercayaan serta
kepuasan pengguna kartu kredit BCA yang terbentuk dari behavior yang ditunjukkan
oleh salesperson kartu kredit BCA akan mempengaruhi dalam pembentukan relationship
Airlangga. Penelitian ini disusun berdasarkan jurnal yang telah dibuat oleh Michael
Aheame, Ronald Jelinek dan Eli Jones yang meneliti tentang “Examining the effect of
Sportmanship, Empathy terhadap Trust. Serta melihat pengaruh Satisfaction dan Trust
serangkaian wawancara kualitatif dengan para penjual dan pembeli di New York.
Inducement mempunyai pengaruh langung tidak hanya pada Satisfaction tetapi juga pada
Share of Customer. Namun tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara Satisfaction
Persamaannya antara penelitian yang telah dibuat oleh Michael Aheame, Ronald
Jelinek dan Eli Jones dengan penelitian ini adalah keduanya memakai komponen yang
sama pada Salesperson Service Behavior yang diteliti yaitu Diligence, Information
dalam pembentukan Relationship Quality yang terdiri dari Trust dan Satisfaction.
Hennig- Thurau et al. (2002). Selain itu pada proposal skripsi ini dilakukan penelitian
pada perusahaan perbankan dimana kualitas pelayanan sangat penting artinya. Sedangkan
menurut jurnal Michael Aheame, Ronald Jelinek dan Eli Jones pelaksanaan penelitiannya
Berdasarkan tujuan penelitian dan landasan teori, maka kerangka berpikir yang
digunakan dalam penelitian ini disusun seperti gambar 2.1 Kerangka ini menggambarkan
karakteristik Salesperson Service Behavior yang diteliti yaitu Diligence, Information
dikutip dari (Crosby et al., 1990; Doney&Cannon., 1997; Ganesan, 1994; Moorman,
Gambar 2.1
H1
Diligence Relationship Quality
Information H2
Communication Satisfaction
H3 H7
Inducements
H6 Relationship
Commitment
H4 Control
Sportsmanship
H8
Variables
Trust Number of
Sales Calls
H5
Empathy
Length of
Relationship
in Years
Salesperson Service Behaviors
2.3.2. Hipotesis
Berdasarkan landasan teori yang telah dijelaskan dan hasil penelitian terdahulu,
dalam melayani calon konsumen akan meningkatkan satisfaction dari calon konsumen
yang wajib dimiliki seorang salesperson dalam melayani para calon konsumennya. Oleh
sebab itu behavior ini akan mendorong tercapainya satisfaction konsumen. Sehingga
pembentukan Satisfaction.
dampak positif pada Trust yang akan diperikan oleh konsumen. Sehingga dapat disusun
Relationship Commitment yang lebih kuat terhadap produk yang ditawarkan oleh seorang
Relationship Commitment.
cenderung tidak ingin dilayani oleh salesperson lainnya dengan kata lain akan
Commitment.
BAB III
METODE PENELITIAN
hipotesis yang selanjutnya dilakukan pengujian statistik untuk menerima atau menolak
hipotesis. Pada penelitian ini digunakan analisis kausal, yaitu bagaimana satu variabel
Hal ini sesuai dengan tujuan penelitian yang berusaha mengetahui pengaruh
Salesperson Service Behavior terhadap Relationship Quality yang akan mengarah pada
Relationship Commitment.
Variabel merupakan karakter atau sifat dari obyek kajian yang relevan dengan
berikut:
1. Variabel bebas/independent.
Variabel bebas adalah variabel yang dimanipulasi dan efek yang timbul
Variabel terikat adalah variabel yang mengukur efek dari variabel bebas
pada test unit (Malhotra, 1999 :217). Melalui analisis terhadap variabel
Relationship Quality yang terdiri dari Satisfaction dan Trust dan juga
Relationship Commitment.
Menurut Danim (1997: 101), variabel akan tampak lebih bernilai apabila
berikut:
a. Diligence
Diligence merupakan suatu gabungan dari dua jenis perilaku: responsifitas dan
reliabilitas.
b. Information Communication
c. Inducement
1. Data primer
langsung dari sumber asli (tidak melalui media perantara). Data primer dapat
berupa opini subyek secara individual atau kelompok, hasil observesi terhadap
suatu benda, kejadian atau kegiatan (Indriantoro dan Suporno, 1999: 88).
Dalam penelitian ini, data primer diperoleh dari hasil jawaban responden atas
penelitian ini.
2. Data sekunder
Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh secara tidak
langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain)
berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip
populasi data yang diteliti. Populasi merupakan sekelompok orang, kejadian atau segala
sesuatu yang mempunyai karakteristik tertentu (Indriantoro dan Supomo, 2002: 115-116).
Menurut Sugiyono (2000 : 55), populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas;
obyek atau subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam
penelitian ini adalah individu berusia 17-55 tahun serta merupakan golongan masyarakat
Alasan ditetapkannya populasi dengan usia minimum adalah karena usia batasan
seseorang yang diperbolehkan olh bank untuk memiliki sebuah kartu kredit adalah
individu yang sudah memiliki kartu tanda penduduk (KTP). Sedangkan syarat untuk
mendapatkan KTP tersebut adalah individu yang telah berusia 17 tahun. Instrumen yang
digunakan untuk memperoleh data dari responden dalam penelitian ini adalah kuesioner
Sampel adalah sub unit populasi survei atau populasi survei itu sendiri yang oleh
peneliti dipandang mewakili populasi target. Menurut Sudman (dalam Aaker 1999: 407)
bahwa jenis ukuran sampel regional untuk jenis individu maupun rumah tangga adalah
200-500. Jumlah sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah 200 konsumen usia 18-
55 tahun yang pernah berbelanja di “X” paling sedikit dua kali selarna bulan November
dimana elemen-elemen populasi tidak mempunyai kesempatan yang sama untuk terpilih
Cara penarikan sampel adalah purposive sampling yaitu memilih sampel secara
sengaja kepada subyek yang menjadi pelaku langsung dan memahami seluk-beluk
permasalahan penelitian yang menjadi fokus kerja peneliti (Danim, 1997: 98). Metode ini
dipilih berdasarkan pertimbangan peneliti bahwa unsur penarikan sampel tersebut akan
dapat membantu menjawab pertanyaan penelitian yang sedang dikerjakan (Kinnear dan
anggota populasi dengan ciri atau kriteria tertentu dan menolak anggota populasi yang
Data dikumpulkan dengan cara survey yang dilakukan secara personal dengan
informasi tambahan yang tidak diperoleh dalam daftar pertanyaan. Teknik ini
juga berguna jika ada responden yang kurang jelas dalam memahami
2. Studi Kepustakaan
pustaka lainnya yang terkait dengan permasalahan dan tujuan penelitian. Serta
3. Teknik Analisis
terhadap Relationship Quality dan Relationship Commitment konsumen kartu kredit BCA
menjelaskan hubungan kausalitas antara satu atau beberapa variabel. Dalam model jalur,
modal dasar yang digunakan untuk menganalisis jalur untuk mengestimasi kekuatan dari
hubungan kausal yang digambarkan dalam model jalur. Dalam analisis jalur pendugaan
parameter menggunakan OLS (Ordinary Least Square) dan dapat dilakukan secara
parsial untuk setiap persamaan yang membentuk model structural. Data input dalam
analisis jalur adalah data normal baku (standardize). Analisis jalur dapat diuji dengan
Y2 = a2 + bY1 + e
Dimana:
Y1 = Satisfaction
a = Konstanta
b = Koefisien regresi
Nilai error didefinisikan sebagai beda antara nilai Y observasi dan nilai
X1 = Diligence
X2 = Information Communication
X3 = Inducement
Y2 = Relationship Commitment
Y1 = a + b1X1 + b2X2
Y2 = a2 + bY1 + e
Dimana:
Y1 = Trust
a = Konstanta
b = Koefisien regresi
Nilai error didefinisikan sebagai beda antara nilai Y observasi dan nilai
X1 = Sportmanship
X2 = Emphaty
Y2 = Relationship Commitment
Validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur mampu mengukur apa yang
ingin diukur (Danim, 1997:195). Validitas data akan ditentukan oleh keadaan responden
waktu diwawancarai (Umar, 2002: 179). Uji validitas memastikan bahwa pengukuran
sebuah konsep (Sekaran, 2006: 43). Validitas sempurna mengindikasikan tidak adanya
diatas 0,3 dan signifikansi kurang dari 0,05. Menurut Hair et al (1998), item yang dapat
dikatakan konsisten secara internal bila item memiliki korelasi lebih besar dengan 0,4.
Untuk memperoleh informasi yang akurat mengenai alat ukur atau kuisioner,
seluruh kuesioner diujikan terlebih dahulu terhadap sejumlah responden. Tes awal
Reliabilitas adalah istilah yang dipakai untuk menunjukkan sejauh mana suatu
hasil pengukuran relatif konsisten apabila pengukuran diulang dua kali atau lebih (Umar,
2002: 176). Reliabilitas menunjukkan konsistensi suatu alat pengukur di dalam mengukur
Dalam penelitian ini teknik yang digunakan untuk mengukur konsistensi internal
adalah koefisien alfa atau cronbach's alpha. Fungsi dari cronbach's alpha untuk
suatu instrumen untuk mengukur construct tertentu (Indriantoro dan Supomo, 1999: 181).
Item pengukuran dikatakan reliabel jika memiliki nilai koefisien alfa lebih besar dari 0,6
1. Nonmultikoliniearitas
yang kuat antar masing-masing variabel bebas yang diteliti. Untuk mengetahui ada atau
tidaknya gejala ini digunakan nilai Variance Inflation Factor atau VTF (Hakim, 2001:
301). Marquardt menyatakan bahwa jika VIF > 10 terdapat terlalu besar korelasi di antara
variabel Xi dan variabel bebas yang lain. Menurut Hakim (2001: 301) bahwa peneliti
yang lain menyarankan kriteria lebih konservatif yaitu korelasi akan terlalu besar bahkan
untuk VTF > 5, jika 1 set variabel bebas ttdak berkorelasi, maka VTF akan sama dengan
bahwa tidak terjadi multikolineritas bila VIF berada pada kisaran 1 sampai dengan 5.
Tidak terjadi otokorelasi yaitu tidak terdapat pengaruh dari variabel dalam model
melalui tenggang waktu. Tidak ada korelasi antar anggota sampel yang diurutkan
berdasar waktu. Otokorelasi biasanya muncul pada observasi yang menggunakan data
time series. Cara mendeteksi adalah dengan uji Durbin Watson. Pada penelitian ini tidak
menguji ada tidaknya otokorelasi, karena observasi yang digunakan adalah cross section.
3. Homoskedastisitas
arti tidak terjadi hubungan antara variabel pengganggu dengan variabel bebasnya. Hal ini
berarti bahwa variasi nilai-nilai Y di sekitar rata-rata tersebut adalah konstan untuk semua
1. Uji t
a. Apabila t hitung < t tabel , hal ini menunjukkan tidak ada pengaruh yang
b. Apabila t hitung ≥ t tabel , hal ini raenunjukkan adanya pengaruh yang signifikan
Pada penelitian ini tingkat signifikansi atau level of significance yang digunakan
adalah 5%. Pengujian hipotesis ini akan dianalisis dengan membandingkan nilai
probabilitas (significant) pada output t test dengan level of significance 5 %. Apabila nilai
probabilitas kurang atau sama dengan dari 5% atau 0,050, maka Ho ditolak atau Ha
diterima dan sebaliknya apabila nilai probabilitas lebih dari 5% atau 0,050 maka Ho