PENDAHULUAN
Nyeri kepala (headache atau cephalgia) adalah rasa nyeri atau rasa tidak
mengenakkan pada seluruh daerah kepala dengan batas bawah dari dagu sampai ke daerah
belakang kepala (daerah oksipital dan sebagian daerah tengkuk).1
Berdasarkan penyebabnya digolongkan nyeri kepala primer dan nyeri kepala sekunder.
Nyeri kepala primer adalah nyeri kepala yang tidak jelas terdapat kelainan anatomi atau
kelainan struktur atau sejenisnya. Nyeri kepala primer dibagi menjadi empat kategori yaitu
migrain, nyeri kepala tipe tegang, nyeri kepala cluster, dan nyeri kepala primer lainnya. Nyeri
kepala sekunder adalah nyeri kepala yang jelas terdapat kelainan anatomi atau kelainan
struktur atau sejenisnya dan bersifat kronis progresif.1,2
Cephalgia akan menjadi masalah, baik bagi penderitanya maupun dokter yang
mengobatinya apabila terjadi secara menahun atau kronik berulang. Dalam hal ini sering
cephalgia merupakan gejala tunggal atau gejala paling menyolok.
II.
LAPORAN KASUS
Identifikasi
Nama
Umur
Jenis kelamin
Agama
Alamat
Pekerjaan
MRS
: Ny. Y
: 37 Tahun
: Perempuan
: Islam
: Jambi
: IRT
: 29 Juli 2014
Anamnesis
1 minggu SMRS pasien mengeluh sakit kepala, sakit kepala dirasakan seperti
ditekan terutama pada bagian belakang kepala sampai ke leher. Pasien mengaku lehernya
terasa tegang jika sakit kepala timbul, terkadang disertai dengan keluarnya air mata, sakit
kepala tidak disertai mual dan muntah, tidak takut melihat cahaya dan tidak takut mendengar
suara. Sakit dirasakan hilang timbul. Saat keluhan timbul, keluhan menetap pada lokasi yang
sama. Lamanya setiap serangan tidak menentu, biasanya keluhan timbul selama 1-2 jam.
1
Pasien mengatakan keluhan nyeri biasanya timbul jika stress, saat duduk santai menonton tv,
membaca, ataupun pekerjaan lain yang membutuhkan konsentrasi. Rasa nyeri semakin terasa
berat bila pasien beraktivitas dan sedikit berkurang bila pasien berbaring atau beristirahat.
Keluhan telinga berdenging (-), penglihatan kabur (-), silau (-). Pusing berputar disangkal.
Pasien sudah dua kali berobat kedokter dan diberi obat namun tidak ada perbaikan.
2 hari SMRS pasien merasakan sakit kepala semakin hebat, sakit kepala dirasakan
seperti ditekan terutama pada bagian belakang kepala sampai ke leher. Pasien mengaku
lehernya terasa tegang jika sakit kepala timbul, terkadang disertai dengan keluarnya air mata,
sakit kepala tidak disertai mual dan muntah. Kemudian pasien berobat ke RSUD Raden
Mattaher Jambi.
Riwayat Hipertensi disangkal. Riwayat DM disangkal. Riwayat trauma kepala (-).
Pemeriksaan fisik
Status generalis
Kesadaran
Tekanan darah
Nadi
Suhu
Respirasi
: 120/80 mmHg
: 88x/i
: 36,4oC
: 20x/i
Status Internus
Kepala
Leher
Dada
Jantung
Paru
Perut
Alat kelamin
Ekstremitas
E:4 M:6 V: 5
Status Neurologikus
a. Kepala
Bentuk
: Normochepal
Nyeri tekan
: (-)
Simetris
: (+)
2
b. Leher
Sikap
Pergerakan
Kaku kuduk
: Lurus
: Baik
: (-)
c. Nervus kranialis
N. Olfaktorius :
N. Optikus
Visus
:
N. Okulomotorius
Ptosis :
Pergerakan bola mata:
Pupil :
Kiri
Normosmia
6/6
Normal
Normal
6/6
Normal
Normal
Bulat isokor
Bulat isokor
4 mm
Diameter
4 mm
Strabismus
Nistagmus
N. Troklearis
Pergerakan bola mata:
Normal
N. Trigeminus
Mengunyah
:
Normal
Menggigit
:
Normal
Membuka mulut :
Normal
Sensibilitas wajah:
Normal
N. Abdusen
Pergerakan bola mata: Normal
N. Fascialis
Mengerutkan Dahi :
Normal
Menutup mata
:
Normal
Memperlihatkan gigi: Normal
Bersiul
: Normal
N. Vestibulocochlearis
Detik arloji
:
Normal
Past pointing
:
Normal
N. Glosofaringeus & N. Vagus
Arkus faring
Kanan
Normosmia
Gangguan menelan:
Berbicara
:
N. Accesorius
Memalingkan kepala:
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Simetris
Simetris
Normal
Normal
Normal
Normal
3
Mengangkat bahu:
Normal
N. Hipoglosus
Menjulurkan lidah:
Normal
Atropi papil
:
Disatria
:
d. Anggota gerak atas
Motorik
Kanan
Pergerakan
N
Kekuatan
5
Tonus
N
Trofi
Eutropi
R. Fisiologis
N
R. Patologis
Sensibilitas :
N
e. Anggota gerak bawah
Motorik
Kanan
Pergerakan
N
Kekuatan
5
Tonus
N
Trofi
Eutrofi
R. Fisiologis
N
R. Patologis
Sensibilitas :
N
Normal
Fungsi Sensorik
Fungsi luhur
Fungsi vegetatif
Normal
Kiri
N
5
N
Eutropi
N
N
Kiri
N
5
N
Eutrofi
N
N
: tidak ada
: tidak ada
Diagnosis
Diagnosis klinis
: Cephalgia
Diagnosis Topis
:-
Diagnosis Etiologi
Penataaksanaan
1. Terapi farmakologis.
IVFD: RL 20 tetes/ menit
Aspirin 3 x 100 mg
Diazepam 3 x 5 mg
Amitriptilin 3 x 25 mg
2. Terapi non-farmakologis
Melakukan latihan peregangan leher atau otot bahu sedikitnya 20-30 menit
Tidur teratur
Pernafasan dengan diafragma atau metode metode relaksasi otot
Prognosis
- Quo ad vitam
: dubia ad bonam
- Quo ad fungsionam : dubia ad bonam
- Quo ad sanam
: dubia ad bonam
Hasil pemeriksaan labor
WBC : 9.9 103/mm3
Hematokrit: 43.5 %
RIWAYAT PERKEMBANGAN:
Rawat hari ke-2
S : Pasien mengeluh kepala masih terasa sakit dan badan lemas.
O : TD : 110/70 mmHg T : 36oC N : 82x/i RR : 18x/i
A : Cephalgia et causa Tension type headache.
P : Terapi farmakologis.
Terapi non-farmakologis
Melakukan latihan peregangan leher atau otot bahu sedikitnya 20-30 menit
Tidur teratur
Pernafasan dengan diafragma atau metode metode relaksasi otot
Terapi non-farmakologis
Melakukan latihan peregangan leher atau otot bahu sedikitnya 20-30 menit
Tidur teratur
Pernafasan dengan diafragma atau metode metode relaksasi otot
ANALISA KASUS
Seorang wanita usia 37 tahun datang dengan keluhan sakit kepala, sakit kepala
dirasakan seperti ditekan terutama pada bagian belakang kepala sampai ke leher. Pasien
mengaku lehernya terasa tegang jika sakit kepala timbul, terkadang disertai dengan keluarnya
air mata. Tidak disertai mual dan muntah, tidak takut melihat cahaya dan tidak takut
mendengar suara. Sakit dirasakan hilang timbul. Saat keluhan timbul, keluhan menetap pada
lokasi yang sama. Lamanya setiap serangan tidak menentu, biasanya keluhan timbul selama
1-2 jam. Pasien mengatakan keluhan nyeri biasanya timbul jika stress, saat duduk santai
6
menonton tv, membaca, ataupun pekerjaan lain yang membutuhkan konsentrasi. Rasa nyeri
semakin terasa berat bila pasien beraktivitas dan sedikit berkurang bila pasien berbaring atau
beristirahat. Karena sakit kepala dan rasa tidak nyaman di perutnya tidak berkurang maka
pasien berobat ke RSUD Raden Mattaher Jambi.
Riwayat hipertensi dan diabetes melitus disangkal, riwayat trauma kepala (-).
0
: Kesadaran
Tekanan darah
Nadi
Suhu
Respirasi
A : Diagnosa Klinis
Diagnosa Topis
Diagnosa Etiologi
P
E:4 M:6 V: 5
: Cephalgia
:: Tension type headache
: Terapi farmakologis :
Melakukan latihan peregangan leher atau otot bahu sedikitnya 20-30 menit
Tidur teratur
Pernafasan dengan diafragma atau metode metode relaksasi otot
III.
TINJAUAN PUSTAKA
1 Definisi
Nyeri kepala Dapat dikatakan sebagai rasa nyeri atau rasa tidak mengenakkan pada
daerah atas kepala memanjang dari orbital sampai ke daerah belakang kepala (area oksipital
dan sebagian daerah tengkuk).1-5
Nyeri kepala adalah nyeri yang berlokasi di atas garis orbitomeatal. Pendapat lain
mengatakan nyeri atau perasaan tidak enak diantara daerah orbital dan oksipital yang muncul
dari struktur nyeri yang sensitif.1-5
2 Etiologi
Nyeri kepala penyebabnya multifaktorial, seperti kelainan emosional, cedera kepala,
migrain, demam, kelainan vaskuler intrakranial otot, massa intrakranial, penyakit mata,
telinga/hidung.1,2,3,4,5
3 Gambaran Klinik
Lokasi nyeri 2,3,4
Nyeri yang berasal dari bangunan intrakranial tidak dirasakan didalam rongga
tengkorak melainkan akan diproyeksikan ke permukaan dan dirasakan di daerah distribusi
saraf yang bersangkutan. Nyeri yang berasal dari dua pertiga bagian depan kranium, di fosa
kranium tengah dan depan, serta di supratentorium serebeli dirasakan di daerah frontal,
parietal di dalam atau belakang bola mata dan temporal bawah. Nyeri ini disalurkan melalui
cabang pertama nervus Trigeminus.
Nyeri yang berasal dari bangunan di infratentorium serebeli di fosa posterior
(misalnya di serebelum) biasanya diproyeksikan ke belakang telinga, di atas persendian
serviko-oksipital atau dibagian atas kuduk. Nervi kraniales IX dan X dan saraf spinal C1, C2
dan C3 berperan untuk perasaan di bagian infratentorial. Bangunan peka nyeri ini terlibat
melalui berbagai cara yaitu oleh peradangan, traksi, kontraksi otot dan dilatasi pembuluh
darah.
Nyeri yang berhubungan dengan penyakit mata, telinga dan hidung cenderung di
frontal pada permulaannya. Nyeri kepala yang bertambah hebat menunjukkan kemungkinan
8
Migren
b.
c.
Cluster headache
d.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
10
kepala
dan
tengkuk
(M.splenius
kapitis,
M.temporalis,
M.maseter,
mencapai 15 hari setiap bulan. Tension Type Headache episodik (ETTH) dapat berlangsung
selama 30 menit 7 hari. Tension Type Headache kronik (CTTH) apabila frekuensi serangan
lebih dari 15 hari setiap bulan dan berlangsung lebih dari 6 bulan.
Patofisiologi Tension Type Headache (TTH)6,7
Patofisiologi TTH masih belum jelas diketahui. Pada beberapa literatur dan hasil
penelitian disebutkan beberapa keadaan yang berhubungan dengan terjadinya TTH sebagai
berikut : (1) disfungsi sistem saraf pusat yang lebih berperan daripada sistem saraf perifer
dimana disfungsi sistem saraf perifer lebih mengarah pada ETTH sedangkan disfungsi sistem
saraf pusat mengarah kepada CTTH, (2) disfungsi saraf perifer meliputi kontraksi otot yang
11
involunter dan permanen tanpa disertai iskemia otot, (3) transmisi nyeri TTH melalui nukleus
trigeminoservikalis pars kaudalis yang akan mensensitasi second order neuron pada nukleus
trigeminal dan kornu dorsalis ( aktivasi molekul NO) sehingga meningkatkan input nosiseptif
pada jaringan perikranial dan miofasial lalu akan terjadi regulasi mekanisme perifer yang
akan meningkatkan aktivitas otot perikranial. Hal ini akan meningkatkan pelepasan
neurotransmitter pada jaringan miofasial, (4) hiperflesibilitas neuron sentral nosiseptif pada
nukleus trigeminal, talamus, dan korteks serebri yang diikuti hipesensitifitas supraspinal
(limbik) terhadap nosiseptif. Nilai ambang deteksi nyeri ( tekanan, elektrik, dan termal) akan
menurun di sefalik dan ekstrasefalik. Selain itu, terdapat juga penurunan supraspinal
decending pain inhibit activity, (5) kelainan fungsi filter nyeri di batang otak sehingga
menyebabkan kesalahan interpretasi info pada otak yang diartikan sebagai nyeri, (6) terdapat
hubungan jalur serotonergik dan monoaminergik pada batang otak dan hipotalamus dengan
terjadinya TTH. Defisiensi kadar serotonin dan noradrenalin di otak, dan juga abnormal
serotonin platelet, penurunan beta endorfin di CSF dan penekanan eksteroseptif pada otot
temporal dan maseter, (7) faktor psikogenik ( stres mental) dan keadaan non-physiological
motor stress pada TTH sehingga melepaskan zat iritatif yang akan menstimulasi perifer dan
aktivasi struktur persepsi nyeri supraspinal lalu modulasi nyeri sentral. Depresi dan ansietas
akan meningkatkan frekuensi TTH dengan mempertahankan sensitisasi sentral pada jalur
transmisi nyeri, (8) aktifasi NOS (Nitric Oxide Synthetase) dan NO pada kornu dorsalis.
Pada kasus dijumpai adanya stress yang memicu sakit kepala. Ada beberapa teori
yang menjelaskan hal tersebut yaitu (1) adanya stress fisik (kelelahan) akan menyebabkan
pernafasan hiperventilasi sehingga kadar CO2 dalam darah menurun yang akan mengganggu
keseimbangan asam basa dalam darah. Hal ini akan menyebabkan terjadinya alkalosis yang
selanjutnya akan mengakibatkan ion kalsium masuk ke dalam sel dan menimbulkan kontraksi
otot yang berlebihan sehingga terjadilah nyeri kepala. (2) stress mengaktifasi saraf simpatis
sehingga terjadi dilatasi pembuluh darah otak selanjutnya akan mengaktifasi nosiseptor lalu
aktifasi aferen gamma trigeminus yang akan menghasilkan neuropeptida (substansi P).
Neuropeptida ini akan merangsang ganglion trigeminus (pons). (3) stress dapat dibagi
menjadi 3 tahap yaitu alarm reaction, stage of resistance, dan stage of exhausted. Alarm
reaction dimana stress menyebabkan vasokontriksi perifer yang akan mengakibatkan
kekurangan asupan oksigen lalu terjadilah metabolisme anaerob. Metabolisme anaerob akan
12
13
14
olahraga teratur, istirahat yang cukup, relaksasi otot (massage, yoga, stretching), meditasi, dan
biofeedback. Jika penyebabnya adalah kecemasan atau depresi maka dapat dilakukan
behavioral therapy. Selain itu, TTH dapat dicegah dengan mengganti bantal atau mengubah
posisi tidur dan mengkonsumsi makanan yang sehat.
DAFTAR PUSTAKA
15
16