Anda di halaman 1dari 4

Staphylococcus aureus

Pembawa Staphylococcus aureus yang asimtomatik sering ditemukan, dan organisme


ini ditemukan pada 40% orang sehat, dibagian hidung, kulit, ketiak, atau perineum.
Staphylococcus aureus memproduksi koagulase yang menjadi fibrin dan dapat membantu
organisme ini untuk membentuk barisan perlindungan. Bakteri ini juga memiliki reseptor
terhadap permukaan sel pejamu dan protein matriks yang membantu organisme ini untuk
melekat. Bakteri ini memproduksi enzim link ekstraseluler yang memecah jaringan pejamu dan
membantu invasi. Beberapa strain memproduksi eksotoksin poten, yang menyebabkan sindrom
syok. Enterotoksik juga diproduksi, yang dapat menyebabkan diare. Staphylococcus aureus
menyebar melalui udara dan melalu tangan pekerja. Bakteri ini menyebabkan rentang sindrom
infeksi yang luas (Koes Irianto, 2014).

Clostridium perfringens
Bakteri ini bersifat anaerobik, berbentuk batang, dan merupakan gram positif, serta
membentuk spora. Habitatnya adalah di tanah dan kolon serta vagina manusia. Gas gangrene
terjadi karena kontaminasi luka dengan tanah atau feses. Dapat pula digolongkan sebagai food
poisoning melalui makanan yang terkontaminasi terutama daging. Gejala ketika bakteri ini
menjadi food poisoning adalah diare cair setelah 8-16 jam inkubasi dengan kram perut dan
sedikit muntah. Gejala food poisoning ini disebabkan oleh enterotoksin yang dihasilkan bakteri
ini (Koes Irianto, 2014).

Clostridium botulinum
Organisme ini bersifat anaerobik, merupakan gram positif dan membentuk spora.
Habitatnya adalah tanah dan ditransmisikan melalui makanan yang sterilisasinya tidak adekuat.
Ada dua bentuk klinik yaitu Wound botulism, dimana spora mengontaminasi luka, germinasi, dan
membuat toksin pada tempat luka, dan Infant botulism, dimana organisme tumbuh dan membuat
toksin di usus.

Salmonella sp.
Salmonella bersifat host-adapted pada hewan, dan infeksi pasa manusia biasanya
mengenai daerah usus. Infeksi muncul dalam bentuk diare akut yang sembuh sendiri. Pada
beberapa kesempatan organisme ini dapat menyebabkan penyakit invasive, melipui bacteremia
dan septikemia yang mengancam jiwa atau osteomyelitis. Organisme ini ditemukan pada hewan
domestik. Kasus pada manusia dan pembawa yang sedang dalam penyembuhan juga merupaka
sumber yang penting. Transmisinya melalui fekal-oral, biasanya dari mengingesti makanan yang
terkontaminasi. Infeksi lebih sering dan lebih berat pada pasien yang mengalami penurunan asam
lambung atau pasien immunocompromised atau pasien yang menjalani splenektomi (Koes
Irianto, 2014).

Escherichia coli
Toksin (Koes Irianto, 2014)
1. Escherechia coli enterotoksigenik (ETEC)
E.coli memproduksi toksin LT dan toksin ST. Toksin-toksin ini bekerja pada enterosit
untuk menstimulasi sekresi cairan, menyebabkan terjadinya diare. Toksin LT memiliki

70% homologi dengan toksin kolera. Toksin ini labil terhadap panah (LT) dan seperti
toksin kolera, meningkatkan adenosine monofosfat siklik local pada sel enteric. Toksin
ST bersifat stabil terhadap panas dan menstimulasi guanil monofosfat siklik. E.coli yang
memiliki enterotoksin-enterotoksin ini berhubungan dengan travellers diarrhea (diare
yang terjadi pada pelancong, yaitu penyakit diare cair yang singkat.

2.

Escherichia coli enteroagregatif (EAggEC)


Beberapa strain E.coli dapat melekat ke sel enteric dan menyebabkan agregasi sel enteric
tersebut. Bakteri ini tidak menginvasi sel, dan dikenal sebagai Escherichia coli
enteroagregatif serta dapat juga menyebabkan diare kronik. Bakteri ini diselubungi
dengan struktur fibril yang diduga memerantarai penempelan. Strain mengekspresikan
toksin yang menyerupai ST atau toksin yang menyerupai hemolisin.

3.

Escherichia coli enteropatogenik (EPEC)


E.coli dengan karakteristik ini merupakan E.coli yang pertama kali dikenali sebagai
pathogen primer yang menyebabkan wabah diare di tempat perawatan anak. Penempelan
berhubungan dengan hilangnya mikrovili dan disebabkan oleh pengaturan ulang dari
aktin sel pejamu.

4.

Echerichia coli enterohemoragik (EHEC)


Strain ini memproduksi verotoksin yang dinamakan demikian karena aktivitasnya pada
sel vero in vitro. Diare berdarah yang disebabkannya dapat dipersulit oleh hemolysis dan
gagal ginjal akut: sindrom hemolitik-uremik. Organisme ini komensal pada sapi dan

ditransmisikan ke manusia melalui buruknya higiene di tempat pemotongan hewan dan


tempat produksi makanan.

Anda mungkin juga menyukai