Anda di halaman 1dari 2

1.

Background Sejarah Ekologi Tumbuhan


Sesungguhnya sangatlah sulit untuk menelusuri kapan kajian ekologi dimulai, meskipun bila ditinjau
dari peristilahannya, telah diperkenalkan oleh seorang ekologiwan Jerman yang bernama Ernest Haeckle
(1866). Ekologi berasal dari kata Latin oekologie yang berasal dari kata oikos yang berarti rumah dan logos
yang berarti kajian atau ilmu. Jadi ekologi berarti kajian organisme di habitatnya atau di tempat hidupnya.
Menurut Ernest Haeckle ekologi adalah ilmu yang mempelajari seluk beluk ekonomi alam, suatu kajian
hubungan anorganik serta lingkungan organik di sekitarnya. Menurut C. Elton (1927) ekologi adalah ilmu yang
mengkaji sejarah alam atau perkehidupan alam (natural history) secara ilmiah, dan menurut Andrewartha
(1961) ekologi adalah ilmu yang membahas penyebaran (distribusi) dan kemelimpahan organisme.
Sedangkan Eugene P. Odum (1963) menyatakan bahwa ekologi adalah ilmu pengetahuan tentang struktur
dan fungsi alam. Charles J. Krebs (1978) menyatakan ekologi adalah ilmu pengetahuan yang mengkaji
interaksi-interaksi yang menentukan penyebaran dan kemelimpahan organisme. Sekarang definisi ekologi
adalah ilmu yang mempelajari interaksi makhluk hidup dengan lingkungannya, baik lingkungan biotik maupun
lingkungan abiotik. Interaksi makhluk hidup dengan lingkungan abiotiknya, bagaimana lingkungan
mempengaruhinya, dan bagaimana makhluk hidup merespon pengaruh tersebut. Sedangkan interaksinya
dengan sesama biotik menyebabkan terjadinya simbiotik dari berbagai makhluk hidup.
Kajian ekologi komunitas berkembang ke dalam dua kutub, yaitu di Eropa yang dipelopori oleh BraunBlaunquet (1932) yang kemudian dikembangkan oleh para ahli lainnya. Mereka tertarik untuk mempelajari
komposisi, struktur, dan distribusi dari komunitas. Kutub lainnya di Amerika, seperti Cowles (1899), Clements
(1916), dan Gleason (1926) yang mempelajari perkembangan dan dinamika komunitas tumbuhan. Sedangkan
Shelford (1913,1937), Adams (1909), dan Dice (1943) di Amerika dan Elton di Inggris mengungkapkan
hubungan timbal balik antara tumbuhan dan hewan.
Pada saat yang bersamaan perhatian terhadap dinamika populasi juga banyak dikembangkan para ahli.
Pendekatan secara teoritis dikembangkan oleh Lotka (1925), dan Voltera (1926) menstimuli pendekatan
secara eksperimen. Pada tahun 1940-an dan 1950-an Lorenz dan Tinbergen mengembangkan konsepkonsep tingkah laku yang bersifat instink dan agresif. Sedangkan tingkah laku sosial dalam regulasi populasi
dikembangkan oleh Wynne dan Edward (1960) secara mendalam di Inggris.
Berdasarkan penemuan-penemuan dari Darwin (1859) dan Wight (1931) ekologi berkembang kearah kajian
genetika populasi, kajian evolusi, dan adaptasi. Leibig (1840) mengkaji pengaruh lingkungan nonbiotik
terhadap organisme, sehingga ekologi berkembang ke arah eko-klimatologi dan ekofisiologi.
Ahli-ahli ekologi tumbuhan mencoba menemukan faktor-faktor yang men-dukung dan berperanan dalam
kehidupan vegetasi. Mereka terus menerus mencoba melakukan penelitian ke arah yang lebih baik,
sebagaimana ahli biologi lainnya dengan mengikuti perkembangan kemajuan bidang kimia dan fisika, seperti
ditemukannya DNA, ikatan hidrogen dan partikel sub atom dan lain-lain. Manusia selalu berusaha untuk
mengetahui hasil penemuan yang sudah ada, dan dalam rangka untuk menggali penemuan yang akan
datang. Ahli ekologi tumbuhan sangat berkeinginan untuk mengetahui hubungan yang lengkap antara
tumbuhan yang satu dengan yang lainnya dan dengan lingkungannya. Secara lebih mendasar, ekologiwan

1.

tumbuhan ingin menjawab beberapa perta-nyaan seperti;


Bagaimana tumbuhan mengatasi masalah dispersal, perke-cambahan pada tempat yang cocok,

2.

kompetisi, nutrien dan pembebasan energi?


Bagaimana tumbuhan dapat bertahan terhadap keadaan yang kurang baik atau yang membahayakan,

3.

seperti api, banjir, kemarau panjang dan lain-lain?


Bagaimana tumbuhan dapat menjelaskan keberadaannya, kekuatan tumbuh dan jumlahnya pada masa
yang lalu, sekarang dan masa yang akan datang pada habitat mereka?

Dengan mengembangkan pertanyaan tersebut di atas, maka banyak sekali informasi yang bisa digali dari hubungan
sesama tumbuhan dan dengan lingkungannnya. Ada ekologiwan yang tertarik kepada masalah-masalah yang bersifat
mendasar dalam melakukan deskripsi vegetasi, tetapi ada juga ekologiwan yang yang tertarik pada masalah penerapan
informasi dasar tersebut, sehingga memunculkan ekologi terapan.

Ekologiwan tumbuhan terapan banyak dikenal sebagai manajer penggembalaan ternak, rimbawan atau agronomiwan.
Mereka berusaha untuk mengetahui bagaimana tumbuhan beradaptasi dengan lingkungannya, sehingga tumbuhan
tersebut dapat tetap berada pada habitatnya. Peletak dasar ekologi tumbuhan adalah Friedrich Heinrich Alexander von
Humbolt (1769-1859) ahli botani. Ia banyak meneliti tentang botani, dan memperkenalkan term assosiasi, fisiognomi,
hubungan antara distribusi tipe vegetasi dengan faktor-faktor lingkungan seperti elevasi, ketinggian, dan temperatur.
Humbolt juga dikenal sebagai tokoh geografi tumbuhan. Anton Kerner von Marilaun (1831-1898) dikenal setelah dia
menerbitkan hasil penelitiannya yang berjudul Plant Life of the Danube Basin (1863), dengan tuntas ia menjelaskan
pengertian dari suksesi. August Grisebach (1814-1879) telah melakukan perjalanan yang luas dan telah
mendeskripsikan lebih dari 50 tipe-tipe vegetasi utama dalam term fisiognomi modern. Ia menjelaskan hubungan
distribusi tumbuhan dengan faktor-faktor lingkungan. Tokoh biologi lain yang mempunyai kontribusi dalam
perkembangan ekologi tumbuhan adalah Oscar Drude (1890 dan 1896), Adolf Engler (1903), George Marsh (1864),
Asa Gray (1889) dan Charles Darwin yang terkenal dengan bukunya Origin of Species.
Ekologi tumbuhan berkembang dengan cepat setelah beberapa ahli botani juga tertarik meneliti ekologi tumbuhan.
Johannes Warming (1841-1924) berhasil mengidentikasi 2600 spesimen tumbuhan dan menulis sebuah buku tentang
vegetasi ( 1982), dimana di dalamnya diuraikan tentang geologi, tanah dan iklim, tipe-tipe vegetasi dan komunitas,
dominan dan subdominan, nilai adaptasi bermacam-macam life form, pengaruh api terhadap komposisi komunitas dari
suksesi serta fenologi dari komunitas dan taxa. Andreas Franz Wilhelm Shimper (1856-1901) ahli botani Jerman, ia
menerbitkan buku yang berjudul Plant Geography on a Physiological Basis (1898 dan 1903), sebagai pemula
ekofisiologi. Selanjutnya Jozep Paczoski (1864-1941) dan Leonid Ramensky (1884-1953) telah menulis hal-hal yang
berkenaan dengan fito-sosiologi dan fitocoenocis. Clinton Hart Merriam (1855-1942) dari Universitas Columbia, juga
telah melakukan ekspedisi yang panjang dalam melakukan penelitian vegetasi dalam hubungannya dengan zona
elepasi. Ahli ekologiwan yang sangat terkenal Frederick Edward Clements (1874-1945) besar sekali sumbangannya
terhadap kemajuan Ekologi Tumbuhan. Pada tahun 1898 ia telah menerbitkan sebuah karya yang berjudul The
Phytogeography of Nebraska. Ia juga banyak menulis keadaan vegetasi di Amerika Utara, tentang formasi dan suksesi,
varian lokal dan lain-lain.
Sejak tahun 1925, ekologi tumbuhan terus berkembang dengan pesat, hal ini ter-jadi karena sumbangan yang sangat
besar dari para ekologiwan dari Eropa dan Amerika. Di antara ekologiwan tersebut adalah Henry Gleason yang tahun
1926 dengan panjang lebar menulis tentang asosiasi dan komunitas tumbuhan. Ekofisiologi telah dikembangkan sekitar
tahun 1940 dan 1950 an. Dari tahun 1940 an sampai 1970 an telah pula mengembangkan sinekologi. Di Eropa,
Christen Raunkier telah mengembangkan klasifikasi life form dan metode sampling vegetasi. Tokoh yang juga besar
andilnya dalam pengembangan ekologi tumbuhan adalah Josias Braunn-Blanquet (1884-1980) yang mengembangkan
metode sampling komunitas, reduksi data, dan nomenklatur asosiasi.

2.

Anda mungkin juga menyukai