Anda di halaman 1dari 29

BAB II

LANDASAN TEORI
II.1.

Audit

II.1.1.

Pengertian Audit
Auditing berasal dari bahasa latin, yaitu audire yang berarti mendengar atau

memperhatikan. Mendengar dalam hal ini adalah memperhatikan dan mengamati


pertanggungjawaban keuangan yang disampaikan penanggung jawab keuangan, dalam
hal ini manajemen perusahaan. Pada perkembangan terakhir sesuai dengan
perkembangan dunia usaha, pendengar tersebut dikenal dengan auditor atau pemeriksa.
Sedangkan tugas yang diemban oleh auditor tersebut disebut dengan sebutan auditing.
Definisi Auditing menurut beberapa ahli :
1. Boynton, Johnson, dan Kell yang diterjemahkan oleh Budi, I.S., & Wibowo.H
(2003), Report of the Committee on Basic Auditing Concepts of the American
Accounting Association (Accounting Review, Vol. 47) memberikan definisi
auditing sebagai:
"Suatu proses sistematis untuk memperoleh serta mengevaluasi bukti secara
objektif mengenai asersi-asersi kegiatan dan peristiwa ekonomi, dengan tujuan
menetapkan derajat kesesuaian antara asersi-asersi tersebut dengan kriteria yang
telah ditetapkan sebelumnya serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pihakpihak yang berkepentingan." (Boynton dkk., 2003:5)

2. Arens dan Loebbecke yang diterjemahkan oleh Jusuf, A. A., pengertian auditing
adalah :
Proses pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti tentang informasi yang
dapat diukur mengenai suatu satuan usaha yang dilaksanakan oleh seorang
kompeten dan independen untuk dapat menentukan dan melaporkan kesesuaian
informasi dimaksud dengan kriterisa-kriteria yang telah ditetapkan. Auditing
seharusnya dilakukan oleh seorang yang kompeten dan independen. (Arens
dan Loebbecke, 2003:5)
Di dalam pengertian tentang pengauditan diatas terdapat beberapa poin penting
yang harus diperhatikan yaitu:
1. Suatu proses sistematis
Berupa serangkaian langkah atau prosedur yang logis, terstruktur, dan
terorganisir. Dengan demikian, auditing dilaksanakan dengan suatu urutan
langkah yang direncanakan, teroganisir, dan bertujuan.
2. Memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif
Berarti memeriksa dasar asersi serta mengevaluasi hasil pemeriksaan
tersebut tanpa memihak dan berprasangka, baik untuk perorangan atau
entitas yang membuat asersi tersebut.
3. Asersi tentang kegiatan dan peristiwa ekonomi

10

Merupakan representasi yang dibuat oleh perorangan atau entitas. Asersi ini
merupakan subjek pokok auditing. Asersi meliputi informasi dalam laporan
keuangan, laporan operasi intern, dan surat pemberitahuan pajak (SPT).
4. Derajat kesesuaian asersi dengan kriteria yang telah ditetapkan
Menunjuk pada kedekatan dimana asersi dapat diidentifikasi dan
dibandingkan dengan kriteria yang telah ditetapkan. Ekpresi kesesuaian ini
dapat berbentuk kuantitatif, seperti jumlah kekurangan dana kas kecil, atau
dapat juga berbentuk kualitatif, seperti kewajaran (atau keabsahan) laporan
keuangan. Selain itu, standar-standar yang digunakan sebagai dasar untuk
menilai asersi atau pernyataan. Kriteria dapat berupa peraruran-peraturan
spesifik yang dibuat oleh badan legislatif, anggaran atau ukuran kinerja
lainnya yang ditetapkan oleh manajemen. Generally Accepted Accounting
Priciples (GAAP = Prinsip-prinsip Akuntansi yang Belaku Umum) yang
ditetapkan oleh Financial Accounting Standard Boards (FASB = Badan
Standar Akuntansi Keuangan) serta badan-badan pengatur lainnya.
5. Penyampaian hasil kepada pihak-pihak yang berkepentingan
Hasil akhir diperoleh melalui laporan tertulis yang menunjukan derajat
kesesuaian antara asersi dan kriteria yang telah ditetapkan. Penyampaian
hasil ini dapat meningkatkan atau menurunkan derajat kepercayaan pihakpihak yang berkepentingan. Dalam lingkungan bisnis, mereka adalah para
pemegang saham, manajemen, kreditor, kantor pemerintah, dan masyarakat
luas.

11

II.1.2.

Jenis-Jenis Audit
Jenis-jenis audit yang ada umumnya menunjukkan karakteristik kunci yang

tercakup dalam definisi auditing yang telah disampaikan diata. Menurut Sukrisno Agoes
(2008:10), ditinjau dari luasnya pemeriksaan, maka dapat dibedakan atas:
1. Pemeriksaan Umum (General Audit), yaitu suatu pemeriksaan umum atas
laporan keuangan yang dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) yang
independen dengan maksud untuk memberikan opini mengenai kewajaran
laporan keuangan secara keseluruhan.
2. Pemeriksaan Khusus (Special Audit), yaitu suatu bentuk pemeriksaan yang
hanya terbatas pada permintaan auditee yang dilakukan oleh Kantor Akuntan
Publik (KAP) dengan memberikan opini terhadap bagian dari laporan
keuangan yang diaudit, misalnya pemeriksaan terhadap penerimaan kas
perusahaan.
Ditinjau dari jenis pemeriksaannya maka dapat dibedakan atas :
1. Audit Operasional (Management Audit), yaitu suatu pemeriksaan terhadap
kegiatan operasi suatu perusahaan, termasuk kebijakan dan kebijakan
operasional yang telah ditetapkan oleh dengan maksud untuk mengetahui
apakah kegiatan operasi telah dilakukan secara efektif, efisien dan ekonomis.
2. Pemeriksaan Ketaatan (Complience Audit), yaitu suatu pemeriksaan yang
dilakukan untuk mengetahui apakah perusahaan telah mentaati peraturan-

12

peraturan dan kebijakan-kebijakan yang berlaku, baik yang ditetapkan oleh


pihak intern perusahaan maupun pihak ekstern perusahaan.
3. Pemeriksaan Intern (Internal Audit), yaitu pemeriksaan yang dilakukan
oleh bagian internal audit perusahaan yang mencakup laporan keuangan dan
catatan perusahaan yang bersangkutan serta ketaatan terhadap kebijakan
manajemen yang telah ditentukan.
4. Audit Komputer (Computer Audit), yaitu pemeriksaan yang dilakukan oleh
Kantor Akuntan Publik (KAP) terhadap perusahaan yang melakukan proses
data dengan menggunakan sistem Elektronic Data Processing (EDP).
II.1.3.

Jenis-Jenis Auditor
Auditor pada umum nya diklasifikasikan dalam tiga kelompok, yaitu :
1. Auditor Intern
Auditor Intern bertugas dan berstatus sebagai pagawai pada perusahaan
tempatnya bekerja. Laporan Audit Manajemen umumnya berguna bagi
manajemen perusahaan yang diaudit. Oleh karena itu tugas internal auditor
biasanya adalah audit manajemen yang termasuk jenis compliance audit.
2. Auditor Pemerintah
Auditor yang menjadi pegawai pemerintah terutama pada badan badan yang
secara fungsional bertanggung jawab atas pengawasan kekayaan/keuangan
negara. Di Indonesia audit ini dilakukan oleh Badan Pemeriksa Keuangan
(BPK). Badan Pemeriksa Keuangan adalah badan yang tidak tunduk pada

13

Pemerintah sehingga diharapkan dapat melakukan audit secara independen,


namun demikian badan ini bukanlah badan yang berdiri di atas Pemerintah.
Hasil audit yang dilakukan BPK disampaikan kepada Dewan Perwakilan
Rakyat sebagai alat kontrol atas pengelolaan keuangan negara.
3. Auditor Independen atau Akuntan Publik
Auditor Independen adalah auditor yang bertanggung jawab mengaudit
laporan keuangan yang dipublikasikan dari seluruh perusahaan publik,
perusahaan-perusahaan besar, dan beberapa perusahaan yang lebih kecil,
serta perusahaan nonkomersial. Dengan demikian semakin banyak
perusahaan yang harus diaudit laporan keuangannya. Di kalangan bisnis,
serta banyak pihak lainnya sudah semakin mengenal laporan ini, maka orang
awam sering mengartikan istilah auditor sama dengan akuntan publik.
Praktik sebagai akuntan publik harus dilakukan melalui suatu kantor akuntan
publik (KAP) yang telah mendapatkan ijin dari Departemen Keuangan.
II.2.

Kantor Akuntan Publik (KAP)


Di Indonesia, menurut Keputusan Menteri Keuangan No.359/KMK.06/2003

tertanggal 21 Agustus 2003 sebagaimana diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan


No.17/PMK.01/2008 tertanggal 5 Februari 2008. Kantor Akuntan Publik (KAP) adalah
Lembaga yang memiliki ijin dari Menteri Keuangan sebagai wadah bagi Akuntan Publik
dalam menjalankan profesinya.

14

Menurut Peraturan Menteri Keuangan No.17/PMK.01/2008 tertanggal 5


Februari 2008 Pasal 5. Izin untuk membuka Kantor Akuntan Publik (KAP) akan
diberikan apabila pemohon memenuhi persyaratan sebagai berikut :
1. Memiliki nomor Register Negara untuk Akuntan.
2. Memiliki Sertifikat USAP.
3. Mengikuti PPL, minimal 60 (enam puluh) satuan unit dalam 2 (dua) tahun
terakhir.
4. Berdomisili di wilayah Republik Indonesia.
5. Memiliki pengalaman kerja minimal 5 tahun sebagai akuntan dan
pengalaman kerja audit umum sekurang-kurangnya 1000 jam dengan
reputasi baik.
6. Tidak pernah dikenakan sanksi pencabutan izin Akuntan Publik.
II.2.1.

Organisasi Profesi Akuntan Publik


Organisasi profesi akuntan publik yang ada di Indonesia adalah Institut Akuntan

Publik Indonesia (IAPI). IAPI mempunyai latar belakang sejarah yang cukup panjang,
dimulai dari didirikannya Ikatan Akuntan Indonesia di tahun 1957 yang merupakan
perkumpulan akuntan Indonesia yang pertama. Perkembangan profesi dan organisasi
Akuntan Publik di Indonesia tidak bisa dipisahkan dari perkembangan perekonomian,
dunia usaha dan investasi baik asing maupun domestik, pasar modal serta pengaruh
global. Secara garis besar sejarah perkembangan profesi dan organisasi akuntan publik
di Indonesia memang sangat dipengaruhi oleh perubahan perekonomian negara pada
khususnya dan perekonomian dunia pada umumnya.
Setelah hampir 50 tahun sejak berdirinya perkumpulan akuntan Indonesia,
tepatnya pada tanggal 24 Mei 2007 berdirilah Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI)
sebagai organisasi akuntan publik yang independen dan mandiri dengan berbadan

15

hukum yang diputuskan melalui Rapat Umum Anggota Luar Biasa IAI Kompartemen
Akuntan Publik.
Berdirinya Institut Akuntan Publik Indonesia adalah respons terhadap dampak
globalisasi, dimana Drs. Ahmadi Hadibroto sebagai Ketua Dewan Pengurus Nasional
IAI mengusulkan perluasan keanggotaan IAI selain individu. Hal ini telah diputuskan
dalam Kongres IAI X pada tanggal 23 Nopember 2006. Keputusan inilah yang menjadi
dasar untuk mengubah IAI Kompartemen Akuntan Publik menjadi asosiasi yang
independen yang mampu secara mandiri mengembangkan profesi akuntan publik. IAPI
diharapkan dapat memenuhi seluruh persyaratan International Federation of Accountans
(IFAC) yang berhubungan dengan profesi dan etika akuntan publik, sekaligus untuk
memenuhi persyaratan yang diminta oleh IFAC sebagaimana tercantum dalam Statement
of Member Obligation (SMO).
Pada tanggal 4 Juni 2007, secara resmi IAPI diterima sebagai anggota asosiasi
yang pertama oleh IAI. Pada tanggal 5 Februari 2008, Pemerintah Republik Indonesia
melalui Peraturan Menteri Keuangan Nomor 17/PMK.01/2008 mengakui IAPI sebagai
organisasi profesi akuntan publik yang berwenang melaksanakan ujian sertifikasi
akuntan publik, penyusunan dan penerbitan standar profesional dan etika akuntan
publik, serta menyelenggarakan program pendidikan berkelanjutan bagi seluruh akuntan
publik di Indonesia
II.2.2.

Bentuk Badan Usaha Kantor Akuntan Publik


Independensi sangat mempengaruhi auditor dalam memberikan pendapat

tentang laporan keuangan yang diauditnya. Adanya kepercayaan atas independensi dan
kompetensi auditor, menyebabkan pengguna jasa audit dapat mengandalkan diri pada

16

laporan yang dibuat oleh auditor. Bentuk badan usaha KAP yang dikenal di Indonesia
ada dua macam :
1. KAP dalam bentuk Perseorangan. KAP bentuk ini hanya dapat didirikan dan
dijalankan oleh seorang akuntan publik yang juga sekaligus bertindak
sebagai pimpinan.
2. KAP dalam bentuk Persekutuan Perdata atau Persekutuan Firma. KAP
bentuk ini hanya dapat didirikan oleh paling sedikit 2 orang akuntan publik
dan 75% dari seluruh sekutu adalah akuntan publik. Masing-masing sekutu
disebut Rekan (Partner) dan salah seorang sekutu bertindak sebagai
Pemimpin Rekan.
Yang bertanggungjawab pada KAP Perseorangan adalah akuntan publik yang
bersangkutan, sedangkan yang bertanggungjawab pada KAP Persekutuan Perdata atau
Persekutuan Firma adalah dua orang atau lebih akuntan publik yang masing-masing
merupakan rekan dan salah satu dari mereka bertindak sebagai rekan pimpinan.
II.2.3.

Bidang Jasa yang dilaksanakan di Kantor Akuntan Publik


Ada beberapa macam jasa yang dihasilkan oleh Kantor Akuntan Publik bagi

masyarakat. Macam-macam jasa tersebut dapat digolongkan menjadi tiga golongan


besar, yaitu :
1. Jasa Assurance
Jasa Assurance adalah jasa profesional independen yang

mampu

meningkatkan mutu informasi, atau konteksnya, untuk kepentingan para


pengambil keputusan. Salah satu aspek kunci tersebut adalah konsep
independensi. Para pengguna jasa sangat mengandalkan independensi
17

akuntan publik serta dapat menarik manfaat yang bernilai dari kenyataan
bahwa akuntan publik bersifat tidak memihak dan objektif.
2. Jasa Atestasi
Jasa atestasi merupakan salah satu jasa dimana kantor akuntan publik
mengeluarkan komunikasi tertulis yang menyatakan suatu kesimpulan
tentang keandalan asersi tertulis yang menjadi tanggung jawab pihak lain.
Tumbuhnya pengakuan atas keahlian dalam pengalaman akuntan publik
telah meningkatkan permintaan jasa atestasi yang beragam. Menurut
Mulyadi (2002:5) Jasa atestasi ini dapat dibagi menjadi empat jenis, yaitu :
a. Audit
Jasa audit ini meliputi upaya memperoleh dan mengevaluasi bukti yang
mendasari laporan keuangan historis yang memuat asersi yang dibuat
oleh manajemen entitas tersebut. Dalam menghasilkan jasa audit ini,
auditor memberikan pernyataan pendapat positif tentang laporan
keuangan tersebut sudah disajikan secara wajar dan sesuai dengan kriteria
yang telah ditetapkan. Kriteria yang digunakan adalah prinsip-prinsip
akuntansi yang berlaku umum (GAAP). Hasil pengumpulan bukti
menentukan tingkat keyakinan yang dapat dicapai oleh auditor.
Banyaknya jumlah bukti kompeten dan relevan yang dapat dikumpulkan,
maka semakin tinggi pula tingkat keyakinan yang dicapai oleh auditor.
Seringkali jasa ini disebut sebagai jasa tradisional profesi akuntan publik

18

karena jasa ini merupakan jasa profesi akuntan publik yang paling dikenal
dalam masyarakat.

b. Pemeriksaan
Istilah pemeriksaan digunakan untuk menguraikan jasa lain yang muncul
dalam pernyataan positif suatu pendapat tentang kesesuaian asersi yang
dibuat oleh pihak lain dengan kriteria yang telah ditetapkan. Contoh jasa
pemeriksaan yang dilakukan meliputi pemeriksaan (1) laporan keuangan
prospektif (bukan historis), (2) asersi manajemen tentang efektivitas
struktur pengendalian intern entitas, dan (3) kepatuhan entitas terhadap
peraturan tertentu.
c. Review
Jasa review terutama terdiri dari permintaan keterangan dari manajemen
entitas serta analitis komparatif atas informasi keuangan. Dengan
demikian tingkat keyakinan yang diberikan oleh akuntan dalam laporan
hasil review lebih rendah dibandingkan dengan tingkat yang diberikan
dalam jasa audit dan pemeriksaan. Tujuan review adalah untuk
memberikan keyakinan negatif sebagai lawan dari pernyataan positif yang
diberikan pada suatu audit. Terkadang jasa ini dilakukan atas laporan
interim perusahaan publik dan laporan tahunan perusahaan nonpublik.
d. Prosedur yang Disepakati
19

Lingkup kerja pelaksanaan prosedur yang disepakati juga lebih sempit


dibandingkan dengan jasa audit dan jasa pemeriksaan. Contohnya, klien
dan akuntan publik membuat kesepakatan bahwa ada prosedur tertentu
yang dilaksanakan hanya pada elemen dan akun tertentu dalam laporan
keuangan sebagai lawan dari laporan keuangan secara keseluruhan.
Dalam jasa jenis ini, Kantor Akuntan Publik dapat menerbitkan suatu
ringkasan temuan atau suatu keyakinan negatif seperti yang dihasilkan
dalam jasa review
3. Jasa Nonassurance
Merupakan jasa yang dihasilkan oleh akuntan publik yang di dalamnya ia
tidak memberikan suatu pendapat, keyakinan negatif, ringkasan temuan, atau
bentuk lain keyakinan. Jasa nonassurance yang dihasilkan oleh akuntan
publik adalah jasa kompilasi, jasa perpajakan, jasa konsultasi. Dalam jasa
kompilasi, akuntan publik melaksanakan berbagai jasa akuntansi bagi
kliennya sampai dengan penyusunan laporan keuangan. Jasa perpajakan
meliputi bantuan yang diberikan oleh akuntan publik kepada kliennya dalam
pengisian surat pemberitahuan pajak tahunan (SPT) pajak penghasilan,
perencanaan pajak, dan bertindak mewakili kliennya dalam menghadapi
masalah perpajakan.
Jasa konsultasi diatur dalam Standar Jasa Konsultasi. Jasa Konsultasi dapat
meliputi jasa-jasa berikut ini :
a. Konsultasi (consultations)

20

Untuk jenis jasa ini, fungsi praktisi adalah memberikan konsultasi atau
saran profesional (professional advice) yang memerlukan respon segera,
berdasarkan pada pengetahuan mengenai klien, keadaan, masalah teknis
terkait, representasi klien, dan tujuan bersama berbagai pihak. Contoh
jasa jenis ini adalah review dan komentar terhadap rencana bisnis buatan
klien dan pemberian saran tentang perangkat lunak komputer yang cocok
digunakan oleh klien (berdasarkan investigas lebih lanjut oleh klien)
b. Jasa pemberian saran profesional (advisory services)
Untuk jenis jasa ini, fungsi praktisi adalah mengembangkan temuan,
simpulan, dan rekomendasi untuk dipertimbangkan dan diputuskan oleh
klien. Contoh jenis jasa ini adalah review operasional dan improvement
study, analisis terhadap suatu sistem akuntansi, pemberian bantuan dalam
proses perencanaan strategik, dan definisi persyaratan yang harus
dipenuhi oleh suatu sistem informasi.
c. Jasa implementasi
Untuk jenis jasa ini, fungsi praktisi adalah mewujudkan rencana kegiatan
menjadi kenyataan. Sumber daya dan personel klien digabung denagn
sumber daya dan personel praktisi untuk mencapai tujuan implementasi.
Praktisi bertanggung jawab kepada klien dalam hal pelaksanaan dan
manajemen kegaitan perikatan. Contoh jenis jasa ini adalah penyediaan
jasa instalasi sistem komputer dan jasa pendukung yang berkaitan,

21

pelaksanaan tahap-tahap peningkatan produktivitas, dan pemberian


bantuan dalam proses penggabungan (merger) organisasi.

d. Jasa transaksi
Untuk jenis jasa ini, fungsi praktisi adalah untuk menyediakan jasa yang
berhubungan dengan beberapa transaksi khusus klien yang umumnya
dengan pihak ketiga. Contoh jenis jasa adalah jasa pengurusan kepailitan,
jasa penilaian, penyediaan informasi untuk mendapatkan pendanaan,
analisis kemungkinan penggabungan usaha atau akuisisi, dan jasa
pengurusan perkara pengadilan.
e. Jasa penyediaan staf dan jasa pendukung lainnya
Untuk jenis jasa ini, fungsi praktisi adalah menyediakan staf yagn
memadai (dalam hal kompentensi dan jumlah) dan kemungkinan jasa
pendukung lain untuk melaksanakan tugas yang ditentukan oleh klien.
Staf tersebut akan bekerja di bawah pengarahan klien sepanjang keadaan
mengharuskan demikian. Contoh jenis jasa ini adalah manajemen fasilitas
pemrosesan data, pemrograman komputer, perwalian dalam rangka
kepailitan, dan aktivitas controllership.
f. Jasa produk

22

Untuk jenis jasa ini, fungsi praktisi adalah untuk menyediakan bagi klien
suatu produk dan jasa profesional sebagai pendukung atas instalasi,
penggunaan, atau pemeliharaan produk tertentu. Contoh jenis jasa ini
adalah penjualan dan penyerahan paket program pelatihan, penjualan dan
implementasi perangkat lunak komputer, dan penjualan dan instalasi
metodologi pengembangan sistem.
II.2.4.

Standar Profesional Akuntan Publik


Berbagai jenis jasa yang disediakan oleh profesi akuntan publik bagi

masyarakat didasarkan pada panduan yang tercantum dalam Standar Profesional


Akuntan Publik. Standar Profesional Akuntan Publik berupa buku yang berisi kodifikasi
berbagai standar yang disusun oleh Dewan Standar Profesiona Akuntan Publik dan
Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik yang dikeluarkan oleh Kompartemen
Akuntan Publik. Ada 5 standar profesi akuntan publik yang ditetapkan oleh IAPI
didalam SPAP (2011), yaitu :
a. Standar Auditing
Standar auditing merupakan panduan audit atas laporan keuangan hitoris.
Standar auditing terdiri dari 10 (sepuluh) standar dan dirinci dalam bentuk
Pernyataan Standar Auditing (PSA). Dengan demikian PSA merupakan
penjabaran lebih lanjut masing-masing standar yang tercantum dalam
standar auditing. PSA berisi ketentuan-ketentuan dan panduan utama yang
harus diikkuti oleh akuntan publik dalam melaksanakan perikatan audit.
Kepatuhan terhadapa Pernyataan Standar Auditing yang dikeluarkan oleh

23

Dewan bersifat wajib (mandatory) bagi anggota Ikantan Akuntan Indonesia


yang berpraktik sebagai akuntan publik. Termasuk di dalam Pernyataan
Standar Auditing adalah Interprestasi Pernyataan Standar Auditing (IPSA),
yang merupakan interpretasi resmi yang dikeluarkan oleh Dewan terhadap
ketentuan-ketentuan yang diterbitkan oleh Dewan dalam PSA. Dengan
demikian IPSA memberikan jawaban atas pertanyaan atau keraguan dalam
penafsiran ketentuan-ketentuan yang dimuat dalam PSA, sehingga
merupakan perluasan lebih lanjut berbagai ketentuan dalam PSA. Tafsiran
resmi ini bersifat mengikat bagi anggota Ikatan Akuntan Indonesia yang
berpraktik sebagai akuntan publik, sehingga pelaksanaannya bersifat wajib
(mandatory).
b. Standar Atestasi
Standar atestasi memberikan kerangka untuk fungsi atestasi bagi jasa
akuntan publik yang mencakup tingkat keyakinan tertinggi yang diberikan
dalam jasa audit atas laporan keuangan historis maupun tingkat keyakinan
yang lebih rendah dalam jasa nonaudit. Standar atestasi terdiri dari 11
(sebelas) standar dan dirinci dalam bentuk Pernyataan Standar Atestasi
(PSAT). PSAT merupakan penjabaran lebih lanjut masing-masing standar
yang terdapat dalam standar atestasi. Termasuk di dalam Pernyataan Standar
Atestasi adalah Interpretasi Pernyataan Standar Atestasi (IPSAT), yang
merupakan interpretasi resmi yang dikeluarkan oleh Dewan terhadap
ketentuan-ketentuan yang diterbitkan oleh Dewan dalam PSAT. Dengan
demikian IPSAT memberikan jawaban atas pernyataan atau keraguan dalam
24

penafsiran ketentuan-ketentuan yang dimuat dalam PSAT sehingga


merupakan perluasan lebih lanjut berbagai ketentuan dalam PSAT. Tafsiran
resmi ini bersifat mengikat bagi anggota Ikatan Akuntan Indoensia yang
berpraktik sebagai akuntan publik, sehingga pelaksanaannya bersifat wajib
(mandatory).
c. Standar Jasa Akuntansi dan Review
Standar jasa akuntansi dan review memberikan kerangka untuk fungsi
nonatestasi bagi jasa akuntan publik yang mencakup jasa akuntansi dan
review. Standar jasa akuntansi dan review dirinci dalam bentuk Pernyataan
Standar Jasa Akuntansi dan Review (PSAR). Termasuk di dalam Pernyataan
Standar Jasa Kuntansi dan Review adalah Interpretasi Pernyataan Standar
Jasa Akuntansi dan Review (IPSAR), yang merupakan interpretasi resmi
yang dikeluarkan oleh Dewan terhadap ketentuanketentuan yang diterbitkan
oleh Dewan dalam PSAR. IPSAR memberikan jawaban atas pernyataaan
atau keraguan dalam penafsiran ketentuanketentuan yang dimuan dalam
PSAR sehingga merupakan perluasan lebih lanjut berbagai ketentuan dalam
PSAR. Tafsiran resmi ini bersifat mengikat bagi anggota Ikatan Akuntan
Indoensia yang berpraktik sebagai akuntan publik, sehingga pelaksanaannya
bersifat wajib (mandatory).
d. Standar Jasa Konsultasi
Standar jasa konsultasi memberikan panduan bagi akuntan publik di dalam
penyediaan jasa konsultasi bagi masyarakat. Jasa konsultasi pada hakikatnya
25

berbeda dari ajsa atestasi akuntan publik terhadap asersi pihak ketiga. Dalam
jasa atestasi, para praktisi menyajikan suatu kesimpulan mengenai keandalan
suatu asersi tertulis yang menjadi tanggung jawab pihak lain, yaitu membuat
asersi (asserter). Dalam jasa konsultasi, para praktisi menyajikan temuan,
kesimpulan, dan rekomendasi. Sifat dan lingkup pekerjaan jasa konsultasi
ditentukan oleh perjanjian antara praktisi dengan kliennya. Umumnya,
pekerjaan jasa konsultasi dilaksanakan untuk kepentingan klien. Standar jasa
konsultasi dirinci dalam bentuk Pernyataan Standar Jasa Konsultasi (PSJK).
e. Standar Pengendalian Mutu
Standar pengendalian mutu memberikan panduan bagi kantor akuntan publik
di dalam melaksanakan pengendalian kualitas jasa yang dihasilkan oleh
kantornya dengan mematuhi berbagai standar yang diterbitkan oleh Dewan
Standar Profesional Akuntan Publik dan Aturan Etika Kompartemen
Akuntan Publik yang diterbitkan Kompartemen Akuntan Publik, Ikatan
Akuntan Indonesia. Dalam perikatan jasa profesional, kantor akuntan publik
bertanggung jawab untuk memenuhi berbagai standar relevan yang telah
diterbitkan oleh Dewan dan Kompartemen Akuntan Publik. Dalam
pemenuhan tanggung jawab tersebut, kantor akuntan publik wajib
mempertimbangkan

integritas

stafnya

dalam

menentukan

hubungan

profesionalnya; bahwa kantor akuntan publik dan para stafnya akan


independen terhadap kliennya sebagaimana diatur oleh Aturan Etika
Kompartemen serta akan menggunakan kemahiran profesionalnya dengan
cermat dan seksama (due profesional care). Oleh karena itu, kantor akuntan
26

publik harus memiliki sistem pengendalian mutu untuk memberikan


keyakinan memadai tentang kesesuaian perikatan profesional dengan
berbagai standar dan aturan relevan yang berlaku. Standar pengendalian
mutu dirinci dalam bentuk Pernyataan Standar Pengendalian Mutu (PSM).
II.2.5.

Kode Etik Akuntan Publik


Selain Standar Profesional Akuntan Publik, seorang akuntan publik juga harus

memenuhi Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik yang merupakan aturan normal
yang wajib dipenuhi oleh akuntan publik. Dasar pemikiran yang melandasi penyusunan
etika profesional akuntan publik adalah kebutuhan profesi tersebut tentang kepercayaan
masyarakat terhadap mutu akan jasa yang dilakukan oleh profesi, terlepas dari anggota
profesi yang melakukan jasa tersebut
II.3.

Audit Laporan Keuangan


Dalam suatu perusahaan , para manajer ditempatkan pada posisi dimana mereka

dapat menguntungkan perusahaan. Hal tersebut tercermin dalam laporan keuangan yang
disusunnya dalam suatu periode tertentu. Laporan keuangan yang disusun merupakan
bentuk pertanggungjawaban darihasil pekerjaannya selama suatu periode. Para manajer
tergoda untuk menyajikan laporan keuangan yang berat sebelah, mengandung hal-hal
yang tidak benar, dan mungkin menyembunyikan informasi-informasi tertentu kepada
pihak-pihak lain yang berkepentingan terhadap laporan keuangan itu, termasuk investor,
kreditor. Oleh karena itu masyarakat keuangan membutuhkan jasa profesional akutan
publik untuk menilai kewajaran informasi keuangan yang disajikan oleh manajemen.
Atas dasar informasi keuangan yang andal, masyarakat akan memiliki dasar yang kuat
untuk menyalurkan dana mereka ke usaha-usaha yang beroperasi secara efisien dan
27

memiliki posisi keuangan yang sehat. Untuk itu masyarakat menghendaki agar laporan
keuangan yang diserahkan kepada mereka diperiksa lebih dulu oleh auditor independen.
Keterlibatan audit yang independen akan memberikan manfaat-manfaat antara lain,
menambah kredibilitas laporan keuangan, mengurangi kecurangan perusahaan, dan
memberikan dasar yang lebih dipercaya untuk pelaporan pajak dan laporan keuangan
lain yang harus diserahkan kepada pemerintah.
II.3.1.

Tujuan Audit Laporan Keuangan


Tujuan menyeluruh dari audit laporan keuangan adalah untuk menyatakan

pendapat atas kewajaran laporan keuangan klien, dalam semua hal yang material,
sesuai dengan prinsip- prinsip akuntansi yang berlaku umum. Untuk mencapai tujuan
tersebut, hal yang lazim dilakukan dalam audit adalah melakukan identifikasi sejumlah
tujuan audit yang spesifik bagi setiap akun yang dilaporkan dalam laporan keuangan.
Tujuan yang spesifik ini diambil dari asersi yang dibuat oleh manajemen dam dimuat
dalam laporan keuangan.
Ada 5 (lima) kategori asersi laporan keuangan yang telah diakui oleh Auditing
Standards Board (ASB) dalam SAS 31, Evidential Matter (AU 326.03), yaitu :
1. Keberadaan atau keterjadian (existence or occurence)
Asersi tentang keberadaan atau keterjadian (existence or occurence)
berkaitan dengan apakah aktiva atau kewajiban entitas memang benar-benar
ada pada tanggal tertentu dan apakah transaksi yang dicatat benar-benar telah
terjadi selama periode tersebut.

28

2. Kelengkapan (completeness)
Asersi mengenai kelengkapan (completeness) berkaitan dengan apakah seua
transaksi dan akun yang harus disajikan dalam laporan keuangan benarbenar telah dicantumkan. Jika asersi keberadaan tidak benar maka akunakan
dinyatakan terlalu tinggi, sementara jika asersi kelengkapan tidak benar,
makaakun akan dinyatakan terlalu rendah. Asersi kelengkapan berkaitan
dengan kemungkinan hilangnya hal-hal yang harus dicantumkan dalam
laporan keuangan sedangkan asersi keberadaan berkaitan dengan penyebutan
angka yang seharusnya tidak dimasukkan.
3. Hak dan kewajiban (rights and obligations)
Asersi mengenai hak dan kewajiban (rights and obligations) berkaitan
dengan apakah aktiva telah menjadi hak entitas dan hutang memang telah
menjadi kewajiban entitas pada suatu tanggal tertentu.
4. Penilaian atau alokasi (valuation or allocation)
Asersi mengenai penilaian atau alokasi (valuation or allocation) berkaitan
dengan apakah komponen aktiva, kewajiban, pendapatan, dan beban telah
dicantumkan dalam laporan keuangan dengan jumlah yang semestinya.
5. Penyajian dan pengungkapan (presentation and disclosure)
Asersi mengenai penyajian dan pengungkapan (presentation and disclosure)
berkaitan dengan apakah komponen tertentu dalam laporan keuangan telah
digolongkan,

diuraikan,

dan

diungkapkan

sebagaimana

mestinya.
29

Pengungkapan berhubungan dengan apakah informasi dalam laporan


keuangan, termasuk catatan yang terkait, telah menjelaskan hal-hal yang
dapat mempengaruhi penggunaannya.
Kelima kategori asersi tersebut diatas merupakan hal yang penting karena dapat
membantu auditor memahami jenis salah saji potensial yang dapat terjadi dalam laporan
keuangan, dan dapat membantu auditor mengembangkan perencanaan audit untuk
mengumpulkan bukti yang berkaitan dengan kewajaran penyajian laporan keuangan.
II.3.2.

Jenis-Jenis Opini Audit Laporan Keuangan


Sesuai dengan apa yang ditetapkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia

dalam Standar Profesional Akuntan Publik ( PSA 29 SA Seksi 508 ), ada lima jenis opini
akuntan atas audit laporan keuangan, yaitu :
1. Pendapat wajar tanpa pengecualian ( Unqualified Opinion )
Dikatakan pendapat wajar tanpa pengecualian jika laporan keuangan
disajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan,
hasil usaha, perubahan ekuitas dan arus kas telah sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum.
2. Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelasan yang
ditambahkan dalam laporan audit bentuk baku ( Unqualified Opinion with
Explanatory Language )
Pendapat ini diberikan jika terdapat keadaan tertentu yang mengharuskan
seorang auditor menambahkan penjelasan ( bahasa penjelasan lain ) dalam

30

laporan audit, meskipun tidak mempengaruhi pendapat wajar tanpa


pengecualian yang dinyatakan oleh auditor. Keadaannya meliputi :
a. Pendapat wajar sebagian didasarkan atas laporan auditor independen lain.
b. Untuk mencegah agar laporan keuangan tidak menyesatkan karena
keadaan yang luar biasa, laporan keuangan disajikan secara menyimpang
dari suatu prinsip akuntansi yang dikeluarkan oleh IAI.
c. Jika terdapat kondisi dan peristiwa semula menyebabkan auditor yakin
tentang adanya kesangsian mengenai kelangsungan hidup entitas namun
setelah mempertimbangkan rencana manajemen, auditor berkesimpulan
bahwa rencana manajemen tersebut dapat secara efektif dilaksanakan dan
pengungkapan mengenai hal itu telah memadai.
d. Di antara dua periode akuntansi terdapat suatu perubahan material dalam
penggunaan prinsip akuntansi atau dalam metode penerapannya.
e. Keadaan tertentu yang berhubungan dengan laporan audit atas laporan
keuangan komparatif.
f. Data keuangan kuartalan tertentu diharuskan oleh Badan Pengawas Pasar
Modal namun tidak disajikan atau tidak di review.
g. Informasi tambahan yang diharuskan oleh IAI Dewan Standar Akuntansi
Keuangan telah dihilangkan, yang penyajiannya menyimpang jauh dari
pedoman yang dikeluarkan oleh Dewan tersebut, dan auditor tidak dapat
menghilangkan keraguan yang besar apakah informasi tambahan tersebut
sesuai dengan panduan yang dikeluarkan oleh Dewan tersebut.
h. Informasi lain dalam suatu dokumen yang berisi laporan keuangan yang
diaudit secara material tidak konsisten dengan informasi yang disajikan
dalam laporan keuangan.

31

3. Pendapat wajar dengan pengecualian ( Qualified Opinion )


Pendapat ini dinyatakan bila :
a. Ketiadaan bukti kompeten yang cukup atau adanya pembatasan terhadap
lingkup audit yang mengakibatkan auditor berkesimpulan bahwa ia tidak
menyatakan pendapat wajar tanpa pengecualian dan ia berksimpulan tidak
menyatakan tidak memberikan pendapat.
b. Auditor yakin, atas dasar auditnya bahwa laporan keuangan berisi
penyimpangan dari prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia
yang berdampak material dan ia berkesimpulan untuk tidak menyatakan
pendapat yang tidak wajar.
c. Jika auditor menyatakan pendapat wajar dengan pengecualian, ia
menjelaskan semua alasan yang menguatkan dalam satu atau lebih
paragraf terpisah yang dicantumkan sebelum paragraf pendapat. Ia juga
harus mencantumkan bahasa pengecualian yang sesuai dan menunjuk ke
paragraf penjelasan di dalam paragraf pendapat. Pendapat wajar dengan
pengecualian harus berisi kata kecuali atau pengecualian dalam suatu
frasa seperti kecuali untuk atau dengan pengecualian untuk frasa
tergantung atas atau dengan penjelasan berikut ini memiliki makna yang
tidak jelas atau tidak cukup kuat oleh karena itu pemakaiannya harus
dihindari. Karena catatan atas laporan keuangan merupakan bagian
laporan keuangan auditan, kata seperti yang disajikan secara wajar dalam
semua hal material, jika dibaca sehubungan dengan catatan mempunyai
kemungkinan untuk disalahtafsirkan dan oleh karena itu pemakaiannya
dihindari.
4. Pendapat tidak wajar ( Adverse Opinion )
Pendapat ini dinyatakan bila menurut pertimbangan auditor, laporan
keuangan secara keseluruhan tidak disajikan secara wajar sesuai dengan
32

prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Bila auditor menyatakan


pendapat tidak wajar, ia harus menjelaskan dalam paragraf terpisah sebelum
paragraf pendapat dalam laporannya (a) semua alasan yang mendukung
pendapat tidak wajar, dan (b) dampak utama hal yang menyebabkan
pemberian pendapat tidak wajar terhadap posisi keuangan, hasil usaha, dan
arus kas, jika secara praktis untuk dilaksanakan. Jika dampak tersebut tidak
dapat ditentukan secara beralasan, laporan auditor harus menyatakan hal itu.
5. Pernyataan tidak memberikan pendapat ( Disclaimer Opinion )
Auditor dapat tidak menyatakan suatu pendapat apabila :
a. Tidak dapat merumuskan atau tidak merumuskan suatu pendapat tentang
kewajaran laporan keuangan sesuai dengan standar akuntansi keuangan
yang berlaku umum di Indonesia
b. Lingkup audit yang dilaksanakan tidak memadai untuk memungkinkan
memberikan pendapat atas laporan keuangan.
Jika auditor menyatakan tidak memberikan pendapat, laporan auditor harus
memberikan semua alasan substantif yang mendukung pernyataannya
tersebut.
II.4.

Pelaksanaan Audit Laporan Keuangan


Sebelum

audit

laporan

keuangan

dilaksanakan,

auditor

perlu

mempertimbangkan apakah ia akan menerima atau menolak perikatan audit dari calon
kliennya. Jika auditor memutuskan untuk menerima perikatan audit dari calon kliennya,
maka pelaksanaan audit laporan keuangan tersebut akan dilakukan dalam beberapa
tahap.
II.4.1.

Prosedur Pelaksanaan Audit Laporan Keuangan


Prosedur pelaksanaan audit laporan

keuangan terbagi ke dalam 4 (empat)

tahap, yaitu :
33

1. Penerimaan perikatan audit


2. Perencanaan audit
3. Pelaksanaan pengujian audit
4. Pelaporan audit
Dari tahap-tahap audit laporan keuangan tersebut dapat diuraikan sebagai
berikut ini :
1. Penerimaan perikatan audit
Di dalam memutuskan apakah suatu perikatan dapat diterima atau ditolak,
auditor perlu menempuh suatu proses yang terdiri dari :
a. Mengevaluasi integritas manajemen
b. Mengidentifikasi keadaan khusus dan risiko luar biasa
c. Menentukan kompetensi untuk melaksanakan audit
d. Menilai independensi
e. Menentukan kemampuan untuk menggunakan kemahiran profesionalnya
dengan kecermatan dan keseksaman
f. Membuat surat perikatan audit

2. Perencanaan audit
Setelah auditor memutuskan untuk menerima perikatan audit dari kliennya,
langkah berikutnya yang perlu ditempuh adalah merencanakan audit laporan
keuangan yang akan dilaksanakan. Ada tujuh tahap yang harus ditempuh
oleh auditor dalam merencanakan auditnya :
a.
b.
c.
d.
e.

Memahami bisnis dan industri klien


Pemahaman mengenai struktur pengendalian intern klien
Melaksanakan prosedur analitis
Mempertimbangkan tingkat materialutas awal
Mempertimbangkan resiko bawaan

34

f. Mempertimbangkan berbagai faktor yang berpengaruh terhadap saldo


awal, jika perikatan dengan klien berupa audit tahun pertama
g. Mengembangkan strategi audit awal terhadap asersi signifikan
h. Memahami pengendalian intern klien
3. Pelaksanaan pengujian audit
Dalam audit, auditor melakukan berbagai macam pengujian (test) yang
secara garis besar dapat dibagi menjadi 3(tiga) golongan berikut ini :
a. Pengujian analitik
b. Pengujian pengendalian
c. Pengujian substantif
4. Pelaporan audit
Pada akhir pemeriksaannya, dalam pelaksanaan audit laporan keuangan
Kantor Akuntan Publik akan memberikan suatu laporan akuntan yang terdiri
dari :
a. Lembaran opini, yang merupakan tanggung jawab akuntan publik,
dimana akuntan publik memberikan pendapatnya tentang kewajaran
laporan keuangan yang disusun oleh manajemen dan merupakan
tanggung jawab manajemen
b. Laporan keuangan yang terdiri dari :
1. Neraca
2. Laporan laba rugi
3. Laporan perubahan ekuitas
4. Laporan arus kas
5. Catatan atas laporan keuangan yang berisi bagian umum, kebijakan
akuntansi, dan penjelasan pos-pos neraca dan laba rugi

35

6. Informasi tambahan berupa lamporan mengenai perincian pos-pos


yang penting seperti perincian piutang, aktiva tetap, hutang, beban
umum, dan administrasi serta beban penjualan.
Tanggal laporan akuntan harus sama dengan tanggal selesainya pekerjaan
lapangan dan tanggal surat pernyataan langganan, karena menunjukan
sampai tanggal berapa akuntan bertanggung jawab untuk menjelaskan halhal penting yang terjadi. Jika sesudah tanggal selesainya pekerjaan lapangan,
terjadi peristiwa penting yang jumlahnya material dan mempunyai pengaruh
terhadap laporan keuangan yang diperiksa, dan saat itu laporan interim
belum dikeluarkan, auditor harus menjelaskan kejadian penting tersebut
dalam catatan atas laporan keuangan dan lembaran opini.
II.4.2.

Prosedur Audit Laporan Keuangan Yang Ditetapkan IAPI dalam SPAP


Dalam Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) yang ditetapkan oleh

Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI), prosedur pelaksanaan audit laporan keuangan
dapat diuraikan sebagai berikut :
1.
2.

Penerimaan penugasan dari klien (Bag.B 210)


Untuk klien baru dilakukan komunikasi dengan auditor sebelumnya PSA

3.
4.

16 (SA 315)
Surat Perikatan Audit PSA 55 (SA seksi 320)
Pemahaman atas bisnis klien, sebagai pertimbangan untuk melaksanakan

5.

audit PSA 67 (SA seksi 318)


Pemahaman mengenai struktur pengendalian intern klien PSA 69 (SA

6.

seksi 319)
Perencanaan audit meliputi strategi menyeluruh terhadap pelaksanaan dan
lingkup audit PSA 05 (SA seksi 311)
36

7.
8.

Penggunaan prosedur analitik PSA 22 (SA seksi 329)


Menentukan tingkat risiko audit dan materialitas dalam pelaksanaan audit

9.

PSA 25 (SA seksi 312)


Pertimbangan atas kecurangan dalam audit laporan keuangan PSA 70

(SA seksi 316)


10. Pembuatan dan penyimpanan kertas kerja PSA 15 (SA seksi 339)
11. Laporan hasil pelaksanaan audit PSA 29 (SA seksi 508)

37

Anda mungkin juga menyukai