Andini Nafisani
Kalau hanya berdakwah kita memang bisa. Tapi kalau mencintai dakwah, apakah kita
bisa? Cinta butuh pengorbanan, waktu, tenaga, dan harta. Allah telah menggiring kita
pada keimanan pada dakwah saja merupakan suatu kebahagiaan besar. Apa kita pantas
berharap imbalan lebih dari itu? Apalagi berupa kesenangan, jabatan, kemewahan?
Masuk sekolah? Anak-anak butuh lingkungan yang solehah.
Rahmat berhasil jadi anggota DPR. Mikirin Negara atau mikirin umat?
Banyak pemimpin umat lupa. Dunia menjadi lebih menarik dari dakwah itu sendiri.
Iman yang kita pertaruhkan dikalahkan oleh jabatan dan harta.
Kini Rahmat semakin tua. Rambut dan janggutnyanya kini mulai putih. Badannya pun
terassa tidak sesegar dahulu.
Ngomongin politik mulu, ngaji makin lemah. Setiap marhalah ada rijal, ada
masalahnya. Begitu juga di dakwah ada cobaan. Obatnya adalah kesabaran, keikhlasan,
pengorbanan dan kita kembalikan solah dakwah. Kita cemplung, habis-habisan di
dakwah ini, karena Allah karena Rasul. Shbaran ala shabran. Sabar di atas sabar pada
Allah, Allah akan berikan yang terbaik untuk kamu.
Kematian hati, banyak orang tertawa saat maut mengintainya. Banyak orang sedikit
beramal, tapi disebut-sebutnya banyak sekali. Merendahlah.
Pada akhirnya Rahmat wafat di jalan dakwah. Jatuh terhuyung ketika sedang
membicarakan tentang sawah-sawah dakwah yang akan segera dipanen.
Andini Nafisani
Random.
Lagu yang selalu diputar di rumah, dan di pondok dulu. Jadi kangen :)
Izzatul Islam Sang Murabbi
Ribuan langkah kau tapaki,
pelosok negeri kausambangi 2x
Tanpa kenal lelah jemu,
sampaikan firman tuhanmu 2x
Terik matahari
Tak surutkan langkahmu
Deru hujan badai
Tak lunturkan azzammu
Raga kan terluka
Tak jerikan nyalimu
Fatamorgana dunia
Tak silaukan pandangmu
Semua makhluk bertasbih
Panjatkan ampun bagimu
Semua makhluk berdoa
Limpahkan rahmat atasmu
Duhai pewaris nabi
Duka fana tak berarti
Surga kekal dan abadi
Balasan ikhlas di hati
Cerah hati kami
Kau semai nilai nan suci
Andini Nafisani