Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan nasional, pemerintah
khususnya melalui Depdiknas terus menerus berupaya melakukan berbagai
perubahan dan pembaharuan sistem pendidikan kita. Salah satu upaya yang
sudah dan sedang dilakukan, yaitu berkaitan dengan faktor guru. Lahirnya
Undang-Undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dan Peraturan
Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, pada
dasarnya merupakan kebijakan pemerintah yang didalamnya memuat usaha
pemerintah untuk menata dan memperbaiki mutu guru di Indonesia. Michael G.
Fullan yang dikutip oleh Suyanto dan Djihad Hisyam mengemukakan bahwa
educational change depends on what teachers do and think. Pendapat
tersebut mengisyaratkan bahwa perubahan dan pembaharuan sistem pendidikan
sangat bergantung pada what teachers do and think . atau dengan kata lain
bergantung pada penguasaan kompetensi guru.
Jika kita amati lebih jauh tentang realita kompetensi guru saat ini agaknya
masih beragam. Sudarwan Danim mengungkapkan bahwa salah satu ciri krisis
pendidikan di Indonesia adalah guru belum mampu menunjukkan kinerja (work
performance) yang memadai. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja guru belum
sepenuhnya ditopang oleh derajat penguasaan kompetensi yang memadai, oleh
karena itu perlu adanya upaya yang komprehensif guna meningkatkan
kompetensi guru.
Secara umum supervisi pendidikan merupakan proses pemberian bantuan
untuk peningkatan mutu pendidikan, untuk itu supervisi dapat dilakukan dari
Kepala Sekolah kepada Guru, dari Pengawas kepada Kepala Sekolah & Guru,
dari Guru kepada Guru, dan dari Kepala Sekolah kepada Kepala Sekolah.
Supervisi biasanya juga diikuti pengawasan yang berarti pembinaan.
Pembinaan ini dapat dalam bidang akademik dan administratif. Berkaitan
dengan hal tersebut, maka hakikat supervisi adalah proses pemberian layanan
bantuan profesional kepada guru untuk meningkatkan kemampuannya dalam
melaksanakan

tugas

mengelola

proses

belajar

mengajar

bagi

siswa.
1

Pengembangan profesionalisme guru adalah proses belajar yang terus menerus


pada berbagai tingkatan. Program Pengembangan Profesionalisme Guru yang
berkualitas dapat meningkatkan kemampuan guru untuk mewujudkan visi dan
tujuan sekolah. Dengan demikian fungsi supervisi adalah salah satu mekanisme
untuk meningkatkan kemampuan profesional guru dalam upaya mewujudkan
proses belajar peserta didik yang lebih baik melalui cara mengajar yang lebih
baik pula.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah diatas maka dapat dijadikan rumusan masalah
sebagai berikut :
1. Seperti apakah pelaksanaan supervisi yang dilakukan di sekolah?
2. Apa saja yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan dalam
pelaksanaan supervisi?
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini adalah :
1.

Dapat mengetahui pelaksanaan supervisi seperti apa yang dijalankan di

2.

sekolah.
Dapat mengetahui apa saja yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang dan
tantangan dalam pembinaan sikap guru.

1.4 Metode yang digunakan


Metode yang dilakukan oleh penulis adalah sebagai berikut :
1. Studi pustaka
Yaitu mencari dan mengumpulkan data pelengkap dengan cara
mempelajari dan membaca buku-buku yang berhubungan serta menunjang
hasil kerja.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Secara morfologis Supervisi berasal dari dua kata bahasa Inggris, yaitu
super dan vision. Super berarti diatas dan vision berarti melihat, masih
serumpun dengan inspeksi, pemeriksaan dan pengawasan, dan penilikan, dalam
arti kegiatan yang dilakukan oleh atasan terhadap hal-hal yang ada dibawahnya.
Supervisi juga merupakan kegiatan pengawasan tetapi sifatnya lebih human,
manusiawi. Kegiatan supervisi bukan mencari-cari kesalahan tetapi lebih
banyak mengandung unsur pembinnaan, agar kondisi pekerjaan yang sedang
disupervisi dapat diketahui kekurangannya (bukan semata-mata kesalahannya)
untuk dapat diberitahu bagian yang perlu diperbaiki.
Good Carter memberi pengertian supervisi adalah usaha dari petugaspetugas sekolah dalam memimpin guru-guru dan petugas lainnya, dalam
memperbaiki pengajaran, termasuk menstimulir, menyeleksi pertumbuhan
jabatan dan perkembangan guru-guru dan merevisi tujuan-tujuan pendidikan,
bahan-bahan pengajaran, dan metode mengajar dan evaluasi pengajaran.
Boardman et. Menyebutkan Supervisi adalah salah satu usaha
menstimulir, mengkoordinir dan membimbing secara kontinyu pertumbuhan
guru-guru di sekolah baik secara individual maupun secara kolektif, agar lebih
mengerti dan lebih efektif dalam mewujudkan seluruh fungsi pengajaran
dengan demikian mereka dapat menstmulir dan membimbing pertumbuan tiaptiap murid secara kontinyu, serta mampu dan lebih cakap berpartsipasi dlm
masyarakat demokrasi modern.
Dari uraian definisi supervisi diatas, maka dapat dipahami para pakar
menguraikan defenisi supervisi dari tinjauan yg berbeda-beda. God Carter
melihatnya sebagai usaha memimpin guru-guru dalam jabatan mengajar,
Boardman. Melihat supervisi sebagai lebih sanggup berpartisipasi dlm
masyarakat modern.

Kegiatan

supervisi

dahulu

banyak

dilakukan

adalah

Inspeksi,

pemeriksaan, pengawasan atau penilikan. Inspeksi : inspectie (belanda) yang


artinya memeriksa dalam arti melihat untuk mencari kesalahan. Orang yang
menginsipeksi disebut inspektur. Inspektur dalam hal ini mengadakan :
1. Controlling : memeriksa apakah semuanya dijalankan sebagaimana
mestinya
2. Correcting : memeriksa apakah semuanya sesuai dengan apa yang telah
ditetapkan/digariskan
3. Judging : mengandili dalam arti memberikan penilaian atau keputusan
sepihak
4. Directing : pengarahan, menentukan ketetapan/garis
5. Demonstration : memperlihatkan bagaimana mengajar yang baik
Sedangkan pengertian Supervisi pendidikan secara semantik adalah
pembinaan yang berupa bimbingan atau tuntunan ke arah perbaikan situasi
pendidikan pada umumnya dan peningkatan mutu mengajar dan belajar dan
belajar pada khususnya.
2.2 Tujuan
Tujuan umum
1. Membina orang-orang yang disupervisi menjadi manusia dewasa yang
sanggup berdiri sendiri.
2. Membina orang-orang yang disupervisi menjadi manusia pembangunan
dewasa yang berpancasila.
3. Perbaikan situasi pendidikan dan pengajaran pada umumnya dan
peningkatan mutu mengajar dan belajar pada khususnya.
Tujuan khusus
1. Membantu guru-guru lebih memahami tujuan pendidikan yang
sebenarnya
2. Membantu guru-guru untuk dapat lebih memahami dan menolong murid
3. Memperbesar kesnggupan guru mendidik murid untuk terjun ke
msyarakat

4. Memperbesar kesadaran guru terhadap kerja yang demokratis dan


kooperatif
5. Membesar ambisi guru untuk berkembang
6. Membantu guru-guru untuk memanfaatkan pengalaman yang dimiliki
7. Memperkenalkan karyawan baru kepada sekolah
8. Mngembangkan professional guru

Tujuan Supervisi Pendidikan


a.

Meningkatkan mutu kinerja guru. Membantu guru dalam memahami


tujuan pendidikan dan apa peran sekolah dalam mencapai tujuan
tersebut. Membantu guru dalam melihat secara lebih jelas dalam
memahami keadaan dan kebutuhan siswanya. Membentuk kelompok
yang kuat dan mempersatukan guru dalam satu tim yang efektif,
bekerjasama secara akrab dan bersahabat dan saling menghargai satu
dengan yang lainnya. Meningkatkan kualitas pembelajaran yang pada
akhirnya meningkatkan prestasi belajar siswa. Meningkatkan kualitas
pengajaran guru baik itu dari segi strategi, keahlian dan alat pengajaran.
Sebagai salah satu dasar pengambilan keputusan bagi kepala sekolah

b.

untuk reposisi guru.


Meningkatkan keefektifan kurikulum sehingga berdaya guna dan

c.

terlaksana dengan baik.


Meningkatkan keefektifan dan keefisienan sarana dan prasarana yang
ada untuk dikelola dan dimanfaatkan dengan baik sehingga mampu

d.

mengoptimalkan keberhasilan siswa


Meningkatkan kualitas pengelolaan

sekolah

khususnya

dalam

mendukung terciptanya suasana kerja yang optimal yang selanjutnya


e.

siswa dapat mencapai prestasi belajar sebagaimana yang diharapkan


Meningkatkan kualitas situasi umum sekolah sehingga tercipta situasi
yang tenang dan tentram serta kondusif yang akan meningkatkan
kualitas pembelajaran yang menunjukkan keberhasilan lulusan.

2.3 Fungsi
5

1. Penelitian (research) untuk memperoleh gambaran yang jelas dan


objektif tentang suatu situasi pendidikan
Perumusan topik
Pengumpulan data
Pengolahan data
Konklusi hasil penelitian
2. Penilaian (evaluation) lebih menekankan pada aspek positif daripada
negatif
3. Perbaikan (improvement) dapat mengatahui bagaimana situasi
4.

pendidikan/pengajaran pada umumnya dan situasi belajar mengajarnya.


Pembinaan berupa bimbingan (guidance) kearah pembinaan diri yang
disupervisi

2.4 Prinsip Supervisi Pendidikan


2.4.1 Prinsip-prinsip Fundamental
Pancasila merupakan dasar atau prinsip fundamental bagi setiap
supervisor pendidikan Indonesia. Bahwa seorang supervisor haruslah seorang
pancasilais sejati.
2.4.2 Prinsip-prinsip Praktis
a. Negatif

Tidak otoriter
Tidak berasas kekuasaan
Tidak lepas dari tujuan pendidikan
Bukan mencari kesalahan
Tidak boleh terlalu cepat mengharapkan hasil
b. Positif
Konstruktif dan kreatif
Sumber secara kolektif bukan supervisor sendiri
Propessional
Sanggup mengembangkan potensi guru
Memperhatikan kesejahteraan guru
Progresif
Memperhitungkan kesanggupan supervisi
Sederhana dan informal
Obyektif dan sanggup mengevaluasi diri sendiri
6

2.5 Teknik Supervisi Pendidikan


Wyn dalam Sahertian dan Mataheru (1986) menyebutkan teknik supervisi
terdiri dari individual deviation (bersifat individual) dan group devices (bersifat
kelompok). Teknik supervisi yang bersifat individual antara lain; kunjungan
kelas, observasi kelas, percakapan pribadi, saling mengunjungi kelas, dan
menilai diri sendiri. Sedangkan teknik yang bersifat kelompok diantara adalah;
panel

of

forum

discussion,curriculum

laboratry,

directed

reading,

demonstration teaching, professional libraries, supervisory bulletin, teacher


meeting, professional oraganization, workshop of group work.
2.5.1 Teknik perseorangan
1. Mengadakan kunjungan kelas (Classroom visitation). Yang dimaksud
adalah kunjungan yang dilakukan untuk melihat guru yang sedang
mengajar atau ketika kelas sedang kosong.
2. Mengadakan observasi kelas (Classroom Observation). Kunjungan ke
sebuah kelas untuk mencermati situasi/peristiwa yang sedang
berlangsung di dalam kelas.
3. Mengadakan wawancara : dilakukan apabila supervisor menghendaki
jawaban dari individu tertentu.
2.5.2 Teknik kelompok
1. Mengadakan

Supervisor

pertemuan/rapat
dapat

pengkoordinasian

(meeting)

memberikan
(coordinating)

Dalam

pengarahan
dan

kegiatan

ini

(directing),

mengkomunikasikan

(comunicating) segala informasi kepada guru/staf.


2. Mengadakan diskusi kelompok (group discusion)
3. Mengadakan penataran (in service training)
4. Seminar

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1. Kesimpulan

Dari berbagai paparan di atas maka dapat diambil kesimpulan sebagai


berikut :
1. Supervisi ditujukan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran
melalui guru-gurunya.
2. Supervisi ditujukan untuk membina para pendidik bukan untuk
mencari-cari kesalahan pendidik.
3. Ada beberapa teknik supervisi yang dilaksanakan oleh sekolah,
diantaranya, supervisi yang dijalankan berupa supervisi akademik
dan supervisi kelembagaan. Supervisi akademik dijalankan dapat
langsung oleh kepala sekolah maupun melalui metode lesson studi
3.2. Saran

1. Pelaksanaan supervisi di setiap lembaga pendidikan harus dijalankan


secara serius dan berkala agar kualitas pendidikan di Indonesia dapat
lebih baik.
2. Pembinaan yang dilaksanakan kepada guru harus dilakukan secara
efektif sehingga setiap guru mampu meningkatkan kualitas
mengajarnya menjadi lebih baik dan sesuai dengan kebutuhan siswa.
3. Jumlah guru haruslah di sesuaikan dengan kapasitas sekolah, jangan
sampai melebihi kapasitas karena akan terjadi kekacauan dalam
pengaturan jadwal mengajar dan juga berpengaruh pada kegiatan
supervisi yang ada menjadi tidak menyeluruh.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi, Dasar-Dasar Supervisi, Jakarta, Rineka Cipta, 2004


http://borneoneo.wordpress.com/2008/09/16/tujuan-dan-fungsi-supervisi/
http://tikky-suwantikno.blogspot.com/2008/02/supervisi-pendidikan.html
http://imamgun08.blogspot.com/2009/02/tinjauan-kegunaan-supervisipendidikan.html
Mahmud, Pemikiran Pendidikan Islam, Bandung: CV Pustaka Setia, 2011
Mudhofir, Ali dkk, Modul Peningkatan Kualitas Guru (PKG), Semarang: Fakultas
Tarbiyah IAIN Walisongo, tt.
Pidarta, Made, Pemikiran Tentang Supervisi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara,
1999
Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan dengan pendekatan baru, Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2003.

Anda mungkin juga menyukai