Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
com
Oleh Asta Qauliyah | August 19th, 2006
RELATED POSTS :
Kejadian Osteoporosis Pada Wanita Lanjut Usia (Kasus RS Wahidin Sudirohusodo, Ma
kassar)
IMUNISASI; Pengertian, Jenis dan Ruang Lingkup
Menggagas Agenda Reformasi Kesehatan
INTERNA CASE REPORT: Tumor Lambung
Rekam Medis, Defenisi dan Kegunaannya
Secara umum, enteritis (diare) adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah t
inja yang lebih banyak dari biasanya (normal sekitar 100-200 ml per jam tinja),
dengan tinja berbentuk cairan atau setengah cair (setengah padat), dapat pula di
sertai frekuensi defekasi yang meningkat. Menurut WHO (1980), diare adalah buang
air besar encer atau cair lebih dari tiga kali sehari. Diare terbagi dua berdas
arkan mula dan lamanya, yaitu diare akut dan diare kronis.
Enteritis akut adalah diare yang awalnya mendadak dan berlangsung singkat, dalam
beberapa jam hingga 7 atau 14 hari. Infeksi merupakan penyebab utama enteritis
akut, baik oleh bakteri, parasit maupun virus. Penyebab lain yang dapat menyebab
kan diare akut adalah toksin dan obat, nutrisi enteral diikuti puasa yang berlan
gsung lama, kemoterapi, atau berbagai kondisi lain.
Faktor penentu terjadinya diare akut adalah faktor penyebab (agent) dan faktor p
ejamu (host). Faktor pejamu adalah kemampuan pertahanan tubuh terhadap mikroorga
nisme, yaitu daya tahan tubuh atau lingkungan lumen saluran cerna, seperti keasa
man lambung, motilitas lambung, imunitas, juga mencakup lingkungan mikroflora us
us.
Faktor penyebab yang memperngaruhi patogenesis antara lain daya penetrasi yang m
erusak sel mukosa, kemampuan memproduksi toksin yang mempengaruhi sekresi cairan
di usus, serta daya lekat kuman. Kuman tersebut membentuk koloni-koloni yang da
pat menginduksi diare.
Patogenesis
Patogenesis diare akut yang disebabkan oleh infeksi bakteri terbagi atas dua, ya
itu :
1. Bakteri noninvasif (enterotoksigenik)
Toksin yang diproduksi oleh bakteri akan terikat pada mukosa usus halus, namun t
idak merusak mukosa. Toksin menyebabkan sekresi aktif anion klorida ke dalam lum
en usus yang diikuti air, ion karbonat, kation, natrium dan kalium.
Bakteri yang termasuk golongan ini adalah V. Cholerae, Enterotoksigenik E.Coli (
ETEC), C. Perfringers, dan S. Aureus.
Secara klinis dapat ditemukan diare berupa air seperti cucian beras dan meningga
lkan dubur secara deras dan banyak (voluminous). Diare jenis ini dikenal sebagai
diare sekretorik isotonik voluminal.
2. Bakteri enteroinvasif
Kerusakan dinding usus berupa nekrosis dan ulserasi dapat terjadi pada keadaan i
ni. Diare bersifat sekretorik eksudatif. Cairan diare dapat bercampur lendiri da
n darah.
Bakteri yang termasuk dalam golongan ini adalah Enterinvasif E.Coli (EIEC), S. P
aratyphi B, S. Enteriditis, S. Choleraesuis, Shigela, Yersinia dan C. Perfringen
s tipe C.
Diare yang disebabkan oleh parasit dapat menyebabkan kerusakan berupa ulkus besa
r (E. Histolitica), kerusakan vili yang penting untuk penyerapan air, elektrolit
dan zat makanan (G. Lamblia). Kandida dapat juga menyebabkan diare, tetapi pato
fisologinya belum cukup jelas. Diduga diare akiabt infeksi Kandida akibat superi
nfeksi dengan jasad renik lain dan keadaan tertentu seperti diabetes mellitus.
Patogenesis diare yang disebabkan oleh virus masih belum jelas. Diduga, virus me
rusak sel epitel mukosa usus walaupun hanya superfisial, sehingga mengganggu abs
orpsi air dan elektrolit. Sebaliknya sel-sel kripti akan berproliferasi dan meny
ebabkan bertambahnya sekresi cairan ke dalam lumen usus. Selain itu, dapat pula
terjadi kerusakan enzim-enzim disakarida yang menyebabkan intoleransi laktosa ya
ng akhirnya dapat memperlama diare. Diare jenis ini dapat disebabkan oleh Choler
a dan Rotavirus.
Manifestasi Klinis
Pasien dengan diare akut akibat infeksi sering mengalami nausea, muntah, nyeri p
erut sampai kejang perut, demam dan diare. Kekurang cairan akibat diare akan men
yebabkan pasien merasa haus, lidah kering, tulang pipi menonjol, turgor kulit me
nurun, serta suara menjadi serak.
Dapat terjadi gangguan biokimiawi, seperti asidosis metabolik dimana frekuensi n
apas pasien lebih cepat dan dalam (pernapasan Kussmaul).
Pada pasien diare dapat terjadi renjatan hipovolemik berat dengan tanda-tanda de
nyut nadi cepat (lebih dari 120x/menit), tekanan darah menurun sampai tidak dapa
t terukur, pasien gelisahmuka pucat, ujung-ujung ekstremitas dingin dan kadang-k
adang sianosis.
Kekurangan kalium dapat menimbulkan aritimia jantung.
Perfusi ginjal dapat menurun dan menyebabkan anuria sehingga bila kekurangan cai
ran tidak segera ditangani dapat timbul penyulit berupa nekrosis tubular akut.
Secara klinis, diare karena infeksi akut dibagi menjadi dua golongan :
1. Koleriform, diare yang terutama terdiri atas cairan saja
2. Disentriform, diare yang bisa didapatkan adanya lendir kental dan kadang-kada
ng darah
Diagnosis
Penegakan diagnosis Enteritis Akut dapat dilakukan melalui Anamnesis, Pemeriksaa
n Fisis dan Pemeriksaan Penunjang (urin lengkap, darah tepi lengkap, analisis ga
s darah, elektrolit, ureum, kreatinin, pemeriksaan tinja lengkap).
Penatalaksanaan
Pada orang dewasa, penatalaksanaan diare akut akibat infeksi terdiri atas :
1. Rehidrasi (prioritas pengobatan)
2. Identifikasi penyebab diare akut akibat infeksi melalui pemeriksaan penunjang
yang terarah (harus dibedakan antara diare koleriform dan disentriform)
3. Terapi simptomatik, dapat diberikan antimotilitas/antisekresi usus dan antiem
etik
4. Terapi defenitif
Pemberian edukasi yang jelas sangat penting sebagai langkah pencegahan. Higiene
perorangan, sanitasi lingkungan dan imunisasi melalui vaksinasi sangat berarti,
selain terapi farmakologi.