Anda di halaman 1dari 9

4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Email gigi


Email adalah jaringan terkeras dari gigi dan merupakan sistem biologis
kompleks yang dibentuk oleh sel-sel ameloblast. Ketebalan dan kepadatannya
mempengaruhi permukaan mahkota gigi. Hal ini membentuk lapisan pelindung
dengan ketebalan yang berbeda (1,0-2,5 mm) pada setiap area gigi. Lapisan email
yang paling tebal terdapat pada permukaan insisal dan oklusal gigi dan semakin
menipis hingga ke pertemuan cementoenamel junction. Kepadatan email adalah
sekitar 2,9g/cm3. Email mengandung hidroksiapatit yang memberikan kekerasan
pada gigi, sehingga gigi dapat bertahan lebih lama apabila dijaga dengan baik.
Kekerasan email juga semakin berkurang apabila mendekati ke arah dentin. Hal
ini disebabkan komponen anorganik pada dentin dan sementum lebih rendah dari
email (Fahimah Johari,2010).
2.1.1 Komposisi Email Gigi
Email gigi adalah jaringan yang paling termineralisasi dan merupakan
struktur kristalin yang terdiri dari komponen anorganik 93-95%, komponen
organik 1% dan air sekitar 4% yang diukur dari beratnya. Secara mikroskopis,
sebagian besar struktur email tersusun oleh kristalit anorganik yaitu kristal
hidroksiapatit (Ca10(PO4)6(OH)2) dengan pola orientasi yang khas. Komposisi
ini membuat sifat email gigi mirip seperti keramik. Secara rinci Carlstom (1964)
menyusun komposisi mineral anorganik dalam jumlah terbesar yaitu Ca, PO4,
CO2, Na, Mg, Cl dan K sedangkan dalam jumlah kecil yaitu F, Fe,Mn, Ag, Zn.
Ion kalsium dan fosfat pakan komponen anorganik yang penting dalam kristal
hidroksiapatit. Garam-garam mineral organik tersusun dalam bentuk jaringanjaringan kecil yaitu terdiri dari:
1

Keratin (pseudokeratin) : C4H9N3O2

2
3
4
5
6

Protein : enamelins, amelogenins dan albumin.


Kolagen: Hydroxyproline,C5H9O3N
Lemak: CH3(CH2)2CO2H
Asam
Asam amino lainnya.: Aspartic acid, Threonine, Serine, Glutamic

acid, Proline, Glycine, Alanine, Valine, Methionine, Isoleucine, Leucine,


Tyrosine, Phenylalanine, Lysine, Histidine, Arginine (Fahimah Johari,2010).
2.1.2 Sifat-sifat email
Email gigi adalah jaringan paling stabil dalam tubuh manusia. Jaringan ini
tidak mengandung persyarafan, sehingga bila terjadi kerusakan yang terbatas
hanya pada email, tidak akan terasa sakit. Bahan kimia dan faktor lingkungan
lainnya dapat merubah struktur email. Faktor yang berpengaruh pada kerusakan
email salah satunya adalah keasaman makanan dan minuman yang akan
menyebabkan keausan email yang disebut erosi gigi. Akan tetapi, email tidak
mempunyai kemampuan untuk menggantikan bagian-bagiannya yang rusak.
Email merupakan suatu unsur bradytrophes yaitu jaringan yang paling sedikit
sekali mendapat makanan. Dalam penyelidikan yang dilakukan dengan
menggunakan mikroskop elektron, juga tidak dijumpai adanya saluran makanan
pada email.Secara mikroskopis struktur email terlihat berpori, karena itu email
mampu dilewati oleh ion dan molekul tertentu misalnya zat warna dari makanan
atau minuman. Ion-ion saliva dapat berdifusi masuk kedalam email sehingga
semakin bertambah umur pasien, maka semakin keras emailnya.Sifat fisik email
yang berupa kekerasan dan ketahanan kimia sangat berbeda dari dentin, tulang
dan

sementum.

Walaupun

empat

jaringan

ini

termineralisasi

dengan

hidroksiapatit, akan tetapi terdapat dua perbedaan penting antara email dan
jaringan lain. Pertama, tulang, dentin dan sementum terdiri dari 20% kolagen
sedang email hanya 0.6%. Kedua, kristal apatit di email adalah kira-kira sepuluh
kali lebih besar dan lebih tebal daripada yang dikalsifikasi kolagen sehingga
volume kristal di email setidaknya 1000 kali lebih besar. Meskipun email
merupakan struktur yang sangat keras dan padat, namun email dapat larut ketika
berkontak dengan asam, sehingga larutnya sebagian atau keseluruhan mineral
email akan menurunkan kekerasannya (Fahimah Johari,2010).

6
6

2.1.3 Warna email


Warna gigi setiap orang sangat bervariasi tergantung pada translusensi,
ketebalan email, warna dentin dibawahnya dan pulpa.Warna gigi yang normal
bagi gigi sulung adalah putih kebiruan dan warna gigi permanen putih
kekuningan. Bertambahnya umur seseorang secara fisiologis, maka emailnya
juga akan menjadi lebih tipis karena abrasi atau erosi dan dentin menjadi lebih
tebal karena deposisi dentin sekunder. Namun karena berbagai faktor baik
ekstrinsik maupun intrinsik, gigi dapat mengalami perubahan warna akibat
penumpukan stain atau pigmen yang sering disebut juga diskolorisasi gigi.
Keparahan diskolorisasi yang terjadi tergantung jumlah pigmen yang menimbun
di gigi. Semakin banyak pigmen di gigi yang mengabsorpsi cahaya maka warna
gigi akan menjadi semakin gelap. Semakin sedikit jumlah pigmen maka semakin
sedikit cahaya diabsorpsi dan semakin banyak cahaya yang direfleksikan
menjadikan warna gigi tampak semakin terang. Adanya diskolorisasi
menimbulkan upaya untuk memutihkan gigi dengan perawatan bleaching
(Fahimah Johari,2010).
2.1.4 Diskolorisasi Email
Menurut Grossman (1995), perubahan warna gigi dapat
diklasifikasikan sebagai ekstrinsik atau intrinsik.
a. Perubahan Warna Ekstrinsik
Perubahan warna eksrinsik ditemukan pada permukaan
luar gigi dan biasanya berasal lokal, misalnya noda
tembakau yang menyebabkan warna gigi menjadi cokelat
kekuning-kuningan
makanan

dan

sampai

minuman

hitam,

pewarnaan

menyebabkan

gigi

karena
menjadi

berwarna gelap, pewarnaan karena noda logam nitrat


perak,

bercak

kehijauan

yang

dihubungkan

dengan

membran Nasmyth pada anak-anak (Grossman dkk,1995).

b. Perubahan Warna Intrinsik


Perubahan warna imtrinsik adalah pewarnaan gigi yang
diakibatkan oleh noda yang terdapat di dalam email dan
dentin,

penyebabnya

penggabungan

adalah

bahan-bahan

di

penumpukan
dalam

atau

struktur

gigi

misalnya stain tetrasiklin, yang bila


masuk ke dalam dentin akan terlihat dari luar karena
transluensi

email.

Perubahan

warna

gigi

dapat

dihubungkan dengan periode perkembangan gigi misalnya


pada

dentiogenesis

imperfekta

atau

setelah

selesai

perkembangan gigi yang disebabkan oleh pulpa nekrosis


(Grossman dkk,1995).
2.2 Proses Pemutihan Gigi
Bleaching atau pemutihan gigi adalah suatu tindakan perawatan pada gigi
yang mengalami perubahan warna dengan mennggunakan bahan kimia yang
bersifat oksidator atau reduktor dengan tujuan untuk mengembalikan faktor
estetika (Goldstein and Garber,1995).
2.2.1 Karbamid Peroksida
yang merupakan era baru dalam pemutihan gigi vital. Nama lain dari
karbamid peroksida adalah karbamid urea, urea peroksida, perhydrol urea dan
perhydelure. Nama kimia dari karbamid peroksida adalah urea hidrogen
peroksida, dengan rumus molekul CO(NH2)2 H2O2 dan berat molekul 94,07.11.
Karbamid Peroksida merupakan suatu senyawa yang tidak berbau, tidak toksik,
berbentuk kristal putih, dan merupakan kombinasi antara 7% urea dan 3%
hidrogen peroksida. Larutan karbamid peroksida sangat tidak stabil dan segera
terurai menjadi bagian-bagiannya saat berkontak dengan jaringan atau saliva.
Urea hidrogen peroksida memiliki hidrogen aktif yang setara dengan 3,5%
hidrogen peroksida. Urea sendiri mudah bergerak secara bebas melalui email dan

dentin, dengan berat molekul yang rendah dan telah digunakan sebagai obat
kumur karena efeknya terhadap bakteri, plak dan pH. Urea akan terurai menjadi
amonia dan karbondioksida dan akan meningkatkan pH. Sehingga pemutihan
dengan teknik home bleaching dianjurkan untuk menggunakan karbamid
peroksida 10%. Untuk produk karbamid peroksida dengan konsentrasi lebih dari
10% dianjurkan tidak digunakan di luar tempat praktek dokter gigi berdasarkan
faktor keamanan dan efektifitas oleh ADA.
Pemutihan gigi menggunakan karbamid peroksida 10% juga telah disetujui
di beberapa negara besar seperti Amerika (ADA), Canada (FDA) dan Eropa
(SCCNFP) karena lebih aman, murah dan efektif untuk pemutihan gigi vital.
Beberapa penelitian mengenai karbamid peroksida 10% menyatakan bahwa bahan
ini membutuhkan waktu lebih lama tetapi akan memutihkan gigi sama dengan
konsentrasi tinggi, tanpa perubahan ireversibel terhadap pulpa. Berbagai
penelitian telah dilakukan untuk mengevaluasi secara langsung efek karbamid
peroksida

10%

pada

jaringan

serta

pada

sistemik

hewan,

ternyata

mengindikasikan bahwa karbamid peroksida 10% sama dengan medikamen lain


yang telah digunakan secara umum, seperti eugenol atau prosedur perawatan gigi
lainnya.
Kandungan bahan pemutih gigi yang utama adalah karbamid peroksida
sebagai unsur aktif 10-15% dan sisanya sekitar 85% adalah unsur non aktif terdiri
dari glyserin atau propilen glikol, sodium stannate, bahan penyegar dan lain lain.
Karbamid peroksida dapat mengandung karbopol (polimer karboksipolimetilen)
sebagai campuran. Bahan ini dapat menambah kekentalan dan daya lekat serta
memperlambat proses pelepasan oksigen dari karbamid sehingga memungkinkan
oksigen bereaksi lebih lama dengan bahan yang menyebabkan pewarnaan.
Sejumlah asam akan ditambahkan untuk mengurangi pH antara 5.0-6.5 yang akan
meningkatkan shelf life. Rendahnya pH ini diperdebatkan karena meningkatkan
kemungkinan rusaknya email dan dentin. Batas pH kritis yang ditetapkan untuk
etsa email adalah 5.2-5.8 sedangkan untuk dentin 6.0-6.8.
Karbamid

peroksida

dikenal

sebagai

urea

hidrogen

peroksida, dapat diperoleh dalam berbagai konsentrasi antara 3-

15 %. Umumnya preparat ini mempunyai pH 5-6,5 % dan


mengandung kira-kira 10 % karbamid peroksida, biasanya
mengandung gliserin atau propilen glikol, natrium stannat, asam
fosfat atau asam sitrat dan aroma (Grossman,1995).
2.2.2 Strawberry
Tanaman strawberry telah dikenal sejak zaman Romawi, tetapi bukan jenis
yang dikenal saat ini. Stroberi yang dibudidayakan sekarang disebut sebagai
strawberry modern (komersial) dengan nama ilmiah Fragaria ananassa var
duchesne. Strawberry ini adalah hasil peersilangan antara Fragaria virginiana L.
var duchesne dari Amerika Utara dengan Fragaria chiloensis L. var duschene dari
Chili Amerika Selatan. Persilangan kedua jenis strawberry tersebut dilakukan
pada tahun 1750. Persilangan-persilangan lebih lanjut menghasilkan jenis stroberi
dengan buah berukuran besar, harum dan manis (Budiman dan Saraswati, 2008).
Spesies tanaman stroberi yaitu Fragaria chiloensis L. menyebar ke berbagai
negara di Amerika, Eropa dan Asia. Sementara spesies lainnya, yaitu F. vesca L.
tersebar lebih luas dibandingakan spesies lainnya. Jenis stroberi F. vesca yang
pertama kali masuk ke Indonesia. Stroberi atau strawberry adalah salah satu
bahan alami yang saat ini dapat digunakan untuk memutihkan kembali gigi yang
telah berubah warna.5 Tanaman ini memiliki kandungan asam elagat (ellagic
acid) dan asam malat (malic acid) yang dapat memutihkan gigi.
Berdasarkan

hasil

identifikasi

tumbuhan,

tanaman

stroberi

dapat

diklarifikasikan sebagai berikut :


Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Famili : Rosaceae
Genus : Fragaria
Tanaman stroberi dapat tumbuh dengan baik di daerah yang memiliki suhu
22-28 C, kelembaban antara 80=90%, ketinggian tempat sekitar 1.000-1.500
meter dpl, curah hujan 600-700 mm/tahun, lama penyinaran matahari 8-10 jam
per hari (Budiman dan Saraswati,2008). Tanaman stroberi selain buahnya dapat

10

dimakan, ternyata daun dan akarnya juga dapat dimanfatkan. Berikut ini masingmasing bagian dari tanaman stroberi.
a. Buah
Menurut Budiman dan Saraswati manfaat buah stroberi yaitu sebagai
berikut

1) Stroberi memiliki aktifitas antioksidan tinggi karena mengandung


quercetin, ellagic acid, antosianin dan kaempferol. Antioksidan berperan
sebagai pelindung tubuh dari radikal bebas, termasuk diantaranya sel
kanker.
2) Stroberi bisa mencegah jantung koroner, menekan tekanan darah tinggi,
mengatasi masalah pencernaan hati, rematik, radang sendi dan encok.
3) Buah stroberi dapat juga dimanfaatkan untuk kecantikan, diantaranya
obat

jerawat,

mempercantik

kulit,

menjadikan

gigi

putih

dan

menghilangkan bau mulut, meningkatkan kekuatan otak dan penglihatan.


b. Akar
Akar stroberi mengandung zat anti radang. Dengan meminum air
rebusan akar tersebut bisa memulihkan pembengkakan akibat nyeri sendi dan
asam urat. Akar dan daun stroberi juga bermanfaat sebagai obat diabetes
(Budiman dan Saraswati, 2008)
c. Daun

Daun tanaman stroberi tersusun pad tangkai yangberukuran agak


panjang. Tangkai daun tanaman berbentuk bulat serta seluruh permukaannya
ditumbuhi oleh bulu-bulu halus (Rukmana, 1998). Dalam masa pertumbuhan
vegetatif, meristem apikal membentuk daun-daun baru setiap 8-12 hari pada
suhu rata-rata 22 C. Daunnya dapat bertahan selama 1-3 bulan, kemudian
kering. Daun stroberi merupakan daun trifoliate dengan tepi bergerigi. Pada
daun stroberi terdapat stomata yang jumlahnya sekitar 300-400 stomata per
mm. Hal ini mengakibatkan daun stroberi banyak kehilangan air melalui
transpirasi. Daun stroberi mengandung zat astringent yang dapat bermanfaat
untuk menyembuhkan diare dan zat ellagic acid yaitu suatu persenyawaan
fenol yang berpotensi sebagai penghambat kanker akibat dari persenyawaan-

11

persenyawaan berbahaya dan juga bermanfaat membantu memutihkan gigi


(Budiman dan Sarasati, 2008).
2.2.3 Mekanisme Pemutihan Gigi
Bahan yang dapat menghasilkan warna dalam larutan atau permukaan
merupakan senyawa organik yang memiliki rantai konjugasi yang panjang baik
dalam bentuk ikatan tunggal maupun rangkap. Bahan tersebut mengandung
heteroatom, karbonil, dan cincin fenil dalam sistem konjugasi dan sering dikenal
dengan sebutan kromofor. Pemutihan dan diskolorisasi kromofor dapat terjadi
melalui perusakan satu atau lebih ikatan rangkap dalam rantai konjugasi, dengan
memotong rantai konjugasi, atau dengan mengoksidasi molekul kimia lainnya
dalam rantai konjugasi (Goldstein dan Garber1995). Bahan pemutih gigi memiliki
berat molekul yang sangat rendah sehingga mampu berdifusi ke dalam email dan
dentin, selanjutnya peroksida akan mengalami dekomposisi menjadi radikalradikal bebas tidak stabil yang akan mengganggu molekul-molekul pigmen besar
(kromofor) di dalam struktur gigi melalui reaksi oksidasi ataupun reduksi. Proses
oksidasi-reduksi mengubah struktur substansi organik yang berinteraksi pada gigi
sehingga menghasilkan perubahan warna (Jakfar,2009 dan Meizarini,2005).
Radikal bebas merupakan elektron yang tidak berpasangan dan akan terus
bereaksi sampai staining terurai menjadi molekul-molekul sederhana yang bersifat
sedikit merefleksikan cahaya spesifik dari stain, yaitu terjadi pengurangan atau
eliminasi discoloration. Sampai suatu saat akan dicapai suatu titik dimana
molekul-molekul sederhana yang terbentuk maksimum, keadaan ini disebut
dengan saturation point (titik jenuh). Pada titik ini kerusakan struktur gigi dimulai,
kehilangan email menjadi lebih cepat. Oleh karena itu pemutihan gigi harus
segera dihentikan ketika titik jenuh dicapai untuk meminimalkan kerapuhan gigi
dan meningkatnya porositas. Pemutihan gigi optimum akan memberikan putih
maksimum, akan tetapi pemutihan gigi yang berlebihan dapat merusak email
(Jakfar,2009 dan Goldstein,1995).

12

Oksidasi merupakan reaksi kimia bahan-bahan organik yang diakhir


reaksinya akan menghasilkan CO2 dan air. Proses ini dapat dipercepat
menggunakan pemanasan dengan sinar berintensitas cahaya rendah atau sinar
dengan intensitas cahaya yang tinggi, misalnya sinar kuring komposit
konvensional, sinar laser, sinar plasma arc dengan intensitas tinggi. Kecepatan
reaksi akan meningkat 2-3 kali setiap peningkatan 10C suhu, sehingga sebaiknya
proses bleaching dilakukan di dalam rentang suhu ruangan yang aman (21-24C)
(Jakfar,2009).
2.3 Uji Toksisitas
Salah satu syarat bahan yang digunakan dalam bidang kedokteran gigi
seharusnya tidak toksik, tidak mengiritasi dan harus mempunyai sifat
biokompatibilitas atau bahan yang diproduksi tidak boleh mempunyai efek yang
merugikan terhadap lingkungan biologis, baik lokal maupun sistemik. Uji
sitotoksisitas adalah bagian dari evaluasi bahan kedokteran gigi dan diperlukan
untuk prosedur screening standart.
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah karbamid peroksida merek
Opalescence PF 10%, pasta buah strawberry 100%, kultur cell line BHK-21
pasase 60 (Pusvetma- Surabaya), media kultur Eagle's minimum essential medium
(MEM) yang diperkaya dengan Fetal Bovine Serum (FBS) 10%, glutamin, asam
amino, vitamin, Kanamycin- Streptomycin Penicillin Fungizone (PusvetmaSurabaya), pereaksi MTT (Sigma Aldrich-Germany), alkohol 70%, phosphat
buffer saline, dimethylsulfoxide (BDH-England). Alat yang digunakan adalah
laminar flow (Oliphant-Australia), filter millipore Minisart 0,20 m dan 0,45 m
(Sartorius), flask Nunc, microplate 96 well Nunc (Nunclon-Denmark), pipet
mikro, pipet Pasteur, inkubator 5% CO2, shaker Vari Shaker (DynatechEngland), Elisa reader Opsysmr (Dynex-USA).

Anda mungkin juga menyukai