Bakteri-Bakteri (Untuk BAB 2)
Bakteri-Bakteri (Untuk BAB 2)
Clostridium perfringens
Bakteri ini bersifat anaerobik, berbentuk batang, dan merupakan gram positif, serta
membentuk spora. Habitatnya adalah di tanah dan kolon serta vagina manusia. Gas gangrene
terjadi karena kontaminasi luka dengan tanah atau feses. Dapat pula digolongkan sebagai food
poisoning melalui makanan yang terkontaminasi terutama daging. Gejala ketika bakteri ini
menjadi food poisoning adalah diare cair setelah 8-16 jam inkubasi dengan kram perut dan
sedikit muntah. Gejala food poisoning ini disebabkan oleh enterotoksin yang dihasilkan bakteri
ini (Koes Irianto, 2014).
Clostridium botulinum
Organisme ini bersifat anaerobik, merupakan gram positif dan membentuk spora.
Habitatnya adalah tanah dan ditransmisikan melalui makanan yang sterilisasinya tidak adekuat.
Ada dua bentuk klinik yaitu Wound botulism, dimana spora mengontaminasi luka, germinasi, dan
membuat toksin pada tempat luka, dan Infant botulism, dimana organisme tumbuh dan membuat
toksin di usus.
Salmonella sp.
Salmonella bersifat host-adapted pada hewan, dan infeksi pasa manusia biasanya
mengenai daerah usus. Infeksi muncul dalam bentuk diare akut yang sembuh sendiri. Pada
beberapa kesempatan organisme ini dapat menyebabkan penyakit invasive, melipui bacteremia
dan septikemia yang mengancam jiwa atau osteomyelitis. Organisme ini ditemukan pada hewan
domestik. Kasus pada manusia dan pembawa yang sedang dalam penyembuhan juga merupaka
sumber yang penting. Transmisinya melalui fekal-oral, biasanya dari mengingesti makanan yang
terkontaminasi. Infeksi lebih sering dan lebih berat pada pasien yang mengalami penurunan asam
lambung atau pasien immunocompromised atau pasien yang menjalani splenektomi (Koes
Irianto, 2014).
Escherichia coli
Toksin (Koes Irianto, 2014)
1. Escherechia coli enterotoksigenik (ETEC)
E.coli memproduksi toksin LT dan toksin ST. Toksin-toksin ini bekerja pada enterosit
untuk menstimulasi sekresi cairan, menyebabkan terjadinya diare. Toksin LT memiliki
70% homologi dengan toksin kolera. Toksin ini labil terhadap panah (LT) dan seperti
toksin kolera, meningkatkan adenosine monofosfat siklik local pada sel enteric. Toksin
ST bersifat stabil terhadap panas dan menstimulasi guanil monofosfat siklik. E.coli yang
memiliki enterotoksin-enterotoksin ini berhubungan dengan travellers diarrhea (diare
yang terjadi pada pelancong, yaitu penyakit diare cair yang singkat.
2.
3.
4.