Makalah Hipertensi
Makalah Hipertensi
PENYAKIT DEGENERATIF
(Manuskript Kasus Pembinaan Keluarga)
Oleh :
Nurulando I.Budi Perkasa, S.Ked (1018011124)
Pembimbing :
dr. Zamahsjari S, M.K
LEMBAR PERSETUJUAN
MAKALAH EVALUASI PROGRAM
JUDUL MAKALAH :
Disusun Oleh
NPM
1018011124
BAB I
PENDAHULUAN
tekanan
darah
arteri
yang
umumnya
menggunakan
berikut:
Hipertensi dikelompokkan berdasarkan efek dan hasil yang ditemukan.
Terdapat bukti kuat untuk mendukung terapi hipertensi pada usia 60 tahun keatas
untuk mencapai tekanan darah kurang dari 150/90 mmhg. Dan usia dewasa muda
30-59 tahun dengan target tekanan darah diastol kurang dari 90 mmhg.
Bagaimanapun, bukti ilmiah tidak cukup jelas target tekanan sistolik pada
seseorang dengan hipertensi pada usia kurang dari 60 tahun atau usia 30-59
tahun. Maka ditetapkan rekomendasi tekanan darah kurang dari 140/90 mmhg
berdasarkan pendapat ahli di ambang yang sama juga ditetapkan target tekanan
darah yang direkomendasikan pada dewasa dengan diabetes / nondiabetes
penyakit ginjal kronis, sebagai ketetapan secara umum untuk usia dibawah 60
tahun.
makalah ini. Terdapan bukti ilmiah untuk mendukung terapi awal dengan
pemberian ACEI, ARB, CCB atau golongan diuretik thiazide pada populasi
nonblack hipertensi termasuk pada diabetes.
Pada populasi black hipertensi termasuk dengan diabetes CCB dan
golongan diuretik thiazid direkomendasikan sebagai terapi awal. Bukti tersebut
untuk mendukung terapi awal atau tambahan terapi antihipertensi dengan ACEI
atau ARB pada seseorang dengan CKD untuk meningkatkan pengeluaran ginjal.
Meskipun guidelines ini menyediakan bukti berdasarkan rekomendasi terapi
hipertensi tetapi harus disesuaikan dengan keadaan klinis pada pasien.
Rekomendasi ini tidak menggantikan keputusan klinis dan keputusan tentang
pengobatan harus berhati-hati untuk dipertimbangkan, dan diberikan dengan
karakteristik klinis dan keadaan individu pasien yang lain.
Etiologi, patogenesis dan patofisiologi hipertensi
Hipertensi dengan penyebab yang tidak diketahui dinamakan hipertensi
primer, esensial atau idiopatik. Hipertensi primer ini merupakan 85% dari kasus
hipertensi. Pada sebagian kecil sisanya, penyebab hipertensinya diketahui.
Hipertensi ini dinamakan hipertensi sekunder.
Definisi
inilah
yang
terkadang
menyulitkan
para
klinisi
dalam
membedakan kedua golongan tersebut. Penyebab yang tidak diketahui, suatu saat,
seiring dengan kemajuan zaman akan diketahui sedikit demi sedikit. Selama
proses perkembangan ilmu pengetahuan akan terdapat kesulitan dalam
membedakan kedua golongan tersebut, karena batas antara penyebab yang tidak
diketahui dan penyebab yang diketahui menjadi tidak jelas.
Saat ini, jika penyebab hipertensi adalah suatu kelainan organ struktural
atau gen yang spesifik, maka dimasukkan ke dalam golongan hipertensi sekunder.
Namun, jika penyebab hipertensi adalah kelainan-kelainan yang umum dan
fungsional, maka dimasukkan ke dalam golongan hipertensi primer.3
Berikut akan dijelaskan mengenai etiologi, patogenesis dan patofisiologi
dari hipertensi primer dan sekunder.
Hipertensi Primer
Hipertensi Primer atau hipertensi esensial adalah hipertensi yang
penyebabnya tidak diketahui secara pasti atau idiopatik. Kesulitan dalam
menemukan mekanisme yang bertanggung jawab atas terjadinya hipertensi
primer adalah banyaknya sistem yang terlibat dalam pengaturan tekanan
darah. Sistem saraf adrenergik baik sentral maupun perifer, sistem
pengaturan ginjal, sistem pengaturan hormon dan pembuluh darah adalah
sistem-sistem yang mempengaruhi tekanan darah. Sistem-sistem ini saling
mempengaruhi dengan susunan yang kompleks dan dipengaruhi oleh gengen tertentu.
Faktor-faktor yang mempengaruhi sistem-sistem tersebut erat
kaitannya dalam membicarakan etiologi, patogenesis dan patofisiologi dari
hipertensi. Faktor-faktor yang diketahui memiliki pengaruh antara lain
adalah faktor-faktor lingkungan seperti asupan natrium, obesitas,
pekerjaan, asupan alkohol, besar keluarga dan keramaian penduduk.
Faktor-faktor ini telah diasumsikan sebagai faktor yang berperan penting
dalam peningkatan tekanan darah seiring bertambahnya usia setelah
membandingkannya antara kelompok masyarakat yang lebih banyak
terpapar dengan yang lebih sedikit terpapar dengan faktor-faktor tersebut.3
Faktor genetik atau faktor keturunan juga memiliki pengaruh
terhadap kejadian hipertensi karena sistem-sistem yang mempengaruhi
tekanan darah diatur oleh gen. Hipertensi merupakan salah satu kelainan
genetik kompleks yang paling umum ditemukan dan diturunkan pada ratarata 30% keturunannya. Namun, faktor keturunan ini dipengaruhi oleh
penyebab-penyebab yang multifaktorial sehingga setiap kelainan genetik
yang berbeda dapat memiliki manifestasi hipertensi sebagai salah satu
ekspresi fenotipnya.
Berdasarkan hal di atas dan penelitian-penelitian di bidang
tersebut, maka faktor-faktor seperti usia, ras, jenis kelamin, merokok,
asupan alkohol, kolesterol serum, intoleransi glukosa dan berat badan
dapat mempengaruhi prognosis dari hipertensi. Semakin muda seseorang
telah
disebutkan
sebelumnya,
hipertensi
sekunder
II
juga
akan
merangsang
sekresi
aldosteron
yang
10
11
12
Penanganan hipertensi
Prinsip Penanganan
Prinsip penanganan hipertensi adalah mengusahakan agar tekanan
darah penderita tetap di dalam batas normal dan jika terjadi kenaikan
seiring dengan bertambahnya usia, maka kenaikannya tersebut tidak terlalu
tinggi. Hal ini dilakukan agar risiko morbiditas dan mortalitas akibat
penyakit kardiovaskular dan penyakit ginjal dapat dikurangi. Target
tekanan darah yang harus dicapai adalah <140/90 mmHg. Pada penderita
diabetes dan penyakit ginjal, targetnya lebih rendah, yaitu <130/80 mmHg.
Penelitian-penelitian menunjukkan, bahwa penanganan hipertensi
mempunyai keuntungan seperti :
(1) Mengurangi insidensi kasus stroke rata-rata sebesar 35-40%.
(2) Mengurangi insidensi infark miokard rata-rata sebesar 20-25%.
(3) Mengurangi insidensi gagal jantung rata-rata >50%.
Penanganan hipertensi dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan
memperbaiki pola hidup dan dengan terapi farmakologis. Perbaikan pola
hidup perlu dilakukan, terutama jika penderita sudah termasuk dalam
kategori prehipertensi. Sedangkan pada penderita yang sudah mencoba
perubahan pola hidup tetapi tetap gagal mencapai target (<140/90
mmHg) , maka terapi farmakologi perlu dimulai.
Pada kebanyakan penderita hipertensi, terutama yang berusia di
atas 50 tahun, mengurangi tekanan darah sistol lebih sulit daripada
mengurangi tekanan darah diastol. Oleh karena itu, tekanan darah sistol
harus menjadi perhatian utama dalam menangani hipertensi.
Perbaikan Pola Hidup
Terapi nonfarmakologis dengan modifikasi gaya hidup terdiri dari :
1. Menghentikan merokok
2. Menurunkan berat badan berlebih
3. Menurunkan konsumsi lkohol berlebih
13
4. Latihan fisik
5. Menurunkan asupan garam
6. Meningkatkan konsumsi buah dan sayur serta menurunkan asupan lemak.
Penerapan pola hidup sehat oleh semua orang merupakan hal yang
penting untuk pencegahan hipertensi dan merupakan bagian yang tidak
boleh dilupakan dalam penanganan penderita hipertensi. Penurunan berat
badan sebesar 4,5 kg saja sudah dapat mengurangi tekanan darah,
walaupun yang diutamakan adalah pencapaian berat badan yang ideal.
Tekanan darah juga dapat dikendalikan dengan penerapan pola makan
yang dibuat oleh DASH (Dietary Approaches to Stop Hypertension). Pola
makan yang baik menurut DASH adalah diet kaya akan buah-buahan,
sayur-sayuran dan produk susu yang rendah lemak(lowfat). Asupan
natrium juga harus dibatasi agar tidak lebih dari 100 mmol per hari (2,4 gr
natrium). Semua orang yang mampu sebaiknya melakukan aktivitas fisik
aerobik yang teratur seperti jalan cepat sekurang-kurangnya 30 menit
setiap hari. Asupan alkohol harus dibatasi agar tidak lebih dari 1 ons
(30mL) etanol per hari untuk pria. Sedangkan untuk wanita dan orang
yang berat badannya ringan, dibatasi agar tidak lebih dari 0,5 ons (15ml)
etanol per hari.
Terapi Farmakologis
Ada berbagai macam obat antihipertensi yang tersedia. Tabel 2
memuat daftar obat-obat yang biasanya digunakan sebagai obat
antihipertensi. Dosis dan frekuensi pemberiannya juga tertera.
Lebih dari 2/3 penderita hipertensi tidak dapat dikendalikan dengan
hanya satu obat saja dan membutuhkan dua atau lebih kombinasi obat
antihipertensi dari kelas yang berbeda. Diuretik merupakan obat yang
direkomendasikan sebagai obat yang pertama kali diberikan, jika penderita
hipertensi memerlukan terapi farmakologis, kecuali jika terdapat efek
samping.
14
Semua obat antihipertensi bekerja pada salah satu atau lebih tempat
pengaturan tekanan darah berikut:
1. Resistensi arteriol
2. Kapasitansi venule
3. Pompa jantung
4. Volume darah
Obat-obat antihipertensi tersebut juga dapat diklasifikasikan
berdasarkan tempat kerja utamanya, antara lain:
1. Diuretik yang menurunkan tekanan darah dengan mengurangi
kandungan natrium tubuh dan volume darah
a. Thiazide diuretic
b. Loop diuretic
c. Potassium sparing diuretic
2. Agen-agen simpatoplegia yang menurunkan tekanan darah dengan
mengurangi resistensi pembuluh darah perifer, menghambat kerja
jantung dan meningkatkan kapasitansi darah dengan memvasodilatasi
vena
a. Beta-blocker
b. Alpha-1 blocker
c. Central alpha-2 agonist
3. Vasodilator direk yang menurunkan tekanan darah dengan merelaksasi
otot polos pembuluh darah, sehingga menurunkan resistensi dan
meningkatkan kapasitansi pembuluh darah.
a. Calcium channel blocker
b. Hydralazine
c. Minoxidil
4. Agen yang menghambat produksi atau kerja dari angiotensin sehingga
menurunkan resistensi pembuluh darah perifer dan juga volume darah.
a. Angiotensin Converting Enzyme inhibitor
b. Angiotensin II antagonist
15
16
17
5.6
18
infark miokard akut, gagal jantung kiri akut dengan edema pulmonal,
unstable angina pectoris, diseksi aneurisma aorta, dan eklamsi.
Hipertensi urgensi adalah keadaan-keadaan dengan peningkatan
tekanan darah yang hebat (>180/120mmHg) tanpa disertai keadaankeadaan disfungsi organ target atau keadaan-keadaan yang mengarah pada
disfungsi organ target. Hipertensi urgensi biasanya ditandai dengan sakit
kepala yang hebat, nafas pendek, epitaksis, atau kecemasan yang berlebih.5
Pasien-pasien dengan hipertensi emergensi harus dirawat di ICU
(intensive care unit) untuk pemantauan dan pemberian obat-obatan
antihipertensi parenteral. Target terapi awal adalah menurunkan tekanan
darah arteri rata-rata, tetapi tidak lebih dari 25% dalam 1 menit sampai 1
jam. Kemudian, jika tekanan darahnya stabil, target terapi adalah
menurunkan tekanan darahnya sampai 160/100-110 mmHg dalam 2-6 jam
berikutnya. Penurunan tekanan darah yang tiba-tiba harus dihindarkan
untuk mencegah terjadinya iskemia renal, serebral dan koronaria. Untuk
alasan ini, nifedipin kerja singkat tidak lagi digunakan pada terapi
hipertensi emergensi.
Jika target tersebut telah tercapai dan keadaan pasien telah stabil,
penurunan tekanan darah berikutnya dapat dilakukan dalam 24-48 jam
kemudian. Terdapat beberapa pengecualian dari penanganan di atas, yaitu:5
19
5.7
20
6.
21
untuk
menghadapi
hambatan-hambatan
tersebut
22
BAB II
ILUSTRASI KASUS
Anamnesa
Pasien, seorang laki-lak Tn. P, 78 tahun, datang ke Puskesmas Gedong tataan
dengan keluhan pusing disertai mual sejak 2 hari yang lalu. Keluhan dirasakan
sejak lama namun hilang timbul. Pasien memiliki riwayat tekanan darah yang
tinggi
merokok namun pasien telah berhenti merokok sejak 15 tahun yang lalu, selain itu
pasien juga menderita PPOK dan sudah pernah diobati, dengan keluhan saat ini
terkadang sesak nafas. istri pasien juga merupakan penderita darah tinggi sebelum
nya Dan saat ini menderita stroke sejak 6 tahun lalu. Pada riwayat pengobatan
pasien menjalani pengobatan rutin ketika dirasakan pusing dan mual seperti ini.
untuk meredakan gejala yang timbul dengan captopril 12,5 mg 1x1 dan ranitidine
1 tablet ketika merasa mual. sehingga keluhan pusing dan mual membaik.
Metode
Studi ini merupakan case report. Data primer diperoleh melalui anamnesa
(autoanamnesa dan alloanamnesa) pada pasien dan anggota keluarga (istri pasien),
pemeriksaan fisik, kunjungan rumah, melengkapi data keluarga, dan psikososial
serta lingkungan. Penilaian berdasarkan diagnosis holistik dari awal, proses dan
akhir studi secara kuantitatif dan kualitatif.
HASIL
1. Data Klinis
Keluhan berupa pusing dan mual selama 2 hari. Kekhawatiran keluhan terus
berlanjut, dan mengganggu aktivitas pasien. Harapan bisa sembuh total dan dapat
melakukan aktivitas tanpa khawatir akan kekambuhan.
23
Pemeriksaan Fisik
Penampilan bersih, keadaaan umum: tampak sakit sedang; suhu: 37,2 oC; tekanan
darah: 190/100 mmHg;; frek. nadi: 84x/menit; frek. nafas: 24 x/menit; berat
badan: 55 kg; tinggi badan: 165 cm; status gizi: IMT : 19.
Kepala, mata, hidung, dan mulut dalam batas normal. Regio coli tidak ditemukan
adanya peningkatan Jugular Venous Pressure (JVP). Pada regio pulmo secara
inspeksi tidak tampak retraksi interkostal, secara palpasi dalam batas normal,
secara perkusi ditemukan bunyi hipersonor pada lapang paru, dan secara
auskultasi ditemukan napas vesikuler (+/+), rhonki halus (+/+), wheezing (-/-).
Pemeriksaan pada jantung tidak ditemukan pembesaran. Regio abdomen tidak
ditemukan hepatomegali maupun splenomegali, dan bising usus terdengar normal
6-10x/menit. Ektremitas superior dan inferior dalam batas normal.
Status neurologis : Reflek fisiologis normal, reflek patologis (-)
Motorik:
5
Sensorik:
+
Status lokalis:
Cardio vascular
I : Regio coli tidak ditemukan adanya peningkatan Jugular Venous Pressure
(JVP), jantung normal ictus cordis tidak terlihat
24
Perempuan
Laki-laki
Tinggal dalam satu rumah
Pasien
Meninggal
Gambar 1. Genogram Keluarga Tn.P
Pada pasien ini termasuk dalam jenis keluarga extended dimana dalam satu rumah
terdiri dari suami, istri dan cucu. Anak-anak dan cucu pasien yang lain tinggal di
tempat yang terpisah dari rumah pasien namun setiap minggu mereka bersamasama brgantian berkunjung ke rumah pasien
Hubungan Antar Keluarga
25
Family Map
Suami
Tn. P
Istri
Ny.
S
Cucu
An.R
Perempuan
Laki-laki
Dekat dan berhubungan baik
Gambar 2. Hubungan antar keluarga Tn.P
26
hasil. Biasanyaa pasien ke sawah pagi hari berangkat pukul 08.00 WIB, hingga
selesai pengecekan dan kembali kerumah pukul 10.00 WIB. Pasien menggunakan
kendaraan roda dua menuju sawah.
Diagnostik Holistik Awal
1.
Aspek Personal
- Alasan kedatangan: pusing dan mual sejak 2 hari lalu
- Kekhawatiran: Khawatir sakit tidak membaik sehingga mengganggu
aktivitas sehari-hari.
- Harapan: dapat sembuh dari penyakit sehingga bisa beraktivitas dengan
baik.
- Persepsi: pusing disertai mual seperti mau muntah
2.
3.
4.
Aspek Klinik
Hipertensi kronis
Aspek Risiko Internal
- Gender laki-laki, lanjut usia, pekerjaan pensiunan TNI.
- Memiliki riwayat merokok.
- Pengetahuan mengenai faktor-faktor yang dapat
menimbulkan
5.
Intervensi :
Nonmedikamentosa:
-
27
Medika mentosa:
-
Captopril 2x1
Ranitidine 3x1
Paracetamol 3x1
Bcomplex 1x1
menimbulkan
kekambuhan seperti kurang kontrol akan tekanan darah nya, menjauhi asap rokok,
berolahraga secara rutin seperti berjalan kaki, dan segera berobat apabila keluhan
timbul.
Diagnosis Holistik Akhir
Bentuk keluarga : Keluarga extended
Disfungsi dalam keluarga : Kurangnya pengawasan keluarga terhadap pasien
1. Aspek Personal
- Alasan kedatangan: pusing dan mual sejak 2 hari lalu
-
2. Aspek Klinik
Hipertensi terkontrol
3. Aspek Risiko Internal
-
28
yang
dapat
menyebabkan
5. Derajat fungsional: 5.
BAB III
Kesimpulan dan saran
Kesimpulan
29
30
DAFTAR PUSTAKA
2013
[cited
2013
Dec
23].
Available
from:
http://www.aafp.org/news-now/health-of-the-public/20131218
hypertensiongdln.html
4. James PA, Oparil S, Carter BL, Cushman WC, Dennison-Himmelfarb C,
Handler J, et al. 2014 Evidence-Based Guideline for the Management of
High Blood Pressure in Adults: Report From the Panel Members
Appointed to the Eighth Joint National Committee (JNC 8). JAMA.
doi:10.1001/jama.2013.284427.
5. Whelton PK. Epidemiology and the prevention of hypertension. J Clin
Hypertens. 2004; 6(11):636-42.
6. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Profil Kesehatan Indonesia
2001. Jakarta : 2002.
7. Fisher NDL, Williams GH. Hypertensive vascular disease. In : Kasper DL,
Fauci AS, Longo DL, Braunwald E, Hauser SL, et all, editors. Harrisons
principle of internal medicine. 16th edition. New York : McGraw Hill;
2005. p. 1463-80.
8. Bay Area Medical Information (BAMI). Hypertension. 2006. (cited 2006
July 7). Available from : URL : http://www.bami.us/HTN.htm.
31
32
21. Report of the National High Blood Pressure Education Program Working
Group on High Blood Pressure in Pregnancy. Maryland : Am J. Obstet
Gynecol, 2000 : 183: 1-31.
22. Winn HN, Hobbins JC. Clinical Maternal-Fetal Medicine. USA, 2000 : 1930.
23. Mose JC. Pengaruh pemberian ekstrak bawang putih (Allium sativum)
pada aktivitas trombosit dan tekanan darah ibu hamil yang berisiko
mendapat preeklamsi. Disertasi Program Pasca Sarjana Universitas
Padjadjaran Bandung, 1999
24. Wijayanegara H, Suardi A, Wirakusumah FW. Pedoman Diagnosis dan
Terapi Obstetri dan Ginekoogi RSUP Dr. Hasan Sadikin. Bagian pertama
(Obstetri), Bandung. Bagian /SMF Obstetri dan Ginekologi FK UNPAD
RSUP Dr. Hasan Sadikin, 1998.
25. DeCherny AH, Pernol ML. Current Obstetric and Gynecologic Diagnostic
and Treatment. Connecticut : Pleton dan Lange, 1990 : 338-46.
26. Derek Llewellyn-Jones. Dasar-Dasar Obstetri dan Ginekologi Ed.6 Sydney
: Hipokrates, 1995 : 113-17.
33
Lampiran
Tabel 1. Obat-obatan Antihipertensi Oral
34
35