PENDAHULUAN
malai disebut spikelet (Karim M.A dan Suharti E., 2009). Bunga padi terdiri atas
tangkai bunga, kelopak bunga, lemma (gabah padi yang besar ), dan palea ( gabah
padi yang kecil ), putik, kepala putik, tangkai sari, kepala sari dan bulu padi (Nurmala
Tati S.W., 2003). Malai padi terdiri dari sekumpulan bunga padi (spikelet) yang
tumbuh darinbuku paling atas (Nurmala Tati S.W., 2003).
2.1.1. Syarat Tumbuh Tanaman Padi
Tanaman padi dapat hidup baik didaerah yang berhawa panas dan banyak
mengandung uap air. Curah hujan yang baik rata-rata 200 mm per bulan atau lebih,
dengan distribusi selama 4 bulan, curah hujan yang dikehendaki per tahun sekitar
1500 -2000 mm. Suhu yang baik untuk pertumbuhan tanaman padi 23 C. Tinggi
tempat yang cocok untuk tanaman padi berkisar antara 0 -1500 m dpl. Tanah yang
baik untuk pertumbuhan tanaman padi adalah tanah sawah yang kandungan fraksi
pasir, debu dan lempung dalam perbandingan tertentu dengan diperlukan air dalam
jurnlah yang cukup. Padi dapat tumbuh dengan baik pada tanah yang ketebalan
lapisan atasnya antara 18 -22 cm dengan pH antara 4 -7 (Prihatman K., 2007).
2.1.2. Teknik Budidaya Konvensional
Padi dibudidayakan dengan tujuan mendapatkan hasil yang setinggi- tinginya
dengan kualitas sebaik mungkin, untuk mendapatkan hasil yang sesuai dengan
harapan maka, tanaman yang akan ditanam harus sehat dan subur. Teknik bercocok
tanam yang baik sangat diperlukan untuk mendapatkan hasil yang sesuai dengan
harapan. Hal ini harus dimulai dari awal, yaitu sejak dilakukan persemaian sampai
tanaman itu bisa dipanen Untuk satu hektar padi sawah diperlukan 25-40 kg benih
tergantung pada jenis padinya. (Anonim., 2007).
Pengolahan tanah dapat dilakukan secara intensif, yakni dengan menggunakan
mesin traktor atau bajak dan cangkul. Bibit padi yang digunakan sebaiknya dari benih
yang berlabel dari varietas unggul. Setelah 18 25 hari setelah persemaian, benih
padi sudah siap untuk pindah tanam. Dosis pemupukan sesuai dengan dosis anjuran
setempat. Penyulaman dilakukan bagi bibit yang tidak tumbuh, rusak, mati, dan
jam. Pada hari ke-2 atau ke-3 setelah benih disebar di persemaian, daun pertama
menembus keluar melalui koleoptil. Akhir tahap 0 mempertlihatkan daun pertama
yang muncul masih melengkung dan bakal akar memanjang (Karim M. A. dan
Suhartik E, 2009).
Tahap 1 Pertunasan atau bibit, yaitu sejak benih berkecamabah, tumbuh
menjadi tanaman muda (bibit) hingga hampir keluar anakan pertama. Selama tahap
ini, akar seminal dan 5 daun terbentuk. Daun terus berkembang pada kecepatan 1
daun setiap 3-4 hari selama tahap awal pertumbuhan. Kemunculan akar sekunder
membentuk sistem perakaran serabut permanen dengan cepat menggantikan radikula
dan akar seminal sementara (Karim M. A. dan Suhartik E, 2009).
Tahap 2 Pembentukan anakan; berlangsung sejak pembentukan anakan
pertama sampai pembentukan anakan maksimum tercapai. Anakan muncul dari tunas
aksial pada buku batang dan menggantikan tempat daun serta tumbuh dan
berkembang. Setelah tumbuh, anakan pertama memunculkan anakan sekunder, ini
terjadi setelah 30 hari pindah tanam. Anakan terus berkembang sampai tanaman
memasuki tahapan pertumbuhan berikutnya, yaitu pemanjangan batang. Anakan aktif
ditandai dengan pertambahan anakan yang cepat sampai tercapai anakan maksimal.
Stadia anakan maksimal dapat bersamaan, sebelum atau sesudah inisiasi primordia
malai. Fase tumbuh dari anakan maksimal sampai inisiasi malai disebut fase
vegetative lag, yang merupakan sasaran pemuliaan untuk memoerpendek umur
tanaman (Karim M. A. dan Suhartik E, 2009).
Tahap 3 Pemanjangan batang; terjadi setelah pembentukan malai atau tahap
akhir pembentukan anakan. Oleh karenanya bisa terjadi tumpang tindih dari tahap 2
dan 3. Anakan terus meningkat dalam jumlah dan tingginya. Periode waktu
pertumbuhan berkaitan nyata dengan memanjangnya batang (Karim M. A. dan
Suhartik E, 2009).
Fase reproduktif ditandai dengan memanjangnya beberapa ruas teratas batang
tanaman, berkurangnya jumlah anakan (matinya anaka tidak produktif), munculnya
daun bendera, bunting dan pembungaan. Tahapan dalam fase reproduktif yaitu :
Tahap 7 - Gabah matang susu. Pada tahap ini, gabah mulai terisi dengan
cairan kental berwarna putih susu. Bila gabah ditekan, maka cairan tersebut akan
keluar. Malai hiajau dan mulai merunduk. Pelayuan (senescense) pada dasar anakan
berlanjut. Daun bendera dan dua daun di bawahnya tetap hijau (Karim M. A. dan
Suhartik E, 2009).
Tahap 8 Gabah matang (dough grain stage). Pada tahap ini, isi gabah
yang menyerupai susu, berubah menjadi gumpalan lunak dan akhirnya mengeras.
Gabah pada malai mulai menguning. Pelayuan dari anakan dan daun di abagian dasar
tanaman tampak semakin jelas. Pertanaman terlihat menguning. Seiring
menguningnya malai, ujung dua daun terakhir pada setiap anakan mulai mengering
(Karim M. A. dan Suhartik E, 2009).
Tahap 9 Gabah matang penuh; Setiap gabah matang, berkembang penuh,
keras dan berwarna kuning. Daun bagaian atas mengering dengan cepat (Karim M. A.
dan Suhartik E, 2009).
2.2. Medium Tumbuh
Media tanam merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap
perbanyakan tanaman dan pertumbuhan awalnya. Agar pertumbuhan bibit dapat baik,
media tanam diharapkan mempunyai sifat-sifat sebagai: (a) media hendaknya gembur
agar pertumbuhan akar tidak terganggu dan akar dapat leluas menembus, (b)
melembaban media harus cukup dan ini dapat diatasi dengan penyiraman, karena air
sangat diperlukan untuk pertumbuhan tanaman, (c) media hendaknya bersifat sarang
sehingga oksigen dapat masuk untuk memenuhi kebutuhan tanaman, (d) media
hendaknya bebas dari gulma, nematoda dan berbagai penyakit, (e) sebaiknya kadar
salinitas rendah., (f) media hendaknya mengandung hara yang diperlukan bagi
tanaman. Berdasarkan persyaratan tersebut diatas maka media yang digunakan adalah
pasir, dan pupuk kandang (Sumiarsih, 1999).
Media tanam berfungsi sebagai tempat akar melekat, mempertahankan
kelembaban dan sebagai sumber makanan. Media yang baik dapat menyimpan air
untuk kemudian dapat dilepaskan sedikit demi sedikit dan dimanfaatkan oleh
media untuk penyemaian benih, pertumbuhan bibit tanaman, dan perakaran setek
batang tanaman. Sifatnya yang cepat kering akan memudahkan proses pengangkatan
bibit tanaman yang dianggap sudah cukup umur untuk dipindahkan ke media lain.
Sementara bobot pasir yang cukup berat akan mempermudah tegaknya setek batang.
Selain itu, keunggulan media tanam pasir adalah kemudahan dalam penggunaan dan
dapat meningkatkan sistem aerasi serta drainase media tanam. Pasir malang dan pasir
bangunan merupakan Jenis pasir yang sering digunakan sebagai media tanam. Oleh
karena memiliki pori-pori berukuran besar (pori-pori makro) maka pasir menjadi
mudah basah dan cepat kering oleh proses penguapan. Kohesi dan konsistensi
(ketahanan terhadap proses pemisahan) pasir sangat kecil sehingga mudah terkikis
oleh air atau angin. Dengan demikian, media pasir lebih membutuhkan pengairan dan
pemupukan yang lebih intensif. Hal tersebut yang menyebabkan pasir jarang
digunakan sebagai media tanam secara tunggal.
2.2.1. Sifat Fisik, Khemis dan Biologis Tanah Pasir
Tanah pasir merupakan tanah muda (baru) yang dalam klasifikas FAO
termasuk dalam ordo Regosol (Brady, 1974 : 89), sedangkan menurut klasifikasi
USDA tanah di daerah pantai termasuk ordo Entisol atau lebih dikenal dengan nama
Entisol pantai.
2.2.1.1. Sifat Fisik
Struktur tanah pasir Menurut AAK (1993 : 55) tanah berpasir memiliki
struktur butir tunggal, yaitu campuran butir-butir primer yang besar tanpa adanya
bahan pengikat agregat. Ukuran butir-butir pasir adalah 0,002 mm - 2,0 mm.
Tekstur tanah pasir adalah kasar, karena tanah pasir mengandung lebih dari
60% pasir dan memiliki kandungan liat kurang dari 2% (AAK, 1993 : 48). Partikelpartikel pasir mempunyai ukuran yang lebih besar dan luas permukaan yang kecil
dibandingkan fraksi debu dan liat. Oleh karena itu, tidak banyak berfungsi dalam
mengatur kimia tanah tetapi lebih sebagai penyokong tanah dimana sekitarnya
terdapat partikel debu dan liat yang aktif (Hakim Nurhajati, 1986 : 47).
Porositas tanah pasir bisa mencapai lebih dari 50% dengan jumlah pori-pori
mikro, maka bersifat mudah merembeskan air dan gerakan udara di dalam tanah
menjadi lebih lancar. Kohesi dan konsistensi (ketahanan terhadap proses pemisahan)
pasir sangat kecil sehingga mudah terkikis oleh air atau angin. Dengan demikian,
media pasir lebih membutuhkan pengairan dan pemupukan yang lebih intensif (AAK,
1993 : 56).
Tanah pasir memiliki temperatur yang tinggi yang disebabkan karena
kemampuan tanah menyerap panas yang tinggi. Tanah pasir memiliki kemampuan
yang rendah dalam menahan lengas karena sifat tanah yang porus sehingga sempitnya
kisaran kandungan air tersedia yang terletak di antara kapasitas lapangan dan titik
layu permanen yang berkisar 4 - 70% (dibandingkan pada tanah lempung berkisar 16
-29%, serta tingginya kecepatan infiltrasi 2,5-25 cm/jam (dibandingkan 0,001 - 0,1
cm/jam pada tanah lempung) (Baver et al, 1972).
2.2.1. 2. Sifat Kimia
Kapasitas Tukar Kation tanah dapat didefinisikan sebagai kemampuan koloid
tanah dalam menyerap dan mempertukarkan kation. Jika tanah dapat
mempertukarkan kation-kation yang terkandung di dalamnya dengan cepat disebut
KTK nya tinggi. Kapasitas Kation Tanah yang tinggi akan mempercepat penyerapan
bahan organik ke dalam tanaman. Biasanya KTK tanah dipengaruhi oleh sifat dan ciri
tanah itu sendiri diantaranya reaksi tanah, tekstur tanah, bahan organik, penguraian
atau pemupukan. Tanah pasir memiliki KTK rendah dibandingkan dengan tanah liat
atau debu. Hal ini disebabkan tanah pasir memiliki kandungan liat dan humus yang
sangat sedikit. Kapasitas Kation Tanah tanah pasir berkisar antara 2 - 4 m/g (Sumeru
Ashari, 1998 : 74). Kemampuan KTK yang rendah dapat ditingkatkan dengan
pemupukan (Novizan, 2002 : 25).
Derajat keasaman sangat ditentukan oleh jumlah ion H+ yang banyak terdapat
pada kompleks liat humus. Tanah pasir di daerah pantai cenderung bersifat basa
karena kandungan garamnya yang tinggi dan sedikitnya partikel liat serta kurangnya
bahan organik (Semeru Ashari, 1998 : 78). Kelebihan garam dalam tanah dapat
menurunkan potensial air larutan tanah dan menyebabkan tumbuhan kekurangan air
meskipun hidup pada lingkungan yang banyak air. Ini disebabkan karena potensial air
di lingkungan lebih rendah daripada potensial air jaringan, kemudian yang terjadi
adalah kehilangan air bukan menyerapnya. Selain itu, organorgan tanaman, seperti
akar dan daun, juga memperlihatkan gejala terbakar yang selanjutnya mengakibatkan
kematian jaringan (nekrosis). Menurut Hasan Basri Jumin (Sipayung, 2003 : 4),
salinitas menekan proses pertumbuhan tanaman dengan efek yang menghambat
pembesaran dan pembelahan sel, produksi protein serta penambahan biomassa
tumbuhan.
2.2.1.3. Sifat Biologi
Pada tanah pasir jumlah mikroorganismenya sangat sedikit sehingga proses
humifikasi berjalan lambat. Mikroorganisme pada tanah pasir sangat sedikit karena
kondisi lingkungan tanah pasir tidak mendukung mikroorganisme untuk hidup.
Kondisi yang tidak menguntungkan antara lain intensitas cahaya matahari yang
sangat besar, suhu yang tinggi dan kemampuan menahan air pada tanah pasir sangat
rendah. Hal ini menyebabkan tanah pasir menjadi kurang subur (AAK, 1993 : 108).
2.3. Pupuk dan Pemupukan
2.3.1. Pupuk
Pupuk merupakan material yang ditambahkan ke tanah atau tajuk tanaman
untuk melengkapi ketersediaan unsur hara. Saat ini dikenal 16 macam pupuk hara
yang diserap oleh tanaman untuk menunjang kehidupannya. Tiga diantaranya diserap
dari udara, yakni Karbon (C), Oksigen (O), dan Hidrogen (H). Sedangkan tiga belas
mineral lainnya diserap dari dalam tanah yaitu Nitrogen (N), Fosfor (P), Kalium (K),
Kalsium (Ca), Sulfur (S), Magnesium (Mg), Besi (Fe), Mangan (Mn), Boron (B),
Seng (Zn), Tembaga (Cu), Mollibdenum (Mo), dan Khlor (Cl) (Novizan, 2002).
Klasifikasi pupuk dapat dilihat dari beberapa segi, yaitu (1) atas dasar
pembentukannya yang terdiri dari pupuk alam dan pupuk buatan, (2) atas dasar
kandungan unsur hara yang dikandungnya yang terdiri dari pupuk tunggal dan pupuk
majemuk, (3) atas dasar susunan kimiawi yang mempunyai hubungan penting dengan
perubahan-perubahan di dalam tanah (Hakim, 1986).
Pupuk anorganik adalah pupuk yang dibuat oleh pabrik-pabrik pupuk dengan
meramu bahan-bahan kimia anorganik berkadar hara tinggi. Misalnya urea berkadar
N 45-46% (setiap 100 kg urea terdapat 45-46 kg hara nitrogen) (Lingga dan Marsono,
2000). Pupuk anorganik atau pupuk buatan dapat dibedakan menjadi pupuk tunggal
dan pupuk majemuk. Pupuk tunggal adalah pupuk yang hanya mengandung satu
unsur hara misalnya pupuk N, pupuk P, pupuk K dan sebagainya. Pupuk majemuk
adalah pupuk yang mengandung lebih dari satu unsur hara misalnya N + P, P + K, N
+ K, N + P + K dan sebagainya (Hardjowigeno, 2004).
Ada beberapa keuntungan dari pupuk anorganik, yaitu (1) Pemberiannya
dapat terukur dengan tepat, (2) Kebutuhan tanaman akan hara dpat dipenuhi dengan
perbandingan yang tepat, (3) Pupuk anorganik tersedia dalam jumlah cukup, dan (4)
Pupuk anorganik mudah diangkut karena jumlahnya relatif sedikit dibandingkan
dengan pupuk organik. Pupuk anorganik mempunyai kelemahan, yaitu selain hanya
mempunyai unsur makro, pupuk anorganik ini sangat sedikit ataupun hampir tidak
mengandung unsur hara mikro (Lingga dan Marsono, 2000).
2.3.1.1. Nitrogen (N)
Sumber utama nitrogen adalah nitrogen bebas (N2) di atmosfer, yang
takarannya mencapai 78% volume, dan sumber lainnya senyawa-senyawa yang
tersimpan dalam tubuh jasad. Nitrogen sangat jarang ditemui karena sifatnya yang
mudah larut dalam air (Poerwowidodo, 1992). Nitrogen diserap oleh tanaman sebagai
NO3- dan NH4+ kemudian dimasukkan ke dalam semua gas amino dan Protein
(Indrana, 1994). Ada juga bentuk pokok nitrogen dalam tanah mineral, yaitu nitrogen
organik, bergabung dengan humus tanah ; nitrogen amonium dapat diikat oleh
mineral lempung tertentu, dan amonium anorganik dapat larut dan senyawa nitrat
(Buckman dan Brady, 1992).
Nitrogen yang tersedia tidak dapat langsung digunakan, tetapi harus
mengalami berbagai proses terlebih dahulu. Pada tanah yang immobilitasnya rendah
Berdasarkan bentuk fisiknya maka urea dibagi menjadi dua jenis, yaitu urea prill dan
urea non prill (Lingga dan Marsono, 2002).
2.3.1.2. Phosphor (P)
Paling sedikit ada empat sumber pokok fosfor untuk memenuhi kebutuhan
akan unsur ini, yaitu pupuk buatan, pupuk kandang, sisa-sisa tanaman termasuk
pupuk hijau, dan senyawa asli unsur ini yang organik dan anorganik, yang terdapat
dalam tanah (Buckman dan Brady, 1992). Unsur P diserap tanaman dalam bentuk
ortofosfat primer, H2PO4, menyusul kemudian dalam HPO42-. Species ion yang
merajai tergantung dari PH sistem tanah-pupuk-tanaman, yang mempunyai
ketersediaan tinggi pada pH 5,5-7. Kepekatan H2PO4 yang tinggi dalam larutan tanah
memungkinkan tanaman mengangkutnya dalam takaran besar karena perakaran
tanaman diperkirakan mempunyai 10 kali penyerapan tanaman untuk H2PO4
dibanding untuk HPO42- (Poerwowidodo, 1992).
Bentuk P yang lain yang dapat diserap tanaman adalah pirofosfat dan
metafosfat. Kedua bentuk ini misalnya terdapat dalam bentuk pupuk P dan K
metafosfat. Tanaman juga menyerap P dalam bentuk fosfat organik, yaitu asam
nukleat dan phytin. Kedua bentuk senyawa ini terbentuk melalui proses degradasi dan
dekomposisi bahan organik yang langsung dapat diserap oleh tanaman (Hakim,
dkk.,1986).
Ketersediaan phospor di dalam tanah ditentukan oleh banyak faktor, tetapi
yang paling penting adalah pH tanah. Pada tanah ber-pH rendah (masam), phospor
akan bereaksi dengan ion besi (Fe) dan aluminium (Al). reaksi ini akan membentuk
besi fosfat atau aluminium fosfat yang sukar larut di dalam air sehingga tidak dapat
digunakan oleh tanaman. Pada tanah ber-pH tinggi (basa), phospor akan bereaksi
dengan ion kalsium. Reaksi ini membentuk kalsium fosfat yang sifatnya sukar larut
dan tidak dapat digunakan oleh tanaman. Dengan demikian, tanpa memperhatikan pH
tanah, pemupukan phospor tidak akan berpengaruh bagi pertumbuhan tanaman
(Novizan, 2002). Menurut Buckman dan Brady (1992), bahwa fosfor dapat
berpengaruh menguntungkan pada pembelahan sel dan pembentukan lemak serta
albumin, pembungaan dan pembuahan, termasuk proses pembentukan biji,
perkembangan akar, khususnya akar lateral dan akar halus berserabut, kekuatan
batang, dan kekebalan tanaman terhadap penyakit tertentu.
Gejala kekurangan P pada tanaman jagung dapat menjadikan pertumbuhan
terhambat (kerdil), daun-daun/malai menjadi ungu atau coklat mulai dari ujung daun,
dan juga pada jagung akan menyebabkan tongkol jagung menjadi tidak sempurna dan
kecil-kecil (Hardjowigeno, 1993).
ujung daun yang akhirnya mengering dan rontok. Daun mengerut (Keriting) dimulai
dari daun tua. Pada buah, ukuran tongkol menjadi lebih kecil, warna buah tidak
merata dan biji buah menjadi kisut (Novizan, 2002).
ditanam terlebih dahulu benih padi direndam dalam air, perendaman dilakukan hanya
beberapa saat sampai benih mengembang. Setelah direndam benih padi ditanam
sebanyak 3 benih per polybag. Pemupukan dilakukan setelah dilakukan pada saat
penanaman biji benih sesuai dengan perlakuan dengan dosis masing masing. Untuk
pemberian pupuk kandang ayam, sapi, dan pupuk kompos dilakukan pada saat
pengisian media. Pemberian pupuk yang dilakukan pada setiap kelompok memiliki
taraf pemberian yang berbeda dan jenis pupuk yang berbeda serta kombinasi yang
berbeda pula. Setelah selesai penanaman dan pemberian pupuk, lalu dilakukan
perawatan tanaman dengan menyiram tanaman pada pagi dan sore hari karena media
tanam yang digunakan pasir sehingga tidak dapat mengikat air dengan baik. Hal ini
disebabkan karena pengamatan ini dilakukan dirumah kasa sehingga air hujan tidak
dapat masuk. Sejalan dengan dilakukan penyiraman maka dilakukan penyiangan
yaitu mencabuti gulma yang tumbuh untuk mengatasi terganggunya pertumbuhan
tanaman padi.
3.5. Pengamatan
Parameter yang diamati pada praktikum nutrisi tanaman tersebut adalah kadar
air dan rasio tajuk akar dari tanaman padi dan tinggi tanaman, jumlah daun tanaman
padi dari tiap perlakuan dan kombinasinya. Untuk mengetahui kadar air dari tanaman
padi perlu dilakukan pengukuran berat kering dan berat basah sebelumnya pada
tanaman padi
.
3.5.1. Pertambahan Tinggi Tanaman
Pada praktikum nutrisi tanaman pengukuran tinggi tanaman mulai dilakukan
pada tanaman berumur 1 minggu setelah tanam. Pengukuran tinggi tanaman
dilakukan setiap 1 minggu sekali. Pengukuran tinggi tanaman dimulai dengan
mengukur tinggi tanaman yang permukaan tanahnya sudah diberikan ajir setinggi 1
cm dan di ukur sampai daun tertinggi
Mean
NPK
0.7140
0.6393
0.0203
0.8343
0.8270
0.5713
0.7517
0.7077
0.7973
0.6240
0.8360
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
NPK0
NPK1
NPK2
NPK3
NPK4
NPK5
NPK6
NPK7
NPK8
NPK9
NPK10
Berdasarkan tabel diatas, perlakuan NPK2 yakni pemberian urea dan kalium
berbeda nyata dengan semua perlakuan. Hal ini diduga karena penyerapan pupuk
yang tidak maksimal oleh tanaman karena media yang berpasir. Menurut Novizan
(2002) didalam tanah, ion K bersifat sangat dinamis dan juga mudah tercuci pada
tanah berpasir dan tanah dengan pH yang rendah. Nitrogen sangat jarang ditemui
karena sifatnya yang mudah larut dalam air (Poerwowidodo, 1992)
4.2. Ratio Tajuk Akar
Pengamatan ratio tajuk akar pada praktikum nutrisi tanaman untuk tanaman
padi dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut :
Mean
NPK
1.428
2.205
1.229
1.495
1.410
1.267
4.617
2.733
1.530
6.511
0.908
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
NPK0
NPK1
NPK2
NPK3
NPK4
NPK5
NPK6
NPK7
NPK8
NPK9
NPK10