Anda di halaman 1dari 6

RSUD Muara Teweh, Kabupaten Barito Utara, Propinsi Kalimantan

Tengah mempunyai visi yaitu Terwujudnya Pelayanan Kesehatan di Rumah


Sakit yang PRIMA pada tahun 2010. Sedangkan misi dari RSUD Muara
Teweh tersebut addalah:
1. Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di bidang preventif, kuratif,
promotif dan rehabilitatif, sehingga rumah sakit dapat difungsikan oleh
pengguna jasa/pasien.
2. Meningkatkan peran serta karyawan untuk mendukung keberhasilan
pelayanan kesehatan.
3. Peningkatan sumber daya manusia rumah sakit.
4. Peningkatan sarana dan prasarana fisik rumah sakit.
5. Menjadikan RSUD Muara Teweh sebagai pusat rujukan di Kabupaten
Barito Utara dan sekitarnya.
Berdasarkan visi dan misi dari RSUD Muara Teweh yang yang akan dicapai,
maka digunakan pola Balance Score Card dalam menyusun perencanaan guna
mencapai visi dan misi. Dalam Balance Score Card ada empat perspektif yang
diukur, yaitu:
1. Perspektif konsumen/pasien
2. Perspektif proses bisnis internal
3. Perspektif finansial
4. Perspektif proses pembelajaran dan pertumbuhan.
Keempat perspektif tersebut saling terkait dan tidak berdiri sendiri. Perspetif
(4) proses pembelajaran dan pertumbuhan merupakan dasar dari semua perpektif
diatasnya, karena perspektif (4) menyangkut hal dasar yaitu SDM. Tujuan akhir
dari semua pengukuran dalam Balance Score Card ini adalah perspektif
konsumen (1), karena konsumen (pasien) adalah orang yang dapat menilai secara
langsung hasil kinerja RSUD Muara Teweh. Mencapai tujuan akhir tidak mungkin
melewatkan perspektif finansial (3) dan perspektif proses bisnis internal (2),
karena kedua perspektif itu adalah mesin yang mengolahnya.

Hubungan sebab-akibat dari empat perspektif


1. Perspektif konsumen/pasien: yaitu pengukuran kepuasan dan kesetian pasien
yang diukur dengan peningkatan kunjungan, diterimanya produk-produk
RSUD Muara Teweh, dan meluasnya segmen pasar ke kabupaten tetangga,
rendahnya keluhan pasien terhadap pelayanan dan lain sebagainya. Pasien
memberikan penilaian terhadap kualitas keseluruhan perawatan yang diterima
dari dokter, perawat dan profesional kesehatan lainnya, serta pelayanan
kebersihan dan makanan di RS. Ketepatan dan kecepatan waktu pelayanan
pasien harus menjadi perhatian pimpinan dan karyawan RS, sehingga pasien
tidak perlu menunggu lama dalam menerima pelayanan tanpa membedakan
status sosio-ekonomi pasien.
2. Perspektif proses bisnis internal: yaitu pengukuran yang terfokus pada nilainilai yang diharapkan oleh pelanggan dan pengambil keputusan. Proses bisnis
internal harus inovatif, selalu dimonitor dan diperbaiki. RSUD Muara Teweh
harus berani membuat inovasi dalam bidang pelayanan dengan menggunakan
teknologi informasi (sistem komputerisasi), mungkin dalam tingkat sederhana
dulu, sehingga jalur dari pasien masuk sampai dengan pasien pulang dapat
diketahui dengan mudah. Sistem komputerisasi mempermudah dan
menyerdehanakan alur pelayanan pada pasien, sehingga petugas-petugas RS
dapat mengarahkan pasien secara langsung pada bagian yang berwenang.
Sistem komputerisasi juga sangat membantu dalam hal membuat pelaporan
rekam medis. Jika ada komplain dari pasien dapat dengan mudah dan cepat
diketahui letak kesalahannya. Diperlukan inovasi lainnya pada RSUD Muara
Teweh, yaitu pola tarif pelayanan dapat dilaksanakan pada satu pintu bekerja
sama dengan bank (misal: BPD Kalteng). Tujuan kerja sama dengan
perbankan ini adalah untuk menghindari biaya tinggi serta pungutan-pungutan
tidak resmi yang membebani pasien, keuntungan bagi operator
(medis/paramedis) tidak akan kehilangan haknya setelah pemberian pelayanan
dan keuntungan bagi pemerintah daerah, selaku pengambil keputusan, adalah
memudahkan dalam pengendalian dan pengawasan pelaksanaan pungutan tarif
pelayanan karena bank pasti bisa mengeluarkan laporannya secara cepat dan

rutin. Capaian pelayanan rawat inap pasien pada RSUD Muara Teweh tahun
2008: BOR: 61,7%, LOS: 3 hari, BTO: 74 kali/thn, TOI: 2 hari, GDR: 2,26%
dan NDR: 0,86%. Capaian LOS perlu dilakukan perbaikan pada tahun 2009.
Capaian LOS ini buruk mungkin karena pasien sudah merasa sembuh, pasien
tidak betah di RS karena buruknya pelayanan, atau pasien menghindari
pembengkakan biaya akibat biaya siluman. Capaian BTO yang jelek ini
diperlukan perbaikan dengan penambahan jumlah tempat tidur.
3. Perspektif finansial: yaitu pengukuran yang biasanya dinyatakan dengan rasio
profitabilitas antara lain laba operasi, tingkat pengembalian, pertumbuhan
penjualan, arus kas yang dihasilkan dan lain sebagainya. Sumber-sumber
pendanaan yang diterima RSUD Muara Teweh dari APBD Kab. Barito Utara,
APBD Prop. Kalimantan Tengah dan APBN Depkes RI digunakan seoptimal
mungkin untuk berinfestasi pada perlatan penunjang dan SDM. Guna
meningkatkan kemandirian RSUD Muara Teweh dalam mengelola keuangan
sebaiknya diubah menjadi BLU (Badan Layanan Umum), dimana RS mampu
merencanakan dan mengelola keuangan sendiri. RS dapat membeli peralatan
medis dan non-medis yang nantinya akan meningkatkan kinerja karyawan dan
pelayanan, sehingga tidak ada lagi drop peralatan dari pemerintahh daerah
ataupun pusat yang tidak sesuai dengan situsi dan kondisi pelayanan RS.
Pembelian peralatan ini harus memperhitungkan return of invesment (berapa
lama waktu yang diperlukan hingga mencapai break event point) dan rasio
efisiensinya (memperhitungkan seberapa efisien RS mempergunakan alat-alat
yang ada). Pemerintah cukup sebagai pemberi arahan dan pengawas
penggunaan dana. Di wilayah kerja RSUD Muara Teweh banyak perusahaan
tambang batubara, baik yang berskala nasional maupun internasional.
Perusahaan ini bisa diajak bekerja sama (sebagai pihak ke-3) dalam hal
penyediaan sarana dan prasarana yang dibutuhkan RS, sehingga perusahaan
itu tidak perlu merujuk ke kota lain jika ada karyawannya yang sakit. Terjadi
prinsip saling menguntungkan, RS mendapatkan alat yang memadai tanpa

membebani keuangan RS dan perusahaan dapat menghemat biaya serta waktu


dalam memberikan pertolongan kepada karyawannya.
4. Perspektif proses pembelajaran dan pertumbuhan: yaitu pengukuran dengan
melihat tiga faktor utama: manusia, sistem dan prosedur organisasi yang akan
memberikan prospek masa depan. Perspektif ini mendasari perspektiperspektif yang ada diatasnya. Organisasi akan berhasil di masa depan jika ada
keberanian berinvestasi pada sumber daya manusia, sistem dan prosedur.
Sistem online dan prosedur pembayaran jasa pelayanan oleh pasien, yang telah
dijelaskan pada perspektif (2) membutuhkan proses yang tidak sebentar, try
and error sangat wajar terjadi pada awal-awal penerapan metode ini.
Diperlukan adalah sadar akan kesalahan itu dan tahu letak kesalahannya serta
perbaikannya munuju kelancaran pelayanan. Sistem dan prosedur itu dapat
berjalan jika sumber daya manusianya (SDM) siap. SDM di RS harus
mempunyai kemampuan yang cakap, memiliki empati dan mampu bertindak
cepat dan tepat. Pelayanan di RS merupakan pelayanan yang saling kaitmengkait antar unit pelayanan yang satu dengan yang lainnya. Tetapi
kemampuan dan keahlian petugas pada masing-masing unit berbeda, sehingga
petugas pada unit yang satu tidak bisa menggantikan petugas pada unit lain,
misalnya: petugas rntgen tidak bisa menggantikan petugas laboratorium dan
demikian juga sebaliknya. Mengingat keunikan itu maka ketersediaan SDM
baik dari jumlah dan kemampuan mutlak dibutuhkan untuk pelayanan RS.
Perlu dipikirkan untuk mengatasi masalah SDM ini. Bisa ditempuh dengan
merekrut petugas baru ataupun meningkatkan kemampuan petugas yang ada
dengan menyekolahkannya. Untuk perekrutan petugas baru sangat tergantung
dari pemerintah daerah dalam membuka lowongan CPNS. Jika RSUD Muara
Teweh sudah murni BLU, maka RS mampu menggaji sendiri petugas yang
diperlukan terutama petugas dalam bidang teknologi informasi guna merawat
dan mengoperasikan sistem itu. Guna meningkatkan SDM bidang medis, RS
telah berhasil menyekolahkan seorang dokter menjadi spesialis kandungan.
Sekarang RS sedang menyekolahkan dokter di bagian THT dan dokter gigi di
bagian bedah mulut. Paramedis telah banyak yang ditingkatkan spesifikasinya

dari SPK menjadi D3 keperawatan, ada juga yang sudah S1 keperawatan.


Tidak hanya peningkatan kualitas SDM di biang pelayanan langsung ke
pasien, RS juga telah dan sedang menyekolahkan petugas-petugas yang tidak
berkaitan langsung dengan pelayanan ke pasien. Selain sekolah, RS juga
memberikan kesempatan kepada karyawannya untuk mengikuti kursus baik
dibidang medis (misal: pendidikan kedokteran berkelanjutan/PKB,
kefarmasian, radiologi, laboratorium dll.) maupun non-medis (misal:
administrasi dan kepegawaian). Peningkatan SDM ini sangat erat kaitannya
dengan perspektif (3) finansial, ketersediaan dana sangat berperan dalam
mengirim petugas RS ke sekolah ataupun mengikuti kursus. Diperlukan
alokasi dana yang besar jika kualitas SDM RSUD Muara Teweh hendak
ditingkatkan sehingga kepuasan pasien yang menjadi tujuan akhir dari
pelayananan RS dapat dicapai.
KEPUASAN & LOYALITAS

KETEPATAN DAN KECEPATAN DALAM

PERSPEKTIF KONSUMEN/PASIEN

PERSPEKTIF PROSES BISNIS INTERNAL

INOVASI
TI

PERSPEKTIF FINANSIAL

INOVASI POLA
TARIF SATU ATAP

PERBAIKAN
BOR &LOS

PENGADAAN PERALATAN MEDIS DAN NON-MEDIS

BLU

APBD KAB.
BARITO UTARA

---------

DANA PIHAK KETIGA

APBD PROP.
KALTENG

PERSPEKTIF PROSES

PENINGKATAN SKILL KARYAWAN &


REKRUITMEN KARYAWAN BARU YANG
CAKAP SERTA TERAMPIL

PEMBELAJARAN & PERTUMBUHAN

APBN

Anda mungkin juga menyukai