Anda di halaman 1dari 24

I.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Padi sebagai tanaman pokok nasional dan merupakan tanaman utama yang
dikonsumsi oleh sebagian besar masyarakat Indonesia dan produksinya dengan
berbagai upaya ektensifikasi dan intensifikasi. Upaya peningkatan produksi padi di
berbagai daerah umumnya difokuskan pada area atau lahan dengan fasilitas irigasi
yaitu padi sawah dimana ketersediaan air selalu tersedia sepanjang musim. Namun
demikian, tingkat produksinya masih belum memenuhi kebutuhan nasional dan
bahkan terjadi kekurangan akibat serangan hama dan penyakit, kekeringan,
kekurangan unsur hara dan lain lain. Kebutuhan tanaman akan unsur hara berbeda
beda bergantung pada umur, jenis tanaman, dan kebutuhan tanaman itu sendiri. Pada
masa vegetative tanaman lebih membutuhkan unsur N,unsur N sangat vital bagi
pertumbuhan tanaman karena unsur ini paling banyak dibutuhkan tanaman. Unsur ini
fungsi utamanya adalah mensintesis klorofil yang difungsikan tumbuhan dalam
melakukan pross fotosintesis. Yang perlu diingat tanaman tidak dapat menyerap unsur
hara dalam bentuk tunggal tetapi tanaman menyerap unsur hara tersebut dalam bentu
ion seperti unsur hara N dapat diserap tanaman dalam bentuk NH4 dan NO3- begitu
juga unsur lain juga diserap tanaman dalan bentuk ion, yang sering disebut sebagai
bentuk tersedia bagi tanaman. Tetapi permasalahannya jika unsur N diberikan dalam
jumlah yang berlebih justru dapat mengakibatkan produksi tanaman menurun, hal ini
dikarenakan pemberian unsur N dalam jumlah yang banyak atau melebihi kebutuhan
tanaman dapat mengekibatkan fase vegetative tanaman lebih panjang sehingga
pembentukan organ generative tidak maksimal. Akibatnya selain produktivitasnya
menurun, kualitas yang dihasilkan juga menurun.
Unsur hara merupakan komponen penting dalam pertumbuhan tanaman, unsur
hara banyak tersedia dialam, sehingga tumbuhan bisa memanfaatkannya untuk
kebutuhan metabolismenya. Tetapi ketersediaan unsur hara di beberapa tempat tidak
sama, ada yang berkecukupan sehingga pertumbuhan tanaman menjadi baik namun

ada juga yang kekurangan, sehingga pertumbuhannya menjadi terhambat. Khusus


untuk tanaman budidaya kebutuhan unsur haranya sangat tinggi, hal ini dikarenakan
pada lahan atau tempat yang sama ditanami tanaman tertentu yang membutuhkan
jumlah unsur yang sama setiap waktunya. Sedangkan persediaan dialam terus
berkurang akibat diserap oleh tanaman budidaya yang ditanam dilahan tersebut
musimnya (intensif), sehingga untuk dapat memenuhi kebutuhan tanaman akan unsur
hara harus dilakukan penambahan unsur hara dalam bentuk pupuk dalam jumlah yang
cukup.
Berdasarkan esensialannya unsur hara yang dibutuhkan tanaman terbagi
menjadi dua yakni unsur hara esensial dan unsur hara non- esensial atau beneficial.
Unsur hara esensial terdiri atas unsur hara makro dan mikro, unsur hara esensial
merupakan unsur hara yang mutlak dibutuhkan tanaman dan fungsinya tidak bisa
digantikan oleh unsur lain, tidak terpenuhinya salah satu unsur hara akan
mengakibatkan tanaman tersebut tidak dapat menyelsaikan siklus hidupnya.
Sedangkan unsur beneficial adalah unsur tambahan yang tidak dibutuhkan oleh
semua tanaman, namun perannanya cukup penting pada tanaman tertentu, misalnya
jagung agar hasilnya berkualitas perlu ditambahkan unsur Al yang bisa diberikan
pupuk ALPO4 (Alumunium fosfat) dalam jumlah tertentu. Bagi tanaman lain unsur
Al justru dapat menyebabkan keracunan, namun pada tanaman jagung toleran
terhadap Al pada jumlah tertentu malah akan membantu meningkatkan
produktivitasnya mendekati potensi genetisnya. Oleh karena itu diperlukan suatu
pengujian untuk mendeteksi batas kritis suatu tanaman akan unsur hara tertentu
sehingga dapat diketahui kebutuhan tanaman akan unsur hara tertentu yang optimum.
Uji batas kritis tanaman akan unsur N maupun unsur lainnya bisa dilakukan
dengan menganalisis jaringan tanaman untuk memperkirakan tingkat kesuburan
tanaman. Tujuan dilakukannya analisis batas kritis tanaman ukan suatu unsur hara
tertentu bertujuan untuk memperkirakan kadar atau jumlah unsur hara pada batas
kritis. Selain itu juga untuk mengetahui dan menentukan jumlah unsur hara dalam
jaringan tanaman yang menunjukan hasil optimum.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dikemukakan diatas maka
rumusan masalahnya adalah apakah ada perbedaan tinggi tanaman dan jumlah daun
tanaman padi yang ditanam pada media pasir dengan mengunakan berbagai jenis
pupuk seperti N , P, K, pupuk kandang ayam, sapi, dan pupuk kompos.
1.3. Tujuan
Berdasarkan permasalahan yang dikemukakan diatas, maka praktikum ini
bertujuan untuk untuk melihat interaksi yang terjadi antara padi dengan jenis pupuk
yang berbeda pada media pasir, sehingga mahasiswa mampu mengerti tentang
kekurangan unsur-unsur hara pada tanaman dan dapat membandingkan
perkembangan dan pertumbuhan tanaman padi dengan perlakuan pemberian berbagai
jenis pupuk pada media pasir.

II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Padi (Oryza sativa)
Padi termasuk genus Oryza L yang meliputi lebih kurang 25 spesies, tersebar
didaerah tropik dan daerah sub tropik seperti Asia, Afrika, Amerika dan Australia.
Menurut Chevalier dan Neguier, padi berasal dari dua benua Oryza fatua Koenig dan
Oryza sativa L berasal dari benua Asia, sedangkan jenis padi lainya yaitu Oryza
stapfii Roschev dan Oryza glaberima Steund berasal dari Afrika barat. Tanaman padi
yang dapat tumbuh dengan baik didaerah tropis ialah Indica sedangkan Japonica
banyak diusakan didaerah sub tropika. Padi dibedakan dalam dua tipe yaitu padi
kering (gogo) yang ditanam di dataran tinggi dan padi sawah di dataran rendah yang
memerlukan penggenangan (Prihatman K., 2000).
Menurut Kemal Prihatman dalam tulisannya Tentang Budidaya Padi (2000)
klasifikasi botani tanaman padi adalah termasuk kedalam divisi spermatophyta,
subdivisi angiospermae, kelas monotyledonae, keluarga gramineae (Poaceae), genus
Oryza, spesies Oryza spp. Padi berakar serabut dan biasanya terletak pada kedalaman
tanah 20-30cm (Nurmala Tati S.W., 2003). Akar pada tanaman padi berfungsi untuk
menyerap unsur hara dan air , proses respirasi dan menopang tegaknya batang. Padi
memiliki 2 macam akar yaitu akar primer dan akar seminal. Akar yaitu akar yang
tumbuh dari kecambah biji, sedangkan akar seminal adalah akar yang tumbuh di
dekat buku-buku (Sudirman, 2005).
Batang padi memiliki fungsi yang sama dengan batang tanaman lainnya yaitu
untuk menopang tanaman secara keseluruhan dan mengalirkan zat makanan ke
seluruh bagian tanaman. Namun batang padi memiliki bentuk yang khas karena
memiliki rongga dan ruas (Sudirman, 2005). Daun padi tumbuh pada buku masingmasing 1 buah dengan susunan yang berselang seling. Setiap daun memiliki susunan
yang terdiri dari pelepah daun, helai daun, telinga daun dan lidah daun(Sudirman.,
2005).
Daun bendera adalah daun yang terletak pada tiap batang sebagai daun teratas.
Daun ini dominan sekali peranannya pada fase pengisian biji padi (Nurmala Tati
S.W., 2003). Bunga padi secara keseluruhan disebut malai. Tiap unit bunga pada

malai disebut spikelet (Karim M.A dan Suharti E., 2009). Bunga padi terdiri atas
tangkai bunga, kelopak bunga, lemma (gabah padi yang besar ), dan palea ( gabah
padi yang kecil ), putik, kepala putik, tangkai sari, kepala sari dan bulu padi (Nurmala
Tati S.W., 2003). Malai padi terdiri dari sekumpulan bunga padi (spikelet) yang
tumbuh darinbuku paling atas (Nurmala Tati S.W., 2003).
2.1.1. Syarat Tumbuh Tanaman Padi
Tanaman padi dapat hidup baik didaerah yang berhawa panas dan banyak
mengandung uap air. Curah hujan yang baik rata-rata 200 mm per bulan atau lebih,
dengan distribusi selama 4 bulan, curah hujan yang dikehendaki per tahun sekitar
1500 -2000 mm. Suhu yang baik untuk pertumbuhan tanaman padi 23 C. Tinggi
tempat yang cocok untuk tanaman padi berkisar antara 0 -1500 m dpl. Tanah yang
baik untuk pertumbuhan tanaman padi adalah tanah sawah yang kandungan fraksi
pasir, debu dan lempung dalam perbandingan tertentu dengan diperlukan air dalam
jurnlah yang cukup. Padi dapat tumbuh dengan baik pada tanah yang ketebalan
lapisan atasnya antara 18 -22 cm dengan pH antara 4 -7 (Prihatman K., 2007).
2.1.2. Teknik Budidaya Konvensional
Padi dibudidayakan dengan tujuan mendapatkan hasil yang setinggi- tinginya
dengan kualitas sebaik mungkin, untuk mendapatkan hasil yang sesuai dengan
harapan maka, tanaman yang akan ditanam harus sehat dan subur. Teknik bercocok
tanam yang baik sangat diperlukan untuk mendapatkan hasil yang sesuai dengan
harapan. Hal ini harus dimulai dari awal, yaitu sejak dilakukan persemaian sampai
tanaman itu bisa dipanen Untuk satu hektar padi sawah diperlukan 25-40 kg benih
tergantung pada jenis padinya. (Anonim., 2007).
Pengolahan tanah dapat dilakukan secara intensif, yakni dengan menggunakan
mesin traktor atau bajak dan cangkul. Bibit padi yang digunakan sebaiknya dari benih
yang berlabel dari varietas unggul. Setelah 18 25 hari setelah persemaian, benih
padi sudah siap untuk pindah tanam. Dosis pemupukan sesuai dengan dosis anjuran
setempat. Penyulaman dilakukan bagi bibit yang tidak tumbuh, rusak, mati, dan

terkena hama penyakit. Penyulaman dilakukan seminggu setelah tanam. Secara


umum, padi dipanen saat berumur 80 110 hari (Martodireso S. dan Suryanto W. A,
2011).
2.1.3. Teknik budidaya SRI
System of Rice Intensification (SRI) adalah tehnik budidaya padi yang mampu
meningkatkan produktifitas padi dengan cara mengubah pengelolaan tanaman, tanah,
air dan unsur hara. Karena pola pengelolaan tanaman yang memadukan berbagai hal
tersebut, maka teknik ini disebut juga sebagai suatu sistem. Yakni sebuah rangkaian
yang saling terkait dan mempengaruhi antara satu faktor dengan faktor yang lain.
Banyak pihak menyebut juga sebagai sebuah metodologi. Yang dimaksudkan
metodologi adalah serangkaian kumpulan pengetahuan dan metode serta cara atau
teknik. Metodologi ini menekankan pada pentingnya mengeluarkan dan
memanfaatkan potensi genetik tanaman padi dan memadukan dengan penciptaan
lingkungan yang baik bagi tanaman. Hal terpenting dalam penciptaan lingkungan
adalah bagaimana merangsang aktivitas mikroorganisme dalam membantu
penyediaan unsur hara bagi tanaman. SRI ini menekankan pada upaya
memaksimalkan jumlah anakan dan pertumbuhan akar dengan mengelola suplai
makanan, air dan oksigen yang cukup pada tanaman padi (Suwadi, 2011).
2.1.4. Fase Pertumbuhan Tanaman Padi
Fase pertumbuhan tanaman padi dibagi kedalam 3 fase yaitu : (1) vegetatif
yakni awal pertumbuhan sampai pembentukan bakal malai/primordia, (2)
reproduktif :primordia sampai pembungaan , (3) pematangan : pembungaan sampai
gabah matang (Karim M. A. dan Suhartik E, 2009).
Fase vegetatif merupakan fase pertumbuhan organ-organ vegetatif, seperti
pertambahan jumlah anakan, tinggi tanaman, jumlah, bobot dan luas daun. Secara
lebih detail diuraikan menjadi sebagai berikut :
Tahap 0 - benih berkecambah sampai muncul ke permukaan. Biasanya benih
dikecambahkan melalui perendaman selama 24 jam dan diinkubasi juga selama 24

jam. Pada hari ke-2 atau ke-3 setelah benih disebar di persemaian, daun pertama
menembus keluar melalui koleoptil. Akhir tahap 0 mempertlihatkan daun pertama
yang muncul masih melengkung dan bakal akar memanjang (Karim M. A. dan
Suhartik E, 2009).
Tahap 1 Pertunasan atau bibit, yaitu sejak benih berkecamabah, tumbuh
menjadi tanaman muda (bibit) hingga hampir keluar anakan pertama. Selama tahap
ini, akar seminal dan 5 daun terbentuk. Daun terus berkembang pada kecepatan 1
daun setiap 3-4 hari selama tahap awal pertumbuhan. Kemunculan akar sekunder
membentuk sistem perakaran serabut permanen dengan cepat menggantikan radikula
dan akar seminal sementara (Karim M. A. dan Suhartik E, 2009).
Tahap 2 Pembentukan anakan; berlangsung sejak pembentukan anakan
pertama sampai pembentukan anakan maksimum tercapai. Anakan muncul dari tunas
aksial pada buku batang dan menggantikan tempat daun serta tumbuh dan
berkembang. Setelah tumbuh, anakan pertama memunculkan anakan sekunder, ini
terjadi setelah 30 hari pindah tanam. Anakan terus berkembang sampai tanaman
memasuki tahapan pertumbuhan berikutnya, yaitu pemanjangan batang. Anakan aktif
ditandai dengan pertambahan anakan yang cepat sampai tercapai anakan maksimal.
Stadia anakan maksimal dapat bersamaan, sebelum atau sesudah inisiasi primordia
malai. Fase tumbuh dari anakan maksimal sampai inisiasi malai disebut fase
vegetative lag, yang merupakan sasaran pemuliaan untuk memoerpendek umur
tanaman (Karim M. A. dan Suhartik E, 2009).
Tahap 3 Pemanjangan batang; terjadi setelah pembentukan malai atau tahap
akhir pembentukan anakan. Oleh karenanya bisa terjadi tumpang tindih dari tahap 2
dan 3. Anakan terus meningkat dalam jumlah dan tingginya. Periode waktu
pertumbuhan berkaitan nyata dengan memanjangnya batang (Karim M. A. dan
Suhartik E, 2009).
Fase reproduktif ditandai dengan memanjangnya beberapa ruas teratas batang
tanaman, berkurangnya jumlah anakan (matinya anaka tidak produktif), munculnya
daun bendera, bunting dan pembungaan. Tahapan dalam fase reproduktif yaitu :

Tahap 4 Pembentukan malai sampai bunting; pada varietas genjah, bakal


malai (primordia) terlihat berupa kerucut putih panjang 1,0-1,5 mm. Pertama kali
muncul pada ruas buku utama, kemudian pada anakan dengan pola yang tidak teratur.
Saat malai terus berkembang bulir (spikelets) terlihat dan dapat dibedakan. Malai
muda meningkat dalam ukuran dan berkembang ke atas di dalam pelepah daun
bendera yang menyebabkan pelepah daun mengembung. Bunting terjadi pertama kali
pada ruas batang pertama. Pada tahap bunting, ujung daun layu (menjadi tua dan
mati) dan anaka non-produktif terlihat pada bagian dasar tanaman (Karim M. A. dan
Suhartik E, 2009).
Tahap 5 Heading (keluarnya bunga atau malai); dikenal juga sebagai tahaap
keluarnya malai. Heading ditandai dengan munculnya ujung malai dari pelepah daun
bendera. Malai terus berkembang sampai keluar seutuhnya dari pelepah daun. Antesis
(pembungaan) terjadi segera setelah heading. Oleh sebab itu,heading diartikan sama
dengan antesis ditinjau dari segi hari kalender. Dalam suatu komunitas tanaman, fase
heading memerlukan waktu 10 14 hari karena terdapat perbedaan laju
perkembangan antartanaman maupun antaranakan. Apabila 50% bunga telah keluar,
maka pertanaman tersebut dianggap sudah memasuki fase pembungaan (Karim M. A.
dan Suhartik E, 2009).
Tahap 6 Pembungaan (anthesis); dimulai ketika benang sari bunga yang
paling ujungpada tiap cabang malai telah tampak keluar dari bulir dan terjadi proses
pembuahan. Pada umumnya, anthesis berlangsung antara pukul 08.00 13.00 dan
persarian (pembuahan) akan selesai dalam 5-6 jam setelah anthesis. Dalam suatu
malai, semua bunga memerlukan 7-10 hari untuk anthesis, tetapi pada umumnya
hanya 5 hari. Anthesis terjadi 25 hari setelah bunting. Pada pembungaan, kelopak
bunga terbuka, anthera menyembul keluar dari kelopak bunga (flower glumes) karena
pemanjangan stamen dan serbuk sari tumpah, kelopak bunga kemudian menutup.
Pembuahan terjadi saat serbuk sari jatuh ke putik. Pembuahan terjadi sehari setelah
heading. Pada saat pembungaan, 3-5 daun masih aktif (Karim M. A. dan Suhartik E,
2009).

Tahap 7 - Gabah matang susu. Pada tahap ini, gabah mulai terisi dengan
cairan kental berwarna putih susu. Bila gabah ditekan, maka cairan tersebut akan
keluar. Malai hiajau dan mulai merunduk. Pelayuan (senescense) pada dasar anakan
berlanjut. Daun bendera dan dua daun di bawahnya tetap hijau (Karim M. A. dan
Suhartik E, 2009).
Tahap 8 Gabah matang (dough grain stage). Pada tahap ini, isi gabah
yang menyerupai susu, berubah menjadi gumpalan lunak dan akhirnya mengeras.
Gabah pada malai mulai menguning. Pelayuan dari anakan dan daun di abagian dasar
tanaman tampak semakin jelas. Pertanaman terlihat menguning. Seiring
menguningnya malai, ujung dua daun terakhir pada setiap anakan mulai mengering
(Karim M. A. dan Suhartik E, 2009).
Tahap 9 Gabah matang penuh; Setiap gabah matang, berkembang penuh,
keras dan berwarna kuning. Daun bagaian atas mengering dengan cepat (Karim M. A.
dan Suhartik E, 2009).
2.2. Medium Tumbuh
Media tanam merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap
perbanyakan tanaman dan pertumbuhan awalnya. Agar pertumbuhan bibit dapat baik,
media tanam diharapkan mempunyai sifat-sifat sebagai: (a) media hendaknya gembur
agar pertumbuhan akar tidak terganggu dan akar dapat leluas menembus, (b)
melembaban media harus cukup dan ini dapat diatasi dengan penyiraman, karena air
sangat diperlukan untuk pertumbuhan tanaman, (c) media hendaknya bersifat sarang
sehingga oksigen dapat masuk untuk memenuhi kebutuhan tanaman, (d) media
hendaknya bebas dari gulma, nematoda dan berbagai penyakit, (e) sebaiknya kadar
salinitas rendah., (f) media hendaknya mengandung hara yang diperlukan bagi
tanaman. Berdasarkan persyaratan tersebut diatas maka media yang digunakan adalah
pasir, dan pupuk kandang (Sumiarsih, 1999).
Media tanam berfungsi sebagai tempat akar melekat, mempertahankan
kelembaban dan sebagai sumber makanan. Media yang baik dapat menyimpan air
untuk kemudian dapat dilepaskan sedikit demi sedikit dan dimanfaatkan oleh

tanaman (Budiyati,1994). Meskipun kerusakan tanah dapat dicegah dengan


memperbaiki struktur tanah tetapi penggunaan pestisida dan conditioner dalam sekala
besa tidak dapat dibenarkan. Hal ini dapat mempengaruhi dalam hal konservasi tanah
dan penyerapan nutrisi dalam tanah. Dengan pupuk organik tanah tidak akan miskin
hara dan tanaman akan memperoleh keuntungan dengan menyerap nutrisi dari dalam
tanah (Buurman,1980).
Unsur-unsur yang penting dan harus tersedia adalah N,P,K. N berfungsi
mempercepat pertumbuhan klorofil ,menambah lebar daun, besarnya benih. Dosis
yang digunakan tergantung pada varietas benih dan keadaan tanah. Pupuk P berfungsi
untuk pembentukan akar, pertumbuhan tanaman, menstimulasi pembentukan buah
dan mempercepat panen. Unsur P berpengaruh untuk kandungan total benih terutama
dalam bentuk Fitin. Fitin berfungsi sebagai cadangan fosfor dan untuk pemeliharaan
energi yang diperlukan untuk perkecambahan (Anderson dan Bernard, 1952).
Media tanam dapat didefinisikan sebagai kumpulan bahan atau substrat
tempat tumbuh benih yang disebarkan atau ditanam. Media tanam banyak macam
ragamnya, dapat merupakan campuran dari bermacam-macam bahan atau satu jenis
bahan saja asalkan memenuhi beberapa persyaratan, antara lain cukup baik dalam
memegang air, bersifat porous sehingga air siraman tidak menggenang (becek), tidak
bersifat toksik (racun) bagi tanaman, dan yang paling penting media tanam tersebut
cukup mengandung unsur-unsur hara yang diperlukan bagi pertumbuhan tanaman
(Widarto, 1996).
Disamping memberikan dukungan secara fisik pada tanaman, tanah
merupakan sumber mineral dan air bagi tanaman. Kondisi tanah dan mineral dapat
mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Lingkungan atmosfer harus tersedia pada
kedalaman yang cukup dalam tanah sehingga akar tanaman dapat memperoleh
oksigen yang dibutuhkan untuk respirasi secara langsung dari udara (Villareal dan
Donald, 1969). Salah satu contoh dari media tanam yaitu media tanam pasir dan
media tanam bahan organik.
Pasir sering digunakan sebagai media tanam alternatif untuk menggantikan
fungsi tanah. Sejauh ini, pasir dianggap memadai dan sesuai jika digunakan sebagai

media untuk penyemaian benih, pertumbuhan bibit tanaman, dan perakaran setek
batang tanaman. Sifatnya yang cepat kering akan memudahkan proses pengangkatan
bibit tanaman yang dianggap sudah cukup umur untuk dipindahkan ke media lain.
Sementara bobot pasir yang cukup berat akan mempermudah tegaknya setek batang.
Selain itu, keunggulan media tanam pasir adalah kemudahan dalam penggunaan dan
dapat meningkatkan sistem aerasi serta drainase media tanam. Pasir malang dan pasir
bangunan merupakan Jenis pasir yang sering digunakan sebagai media tanam. Oleh
karena memiliki pori-pori berukuran besar (pori-pori makro) maka pasir menjadi
mudah basah dan cepat kering oleh proses penguapan. Kohesi dan konsistensi
(ketahanan terhadap proses pemisahan) pasir sangat kecil sehingga mudah terkikis
oleh air atau angin. Dengan demikian, media pasir lebih membutuhkan pengairan dan
pemupukan yang lebih intensif. Hal tersebut yang menyebabkan pasir jarang
digunakan sebagai media tanam secara tunggal.
2.2.1. Sifat Fisik, Khemis dan Biologis Tanah Pasir
Tanah pasir merupakan tanah muda (baru) yang dalam klasifikas FAO
termasuk dalam ordo Regosol (Brady, 1974 : 89), sedangkan menurut klasifikasi
USDA tanah di daerah pantai termasuk ordo Entisol atau lebih dikenal dengan nama
Entisol pantai.
2.2.1.1. Sifat Fisik
Struktur tanah pasir Menurut AAK (1993 : 55) tanah berpasir memiliki
struktur butir tunggal, yaitu campuran butir-butir primer yang besar tanpa adanya
bahan pengikat agregat. Ukuran butir-butir pasir adalah 0,002 mm - 2,0 mm.
Tekstur tanah pasir adalah kasar, karena tanah pasir mengandung lebih dari
60% pasir dan memiliki kandungan liat kurang dari 2% (AAK, 1993 : 48). Partikelpartikel pasir mempunyai ukuran yang lebih besar dan luas permukaan yang kecil
dibandingkan fraksi debu dan liat. Oleh karena itu, tidak banyak berfungsi dalam
mengatur kimia tanah tetapi lebih sebagai penyokong tanah dimana sekitarnya
terdapat partikel debu dan liat yang aktif (Hakim Nurhajati, 1986 : 47).

Porositas tanah pasir bisa mencapai lebih dari 50% dengan jumlah pori-pori
mikro, maka bersifat mudah merembeskan air dan gerakan udara di dalam tanah
menjadi lebih lancar. Kohesi dan konsistensi (ketahanan terhadap proses pemisahan)
pasir sangat kecil sehingga mudah terkikis oleh air atau angin. Dengan demikian,
media pasir lebih membutuhkan pengairan dan pemupukan yang lebih intensif (AAK,
1993 : 56).
Tanah pasir memiliki temperatur yang tinggi yang disebabkan karena
kemampuan tanah menyerap panas yang tinggi. Tanah pasir memiliki kemampuan
yang rendah dalam menahan lengas karena sifat tanah yang porus sehingga sempitnya
kisaran kandungan air tersedia yang terletak di antara kapasitas lapangan dan titik
layu permanen yang berkisar 4 - 70% (dibandingkan pada tanah lempung berkisar 16
-29%, serta tingginya kecepatan infiltrasi 2,5-25 cm/jam (dibandingkan 0,001 - 0,1
cm/jam pada tanah lempung) (Baver et al, 1972).
2.2.1. 2. Sifat Kimia
Kapasitas Tukar Kation tanah dapat didefinisikan sebagai kemampuan koloid
tanah dalam menyerap dan mempertukarkan kation. Jika tanah dapat
mempertukarkan kation-kation yang terkandung di dalamnya dengan cepat disebut
KTK nya tinggi. Kapasitas Kation Tanah yang tinggi akan mempercepat penyerapan
bahan organik ke dalam tanaman. Biasanya KTK tanah dipengaruhi oleh sifat dan ciri
tanah itu sendiri diantaranya reaksi tanah, tekstur tanah, bahan organik, penguraian
atau pemupukan. Tanah pasir memiliki KTK rendah dibandingkan dengan tanah liat
atau debu. Hal ini disebabkan tanah pasir memiliki kandungan liat dan humus yang
sangat sedikit. Kapasitas Kation Tanah tanah pasir berkisar antara 2 - 4 m/g (Sumeru
Ashari, 1998 : 74). Kemampuan KTK yang rendah dapat ditingkatkan dengan
pemupukan (Novizan, 2002 : 25).
Derajat keasaman sangat ditentukan oleh jumlah ion H+ yang banyak terdapat
pada kompleks liat humus. Tanah pasir di daerah pantai cenderung bersifat basa
karena kandungan garamnya yang tinggi dan sedikitnya partikel liat serta kurangnya
bahan organik (Semeru Ashari, 1998 : 78). Kelebihan garam dalam tanah dapat

menurunkan potensial air larutan tanah dan menyebabkan tumbuhan kekurangan air
meskipun hidup pada lingkungan yang banyak air. Ini disebabkan karena potensial air
di lingkungan lebih rendah daripada potensial air jaringan, kemudian yang terjadi
adalah kehilangan air bukan menyerapnya. Selain itu, organorgan tanaman, seperti
akar dan daun, juga memperlihatkan gejala terbakar yang selanjutnya mengakibatkan
kematian jaringan (nekrosis). Menurut Hasan Basri Jumin (Sipayung, 2003 : 4),
salinitas menekan proses pertumbuhan tanaman dengan efek yang menghambat
pembesaran dan pembelahan sel, produksi protein serta penambahan biomassa
tumbuhan.
2.2.1.3. Sifat Biologi
Pada tanah pasir jumlah mikroorganismenya sangat sedikit sehingga proses
humifikasi berjalan lambat. Mikroorganisme pada tanah pasir sangat sedikit karena
kondisi lingkungan tanah pasir tidak mendukung mikroorganisme untuk hidup.
Kondisi yang tidak menguntungkan antara lain intensitas cahaya matahari yang
sangat besar, suhu yang tinggi dan kemampuan menahan air pada tanah pasir sangat
rendah. Hal ini menyebabkan tanah pasir menjadi kurang subur (AAK, 1993 : 108).
2.3. Pupuk dan Pemupukan
2.3.1. Pupuk
Pupuk merupakan material yang ditambahkan ke tanah atau tajuk tanaman
untuk melengkapi ketersediaan unsur hara. Saat ini dikenal 16 macam pupuk hara
yang diserap oleh tanaman untuk menunjang kehidupannya. Tiga diantaranya diserap
dari udara, yakni Karbon (C), Oksigen (O), dan Hidrogen (H). Sedangkan tiga belas
mineral lainnya diserap dari dalam tanah yaitu Nitrogen (N), Fosfor (P), Kalium (K),
Kalsium (Ca), Sulfur (S), Magnesium (Mg), Besi (Fe), Mangan (Mn), Boron (B),
Seng (Zn), Tembaga (Cu), Mollibdenum (Mo), dan Khlor (Cl) (Novizan, 2002).
Klasifikasi pupuk dapat dilihat dari beberapa segi, yaitu (1) atas dasar
pembentukannya yang terdiri dari pupuk alam dan pupuk buatan, (2) atas dasar
kandungan unsur hara yang dikandungnya yang terdiri dari pupuk tunggal dan pupuk

majemuk, (3) atas dasar susunan kimiawi yang mempunyai hubungan penting dengan
perubahan-perubahan di dalam tanah (Hakim, 1986).
Pupuk anorganik adalah pupuk yang dibuat oleh pabrik-pabrik pupuk dengan
meramu bahan-bahan kimia anorganik berkadar hara tinggi. Misalnya urea berkadar
N 45-46% (setiap 100 kg urea terdapat 45-46 kg hara nitrogen) (Lingga dan Marsono,
2000). Pupuk anorganik atau pupuk buatan dapat dibedakan menjadi pupuk tunggal
dan pupuk majemuk. Pupuk tunggal adalah pupuk yang hanya mengandung satu
unsur hara misalnya pupuk N, pupuk P, pupuk K dan sebagainya. Pupuk majemuk
adalah pupuk yang mengandung lebih dari satu unsur hara misalnya N + P, P + K, N
+ K, N + P + K dan sebagainya (Hardjowigeno, 2004).
Ada beberapa keuntungan dari pupuk anorganik, yaitu (1) Pemberiannya
dapat terukur dengan tepat, (2) Kebutuhan tanaman akan hara dpat dipenuhi dengan
perbandingan yang tepat, (3) Pupuk anorganik tersedia dalam jumlah cukup, dan (4)
Pupuk anorganik mudah diangkut karena jumlahnya relatif sedikit dibandingkan
dengan pupuk organik. Pupuk anorganik mempunyai kelemahan, yaitu selain hanya
mempunyai unsur makro, pupuk anorganik ini sangat sedikit ataupun hampir tidak
mengandung unsur hara mikro (Lingga dan Marsono, 2000).
2.3.1.1. Nitrogen (N)
Sumber utama nitrogen adalah nitrogen bebas (N2) di atmosfer, yang
takarannya mencapai 78% volume, dan sumber lainnya senyawa-senyawa yang
tersimpan dalam tubuh jasad. Nitrogen sangat jarang ditemui karena sifatnya yang
mudah larut dalam air (Poerwowidodo, 1992). Nitrogen diserap oleh tanaman sebagai
NO3- dan NH4+ kemudian dimasukkan ke dalam semua gas amino dan Protein
(Indrana, 1994). Ada juga bentuk pokok nitrogen dalam tanah mineral, yaitu nitrogen
organik, bergabung dengan humus tanah ; nitrogen amonium dapat diikat oleh
mineral lempung tertentu, dan amonium anorganik dapat larut dan senyawa nitrat
(Buckman dan Brady, 1992).
Nitrogen yang tersedia tidak dapat langsung digunakan, tetapi harus
mengalami berbagai proses terlebih dahulu. Pada tanah yang immobilitasnya rendah

nitrogen yang ditambahkan akan bereaksi dengan pH tanah yang mempengaruhi


proses nitrogen. Begitu pula dengan proses denitrifikasi yang pada proses ini
ketersediaan nitrogen tergantung dari mikroba tanah yang pada umumnya lebih
menyukai senyawa dalam bentuk ion amonium daripada ion nitrat (Jumin, 1992).
Peranan utama nitrogen (N) bagi tanaman jagung adalah merangsang
pertumbuhan secara keseluruhan, khususnya batang, cabang dan daun. Selain itu,
nitrogen pun berperan penting dalam pembentukan zat hijau daun yang sangat
berguna dalam proses fotosintesis (Lingga dan Marsono, 2000). Kekahatan atau
defisiensi nitrogen menyebabkan proses pembelahan sel terhambat dan akibatnya
menyusutkan pertumbuhan. Selain itu, kekahatan senyawa protein menyebabkan
kenaikan nisbah C/N, dan kelebihan karbohidrat ini akan meningkatkan kandungan
selulosa dan lignin. Ini menyebabkan tanaman jagung yang kahat akan nitrogen
tampak kecil, kering, tidak sekulen, dan sudut daun terhadap batang sangat runcing
(Poerwowidodo, 1992).
Salah satu bentuk pupuk N yang banyak digunakan adalah urea (CO(NH2)2).
Urea dibuat dari gas amoniak dan gas asam arang. Persenyawaan kedua zat ini
malahirkan pupuk urea dengan kandungan N sebanyak 46% (Lingga dan Marsono,
2002). Urea termasuk pupuk yang higroskopis (mudah menarik uap air). Pada
kelembaban 73%, pupuk ini sudah mampu menarik uap air dan udara. Oleh karena itu
urea mudah larut dan mudah diserap oleh tanaman (Lingga dan Marsono, 2002).
Urea dapat membuat tanaman hangus, terutama yang memiliki daun yang
amat peka.

Untuk itu, semprotkan urea dengan bentuk tetesan yang besar.

Berdasarkan bentuk fisiknya maka urea dibagi menjadi dua jenis, yaitu urea prill dan
urea non prill (Lingga dan Marsono, 2002).
2.3.1.2. Phosphor (P)
Paling sedikit ada empat sumber pokok fosfor untuk memenuhi kebutuhan
akan unsur ini, yaitu pupuk buatan, pupuk kandang, sisa-sisa tanaman termasuk
pupuk hijau, dan senyawa asli unsur ini yang organik dan anorganik, yang terdapat
dalam tanah (Buckman dan Brady, 1992). Unsur P diserap tanaman dalam bentuk

ortofosfat primer, H2PO4, menyusul kemudian dalam HPO42-. Species ion yang
merajai tergantung dari PH sistem tanah-pupuk-tanaman, yang mempunyai
ketersediaan tinggi pada pH 5,5-7. Kepekatan H2PO4 yang tinggi dalam larutan tanah
memungkinkan tanaman mengangkutnya dalam takaran besar karena perakaran
tanaman diperkirakan mempunyai 10 kali penyerapan tanaman untuk H2PO4
dibanding untuk HPO42- (Poerwowidodo, 1992).
Bentuk P yang lain yang dapat diserap tanaman adalah pirofosfat dan
metafosfat. Kedua bentuk ini misalnya terdapat dalam bentuk pupuk P dan K
metafosfat. Tanaman juga menyerap P dalam bentuk fosfat organik, yaitu asam
nukleat dan phytin. Kedua bentuk senyawa ini terbentuk melalui proses degradasi dan
dekomposisi bahan organik yang langsung dapat diserap oleh tanaman (Hakim,
dkk.,1986).
Ketersediaan phospor di dalam tanah ditentukan oleh banyak faktor, tetapi
yang paling penting adalah pH tanah. Pada tanah ber-pH rendah (masam), phospor
akan bereaksi dengan ion besi (Fe) dan aluminium (Al). reaksi ini akan membentuk
besi fosfat atau aluminium fosfat yang sukar larut di dalam air sehingga tidak dapat
digunakan oleh tanaman. Pada tanah ber-pH tinggi (basa), phospor akan bereaksi
dengan ion kalsium. Reaksi ini membentuk kalsium fosfat yang sifatnya sukar larut
dan tidak dapat digunakan oleh tanaman. Dengan demikian, tanpa memperhatikan pH
tanah, pemupukan phospor tidak akan berpengaruh bagi pertumbuhan tanaman
(Novizan, 2002). Menurut Buckman dan Brady (1992), bahwa fosfor dapat
berpengaruh menguntungkan pada pembelahan sel dan pembentukan lemak serta
albumin, pembungaan dan pembuahan, termasuk proses pembentukan biji,
perkembangan akar, khususnya akar lateral dan akar halus berserabut, kekuatan
batang, dan kekebalan tanaman terhadap penyakit tertentu.
Gejala kekurangan P pada tanaman jagung dapat menjadikan pertumbuhan
terhambat (kerdil), daun-daun/malai menjadi ungu atau coklat mulai dari ujung daun,
dan juga pada jagung akan menyebabkan tongkol jagung menjadi tidak sempurna dan
kecil-kecil (Hardjowigeno, 1993).

2.3.1.3. Kalium (K)


Menurut Buckman dan Brady (1992), berbagai bentuk kalium dalam tanah
digolongkan atas dasar ketersediaannya menjadi 3 golongan besar yaitu bentuk relatif
tidak tersedia, mudah tersedia, dan lambat tersedia. Senyawa yang mengandung
sebagian besar bentuk kalium ini adalah feldspat dan mika, lebih lanjut dijelaskan
oleh Mulyani (1999), bahwa sumber-sumber kalium adalah beberapa jenis mineral,
sisa-sisa tanaman dan jasad renik, air irigasi serta larutan dalam tanah, dan pupuk
buatan. Unsur ini diserap tanaman dalam bentuk ion K+ dan dapat dijumpai di dalam
tanah dalam jumlah yang bervariasi, namun jumlahnya dalam keadaan tersedia bagi
tanaman biasanya kecil. Kalium ditambahkan ke dalam tanah dalam bentuk garamgaram mudah larut seperti KC1, K2SO4, KNO3, dan K-Mg-SO4. Mekanisme
penyerapan K mencakup aliran massa, konveksi, difusi, dan serapan langsung dari
permukaan zarah tanah (Poerwowidodo, 1992).
Di dalam tanah, ion K bersifat sangat dinamis dan juga mudah tercuci pada
tanah berpasir dan tanah dengan pH yang rendah. Sekitar 1-10% terjebak dalam
koloid tanah karena kaliumnya bermuatan positif. Bagi tanaman, ketersediaan kalium
pada posisi ini agak lambat. Kandungan kalium sangat tergantung dari jenis mineral
pembentuk tanah dan kondisi cuaca setempat. Persediaan kalium di dalam tanah
dapat berkurang oleh tiga hal, yaitu pengambilan kalium oleh tanaman, pencucian
kalium oleh air, dan erosi tanah (Novizan, 2002).
Menurut Hakim, dkk (1986), bahwa peranan kalium secara fisiologis adalah
metabolisme karbohidrat, yakni pembentukan pemecahan, dan translokasi pati,
metabolisme nitrogen dan sintesis protein, mengawasi dan mengatur kegiatan
berbagai unsur mineral, netralisasi asam-asam organik penting secara fisiologis,
mengaktifkan berbagai enzim, mempercepat proses pertumbuhan jaringan
meristematik, mengatur pergerakan stomata dan hal-hal yang berhubungan dengan
air.
Defisiensi kalium agak sulit diketahui gejalanya, karena gejala ini jarang
ditampakkan ketika tanaman masih muda (Mulyani, 1999). Pada tanaman jagung,
gejalanya daun terlihakaput lebih tua, muncul warna kuning pada pinggir dan di

ujung daun yang akhirnya mengering dan rontok. Daun mengerut (Keriting) dimulai
dari daun tua. Pada buah, ukuran tongkol menjadi lebih kecil, warna buah tidak
merata dan biji buah menjadi kisut (Novizan, 2002).

III. BAHAN DAN METODE


3.1. Waktu dan Tempat
Waktu dan tempat praktikum Nutrisi Tanaman dilakukan pada hari Senin, 17
Maret 2014 sampai Senin 12 Mei 2014 di Laboratorium Tanah, Fakultas Pertanian
Universitas Riau Jalan Bina Widya Kelurahan Simpang Baru, Kecamatan Tampan,
Kotamadya Pekanbaru.
3.2. Alat dan Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum nutrisi tanaman adalah benih
tanaman padi gogo, pupuk Urea, pupuk TSP, pupuk KCL, pupuk kandang ayam,
pupuk kandang sapi, pupuk kompo, pasir, air. Sedangkan alat yang digunakan dalam
praktikum nutrisi tanaman adalah polybag, meteran (mistar), pena, kertas, cangkul,
timbangan analitik, dan ember, cutter, oven, amplop, .
3.3. Metode Penelitian
Metoda yang digunakan dalam praktikum nutrisi tanaman pada penanaman
padi untuk mengetahui respon tanaman padi terhadap penggunaan dosis pupuk
tunggal dan pupuk organik serta kombinasinya dengan media pasir adalah metoda
rancangan acak lengkap (RAL) dengan berbagai taraf perlakuan pemberian unsur
hara N, P, K, pupuk kandang ayam, pupuk kandang sapi, dan pupuk kompos serta
kombinasi perlakuannya dan 3 ulangan sehingga didapatkan 33 plot pengamatan.
3.4. Pelaksanaan Praktikum
Tahap pertama dalam pelaksanaan praktikum nutrisi tanaman yaitu
mempersiapkan tempat,alat dan bahan yang akan digunakan dalam praktikum.
Praktikum ini dilakukan dengan menggunakan polybag sehingga tidak perlu lagi
dilakukan pengolahan tanah. Setelah alat serta bahan praktikum disiapkan maka
langkah selanjutnya yaitu pengisian tanah ke polybag. Polybag diisi dengan media
pasir dengan masing masing polybag diisi dengan 10 kg media. Pada saat benih akan

ditanam terlebih dahulu benih padi direndam dalam air, perendaman dilakukan hanya
beberapa saat sampai benih mengembang. Setelah direndam benih padi ditanam
sebanyak 3 benih per polybag. Pemupukan dilakukan setelah dilakukan pada saat
penanaman biji benih sesuai dengan perlakuan dengan dosis masing masing. Untuk
pemberian pupuk kandang ayam, sapi, dan pupuk kompos dilakukan pada saat
pengisian media. Pemberian pupuk yang dilakukan pada setiap kelompok memiliki
taraf pemberian yang berbeda dan jenis pupuk yang berbeda serta kombinasi yang
berbeda pula. Setelah selesai penanaman dan pemberian pupuk, lalu dilakukan
perawatan tanaman dengan menyiram tanaman pada pagi dan sore hari karena media
tanam yang digunakan pasir sehingga tidak dapat mengikat air dengan baik. Hal ini
disebabkan karena pengamatan ini dilakukan dirumah kasa sehingga air hujan tidak
dapat masuk. Sejalan dengan dilakukan penyiraman maka dilakukan penyiangan
yaitu mencabuti gulma yang tumbuh untuk mengatasi terganggunya pertumbuhan
tanaman padi.
3.5. Pengamatan
Parameter yang diamati pada praktikum nutrisi tanaman tersebut adalah kadar
air dan rasio tajuk akar dari tanaman padi dan tinggi tanaman, jumlah daun tanaman
padi dari tiap perlakuan dan kombinasinya. Untuk mengetahui kadar air dari tanaman
padi perlu dilakukan pengukuran berat kering dan berat basah sebelumnya pada
tanaman padi
.
3.5.1. Pertambahan Tinggi Tanaman
Pada praktikum nutrisi tanaman pengukuran tinggi tanaman mulai dilakukan
pada tanaman berumur 1 minggu setelah tanam. Pengukuran tinggi tanaman
dilakukan setiap 1 minggu sekali. Pengukuran tinggi tanaman dimulai dengan
mengukur tinggi tanaman yang permukaan tanahnya sudah diberikan ajir setinggi 1
cm dan di ukur sampai daun tertinggi

3.5.2. Berat Kering (gram)


Pada praktikum ini penimbangan berat kering dilakukan saat tanaman sudah
berumur 35 hari setelah tanam. Tanaman sampel dibongkar dan dibersihkan dari
kotoran tanah yang menempel. Setelah dibersihkan tanaman itu ditimbang berat
basahnya selanjutnya tanaman dimasukkan dalam amplop dan di ovenkan selama 24
jam pada suhu 100 0C. Baru setelah di oven keesokan harinya tanaman ditimbang
kembali dan didapatkan berat kering.
3.5.3. Pengukuran Kadar Air
Pengukuran kadar air dilakukan dengan cara mempersiapkan tanaman yang
akan diukur kadar airnya. Tanaman kedelai yang telah dewasa dicabut kemudian
dicuci bersih. Setelah tanaman kedelai dicuci bersih kemudian diukur berat basah dari
tanaman kedelai tersebut. Setelah berat basah dari tanaman kedelai ditemukan
kemudian masukkan tanaman kedelai tersebut ke dalam amplop padi yang telah
dilubangi dan masukkan ke dalam oven selama 24 jam. Setelah di oven selama 24
jam kemudian hitung berat kering dari tanaman kedelai tersebut.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Kadar Air


Dari analisis sidik ragam didapatkan data bahwa NPK2 berbeda nyata dari
semua perlakuan yang ada. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel dibawah
ini:
Tabel 1. Hasil Pengamatan Berat Kering pada Tanaman Padi
Duncan
Grouping
A
A
B
A
A
A
A
A
A
A
A

Mean

NPK

0.7140
0.6393
0.0203
0.8343
0.8270
0.5713
0.7517
0.7077
0.7973
0.6240
0.8360

3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3

NPK0
NPK1
NPK2
NPK3
NPK4
NPK5
NPK6
NPK7
NPK8
NPK9
NPK10

Berdasarkan tabel diatas, perlakuan NPK2 yakni pemberian urea dan kalium
berbeda nyata dengan semua perlakuan. Hal ini diduga karena penyerapan pupuk
yang tidak maksimal oleh tanaman karena media yang berpasir. Menurut Novizan
(2002) didalam tanah, ion K bersifat sangat dinamis dan juga mudah tercuci pada
tanah berpasir dan tanah dengan pH yang rendah. Nitrogen sangat jarang ditemui
karena sifatnya yang mudah larut dalam air (Poerwowidodo, 1992)
4.2. Ratio Tajuk Akar
Pengamatan ratio tajuk akar pada praktikum nutrisi tanaman untuk tanaman
padi dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut :

Tabel 2. Hasil Pengamatan Ratio Tajuk Akar pada Tanaman Padi


Duncan
Grouping
B
B
B
B
B
B
BA
BA
B
A
B

Mean

NPK

1.428
2.205
1.229
1.495
1.410
1.267
4.617
2.733
1.530
6.511
0.908

3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3

NPK0
NPK1
NPK2
NPK3
NPK4
NPK5
NPK6
NPK7
NPK8
NPK9
NPK10

Berdasarkan hasil sidik ragam diatas, maka dapat disimpulkan bahwa


pemberian pupuk kandang sapi berbeda nyata dengan semua perlakuan kecuali
perlakuan NPK6 dan NPK7.
Perbandingan tajuk akar mempunyai pengertian bahwa pertumbuhan suatu
tanaman diikuti dengan pertumbuhan bagian tanman lainya, dimana tajuk akan
meningkat secara ratio tajuk akar mengikuti peningkatan berat akar (Gardner, dkk,
1991).
Jumin (2002) menyatakan bahwa pesatnya pertumbuhan vegetatif tanaman
tidak terlepas dari ketersediaan unsur hara di dalam tanah. Ketersediaan unsur hara
akan menentukan produksi berat kering tanaman yang merupakan hasil dari tiga
proses yaitu proses penumpukan asimilat melalui proses fotosintesis, respirasi dan
akumulasi senyawa orgnik. Berat kering merupakan akumulasi senyawa organik yang
dihasilkan oleh sintesis senyawa organik terutama air dan karbohidrat yang
tergantung pada laju fotosintesis tanaman tersebut, sedangkan fotosintesis
dipengaruhui oleh kecepatan penyerapan unsur hara di dalam tanaman melalui akar
(Lakitan, 1996).
Nyakpa, dkk (1986) menambahkan bahwa pertumbuhan tanaman dicirikan
dengan pertambahan berat kering tanaman. Ketersediaan hara yang optimal bagi

tanaman akan diikuti peningkatan aktifitas fotosintesis yang meghasilkan asimilat


yang mendukung berat kering tanaman.

Anda mungkin juga menyukai