Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN
Karsinoma hepatoselular (hepatocellular carcinoma) adalah tumor ganas hati primer
yang berasal dari hepatosit dan paling sering ditemukan daripada tumor ganas hati primer
lainnya seperti limfoma maligna, fibrosarkoma, dan hemangioendotelioma. 1 Karsinoma
fibrolamelar dan hepatoblastoma juga merupakan tumor ganas hati primer yang berasal dari
hepatosit. Tumor ganas hati lainnya, kolangiokarsinoma dan sistoadenokarsinoma berasal
dari sel epitel bilier, sedangkan angiosarkoma dan leiomiosarkoma berasal dari sel
mesenkim.
Dari seluruh tumor ganas hati yang pernah didiagnosis, 85% merupakan karsinoma
hepatoselular, 10% cholangiocarcinoma, dan 5% adalah jenis lainnya. 10 Dalam dasawarsa
terakhir terjadi perkembangan yang cukup berarti menyangkut karsinoma hepatoselular,
antara lain perkembangan pada modalitas terapi yang memberikan harapan untuk sekurangkurangnya perbaikan pada kualitas hidup pasien.
Di Amerika Serikat sekitar 80%-90% dari tumor ganas hati primer adalah karsinoma
hepatoselular. Angka kejadian tumor ini di Amerika Serikat hanya sekitar 2% dari seluruh
karsinoma yang ada.2 Sebaliknya di Afrika dan Asia, karsinoma hepatoselular adalah
karsinoma yang paling sering ditemukan dengan angka kejadian 100/100.000 populasi. 2-5
Setiap tahun muncul 350.000 kasus baru di Asia, 1/3nya terjadi di Republik Rakyat China.4
Di Eropa kasus baru berjumlah sekitar 30.000 per tahun, di Jepang 23.000 per tahun, di
Amerika Serikat 7000 per tahun dan kasus baru di Afrika 6x lipat dari kasus di Amerika
Serikat.4
Karsinoma hepatoselular meliputi 5,6% dari seluruh kanker pada manusia serta
menempati peringkat kelima pada laki-laki dan kesembilan pada perempuan sebagai kanker
tersering di dunia, dan urutan ketiga dari kanker sistem saluran cerna setelah kanker
kolorektal dan kanker lambung. Pria lebih banyak menderita penyakit ini daripada wanita. 4-6
Tingkat kematian (rasio antara mortalitas dan insidensi) karsinoma hepatoselular juga sangat
tinggi, di urutan kedua setelah kanker pankreas. Tingkat kekerapan tertinggi tercatat di Asia
Timur dan Tenggara serta di Afrika Tengah, sedangkan yang terendah di Eropa Utara,
Amerika Tengah, Australia, dan Selandia Baru. 1 Karsinoma hepatoselular jarang ditemukan

pada usia muda, kecuali di wilayah yang endemik infeksi HBV serta banyak transmisi HBV
perinatal. Umumnya di wilayah dengan kekerapan karsinoma hepatoselular tinggi, umur
pasien 10-20 tahun lebih muda daripada umur pasien karsinoma hepatoselular di wilayah
dengan angka kekerapan yang rendah. Hal ini dapat dijelaskan antara lain karena di wilayah
dengan angka kekerapan tinggi, infeksi HBV sebagai salah satu penyebab terpenting
karsinoma hepatoselular banyak ditularkan pada masa perinatal atau masa anak-anak,
kemudian terjadi karsinoma hepatoselular setelah dua atau tiga dasawarsa.
Lebih dari 80% pasien karsinoma hepatoselular menderita sirosis hati.4,7 Karsinoma
hepatoselular biasa dan sering terjadi pada pasien dengan sirosis hati yang merupakan
komplikasi hepatitis virus kronik.4 Hepatitis virus kronik adalah faktor risiko penting
karsinoma hepatoselular, virus penyebabnya adalah virus hepatitis B dan C. 3-9 Bayi dan anak
kecil yang terinfeksi virus ini lebih mempunyai kecenderungan menderita hepatitis virus
kronik daripada dewasa yang terinfeksi virus ini untuk pertama kalinya.4 Pasien karsinoma
hepatoselular 88% diantaranya terinfeksi virus hepatitis B atau C. 9 Tampaknya virus ini
mempunyai hubungan yang erat dengan timbulnya karsinoma hepatoselular.3,9
Karsinoma hepatoselular seringkali tak terdiagnosis karena gejala karsinoma tertutup
oleh penyakit yang mendasari yaitu sirosis hati atau hepatitis kronik.8 Jika gejala tampak,
biasanya sudah stadium lanjut dan harapan hidup sekitar beberapa minggu sampai bulan.7
Keluhan yang paling sering adalah berkurangnya selera makan, penurunan berat badan, nyeri
di perut kanan atas dan mata tampak kuning.2,8 Pemeriksaan Alfa Feto Protein (AFP) sangat
berguna untuk menegakkan diagnosis penyakit karsinoma hepatoselular ini. 2,5,7 Penggunaan
ultrasonografi ( USG ), Computed Tomographic Scanning (CT Scan), Magnetic Resonance
Imaging (MRI) penting untuk menegakkan diagnosis dan mengetahui ukuran tumor.1,9
Komplikasi yang sering terjadi pada sirosis adalah asites, perdarahan saluran cerna bagian
atas, ensefalopati hepatika, dan sindrom hepatorenal. Prognosis pasien dengan penyakit ini
buruk.
Berikut ini akan disajikan sebuah kasus karsinoma hepatoselular. Kasus ini diangkat
karena permasalahan diagnosa dan pengobatan terhadap penyakit ini yang belum
memuaskan. Semoga penyajian ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan kita semua.

BAB II
LAPORAN KASUS
II.1

II.2

IDENTIFIKASI
Nama lengkap

: Tn. Idin

Jenis kelamin

: laki-laki

Umur

: 75 tahun

Alamat

: Desa Ulu Aus Tanding, Pemulutan, Palembang

Pekerjaan

: Petani padi

Agama

: Islam

MRS

: 11 Agustus 2008

ANAMNESA

II.2.1 Keluhan utama


Benjolan di perut kanan atas yang bertambah besar sejak 2 minggu SMRS.
II.2.2 Riwayat perjalanan penyakit
Sejak satu bulan SMRS os mengeluh terdapat benjolan di perut kanan atas mula-mula
sebesar telur puyuh, benjolan terasa nyeri bila ditekan, os juga merasakan nyeri perut yang
hilang-timbul dengan tingkatan nyeri yang kadangkala berat dan di lain saat berkurang, nyeri
dirasakan di seluruh bagian perut, namun nyeri tidak menjalar, nyeri terasa seperti diremasremas. Nyeri perut bertambah bila os bergerak dan nyeri berkurang bila os berbaring. Os juga
mengeluh menderita demam yang naik-turun, namun tidak mengigil. Os juga mengalami
mual dan muntah. Rasa mual terjadi terus menerus sehingga selera makan sangat menurun.
Muntah terjadi dengan frekuensi 3x sehari terutama bila selesai makan, jumlah muntahan
gelas, isi muntahan berupa air dan makanan, tetapi tidak ada darah, perasaan cepat kenyang
tidak ada, dan tubuh terasa cepat lelah tidak ada. Os tidak menderita nyeri ulu hati, tidak
nyeri punggung, tidak batuk, tidak sesak napas, dan tidak nyeri dada. Buang air kecil tetap
lancar dengan frekuensi dan jumlah seperti biasa, namun air kencing berwarna kuning seperti
teh tua. Buang air besar lancar dengan frekuensi dan jumlah seperti biasa. Os kemudian
berobat ke bidan desa dan dinyatakan menderita maag, lalu bidan memberi obat-obatan

berupa pil hijau dan kapsul (os lupa nama obatnya) namun setelah os meminum obat
tersebut, keluhan tidak juga berkurang.
Sejak 2 minggu SMRS benjolan di perut kanan atas bertambah besar, berukuran
sebesar telur ayam dan masih terasa nyeri bila ditekan. Os juga mengeluh timbul sembab
pada kedua kaki dan perut yang sebelumnya tidak pernah dialami. Sembab mula-mula
terdapat di perut kemudian berlanjut timbul di kedua kaki. Tidak terdapat sembab pada
kelopak mata dan tangan. Nyeri perut yang hilang-timbul dengan tingkatan nyeri yang
kadangkala berat dan di lain saat berkurang masih dirasakan oleh os. Nyeri perut seperti
diremas-remas, nyeri dirasakan di seluruh bagian perut, namun nyeri tidak menjalar. Nyeri
perut bertambah bila os bergerak dan nyeri berkurang bila os berbaring. Os juga masih
menderita demam yang naik-turun namun tidak mengigil. Selain itu os masih merasa mual
dan muntah dengan frekuensi 3x sehari, jumlah muntahan gelas, isi muntahan berupa air
dan makanan yang dimakan, napsu makan berkurang, badan semakin kurus, dan terasa
lemah. Os tidak menderita nyeri ulu hati, perasaan cepat kenyang tidak ada, tidak nyeri
punggung, tidak batuk, tidak sesak napas, dan tidak nyeri dada. Mata dan tubuh os tidak
pernah tampak berwarna kuning. Buang air kecil tetap lancar dengan frekuensi jumlah seperti
biasa, namun air kencing berwarna kuning seperti teh tua. Buang air besar biasa. Os
kemudian memutuskan berobat dan dirawat di RSMH Palembang.
II.2.3 Riwayat penyakit terdahulu

Riwayat sakit paru-paru 1 tahun yang lalu.


Os berobat ke dokter di puskesmas desa lalu diberi obat berupa pil (os lupa nama
obatnya) dan air kencing os berwarna kemerahan setelah minum obat tersebut. Os
minum obat tersebut selama 3 bulan.

Riwayat sakit maag sejak 2 tahun yang lalu.

Riwayat sakit kuning disangkal

Riwayat sakit jantung disangkal

Riwayat sakit ginjal disangkal

Riwayat menerima transfusi darah disangkal

II.2.4 Riwayat kebiasaan

Riwayat merokok 1 bungkus/ hari, selama 40 tahun, rokok tanpa filter.

Riwayat kontak dengan pestisida jenis DMA (Dimethylamine) saat menyemprot padi
di sawah. Penyemprotan dengan pestisida DMA dilakukan 4 bulan SMRS, 1x
seminggu. Os menggunakan masker yang terbuat dari kain saat melakukan
penyemprotan.

Riwayat konsumsi alkohol, obat-obatan, dan jamu-jamuan disangkal

II.2.5 Riwayat penyakit keluarga

Riwayat sakit paru-paru disangkal

Riwayat sakit kuning disangkal

Riwayat sakit jantung disangkal

Riwayat sakit ginjal disangkal

Riwayat penyakit dengan keluhan dan gejala yang sama dengan os dalam keluarga
disangkal

II.2.6 Riwayat sosial ekonomi


Penderita sudah menikah, mempunyai tiga orang putra yang semuanya telah menikah,
pekerjaan petani padi, dengan sosial ekonomi yang kurang.
II.2.7 Status gizi
Diet sebelum sakit

: 3x sehari, tidak teratur.

Variasi diet

Karbohidrat

: nasi 3 piring penuh

Protein

: ikan basah, sepotong kecil, setiap hari


ikan kering, sepotong kecil, 1x seminggu
tahu dan tempe jarang

Lemak

: daging, sepotong kecil, jarang, 1x sebulan

Sayur

: setiap hari

II.3

Buah

: 3x seminggu

Susu

: jarang

PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan Umum
Tampak sakit berat, kesadaran compos mentis, gizi kurang, dehidrasi (+), tekanan darah
110/70 mmHg, nadi 98x/menit, teratur, isi dan tegangan cukup, pernafasan 24x/menit, suhu
36,4C, BB 45 kg, TB 168 cm, IMT : 15,94 (BB kurang), lingkar perut 77 cm.
Keadaan Spesifik
1. Kulit
Warna sawo matang, efloresensi (-), scar (-), pigmentasi normal, ikterus pada kulit (-),
turgor kembali lambat, temperatur kulit normal, keringat umum (-), keringat setempat (-),
pucat pada telapak tangan dan kaki (-), sianosis (-), pertumbuhan rambut normal, lapisan
lemak kurang, spider naevi (-).
2. KGB
Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening di submandibula, leher, subklavikula, axilla,
anal, dan inguinal, serta tidak ada nyeri penekanan.
3. Kepala
Bentuk oval, simetris, ekspresi sakit berat, rambut putih, deformasi (-), perdarahan temporal
(-), nyeri tekan (-).
4. Mata
Eksophtalmus (-), endopthalmus (-), edema palpebra (-), konjungtiva palpebra anemis (+),
sklera ikterik (+), pupil isokor, reflek cahaya normal, pergerakan mata ke segala arah baik,
lapangan penglihatan luas.
5. Hidung

Bagian luar tidak ada kelainan, septum dan tulang-tulang dalam perabaan baik, selaput lendir
dalam batas normal, tidak ditemukan penyumbatan maupun perdarahan, pernapasan cuping
hidung tidak ada.
6. Telinga
Tophi (-), nyeri tekan processus mastoideus (-), selaput pendengaran tidak ada kelainan,
pendengaran baik.
7. Mulut
Tonsil tidak ada pembesaran, pucat pada lidah (-), lidah tidak kotor, atrofi papil (-), gusi
berdarah (-), stomatitis (-), rhagaden (-), bau pernapasan khas (-)
8. Leher
Pembesaran kelenjar getah bening tidak ada, pembesaran kelenjar tiroid tidak ada, JVP (5+0)
cmH20, trakhea di tengah, hipertropi muskulus sternocledomastoideus (-), kaku kuduk (-).
9. Paru-paru
I : statis dan dinamis simetris, sela iga melebar, angulus costae < 90
P : stemfremitus kanan = kiri, batas paru-hati di sela iga ke-6
P : sonor pada kedua lapangan paru
A: vesikuler (+) normal, ronkhi (-), wheezing (-)
10. Jantung
I : ictus cordis tidak terlihat
P : ictus codis tidak teraba, thrill(-)
P : batas atas ICS II, batas kiri LMC sinistra, batas kanan linea sternalis dextra
A: HR 98x/menit, reguler, mur-mur (-), gallop (-)
11. Perut
I : cembung, terdapat massa berbentuk oval, berukuran 7x6x1 cm di regio
hipokondrium kanan, caput medusae (-), spider naevi (-), venektasi (+)

P : kencang, nyeri tekan (+) di seluruh bagian perut, hepar teraba 6 jari di bawah
arcus costae, konsistensi kenyal, permukaan berdungkul-dungkul, tepi
tumpul, lien tak teraba. Massa di regio hipokondrium kanan teraba dengan
konsistensi kenyal, tepi tumpul, nyeri tekan (+), fluktuasi (-), pulsasi (-).
P : timpani, shifting dullness (+)
A: bising usus (+) normal
12. Alat kelamin
Tidak ada kelainan
13. Extremitas

Ekstremitas atas :

Eutoni, eutrophi, gerakan bebas, kekuatan +5, nyeri sendi (-), edema (-/-), jaringan parut (-),
pigmentasi normal, ujung jari dingin (-), jari tabuh (-), eritema palmaris (-), refleks
fisiologis normal, turgor kembali lambat.

Extremitas bawah :

Eutoni, eutrophi, gerakan terbatas, kekuatan +4, nyeri sendi (-), edema (+/+), jaringan parut
(-), pucat (-), ujung jari dingin (-), jari tabuh (-), varises (-), refleks fisiologis normal, turgor
kembali lambat.
II.4

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Laboratorium (11 Agustus 2008)

Darah : Hb 8,8 gr/dl; Ht 28 vol%; MCHC 35%; Leukosit 9600/mm 3; LED 36


mm/jam; Retikulosit 4%; Trombosit 440.000/mm3; Hitung jenis 0/1/1/78/18/2.
Hapus darah : eritrosit normokrom normositik, polikromatofili, normoblas tak ada,
leukosit kesan jumlah normal, differential telling kesan normal, blast tak ada,
trombosit kesan jumlah normal, agregasi ada; kesan: anemia normokrom normositik.

Kimia darah : BSS 125 mg/dl; Ureum 43mg/dl; Kreatinin 2 mg/dl; Protein total 6
g/dl; Albumin 2,5 g/dl; Globulin 3,5 g/dl; Bilirubin total 2,14 mg/dl; Bilirubin direk
1,94 mg/dl; Bilirubin indirek 0,2 mg/dl; SGOT 723 U/l; SGPT 162 U/l; Na 126
mmol/l; K 4,1 mmol/l.
8

Serologi : HbsAg negatif.

Urine : makroskopis kuning tua keruh, glukosa (-), bilirubin (+), keton (-), BJ 1,03,
eritrosit (-), pH 5, protein (+), urobilinogen (-), leukosit (-), sediment epitel (+),
sediment leukosit 3-4 / LPB, eritrosit 3-5 / LPB, silinder hialin halus (+).

Elektrokardiografi (11 Agustus 2008)


SR1 axis normal, HR 98x/menit, PR 0,16 det, QRS 0,06 det, R/S di V1 < 1, S V1 + R V5/V6 <
35, T inverted di V1-V4. Kesan : iskemik anteroseptal.
RESUME
Seorang pria 75 tahun datang dengan keluhan utama benjolan di perut kanan atas
yang bertambah besar sejak 2 minggu SMRS.
Sejak 1 bulan SMRS os mengeluh timbul benjolan di perut kanan atas mula-mula
sebesar telur puyuh, benjolan terasa nyeri bila ditekan, os juga merasakan nyeri perut yang
hilang-timbul dengan tingkatan nyeri yang kadangkala berat dan di lain saat berkurang, nyeri
dirasakan di seluruh bagian perut, nyeri terasa seperti diremas-remas. Nyeri perut bertambah
bila os bergerak dan nyeri berkurang bila os berbaring. Os juga mengeluh menderita demam
naik-turun, mual, dan muntah. Rasa mual terjadi terus menerus sehingga selera makan sangat
menurun. Muntah terjadi dengan frekuensi 3x sehari terutama bila selesai makan, jumlah
muntahan gelas, isi muntahan berupa air dan makanan. Buang air kecil tetap lancar dengan
frekuensi dan jumlah seperti biasa, namun air kencing berwarna kuning seperti teh tua. Os
kemudian berobat ke bidan desa dan dinyatakan menderita maag, lalu bidan memberi obatobatan berupa pil hijau dan kapsul (os lupa nama obatnya) namun setelah os meminum obat
tersebut, keluhan tidak juga berkurang.
Sejak 2 minggu SMRS benjolan di perut kanan atas bertambah besar, berukuran
sebesar telur ayam, dan masih terasa nyeri bila ditekan. Os juga mengeluh timbul bengkak
pada kedua kaki dan perut yang sebelumnya tidak pernah dialami. Sembab mula-mula
terdapat di perut kemudian berlanjut timbul di kedua kaki. Nyeri perut yang hilang-timbul
dengan tingkatan nyeri yang kadangkala berat dan di lain saat berkurang masih dirasakan
oleh os. Nyeri perut seperti diremas-remas dan dirasakan di seluruh bagian perut. Nyeri perut
bertambah bila os bergerak dan nyeri berkurang bila os berbaring. Os juga masih menderita
demam tinggi yang hilang-timbul, mual, dan muntah dengan frekuensi 3x sehari, jumlah

muntahan gelas, isi muntahan berupa air dan makanan yang dimakan, napsu makan
berkurang, badan semakin kurus, dan terasa lemah. Buang air kecil tetap lancar dengan
frekuensi dan jumlah seperti biasa, namun air kencing berwarna kuning seperti teh tua Os
kemudian memutuskan berobat dan dirawat di RSMH Palembang.
Riwayat sakit paru-paru 1 tahun yang lalu. Os berobat ke dokter di desa lalu diberi
obat berupa pil (os lupa nama obatnya) dan air kencing os berwarna kemerahan setelah
minum obat tersebut. Os minum obat tersebut selama 3 bulan. Riwayat merokok 1 bungkus/
hari, selama 40 tahun, rokok tanpa filter. Riwayat kontak dengan pestisida jenis DMA
(Dimethylamine) saat menyemprot padi di sawah. Penyemprotan dengan pestisida DMA
dilakukan 4 bulan SMRS, 1x seminggu. Os menggunakan masker yang terbuat dari kain
saat melakukan penyemprotan.
Pemeriksaan fisik ditemukan keadaan umum sakit berat, kesadaran compos mentis,
gizi kurang, dehidrasi (+), tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 98x/menit, teratur, isi dan
tegangan cukup, pernafasan 24x/menit, suhu 36,4C, BB 45 kg, TB 168 cm, IMT : 15,94 (BB
kurang), lingkar perut 77 cm. Pada mata ditemukan konjungtiva palpebra anemis (+), sklera
ikterik (+), pada leher ditemukan JVP = (5+0) cm H 2O, bentuk dada paralitikum, pada
pemeriksaan paru ditemukan sela iga yang menyempit, angulus costae < 90, sonor di kedua
lapangan paru, vesikuler (+) normal, ronkhi (-), wheezing (-). Tidak ditemukan kelainan pada
pemeriksaan jantung. Pada abdomen ditemukan perut cembung, terdapat massa berbentuk
oval, berukuran 7x6x1 cm di regio hipokondrium kanan dengan konsistensi kenyal, tepi
tumpul, nyeri tekan (+), fluktuasi (-), pulsasi (-), venektasi (+), perut teraba kencang, nyeri
tekan (+) di seluruh bagian perut, hepar teraba 6 jari di bawah arcus costae, konsistensi
kenyal, tepi tumpul, permukaan berdungkul-dungkul. Pada extremitas bawah ditemukan
edema pada kedua tungkai dan turgor kulit kembali lambat.
Pemeriksaan penunjang :

Darah : Hb 8,8 gr/dl; Ht 28 vol%; MCHC 35%; Leukosit 9600/mm 3; LED 36


mm/jam; Retikulosit 4%; Trombosit 440.000/mm3; Hitung jenis 0/1/1/78/18/2.
Hapus darah : eritrosit normokrom normositik, polikromatofili, normoblas tak ada,
leukosit kesan jumlah normal, differential telling kesan normal, blast tak ada,
trombosit kesan jumlah normal, agregasi ada; kesan: anemia normokrom normositik.

10

Kimia darah : BSS 125 mg/dl; Ureum 43mg/dl; Kreatinin 2 mg/dl; Protein total 6
g/dl; Albumin 2,5 g/dl; Globulin 3,5 g/dl; Bilirubin total 2,14 mg/dl; Bilirubin direk
1,94 mg/dl; Bilirubin indirek 0,2 mg/dl; SGOT 723 U/l; SGPT 162 U/l; Na 126
mmol/l; K 4,1 mmol/l.

Serologi : HbsAg negatif.

Urine : makroskopis kuning tua keruh, glukosa (-), bilirubin (+), keton (-), BJ 1,03,
eritrosit (-), pH 5, protein (+), urobilinogen (-), leukosit (-), sediment epitel (+),
sediment leukosit 3-4 / LPB, eritrosit 3-5 / LPB, silinder hialin halus (+).

DIAGNOSA SEMENTARA
Susp. Karsinoma hepatoselular + anemia e.c keganasan + hiperuricemia
DIAGNOSA BANDING

Susp. Abses hepar + anemia chronic disease + hiperuricemia

PENATALAKSANAAN

Tirah baring

Diet hati III

IVFD Nacl 0,9% : RL : D5 = 1 : 1 : 1 gtt XX/menit

Ranitidin iv 150 mg 2x1

Spironolakton 25 mg 3x1

Allupurinol 3x100 mg

Vitamin B1 B6 B12 3x1

Curcuma 3x1

RENCANA PEMERIKSAAN
Anti HCV, anti HBS, AFP, alkaline phosphatase, USG abdomen
PROGNOSA
Quo ad vitam

: dubia ad malam

11

Quo ad functionam

: dubia ad malam

PERKEMBANGAN SELAMA RAWAT INAP


12 Agustus 2008

S
O

Keluhan : benjolan di perut kanan atas terasa nyeri


Sense
compos mentis
TD
110/80 mmHg
N
82x/menit
Temp
36,8C
RR
22x/menit
Kepala
Conjungtiva palpebra pucat (+), sklera ikterik (+)
Leher
Cor
Pulmo
Abdomen

JVP = (5+0) cmH20, pembesaran KGB (-)


HR = 82x/menit, murmur (-), gallop (-)
Vesikuler (+) N, Rhonki (-), Wheezing (-)
Cembung, venektasi (+), terdapat massa oval berukuran 7x6x1
cm di regio hipokondrium kanan, massa dengan konsistensi
kenyal, tepi tumpul, nyeri tekan (+), fluktuasi (-), pulsasi (-).
Hepar teraba 6 jbac, konsistensi kenyal, tepi tumpul, permukaan

Extremitas

berdungkul-dungkul, lien tak teraba, BU(+) normal.


Edema - / -

+/+
Susp. Karsinoma hepatoselular + anemia e.c keganasan + hiperuricemia

DD : Susp. Abses hepar + anemia chronic disease + hiperuricemia


Tirah baring
Diet hati III
IVFD Nacl 0,9% : RL : D5 = 1 : 1 : 1 gtt XX/menit
Omeprazole 1x20 mg
Spironolakton 25 mg 3x1
Allupurinol 3x100 mg
B1,B6,B12 3x1
Curcuma 3x1
Konsul divisi gastrohepatologi
USG abdomen

12

13 Agustus 2008

S
O

Keluhan : benjolan di perut kanan atas terasa nyeri


Sense
compos mentis
TD
110/80 mmHg
N
84x/menit
Temp
36,8C
RR
22x/menit
Kepala
Conjungtiva palpebra pucat (+), sklera ikterik (+)
Leher
Cor
Pulmo
Abdomen

JVP = (5+0) cmH20, pembesaran KGB (-)


HR = 84x/menit, murmur (-), gallop (-)
Vesikuler (+) N, Rhonki (-), Wheezing (-)
Cembung, venektasi (+), terdapat massa oval berukuran 7x6x1
cm di regio hipokondrium kanan, massa dengan konsistensi
kenyal, tepi tumpul, nyeri tekan (+), fluktuasi (-), pulsasi (-).
Hepar teraba 6 jbac, konsistensi kenyal, tepi tumpul, permukaan

Extremitas

berdungkul-dungkul, lien tak teraba, BU(+) normal.


Edema - / -

+/+
Susp. Karsinoma hepatoselular + anemia e.c keganasan + hiperuricemia

DD : Susp. Abses hepar + anemia chronic disease + hiperuricemia


Tirah baring
Diet hati III
IVFD Nacl 0,9% : RL : D5 = 1 : 1 : 1 gtt XX/menit
Omeprazole 1x20 mg
Spironolakton 25 mg 3x1
Allupurinol 3x100 mg
B1,B6,B12 3x1
Curcuma 3x1
Konsul divisi gastrohepatologi
USG abdomen

14 Agustus 2008

13

S
O

Keluhan : benjolan di perut kanan atas terasa nyeri, demam


Sense
compos mentis
TD
100/80 mmHg
N
96x/menit
Temp
38,5C
RR
22x/menit
Kepala
Conjungtiva palpebra pucat (+), sklera ikterik (+)
Leher
Cor
Pulmo
Abdomen

JVP = (5+0) cmH20, pembesaran KGB (-)


HR = 82x/menit, murmur (-), gallop (-)
Vesikuler (+) N, Rhonki (-), Wheezing (-)
Cembung, venektasi (+), terdapat massa oval berukuran 7x6x1
cm di regio hipokondrium kanan, massa dengan konsistensi
kenyal, tepi tumpul, nyeri tekan (+), fluktuasi (-), pulsasi (-).
Hepar teraba 6 jbac, konsistensi kenyal, tepi tumpul, permukaan

Extremitas

berdungkul-dungkul, lien tak teraba, BU(+) normal.


Edema - / -

+/+
Susp. Karsinoma hepatoselular + anemia e.c keganasan + hiperuricemia

DD : Susp. Abses hepar + anemia chronic disease + hiperuricemia


Tirah baring
Diet hati II
IVFD Nacl 0,9% : RL : D5 = 1 : 1 : 1 gtt XX/menit
Omeprazole 1x20 mg
Spironolakton 25 mg 3x1
Allupurinol 3x100 mg
B1,B6,B12 3x1
Curcuma 3x1
Konsul divisi gastrohepatologi
USG abdomen

15 Agustus 2008

S
O

Keluhan : benjolan di perut kanan atas terasa nyeri


Sense
compos mentis
TD
110/80 mmHg
N
82x/menit
Temp
36,8C
RR
22x/menit
Kepala
Conjungtiva palpebra pucat (+), sklera ikterik (+)

14

Leher
Cor
Pulmo
Abdomen

JVP = (5+0) cmH20, pembesaran KGB (-)


HR = 82x/menit, murmur (-), gallop (-)
Vesikuler (+) N, Rhonki (-), Wheezing (-)
Cembung, venektasi (+), terdapat massa oval berukuran 7x6x1
cm di regio hipokondrium kanan, massa dengan konsistensi
kenyal, tepi tumpul, nyeri tekan (+), fluktuasi (-), pulsasi (-).
Hepar teraba 6 jbac, konsistensi kenyal, tepi tumpul, permukaan

Extremitas

berdungkul-dungkul, lien tak teraba, BU(+) normal.


Edema - / -

+/+
Susp. Karsinoma hepatoselular + anemia e.c keganasan + hiperuricemia

DD : Susp. Abses hepar + anemia chronic disease + hiperuricemia


Tirah baring
Diet hati II
IVFD Nacl 0,9% : RL : D5 = 1 : 1 : 1 gtt XX/menit
Omeprazole 1x20 mg
Spironolakton 25 mg 3x1
Allupurinol 3x100 mg
B1,B6,B12 3x1
Curcuma 3x1
Konsul divisi gastrohepatologi
USG abdomen
Rencana cek ulang darah rutin, ureum, kreatinin, protein total, albumin, globulin,
bilirubin total, bilirubin direk, bilirubin indirek, SGOT, SGPT, Natrium, Kalium.

16 Agustus 2008

S
O

Keluhan : benjolan di perut kanan atas


Sense
compos mentis
TD
110/70 mmHg
N
82x/menit
Temp
37,2C
RR
22x/menit
Kepala
Conjungtiva palpebra pucat (+), sklera subikterik (+)
Leher
Cor
Pulmo
Abdomen

JVP = (5+0) cmH20, pembesaran KGB (-)


HR = 82x/menit, murmur (-), gallop (-)
Vesikuler (+) N, Rhonki (-), Wheezing (-)
Cembung, venektasi (+), terdapat massa oval berukuran 7x6x1
cm di regio hipokondrium kanan, massa dengan konsistensi

15

kenyal, tepi tumpul, nyeri tekan (+), fluktuasi (-), pulsasi (-).
Hepar teraba 6 jbac, konsistensi kenyal, tepi tumpul, permukaan
Extremitas

berdungkul-dungkul, lien tak teraba, BU(+) normal.


Edema - / -

+/+
Pemeriksaan penunjang (15 Agustus 2008)

Darah : Hb 8,2; Ht 24 vol%; leukosit 9600/mm 3; trombosit 167.000/mm3;


hitung jenis 0/2/3/79/13/3

Kimia darah : Ureum 40 mg/dl; kreatinin 2 mg/dl; protein total 6,2 mg/dl;
albumin 2,5 mg/dl; globulin 3,5 mg/dl; bilirubin total 1,14 mg/dl; bilirubin
direk 0,94 mg/dl; bilirubin indirek 0,2 mg/dl; SGOT 700 U/l; SGPT 150
U/l; Na 125 mmol/l; K 4,2 mmol/l.

USG Abdomen : kesan hepatoma noduler dan difus, limpa normal, ginjal

normal.
Karsinoma hepatoselular + hiperuricemia + hipoalbuminemia + anemia e.c

keganasan
Tirah baring
Diet hati II
IVFD RL : D5 = 1 : 1 gtt XX/menit
Omeprazole 1x20 mg
B1,B6,B12 3x1
Allupurinol 3x100 mg
Albumin 3 kolf
Curcuma 3x1
18 Agustus 2008

S
O

Keluhan : benjolan di perut kanan atas


Sense
compos mentis
TD
110/70 mmHg
N
84x/menit
Temp
37,2C
RR
22x/menit
Kepala
Conjungtiva palpebra pucat (+), sklera subikterik (+)
Leher
Cor
Pulmo
Abdomen

JVP = (5+0) cmH20, pembesaran KGB (-)


HR = 82x/menit, murmur (-), gallop (-)
Vesikuler (+) N, Rhonki (-), Wheezing (-)
Cembung, venektasi (+), terdapat massa oval berukuran 7x6x1
cm di regio hipokondrium kanan, massa dengan konsistensi
kenyal, tepi tumpul, nyeri tekan (+), fluktuasi (-), pulsasi (-).

16

Hepar teraba 6 jbac, konsistensi kenyal, tepi tumpul, permukaan


Extremitas

berdungkul-dungkul, lien tak teraba, BU(+) normal.


Edema - / -

+/+
Karsinoma hepatoselular + hiperuricemia + hipoalbuminemia + anemia e.c

keganasan
Tirah baring
Diet hati II
IVFD RL : D5 = 1 : 1 gtt XX/menit
Omeprazole 1x20 mg
B1,B6,B12 3x1
Allupurinol 3x100 mg
Albumin 3 kolf
Curcuma 3x1
19 Agustus 2008

S
O

Keluhan : benjolan di perut kanan atas


Sense
compos mentis
TD
110/70 mmHg
N
84x/menit
Temp
37,2C
RR
22x/menit
Kepala
Conjungtiva palpebra pucat (+), sklera subikterik (+)
Leher
Cor
Pulmo
Abdomen

JVP = (5+0) cmH20, pembesaran KGB (-)


HR = 84x/menit, murmur (-), gallop (-)
Vesikuler (+) N, Rhonki (-), Wheezing (-)
Cembung, venektasi (+), terdapat massa oval berukuran 7x6x1
cm di regio hipokondrium kanan, massa dengan konsistensi
kenyal, tepi tumpul,nyeri tekan (+), fluktuasi (-), pulsasi (-).
Hepar teraba 6 jbac, konsistensi kenyal, tepi tumpul, permukaan

Extremitas

berdungkul-dungkul, lien tak teraba, BU(+) normal.


Edema - / -

+/+
Karsinoma hepatoselular + hiperuricemia + hipoalbuminemia + anemia e.c

keganasan
Tirah baring
Diet hati II
IVFD RL : D5 = 1 : 1 gtt XX/menit
Omeprazole 1x20 mg
B1,B6,B12 3x1

17

Allupurinol 3x100 mg
Albumin 3 kolf
Curcuma 3x1
20 Agustus 2008

S
O

Keluhan : benjolan di perut kanan atas


Sense
compos mentis
TD
120/80 mmHg
N
77x/menit
Temp
37,2C
RR
24x/menit
Kepala
Conjungtiva palpebra pucat (-), sklera subikterik (+)
Leher
Cor
Pulmo
Abdomen

JVP = (5+0) cmH20, pembesaran KGB (-)


HR = 77x/menit, murmur (-), gallop (-)
Vesikuler (+) N, Rhonki (-), Wheezing (-)
Cembung, venektasi (+), terdapat massa oval berukuran 7x6x1
cm di regio hipokondrium kanan, massa dengan konsistensi
kenyal, tepi tumpul, nyeri tekan (+), fluktuasi (-), pulsasi (-).
Hepar teraba 6 jbac, konsistensi kenyal, tepi tumpul, permukaan

Extremitas

berdungkul-dungkul, lien tak teraba, BU(+) normal.


Edema - / -

+/+
Karsinoma hepatoselular + hiperuricemia + hipoalbuminemia + anemia e.c

keganasan
Tirah baring
Diet hati II
IVFD RL : D5 = 1 : 1 gtt XX/menit
Omeprazole 1x20 mg
B1,B6,B12 3x1
Allupurinol 3x100 mg
Curcuma 3x1
21 Agustus 2008

S
O

Keluhan : benjolan di perut kanan atas, sesak napas


Sense
compos mentis
TD
120/80 mmHg
N
88x/menit
Temp
37,2C
RR
30x/menit
Kepala
Conjungtiva palpebra pucat (-), sklera subikterik (+)
Leher
Cor
Pulmo

JVP = (5+0) cmH20, pembesaran KGB (-)


HR = 88x/menit, murmur (-), gallop (-)
Vesikuler (+) N, Rhonki (-), Wheezing (-)

18

Abdomen

Cembung, venektasi (+), terdapat massa oval berukuran 7x6x1


cm di regio hipokondrium kanan, massa dengan konsistensi
kenyal, tepi tumpul, nyeri tekan (+), fluktuasi (-), pulsasi (-).
Hepar teraba 6 jbac, konsistensi kenyal, tepi tumpul, permukaan

Extremitas

berdungkul-dungkul, lien tak teraba, BU(+) normal.


Edema - / -

+/+
Karsinoma hepatoselular + hiperuricemia + hipoalbuminemia + anemia e.c

keganasan
Tirah baring
Diet hati II
IVFD RL : D5 = 1 : 1 gtt XX/menit
Omeprazole 1x20 mg
B1,B6,B12 3x1
Allupurinol 3x100 mg
Curcuma 3x1
Aminofilin 1x1
Domperidon 3x1
22 Agustus 2008

S
O

Keluhan : benjolan di perut kanan atas, sesak napas


Sense
compos mentis
TD
120/80 mmHg
N
82x/menit
Temp
37,2C
RR
30x/menit
Kepala
Conjungtiva palpebra pucat (-), sklera subikterik (+)
Leher
Cor
Pulmo
Abdomen

JVP = (5+0) cmH20, pembesaran KGB (-)


HR = 82x/menit, murmur (-), gallop (-)
Vesikuler (+) N, Rhonki (-), Wheezing (-)
Cembung, venektasi (+), terdapat massa oval berukuran 7x6x1
cm di regio hipokondrium kanan, massa dengan konsistensi
kenyal, tepi tumpul, nyeri tekan (+), fluktuasi (-), pulsasi (-).
Hepar teraba 6 jbac, konsistensi kenyal, tepi tumpul, permukaan

Extremitas

berdungkul-dungkul, lien tak teraba, BU(+) normal.


Edema - / -

+/+
Karsinoma hepatoselular + hiperuricemia + hipoalbuminemia + anemia e.c

keganasan
Istirahat

19

Diet hati II
IVFD RL : D5 = 1 : 1 gtt XX/menit
Omeprazole 1x20 mg
B1,B6,B12 3x1
Allupurinol 3x100 mg
Curcuma 3x1
Aminofilin 1x1
Domperidon 3x1
23 Agustus 2008

S
O

Keluhan : benjolan di perut kanan atas, sesak napas berkurang


Sense
compos mentis
TD
120/80 mmHg
N
79x/menit
Temp
37,2C
RR
26x/menit
Kepala
Conjungtiva palpebra pucat (+), sklera subikterik (+)
Leher
Jantung
Paru
Perut

JVP = (5+0) cmH20, pembesaran KGB (-)


HR = 79x/menit, murmur (-), gallop (-)
Vesikuler (+) N, Rhonki (-), Wheezing (-)
Cembung, venektasi (+), terdapat massa oval berukuran 7x6x1
cm di regio hipokondrium kanan, massa dengan konsistensi
kenyal, tepi tumpul, nyeri tekan (+), fluktuasi (-), pulsasi (-).
Hepar teraba 6 jbac, konsistensi kenyal, tepi tumpul, permukaan

Extremitas

berdungkul-dungkul, lien tak teraba, BU(+) normal.


Edema - / -

+/+
Karsinoma hepatoselular + hiperuricemia + hipoalbuminemia + anemia e.c

keganasan
Istirahat
Diet hati II
IVFD RL : D5 = 1 : 1 gtt XX/menit
Omeprazole 1x20 mg
B1,B6,B12 3x1
Allupurinol 3x100 mg
Curcuma 3x1
Aminofilin 1x1
Domperidon 3x1
Cek ulang lab ureum, kreatinin, albumin, globulin

20

BAB III
ANALISA KASUS

21

Karsinoma hepatoselular (hepatocellular carcinoma) adalah tumor ganas hati primer


yang berasal dari hepatosit dan paling sering ditemukan daripada tumor ganas hati primer
lainnya seperti limfoma maligna, fibrosarkoma, dan hemangioendotelioma. 1 Di Indonesia
karsinoma hepatoselular ditemukan tersering pada median umur anatara 50-60 tahun, dengan
rasio antara kasus laki-laki dan perempuan berkisar antara 2-6 : 1.
Kanker yang berasal dari sel-sel hati ini secara makroskopis dibedakan atas tipe
masif, nodular, dan difus. Tipe masif umumnya terjadi di lobus kanan, berbatas tegas, dan
dapat dikelilingi nodul-nodul kecil. Tipe nodular tampak berupa nodul-nodul dengan ukuran
bervariasi dan terjadi di seluruh hati. Adapun karsinoma tipe difus sukar ditentukan batasbatasnya.
Bagaimana sampai terjadinya penyakit ini belum diketahui secara pasti. Faktor risiko
karsinoma hepatoselular antara lain terpajan dengan virus hepatitis B (HBV), virus hepatitis
C (HCV), sirosis hati, aflatoksin, obesitas, diabetes melitus, penyakit hati autoimun (hepatitis
autoimun; PBC/ sirosis bilier primer), penyakit hati metabolik (hemokromatosis genetik,
defisiensi antitripsin-alfa 1, penyakit Wilson), kontrasepsi oral, senyawa kimia (thorotrast,
vinil klorida, nitrosamin, insektisida organoklorin, asam tanik), alkohol, dan tembakau
(masih kontroversial). Umur saat terjadi infeksi merupakan faktor risiko penting karena
infeksi HBV pada usia dini berakibat terjadinya persistensi (kronisitas). Karsinogenisitas
HBV terhadap hati mungkin terjadi melalui proses inflamasi kronik, peningkatan proliferasi
hepatosit, integrasi HBV DNA ke dalam DNA sel pejamu, dan aktivitas protein spesifik HBV
berinteraksi dengan gen hati. Pada dasarnya, perubahan hepatosit dari kondisi inaktif
(quiescent) menjadi sel yang aktif bereplikasi menentukan tingkan karsinogenesis hati. Siklus
sel dapat diaktifkan secara tidak langsung oleh kompensasi proliferatif merespon
nekroinflamasi sel hati, atau akibat dipicu oleh ekskresi berlebihan suatu atau beberapa gen
yang berubah akibat HBV. Meta analisis dari 32 penelitian kasus-kelola menyimpulkan
bahwa risiko terjadinya karsinoma hepatoselular pada pengidap infeksi HCV adalah 17 kali
lipat dibandingkan dengan risiko bukan pengidap. Di area hiperendemik HBV seperti
Taiwan, prevalensi anti-HCV jauh lebih tinggi pada kasus karsinoma hepatoselular dengan
HBsAg negatif daripada yang HBsAg positif. Juga ditemukan bahwa prevalensi HCV-RNA
dalam serum dan jaringan hati lebih tinggi pada pasien karsinoma hepatoselular dengan

22

HBsAg negatif dibandingkan dengan yang HBsAg positif. Hal ini menunjukkan bahwa
infeksi HCV berperan penting dalam patogenesis karsinoma hepatoselular pada pasien yang
bukan mengidap HBV. Sirosis hati merupakan faktor risiko utama karsinoma hepatoselular di
dunia dan melatarbelakangi lebih dari 80% kasus karsinoma hepatoselular. Prediktor utama
karsinoma hepatoselular pada sirosis hepatis adalah jenis kelamin laki-laki, peningkatan
kadar alfa feto protein (AFP) serum, beratnya penyakit, dan tingginya aktivitas proliferasi sel
hati.
Secara makroskopis biasanya tumor berwarna putih, padat, kadang nekrotik kehijauan
atau hemoragik. Sering kali ditemukan trombus tumor di dalam vena hepatika atau porta
intrahepatik. Pembagian atas tipe morfologisnya adalah :
1. ekspansif ; dengan batas yang jelas
2. infiltratif ; menyebar/ menjalar
3. multifokal
Tipe ekspansif lebih sering ditemukan pada hati non-sirosis. Menurut WHO secara histologik
karsinoma hepatoselular dapat diklasifikasikan berdasarkan organisasi struktural sel tumor
sebagai berikut :
1. trabekular (sinuoidal)
2. pseudoglandular (asiner)
3. kompak (padat)
4. sirous.
Karakteristik terpenting untuk memastikan karsinoma hepatoselular pada tumor yang
diameternya lebih kecil dari 1,5 cm adalah bahwa sebagian besar tumor terdiri semata-mata
dari karsinoma yang berdiferensiasi baik, dengan sedikit atipia selular atau struktural. Bila
tumor ini berproliferasi, berbagai variasi histologik beserta diferensiasinya dapat terlihat di
dalam nodul yang sama. Nodul kanker yang berdiameter kurang dari 1 cm seluruhnya terdiri
dari jaringan kanker yang berdiferensiasi baik. Bila diameter tumor antara 1 dan 3 cm, 40%
nodulnya terdiri atas lebih dari 2 jaringan kanker dengan derajat diferensiasi yang berbedabeda. Metastasis intrahepatik dapat melalui pembuluh darah, saluran limfe, atau infiltasi
langsung. Metastasis ekstrahepatik dapat melibatkan vena hepatika, vena porta, atau vena
kava. Metastasis sistemik seperti ke kelenjar getah bening di porta hepatis tidak jarang

23

terjadi, dan dapat juga sampai di mediastinum. Bila sampai di peritoneum dapat
menimbulkan asites hemoragik, yang berarti sudah memasuki stadium terminal.
Manifetasi klinis karsinoma hepatoselular sangat bervariasi, dari asimtomatik hingga
yang gejala dan tandanya sangat jelas dan disertai gagal hati. Gejala yang paling sering
dikeluhkan adalah nyeri atau perasaan tak nyaman di kuadran kanan atas abdomen, jugaharus
diwaspadai teraba pembengkakan lokal di hepar, keluhan rasa penuh di abdomen, perasaan
lesu, penurunan berat badan, dengan atau tanpa demam. Demam yang hanya sampai 50%
kasus berupa demam remitent/ intermitent. Keluhan gastrointestinal antara lain anoreksia,
kembung, konstipasi atau diare. Sesak napas dapat dirasakan akibat besarnya tumor yang
menekan diafragma, atau karena telah ada metastasis di paru. Sebagian besar pasien
karsinoma hepatoselular telah menderita sirosis hepar, baik yang masih dalam stadium
kompensasi, maupun yang sudah menunjukkan tanda-tanda gagal hati seperti malaise,
anoreksia, penurunan berat badan, dan ikterus. Temuan fisik tersering pada karsinoma
hepatoselular adalah hepatomegali dengan atau tanpa bruit hepatik, splenomegali, asites,
ikterus, demam, dan atrofi otot. Pembesaran hati diikuti dengan tepi tumpul, permukaan
berbenjol-benjol, konsistensi keras, dan nyeri tekan. Pada auskultasi kadang-kadang dapat
didengar bising arteri, apabila terdapat daerah yang nekrosis maka akan memberi tanda
fluktuasi positif. Asites timbul pada 25-50% kasus terutama pada kasus yang didahului
dengan sirosis hati, dan hipertensi portal, apabila menginvasi peritoneum akan memberikan
gambaran asites yang hemoragik. Ikterus yang akan timbul pada keadaan lanjut, gambaran
obstruksi, apabila tumor menekan saluran empedu. Kaheksi pada stadium lanjut karena nafsu
makan turun, metabolisme meningkat, dan hormonal.
Penanda tumor alfa-fetoprotein (AFP) adalah protein serum normal yang disintesis
oleh sel hati, sel yolk-sac, dan sedikit sekali oleh saluran gastrointestinal fetal. Rentang
normal AFP serum adalah 0 20 ng/ml. Kadar AFP meningkat pada 60-70% pasien
karsinoma hepatoselular, dan kadar lebih dari 400 ng/ml adalah diagnostik untuk karsinoma
hepatoselular. Nilai normal dapat ditemukan juga pada karsinoma hepatoselular stadium
lanjut. Hasil positif palsu dapat juga ditemukan oleh hepatitis akut atau kronik dan pada
kehamilan. Penanda tumor lain untuk karsinoma hepatoselular adalah des-gamma carboxy
prothrombin (DCP) atau PIVKA-2, yang kadarnya meningkat hingga 91% dari pasien
karsinoma hepatoselular, namun juga dapat meningkat pada defisiensi vitamin K, hepatitis

24

kronik aktif, atau metastasis karsinoma. Ada beberapalagi penanda karsinoma hepatoselular
seperti AFP-L3 (suatu subfraksi AFP), alfa-L-fucosidase serum, namun tidak ada yang
memiliki agregat sensitifitas dan spesifisitas melebihi AFP, AFP-L3, dan PIVKA-2.
Sensitifitas USG abdomen untuk neoplasma hati berkisar 70-80%. Tampilan USG
yang khas untuk karsinoma hepatoselular kecil adalah gambaran mosaik, formasi septum,
bagian perifer sonolusen (berhalo), bayangan lateral yang dibentuk oleh pseudokapsul
fibrotik, serta penyangatan eko posterior. Berbeda dari tumor metastasis, karsinoma
hepatoselular dengan diameter kurang dari 2 cm mempunyai gambaran bentuk cincin yang
khas.
Kriteria diagnosa karsinoma hepatoselular menurut PPHI (Perhimpunan Peneliti Hati
Indonesia) adalah :
1. Hati membesar berbenjol-benjol dengan/ tanpa disertai bising arteri.
2. AFP (alphafetoprotein) yang meningkat lebih dari 500 mg per ml.
3. Ultrasonography (USG), nuclear medicine, computed tomography Scann (CT
scann), magnetic resonance imaging (MRI), angiography, ataupun positron
emission tomography (PET) yang menunjukkan adanya karsinoma hepatoselular.
4. Peritoneoscopy dan biopsi menunjukkan adanya karsinoma hepatoselular.
5. Hasil biopsi atau aspirasi biopsi jarum halus menunjukkan karsinoma
hepatoselular.
Diagnosa karsinoma hepatoselular ditegakkan bila terdapat dua atau lebih dari lima kriteria
atau hanya satu yaitu kriteria empat atau lima.
Kriteria diagnostik karsinoma hepatoselular menurut Barcelona EASL Conference :
Untuk tumor dengan diameter > 2 cm, adanya penyakit hati kronik, hipervaskularisasi arterial
dari nodul (dengan CT atau MRI), serta kadar AFP serum 400 ng/ml adalah diagnostik.
Kriteria Diagnostik Karsinoma Hepatoselular Menurut Barcelona EASL Conference
Kriteria sito-histologis
Kriteria non-invasif (khusus untuk pasien sirosis hati) :
Kriteria radiologis : koinsidensi 2 cara imaging (USG/ CT-spiral/ MRI/ angiografi)
lesi fokal > 2 cm dengan hipervaskularisasi arterial
Kriteria kombinasi : satu cara imaging dengan kadar AFP serum :
lesi fokal > 2 cm dengan hipervaskularisasi arterial
kadar AFP serum 400 ng/ml

25

Diagnosis histologis diperlukan bila tidak ada kontraindikasi (untuk lesi berdiameter > 2 cm)
dan diagnosis pasti diperlukan untuk menentukan pilihan terapi. Untuk tumor berdiameter <
2 cm sulit menegakkan diagnosis secara non-invasif karena beresiko tinggi tinggi terjadinya
diagnosis negatif palsu akibat belum matangnya vaskularisasi arterial pada nodul. Bila
dengan cara imaging dan biopsi tidak diperoleh diagnosis definitif, sebaiknya ditindaklanjuti
dengan pemeriksaan imaging serial setiap 3 bulan sampai diagnosis dapat ditegakkan.
Tingkat penyakit (stadium) karsinoma hepatoselular adalah :

Stadium I
Satu fokal tumor berdiameter < 3 cm yang terbatas hanya pada salah satu segmen
tetapi bukan di segmen I hati.

Stadium II
Satu fokal tumor berdiameter > 3 cm yang terbatas pada segmen I atau multi-fokal
tumor terbatas pada lobus kanan atau lobus kiri hati.

Stadium III
Tumor pada segmen I meluas ke lobus kiri (segment IV) atau ke lobus kanan segmen
V dan VIII atau tumor dengan invasi peripheral ke sistem pembuluh darah (vascular)
atau pembuluh empedu (biliary duct) tetapi hanya terbatas pada lobus kanan atau
lobus kiri hati.

Stadium IV
Multi-fokal atau diffuse tumor yang mengenai lobus kanan dan lobus kiri hati. atau
tumor dengan invasi ke dalam pembuluh darah hati (intra hepaticvaskuler) ataupun
pembuluh empedu (biliary duct) atau tumor dengan invasi ke pembuluh darah di luar
hati (extra hepatic vessel) seperti pembuluh darah vena limpa (vena lienalis) atau
vena cava inferior atau adanya metastase keluar dari hati (extra hepatic metastase).
Karena sirosis hati yang melatarbelakangi karsinoma hepatoselular serta tingginya

kekerapan multi-nodularitas, maka resektabilitas karsinoma hepatoselular sangat rendah.


Selain itu kanker ini juga sering kambuh meskipun sudah menjalani reseksi bedah kuratif.
Pilihan terapi ditetapkan berdasarkan atas ada tidaknya sirosis, jumlah dan ukuran tumor,
serta derajat pemburukan hepatik.
Reseksi hepatik ditujukan untuk kelompok non-sirosis yang biasanya mempunyai
fungsi hati normal. Namun untuk pasien sirosis diperlukan kriteria seleksi karena operasi
26

dapat memicu timbulnya gagal hati yang dapat menurunkan angka harapan hidup. Parameter
yang digunakan adalah skor Child Pugh dan deraat hipertensi portal atau keadaan bilirubin
serum dan derajat hipertensi portal saja. Subjek dengan bilirubin normal tanpa hipertensi
portal yang bermakna, harapan hidup 5 tahunnya dapat mencapai 70%. Kontraindikasi
tindakan ini adalah adanya metastasis ekstrahepatik, karsinoma hepatoselular difus atau
multifokal, sirosis stadium lanjut, dan penyakit penyerta yang dapat mempengaruhi
ketahanan pasien menjalani operasi.
Bagi pasien dengan sirosis hati, transpalntasi hati memberikan kemungkinan untuk
menyingkirkan tumor dan menggantikan parenkim hati yang mengalami disfungsi.
Dilaporkan kesintasan 3 tahun mencapai 80%, bahkan dengan perbaikan seleksi pasien dan
terapi perioperatif dengan obat antiviral seperti lamivudin, ribavirin, dan interferon dapat
mencapai kesintasan 5 tahun sebesar 92%. Kematian pasca transpalntasi tersering disebabkan
oleh rekurensi tumor di dalam maupun di luar transplan. Tumor yang berdiameter < 3 cm
lebih jarang kambuh daripada tumor yang diameternya > 5 cm.
Destruksi dari sel neoplastik dapat dicapai dengan bahan kimia (alkohol, asam asetat)
atau dengan memodifikasi suhunya (radiofrequency, microwave, laser, dan cryoablation).
Injeksi etanol perkutan (PEI) merupakan teknik terpilih untuk tumor kecil karena efikasinya
tinggi, efek sampingnya rendah, serta relatif murah. Dasar kerjanya adalah menimbulkan
dehidrasi, nekrosis, oklusi vaskular, dan fibrosis. Untuk tumor kecil (diameter < 5 cm) pada
pasien sirosis Child Pugh A, kesintasan 5 tahun dapat mencapai 50%. PEI bermanfaat untuk
pasien dengan tumor kecil namun resektabilitasnya terbatas karena adanya sirosis hati nonChild A. Radiofrequency ablation (RFA) menunjukkan angka keberhasilan yang lebih tinggi
daripada PEI dan efikasinya tertinggi untuk tumor yang > 3 cm, namun tidak berpengaruh
terhadap harapan hidup pasien. Selain itu RFA lebih mahal dan efek sampingnya lebih
banyak dibandingan dengan PEI. Pemberian asam polipreonik selama 112 bulan dilaporkan
dapat menurunkan angka rekurensi pada bulan ke-38 secara bermakna dibandingkan dengan
kelompok plasebo (kelompok plasebo 49%, kelompok terapi PEI atau reseksi kuratif 22%).
Berdasarkan meta analisis, pasien karsinoma hepatoselular pada stadium menengahlanjut hanya cocok dengan TAE/ TACE (transarterial embolization/ chemo embolization)
yang menunjukkan penurunan pertumbuhan tumor serta dapat meningkatkan harapan hidup
pasien dengan karsinoma hepatoselular yang tidak resektabel.TACE dengan frekuensi 3-4

27

kali setahun dianjurkan pada pasien yang fungsi hatinya cukup baik (Child Pugh A) serta
tumor multinodular asimtomatik tanpa invasi vaskular atau penyebaran ekstrahepatik, yang
tidak dapat diterapi secara radikal. Sebaliknya bagi pasien yang dalam kegagalan hati (Child
Pugh B-C), serangan iskemik akibat terapi ini dapat mengakibatkan efek samping yang berat.
Permasalahan yang ada pada penderita ini adalah :

Terdapat massa di regio hipokondrim kanan, berbentuk oval, berukuran 7x6x1 cm,
konsistensi kenyal, tepi tumpul, nyeri tekan (+), fluktuasi (-), pulsasi (-).

Hepatomegali dengan hepar teraba hepar teraba 6 jari di bawah arcus costae,
konsistensi kenyal, permukaan berdungkul-dungkul, dan tepi tumpul.

Anemia yang diakibatkan oleh kegananasan.

Hiperuricemia dan hipoalbuminemia.


Pada kasus ini pasien datang dengan keluhan benjolan di perut kanan atas bertambah

besar dan terasa nyeri bila ditekan. Os juga mengeluh timbul sembab pada kedua kaki dan
perut yang sebelumnya tidak pernah dialami. Sembab mula-mula terdapat di perut kemudian
berlanjut timbul di kedua kaki. Nyeri perut yang hilang-timbul dengan tingkatan nyeri yang
kadangkala berat dan di lain saat juga dirasakan oleh os. Nyeri perut seperti diremas-remas,
nyeri dirasakan di seluruh bagian perut, namun nyeri tidak menjalar. Nyeri perut bertambah
bila os bergerak dan nyeri berkurang bila os berbaring. Os juga masih menderita demam yang
naik-turun namun tidak mengigil. Selain itu os masih merasa mual dan muntah dengan
frekuensi 3x sehari, jumlah muntahan gelas, isi muntahan berupa air dan makanan yang
dimakan, napsu makan berkurang, badan semakin kurus, dan terasa lemah. Buang air kecil
lancar dengan frekuensi jumlah seperti biasa, namun air kencing berwarna kuning seperti teh
tua. Terdapat riwayat kontak dengan pestisida jenis DMA (Dimethylamine) saat menyemprot
padi di sawah. Penyemprotan dengan pestisida DMA dilakukan 4 bulan SMRS, 1x
seminggu. Os menggunakan masker yang terbuat dari kain saat melakukan penyemprotan.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan konjungtiva palpebra anemis, sklera ikterik, JVP (5+0)
cm H2O, pada abdomen ditemukan perut cembung, terdapat massa berbentuk oval, berukuran
7x6x1 cm di regio hipokondrium kanan dengan konsistensi kenyal, tepi tumpul, nyeri tekan,
tanpa fluktuasi dan pulsasi, terdapat venektasi, perut teraba kencang, nyeri tekan di seluruh
bagian perut, hepar teraba 6 jari di bawah arcus costae, konsistensi kenyal, tepi tumpul,
permukaan berdungkul-dungkul, serta terdapat ascites di perut, pada extremitas ditemukan

28

edema pada kedua tungkai, dan turgor kulit kembali lambat. Pada pemeriksaan laboratorium
ditemukan suatu anemia normokrom normositik dengan kadar ureum, kreatinin, bilirubin
total, bilirubin direk, SGOT, dan SGPT yang meningkat, serta penurunan kadar albumin.
Pada pemeriksaan serologi didapatkan HbsAg negatif, dan kesan dari hasil USG abdomen
menyatakan terdapat hepatoma noduler dan difus, dengan limpa dan ginjal yang normal.
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang ditegakkan diagnosis
karsinoma hepatoselular, anemia karena keganasan, dengan hipoalbuminemia dan
hiperuricemia.
Demikianlah telah dibahas suatu laporan kasus karsinoma hepatoselular dengan
anemia karena keganasan dengan hipoalbuminemia dan hiperuricemia yang terjadi pada pria
usia 75 tahun. Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang laboratorium dan USG abdomen. Prognosis pasien ini buruk karena
hingga dasawarsa ini pengobatan terhadap karsinoma hepatoselular belum memuaskan.
Perkembangan pada modalitas terapi hanya memberikan harapan untuk sekurang-kurangnya
perbaikan pada kualitas hidup pasien.

29

DAFTAR PUSTAKA
1. Amirudin Rifai. Karsinoma hati. Dalam Soeparman (ed). Ilmu Penyakit Dalam Jilid 1
edisi ketiga. Jakarta : Balai Penerbit FK UI, 1996 : 310-6
2. Khursid Humera, Malik Imtiaz A. Hepatocellular carcinoma : clinical features, evaluation
and treatment. J Pak Med Assoc 1995 ; 45 : 136-42.
3. Sallie R, Di Bisceglie AM. Viral hepatitis and hepatocellular carcinoma. Gastroenterol.
Clin. N. Am.1994, 23 : 567-9.
4. Schafer DF, Sorrell MF. Hepatocellular carcinoma. Lancet 1999; 353 : 1253-7.
5. Badvie S. Hepatocellular carcinoma. Postgrad Med J. 2000 ; 76 : 4-11.
6. Dienstag JL, Isselbacher KJ. Tumors of the liver and billiary tract. In Braunwald E, Fauci
AS et al (eds). Harrison's Principles of Internal Medicine, 15thed. New York : Mc Graw Hill
Inc, 2001 : 588-91.
7. Khakko Salim I, Grellier Leonie FL et al. Etiology, screening and treatment of
hepatocellular carcinoma. Med. Clin. N. Am. 1996 ; 88 : 1121-45.
8. Kew MC, Rossouw E, Paterson A et al. Hepatitis B virus status of black women with
hepatocellular carcinoma. Gastroenterol. 1983; 84: 693-6.
9. Smith CS, Paauw DS. Hepatocellular carcinoma identifying and
screening populations at increased risk. Postgrad. Med. 1993 ; 94 : 71-4.
10. Unggul Budihusodo. Karsinoma hati. Dalam Aru W. Sudoyo dkk (ed). Ilmu Penyakit
Dalam Jilid 1 edisi keempat. Jakarta : Balai Penerbit FK UI, 2007 : 455-9.

30

Anda mungkin juga menyukai