Dra Sri Waryanti dan Drs. Agus Budi Wibowo M.Si, keduanya adalah
staf Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional Banda Aceh
aspek budaya.
Aspek budaya
Pada beberapa abad yang lalu banyak daerah di Pulau Jawa diperintah
secara efektif oleh kaum aristokrat. Kaum ini banyak yang menikmati hak-hak
istimewa patrimonial yang berbeda dengan di Eropa yang feodal. Banyak
jabatan seperti pangeran, atau waliraja merupakan jabatan yang diwariskan
secara turun temurun. Mereka mendapat sebagian hasil panen dari rakyat,
seperti halnya dengan jasa domestik yang dikenal dengan panen.
Pada masa pemerintahan Daendles hak-hak istimewa itu mulai dihilangkan. Namun usaha-usaha Daendles tersebut terancam gagal karena adanya
dampak Perang di Jawa (1825-1830). Akan tetapi pada akhir abad ke19
kondisi berbalik dan mulai banyak hak istimewa tradisional tersebut mulai
dikurangi pada segenap pemerintahan, kecuali di desa yang merupakan basis
pemerintahan sipil di Jawa. Di saat itu tidak ada pembedaan antara uang yang
masuk dan keluar. Kepala desa yang tidak digaji memungut pajak, membayar
untuk diri sendiri apa yang mereka rasakan patut untuk mereka dan baru
memakai sisanya untuk kepentingan desa. Singkatnya secara tradisi hanya
terdapat sedikit perbedaan antara uang pmerintah dan uang pribadi. Praktek
ini seluruhnya sesuai dengan nilai-nilai patrimonial.
Sejak kemerdekaan pola ini hanya sedikit.mengalami perubahan di
banyak desa di Jawa. Karena banyak anak desa yang mulai menduduki
jabatan tingkat kecamatan, kabupaten. Namun tingkah laku dan nilai-nilai
yang diterima secara tradisional itu tiba-tiba menjadi tingkah laku dan nilai
yang korup secara legal. Oleh karena sebagian besar dari pegawai Indonesia
dewasa ini berbasis dan dibesarkan di desa dan di dalam diri mereka pasti
sudah (dan masih) membawa banyak nilai-nilai tradisional itu ke dalam
jabatan mereka, maka pertentangan berdasarkan norma ini mempunyai
hubungan yang penting atas tingkah laku birokratik mereka (Soenarso, 1996:
Smith, 1993).
Oleh karena contoh yang tepat dari pejabat regional menunjukkan mayoritas yang jelas bahwa mereka dilahirkan dan dibesarkan di desa, maka
terdapat hubungan potensial dengan sistem patrimonial, seperti diuraikan
begitu baik oleh Geertz. Meskipun tidak ada data pembanding yang baik untuk
menunjukkan perbedaan dalam nilai-nilai di daerah desa dan kota, namun
sisa-sisa struktur nilai patrimonial yang kuat dapat dijumpai pada sebagian