Anda di halaman 1dari 28

45

BAB III
METODE PERENCANAAN

3.1.

Data Awal
Pengambilan data dilakukan di Desa Perantak yang berjarak 60 km dari

Ibu Kota Kabupaten Merangin dan 300 km dari Ibu Kota Provinsi Jambi.
3.1.1. Lokasi Pengambilan Data
Sumber Air Terjun

: Batang Perentak

Desa

: Perentak

Kecamatan

: Pangkalan Jambu

Kabupaten

: Merangin

Provinsi

: Jambi

(Gambar 3.1. Lokasi Pengambilan Data)

45

46

3.1.2. Lebar Dan Kedalaman Sungai


Dari hasil pengukuran didapat data :
Lebar Sungai (b)

: 1,5 m

Kedalaman sungai (y)

: 0,4 m

Area penampang aliran ( b x y)

: 0,6 m2

3.1.3. Menghitung Debit Aliran, Kecepatan aliran dan Tinggi Air Jatuh
A. Debit Aliran
Untuk mendapatkan kecepatan aliran :

Dimana :
Y = Kedalaman sungai (0,4 m)
g = Percepatan gravitasi (9,81m/s2)
b = Lebar sungai (1,5m)

Sehingga :

1
3

0,4 =

Q
m
9,81 2 (1,5m) 2
s

47

A. Kecepatan aliran Rata-rata (V)

B. Tinggi Air Jatuh (H)


Dari hasil pengukuran dari lapangan dimana kemiringan arah jatuh 350
dengan jarak 40 m maka :
H S Sin 35 0

H 40 m x 0,57 22,8 m

3.2.

Dasar-Dasar Penentuan Spesifikasi Turbin


Penentuan spesifikasi turbin berdasarkan data input berikut:

3.2.1. Daya Turbin


Dari debit (kapasitas air) Q dan tinggi air jatuh H dapat diperoleh daya
yang dihasilkan turbin dengan persamaan sebagai berikut:
P = .g.Q.H.T
Dimana :
P = Daya turbin (kW)
= Massa jenis air = 1000 kg/m3
g = Gravitasi bumi = 9,81 m/s2

48

Q = Debit air = 1,03 m3/s


H = Head effisien = 22,8 m
t = Efisiensi turbin = 0,84 - 0,94
Maka :
P = 1000 kg/m3. 9,81m/s2 .1,03m3/s. 22,8 m.0,90
= 207340 W
= 207,340 kW
= 278 hp

3.2.2. Pemilihan Turbin


Pemilihan turbin dapat ditentukan dengan berdasarkan kecepatan spesifik.
Dimana kecepatan spesifik nq dipakai sebagai suatu besaran yang penting dalam
merencanakan (desain) turbin air. Kecepatan spesifik diperoleh dengan
persamaan:

nq

n p
H 5/ 4

:
Dimana

nq

= Kecepatan spesifik (rpm)

= Putaran turbin = 750 rpm

49

= Head Efektif = 22,8 m

= Daya turbin = 207,340 kW = 278 Hp Maka kecepatan spesifik (nq) adalah:

nq

nq

750 207,340
22,8 5 / 4

216 rpm

750 278
55rpm
76 5 / 4

Dalam SI

Dalam BU

Berdasarkan perhitungan kecepatan spesifik maka disesuaikan dengan


tabel kecepatan spesifik turbin, maka jenis turbin yang direncanakan adalah turbin
francis dengan putaran normal, yang mana kecepatan spesifiknya dalam satuan SI
berkisar antara 80 - 430 rpm.
Tabel 3.1. Jenis turbin berdasarkan kecepatan spesifik
nq (rpm)

Jenis turbin

45

Turbin pelton dengan 1 nosel

17 50

Turbin pelton dengan 2 nosel

24 70

Turbin pelton dengan 4 nosel

80 120

Turbin prancis dengan putaran rendah

120 220

Turbin prancis dengan putaran normal

220 350

Turbin prancis dengan putaran tinggi

350 430

Turbin prancis dengan putaran ekspress

300 - 1000

Turbin propeler dan turbin kaplan

3.2.3. Spesifikasi Turbin


Dari perhitungan di atas maka didapatkan Spesifikasi Turbin yaitu:
Jenis Turbin

= Turbin Francis putaran normal

Daya Turbin

= 207,340 kW = 278 Hp

50

Putaran Turbin

= 750 rpm

Putaran spesifik turbin (nq)

= 216 rpm (SI),55 rpm (BU)

Head Turbin

= 22,8 m

Kapasitas aliran

= 1,03 m3/s

3.3.

Roda Jalan (Runner)

3.3.1. Diameter Inlet Runner


Diameter runner pada sisi masuk (inlet diameter)
Putaran

(n)

= 750 rpm

Diameter runner

(D1)

= 0,638 m

3.3.2. Kecepatan Keliling


Dengan didapatnya diameter runner (D1) maka dapat ditentukan kecepatan
keliling (U1) yaitu dengan persamaan.
D1

60 u1
n

Dimana :
D1

= Diameter runner = 0,638 m

ul

= Kecepatan keliling (m/s)

= 3,14

= Putaran = 750 rpm


u1

d1 n 0,638 3,14 750

25,04 m / s
60
60

51

3.3.3. Menentukan Harga Koefisien U1*


Dengan diketahuinya harga nq maka kita dapat menentukan dimensi
runner. Harga nq dapat dilihat dari grafik gambar dengan terlebih dahulu
menentukan harga U1* dimana :
*

u1

u1
2 g h

Dimana:
u1 *

= Koefisien penentu yang terdiri dari 0,69 - 1,22 seperti pada grafik

u1

= Kecepatan keliling = 25,04 m/s

= Gravitasi bumi = 9,81 m/s

= Head Turbin = 22,8 m

Maka :
*

u1

25,04
2 9,81 22,8

1,18 m / s

Dengan u1* = 1,18 m/s dengan menarik garis lurus grafik secara horizontal
ke kurva ul * dan dari pertemuan titik tersebut ditarik secara vertikal ke bawah,
maka didapat harga nq = 55 menit -1 seperti terlihat pada gambar.

52

Gambar 3.2. Harga Untuk Penentuan Pertama Ukuran-Ukuran Turbin Francis

Diameter Sisi Keluar Turbin:


Dari gambar diatas dengan nq = 55 menit-1 maka didapat harga u*21= 0,42
Harga u21 adalah :

u 21 0,42 2 g H
u 21 0,42 2 9,81 22,8
u 21 8,8 m / s
Dengan demikian harga D21 yaitu :
D 21

60 u 21
60 8,8

0,22 m
n
3,14 750

53

Dengan cara yang sama harga u*2a = 0,69

u 2 a 0,69 2 g h 0,69 2 9,81 22,8 14,59 m / s

Maka:

D2 a

60 u 2 a 60 14,59

0,37 m
n
3,14 750

Dari perhitungan di atas harga u2 rata-rata yaitu:


u 21 u 2 a
2
8,8 14,59
u2
11,69 m / s
2
u2

3.3.4. Lebar Roda (Lebar Sudu Sisi Masuk)


Lebar sudu sisi masuk (Bo) dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan:
Bo

Q
D1 C m1

Di mana:
Bo

= Lebar sudu (m)

D1

= Diameter sisi masuk = 0,638 m

= Debit air = 1,03 m3/s

= 0,9. Penyempitan luas penampang bagian masuk karena adanya tebal

dinding sudu jalan.


Cm1*

= 0,22 (dari grafik diatas)

Cm1

= harga yang didapat dari persamaan:

54

Dimana:

C m1 C m1

2 g h

C m1 0,22 2 9,81 22,8 4,65 m / s


Bo
Maka:

1,03
0,12 m
0,638 3,14 4,65 0,9

3.3.5. Jari-Jari Kelengkungan Puncak


Besarnya jari-jari kelengkungan puncak dihitung dengan:
R 0,5 D1
R 0,5 0,638
R 0,319 m
3.4.

Jumlah Sudu Gerak


Jumlah sudu gerak ditentukan berdasarkan putaran spesifiknya. Hubungan

antara putaran spesifik (dalam british) dengan jumlah sudu gerak untuk turbin
francis dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 3.2. Jumlah Sudu Gerak Kecepatan Spesifik
nq

12-18

18-30

30-45

45-70

70-100

19

18

17

16

15

[Nechleba, 1957, hal. 153].


Berdasarkan tabel di atas dengan kecepatan spesifik yang dihitung pada
bagian sebelumnya adalah = 55 rpm, maka jumlah sudu (Z) adalah = 16 buah
sudu.

55

3.4.1. Tebal Sudu Gerak


Tebal sudu gerak pada runner dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan sebagai berikut:

D1 Z t k D1
D1 1 k
t
Z
t

= Tebal sudu gerak (m)

D1

= Diameter pada sisi masuk = 0,638 meter

= Jumlah sudu = 16 buah

= Faktor sudu =0,9 - 0,95


= 3,14

Maka:
3,14 0,638 1 k
16
3,14 0,638 1 0,9
t
16
t 0,0125m
t

3.4.2. Analisa Kinematis Runner


Karakteristik kerja yang dilakukan oleh runner turbin dapat diperoleh
dengan analisa gambar segitiga kecepatan dari sisi masuk dan sisi keluar runner.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

56

Gambar 3.3. Analisa Kinematis Runner

Berdasarkan perhitungan sebelumnya telah didapat harga-harga sebagai


berikut.
A. Segitiga Kecepatan Pada Sisi Masuk Runner
u1

= 25,04 m/s

cm

= 4,65 m/s

maka cu1 dapat dihitung sebagai berikut:

c u1
Dimana:

t g H
u1

57

= Efesiensi turbin

U1

= Kecepatan keliling = 25,04 m/s

= Head efektif

= 22,8 m

= Grafitasi bumi

= 9,81 m/s2

= 0,9

Maka:

c u1

0,9 9,81 22,8


8,03m / s
25,04

Maka dengan harga tersebut di atas dapat digambar segitiga kecepatan


sebagai berikut:
U1 =25,04 m/s

1
W1

C1

Cm=4,65

Cu1

Gambar 3.4. Segitiga kecepatan pada sisi masuk Runner

Dari gambar di atas didapat harga-harga sebagai berikut:

tg 2

c m 4,65

0,57
c u1 8,03

2 yaitu:

2 30 o

c1 yaitu:

c1 u 2 cm

25,04 2 4,65 2 25,4 m / s

m/s

58

tg 1
1 yaitu:

cm
4,65

0,27
u1 cu1 25,04 8,03

1 15 0

w1 yaitu
2

w1 c m (u1 c u1 ) 2
w1 4,65 2 (25,04 8,03) 2
w1 17,63 m / s

B. Segitiga Kecepatan Pada Sisi Keluar Runner


u2

= 11,69 m/s

c2

= didapat dari grafik pada gambar 3.2 yaitu dengan koefisien C*2 = 0,25

Maka:

c2 c * 2 2 g h
c 2 0,25 2 9,81 22,8
c 2 5,28 m / s
Dari harga-harga diatas maka dapat dibuat segitiga kecepatan sebagai berikut:

Gambar 3.5. Segitiga Kecepatan Pada Sisi Keluar Runner


Dari gambar segitiga kecepatan maka didapat besar harga-harga sebagai berikut:

59

1 yaitu :

tan 1

c 2 5,28

0,45
u 2 11,69

1 24 O
W2 yaitu :
2

w2 c 2 u 2 (5,28) 2 (11,69) 2 12,82 m / s

c2

= Kecepatan radial (Kecepatan aliran) sisi keluar runner = 5,28 m/s

w2

= Kecepatan relatif pada sisi keluar runner = 12,82 m/s

u2

= Kecepatan keliling rata-rata pada sisi keluar runner = 11,69 m/s

= Sudut sudu pengarah pada sisi keluar 24

= Sudut roda jalan pada sisi masuk = 30


Dari data-data di atas diketahui daya yang dibangkitkan oleh air pada

runner dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:


P Q (u1 cu1 u 2 c 2u )

Pada gambar sudut keluar (3), dipilih sedemikian rupa supaya 2 = 90


sehingga c2 tegak lurus u2 maka c2u = 0.
Dimana:
P

= Daya yang dibangkitkan oleh air (kW)

= Massa jenis air = 1000kg/m3

= Debit aliran = 1,03 m3/s

60

cul

= Kecepatan tangensial aliran = 8,03 m/s

u1

= Kecepatan keliling = 25,04 m/s

Maka :
P = 1,03.1000.(25,04.8,03 - 0) = 207,103 KW =277,61 hp

3.5.

Sudu-Sudu Pengarah
Pengaturan posisi pembukaan sudu pengarah akan menentukan daya yang

dihasilkan turbin, dimana kecepatan air yang masuk ke roda turbin dapat
diperbesar atau diperkecil.
Sudu pengarah berfungsi untuk mengarahkan atau mengatur aliran air
yang masuk kedalam sudu gerak (runner vanes) sebelum air memasuki sudu
gerak, dari scrollcasing (rumah siput) air terlebih dahulu di arahkan kesudu diam
(slang vanes) yang terpasang pada scrollcasing yang selanjutnya mengalir ke sudu
pengarah (guide vanes) ke runner. Sudu-sudu pengarah dapat bergerak secara
rotasi sehingga memperbesar atau memperkecil ( celah saluran air kerunner).
3.5.1. Jumlah sudu pengarah
Jumlah sudu pengarah dihitung dengan persamaan sebagai berikut:
Z0

= Z11

Dimana:
Z0

= Jumlah sudu pengarah

Zi

= Jumlah sudu gerak 16 buah Maka direncanakan:

Z0

=16+1 = 17 buah

61

3.5.2

Lebar sudu pengarah (Bi)


Untuk tidak terjadinya kebocoran pada sudu pengarah maka lebar sudu

pengarah direncanakan sama dengan sudu gerak pada sisi masuk (Bo)
Bi = Bo = 0,12m
3.6.

Diameter dalam sudu pengarah


Diameter dalam sudu pengarah dihitung pada sudu pengarah terbuka

penuh yaitu: 1 = 15, sehingga diameter sudu pengarah sama dengan diameter
pada sisi keluar, yaitu D0 = D21 = 0,22m

Gambar 3.6. Ilustrasi Lebar Sudu.

3.6.1. Jarak antara sudu pengarah


Jarak antar sudu pengarah dihitung pada saat terbuka penuh dengan
persamaan.
to

= Jarak antara sudu pengarah = m

Do = Diameter pada sisi keluar = 0,22 m

62

Zo = Jumlah sudu pengarah = 17


= 3,14

t0

D0 3,14 0,22

0,040 m
Z0
17

3.6.2. Panjang Sudu Pengarah (Ln)


Panjang sudu pengarah dapat dihitung dengan persamaan:
c1

Q
B1 t 0 l 0 sin 1 Z 0

c1

= Kecepatan absolute = 9,2 m/s

= Debit air = 1,03 m3/s

to

= Jarak antara sudu pengarah = 0,040 m

Zo

= Jumlah sudu pengarah = 17 buah sudu

= Sudut pada sisi masuk = 15

Maka:
L0

c1 B1 t 0 Z 0 Q
c1 B1 Z 0 sin 1

25,4 0,12 0,040 17 1,03


25,4 0,12 17 sin 15

0,077m

3.6.3. Diameter Nominal Sudu Pengarah


Diameter sudu pengarah dihitung dengan persamaan:
sin 1

t
L0

Dimana:
t

= Tinggi tegak lurus sudu pengarah

63

L0 = Panjang sudu pengarah = 0,077 meter


t

= L0 sin 1
= 0,077 sin 15
= 0,0198 m

Jadi diameter nominal sudu pengarah (Dn) adalah:


Dn

= Do + 0,5 t
= 0,22 + 0,5 (0,0198)
= 0,2299 m

3.7. Diameter Sudu Jalan


3.7.1. Profil Sudu Jalan
Untuk melukis profil sudu jalan dapat digunakan metode arkus tangen. Sudu
pengarah dimisalkan terbagi atas sejumlah ring (lingkaran yang konsentris antara

RI

dan

R2). Dimana ring tersebut dimisalkan G, H, I. Jarak masing-masing lingkaran


konsentris ditentukan dengan.
AR

R1 R2
i

Dimana:
AR = Profil sudu jalan = m
R1

= Jari-jari runner pada sisi masuk (0,638/2) = 0,319 m

64

R2

= Jari-jari runner pada sisi keluar = 0,5 . D21


= 0,5 . 0,22
= 0,11m

= Jumlah pembagian lingkaran konsentris direncanakan 4


AR

0,319 0,11
0,05225 m
4

Untuk menentukan besar penambahan kelengkungan sudu () dapat


digunakan persamaan sebagai berikut:

1 1
4

Dimana :
1 = Sudut sudu jalan pada sisi masuk = 15
1 = Sudut sudu jalan pada sisi keluar = 24

Maka:

15 24
2,25o
4

Untuk melukiskan bentuk sudu jalan digunakan metode arkus tangen.


Sudu dibagi menjadi lingkaran konsentris antara jari-jari R1 dan R2. Jari-jari
busur yang berada pada setiap lingkaran dihitung dengan rumus.
2

Rb Ra
2 Rb cos b Ra cos a

Indeks "a" menyatakan lingkaran bagian luar. Indeks "b" menyatakan


lingkaran bagian dalam. Harga p dapat dihitung dalam bentuk tabel berikut:

65

Tabel 3.3. Data-data untuk melukis sudu jalan berdasarkan metode arkus tangen
Rin
g
1

R(m)

R2(m2)

0,319 0,101
00
8

Cos

15

0,96
59

RCos

0,30
81

a
G

0,266 0,071 17,2


75
1
5

0,95
50

0,214 0,046
50
0
19,5

0,94
26

0,162 0,026 21,7


25
3
5

0,92
88

24

0,91
35

-0,0534

0,030
7

0,28
74

-0,0526

0,025
1

0,23
85

-0,0515

0,019
7

0,19
12

-0,0502

0,014
2

0,14
14

0,15
06

d
0,110 0,012
00
1

0,20
21

c
I

Rb2- Ra2

0,25
47

b
H

RbCosbRaCosa

0,10
04

Berdasarkan tabel di atas diperoleh bentuk sudu jalan yang berpusat di


titik Z.
Dengan jari-jari.
R1 = 0,31900 m

R2 = 0,11000 m

RG= 0,26675 m

RH = 0,21450 m

Ri = 0,16225 m
3.8. Rumah Keong ( Rumah Turbin)

66

Rurnah turbin berbentuk rumah keong (berbentuk spiral) dengan penampang


luasnya yang semakin mengecil secara merata yang berfungsi untuk mendistribusikan
air dari pipa pesat ke sekeliling sudu turbin. Dimana penampang maksimum pada
sisi masuk dan minimum pada sisi akhir. Aliran pada rumah siput adalah aliran
pusar. Setiap daerah antara kecepatan pusar dari aliran (Vw) dengan jari-jari (r)
adalah konstan (C) yang dapat ditulis sebagai berikut:
Vw.r = C
Atau
Vw. r = Vw1 . r1
Dimana:
Vw

= cu1 = Kecepatan pusar = 8,03 m/s

= Jari-jari masuk runner


= D i /2 = 0,638/2 = 0,319m

Maka :
Vwl . r = 8,03 x 0,319 = 2,561 m2/s

3.8.1. Bak Penampang Terkecil Rumah Keong


Bak penampang rumah keong terkecil (0 = 0) dengan tetapan Vw1 2,561
m2/s.
r1

= Jari-jari rumah keong pada penampang terkecil


= D1/ 2 + L0 + ts

67

dimana:
D1

= Diameter inlet runner = 0,638 m

L0

= Panjang sudu pengarah = 0,077 m

ts

= Jarak celah antar sudu pengarah dengan sudu diam


= 10% . D0 / 2 = 10% . 0,22 / 2 = 0,011 m

maka:
r

= 0,638/2 + 0,077 + 0,011= 0,407m

Vwl

= C/r = 2,561/0,407 = 6,292 m2/s

3.8.2. Bak Penampang Terbesar Rumah Keong


Penampang terbesar Rumah Keong( = 360) dengan tetapan: V w2 . r2 =
2,561 m2/s.
Dimana: Vw2 = C2/ r2 = 2,561 / 0,5475 = 4,677 m/s
Untuk menentukan Rumah Keong maka lingkaran dibagi atas 12 bagian
dengan lebar sudut:
Maka kenaikan kecepatan putar tiap-tiap 30 adalah:
Vwg

vw1 vw2 6,292 4,677

0,134 m / s
12
12

Dalam perencanaan ukuran Rumah Keong untuk setiap bagian berlaku


hubungan
Vw . r = C atau Vw = C / r

68

Dengan menggunakan hubungan diatas maka dapat dihitung jari-jari


scrolcassing dan kecepatan pusar pada masing-masing bagian yang mana hasilnya
dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.4. Hubungan Jari-Jari Dengan Kecepatan Pusar Di Setiap Penampang


Rumah Keong

N
O

Sudut (

6.292

0.4070

30

6.158

0.4158

60

6.024

0.4250

90

5.890

0.4346

120

5.756

0.4447

150

5.622

0.4552

180

5.488

0.4663

210

5.354

0.4779

240

5.220

0.4901

10

270

5.086

0.5030

11

300

4.952

0.5166

12

330

4.818

0.5309

13

360

4.684

0.5460

Vw (m/s)

r (m)

Pada perencanaan rumah keong ini direncanakan jari-jari rumah keong


pada penampang terkecil segaris dengan jari-jari rumah keong pada penampang
terbesar yaitu pada sudut 0 dan 360. Kemudian jari-jari lidah sama dengan jarijari pada penampang terkecil, Rt = R1 = 0.4070 m. Dan sudut lidah dapat dihitung
dengan persamaan:

69

132 log 10 1,075 132 log 10 1,075

9,3o
tan 1
tan 24

3.8.3. Tebal Rumah Keong


Tebal rumah keong dapat ditentukan dengan persamaan sebagai berikut:
t x y

DP
S
2 t

Dimana :
x

= Faktor kecermatan (5-8)

= Koefisien bentuk penampang aliran = 1 ,6

= Diameter terbesar rumah keong ( r7 +r13)


= 0,4663 m + 0,5460 m = 1,0123 m
= Tekanan air yang dialami rumah keong = air. H

= 1.000. 22,8 = 22.800 kg/ m2


t

= Kekuatan tarik bahan rumah keong = 35 kg/mm2

= Toleransi ketelitian dalam penuangan = ( 2 - 3 ) mm

Maka :
t 5 1,6

1,0123 (22800)
0,003
2 (35000000)

70

t = 0,00563 m
t = 5,63 mm

3.9. Draft Tube


Draft Tube merupakan saluran penghubung antara turbin dan tail race
dimana aliran yang melakukan kerja pada runner akan jatuh dan mengalir ke tail
race melalui draft. Konstruksi draft tube adalah saluran tertutup dengan
penampang membesar secara kontinu kearah ujung yang terbenam dalam tail race.
Fungsi Draft Tube adalah memanfaatkan tinggi jatuh air (draft tube) antara
runner dan permukaan air tail race, jika air keluar dari runner turbin, jatuh bebas
ke tail race tanpa draft tube maka head turbin adalah antara head race.
Jenis draft tube yang sering digunakan pada turbin francis adalah straight
tube (jenis konis) yaitu diameter yang membesar ke arah keluar, dengan
pertimbangan menghindari kavitasi. Untuk mencapai efisiensi yang baik,
pelebaran diameter tidak boleh melebihi a = 10, jika a lebih besar dari ketentuan
diatas, maka aliran air akan cenderung melepaskan diri dari dinding draft tube,
sehinggga akan terjadi pusingan air (vortex) yang dapat menimbulkan kavitasi.
Diameter draft tube pada sisi masuk (Di)
Diameter draft tube pada sisi masuk direncanakan sama dengan diameter
pada sisi keluar.

71

Di = D21 = 0,22 m

Panjang draft tube direncanakan L = 3 meter


Diameter draft tube pada sisi keluar (D0)
Diameter draft tube pada sisi keluar dihitung dengan persamaan:

D0 D1 2 Ltg
D0 0,22 2 3 tg8
D0 1,06m

3.10. Diagram Alir

Untuk memudahkan perhitungan, maka terlebih dahulu dibuat diagram alir


(flow chart) yang berisi urutan-urutan proses yang harus dilalui, mulai dari input
sampai pada output yang dinginkan:

72

INPUT
Data Lapangan

= Masa jenis air (kg/m2)


Q = Debit (m3/s)
H = Head (m)
n = Putaran (rpm)
g = Percepatan Grafitasi (m/s2)
t = Efisiensi Turbin

N=

Q H t
75

n P
5/ 4
q = H
80<ns<430

Proses

Baca Tabel

Dimensi Utama
Runner
Spiral Casing
Guide Vance
Draft Tube

Stop

Anda mungkin juga menyukai