Anda di halaman 1dari 3

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penampilan gigi menjadi sangat penting, sehingga menimbulkan suatu tuntutan
pelayanan pemutihan gigi (Gegauff,1993). Ada berbagai cara untuk mendapatkan
warna gigi yang ideal, yaitu dengan menggunakan bahan pemutih, veneers

dan

mahkota (Tam Laura,2005). Pemutihan gigi merupakan salah satu cara yang relatif
sederhana, murah dan konservatif (Tam Laura,2005). Pemutihan gigi atau yang
dikenal dengan istilah bleaching adalah suatu cara pemutihan kembali gigi yang
berubah warna sampai mendekati warna gigi asli dengan proses perbaikan secara
kimiawi yang tujuan utamanya adalah mengembalikan fungsi estetika pada seseorang
(Tarigan Rasinta,1994).
Stroberi atau strawberry (Fragaria X Ananassa) adalah salah satu bahan alami
yang saat ini dapat digunakan untuk memutihkan kembali gigi yang telah berubah
warna (Karina Timmel,2006). Tanaman ini memiliki kandungan asam elagat (ellagic
acid) dan asam malat (malleic acid) yang dapat memutihkan gigi (Grieve M,1997).
Bagian dari tanaman strawberry yang dapat digunakan untuk memutihkan gigi adalah
buah dan daunnya (Sarah Reksadiputro,2004).
ADA (2005) menyebutkan pemakaian bahan pemutih yang
mengandung karbamid peroksida 10% aman dan efektif untuk
penggunaan di

rumah.

Bahan dasar

pemutih gigi karbamid

peroksida 10% terdiri dari 3,6% hidrogen peroksida dan urea.


Hidrogen peroksida menjadi bahan aktif pemutih gigi. Urea dalam
karbamid

peroksida

berperan

sebagai

stabilisator,

untuk

memperpanjang shelf life dan memperlambat pelepasan hidrogen


peroksida (OBrien, 2002). Kandungan lain dalam bahan pemutih

peroksida adalah gliserin, karbopol, sodium hidroksida, dan bahan


perasa. Beberapa produk mengandung bahan tambahan potasium
nitrat dan ion fluoride untuk membantu mengurangi sensitivitas gigi
(Hatrick, 2003. Matis, 2004).
Uji sitotoksisitas adalah bagian dari evaluasi bahan kedokteran
gigi dan diperlukan untuk prosedur skrining standar. Tujuan uji ini
untuk mengetahui efek toksik suatu bahan secara langsung
terhadap kultur sel. Cell lines telah banyak digunakan untuk
menguji toksisitas berbagai bahan dan obatobatan di bidang
kedokteran gigi. Salah satu metode untuk menilai sitotoksisitas
suatu bahan adalah esei tetrazolium MTT (Fazwishni dan Hadijono,
2000).

1.2 Rumusan Masalah


Apakah perbedaan konsentrasi bahan pemutih gigi karbamid peroksida 10%,
15%, 20% dan hidrogen peroksida 38% berpengaruh terhadap sitotoksisitas sel
BHK-21 dengan menggunakan esei MTT.
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan umum
Untuk mengetahui sitotoksisitas bahan pemutih gigi pasta strawbeery dan gel
karbamid perok sida 10% menggunakan esei MTT.
1.3.2 Tujuan Khusus
Untuk mengetahui efektifitas penggunaan bahan pemutih gigi pasta
strawberry dan gel karbamid peroksida 10% menggunakan esei MTT.
1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat bagi Institusional
Member informasi ilmiah terutama dibidang kedokteran gigi tentang variasi
bahan pemutih gigi serta sitotoksisitasnya menggunakan esei MTT.

1.4.2 Manfaat bagi Khusus


Untuk menambah pengetahuan dan pengalaman yang berkaitan dengan
penelitian dan penulisan karya tulis ilmiah terutama dalam bidang kesehatan gigi.
1.4.3 Manfaat bagi Masyarakat
Menambah pengetahuan masyarakat tentang kandungan toksisitas bahan
pemutih gigi pada penggunaan pasta strawberry dan gel karbamid peroksida.

Anda mungkin juga menyukai