Artikel "Biografi Nabi Muhammad S.A.W - Nabi dan Rosul Terakhir; Panutan Bagi
Seluruh Umat Manusia" adalah bagian dari seri "Kisah 25 Nabi dan Rasul Islam"
Wafat:
8 Juni 632 Madinah
Sebab wafat:
Demam
Dimakamkan
di Rumah Aisyah, di kompleks Masjid Nabawi
Nama lain:
Ahmad
Etnis:
Arab, suku Quraisy, bani Hasyimiyah
Zaman:
Pra Hijriah - Abad pertama Hijriah
Wilayah aktif:
Jazirah Arab
Jabatan:
Nabi Islam, Pemimpin Negara
Mazhab Akidah:
Tauhid
Penghargaan:
Tokoh paling berpengaruh sepanjang sejarah manusia
Nama terpopuler di dunia adalah merujuk kepada namanya
Istri:
Khadijah binti Khuwailid, Saudah binti Zum'ah, Aisyah binti Abu Bakar, Hafshah binti
Umar, Zaynab binti Khuzaymah, Hindun binti Abi Umayyah, Zaynab binti Jahsy, Juwayriyah
binti Harits, Ramlah binti Abu Sufyan, Shafiyah binti Huyay, Maymunah binti al-Harits, Maria
binti Syamaun
Keturunan:
Al-Qasim, Abdullah, Zainab, Ruqayyah, Ummu Kultsum, Fathimah, dan Ibrahim
Muhammad bin Abdullah (lahir di Mekkah, 20 April 570 meninggal di Madinah, 8 Juni
632 pada umur 62 tahun) adalah seorang nabi dan rasul yang terakhir bagi umat
Muslim. Muhammad menyebarkan ajaran dan ilmu pengetahuan berupa agama Islam
yang diperoleh dari Allah S.W.T melalui perantara Malaikat Jibril. Nabi Muhammad
S.A.W dimasukkan dalam urutan pertama pada buku karya Michael H. Hart yang
berjudul "The 100 ".
Etimologi
"Muhammad" (Arab: ; Transliterasi: Muhammad) secara bahasa berasal
dari akar kata semitik 'H-M-D' yang dalam bahasa Arab berarti "dia yang terpuji". Selain
itu di dalam salah satu ayat Al-Qur'an, Muhammad dipanggil dengan nama "Ahmad",
yang dalam bahasa Arab juga berarti "terpuji".
Sebelum masa kenabian, Muhammad mendapatkan dua julukan dari suku Quraisy
(suku terbesar di Mekkah yang juga suku dari Muhammad) yaitu Al-Amiin yang artinya
"orang yang dapat dipercaya (jujur)" dan As-Saadiq yang artinya "yang benar". Setelah
masa kenabian para sahabatnya memanggilnya dengan gelar Rasul Allh () ,
kemudian menambahkan kalimat Shalallaahu 'Alayhi Wasallam ( ) , yang
berarti "semoga Allah memberi kebahagiaan dan keselamatan kepadanya"; sering
disingkat "S.A.W" atau "SAW") setelah namanya.
Muhammad juga mendapatkan julukan Abu al-Qasim yang berarti "bapak Qasim",
karena Muhammad pernah memiliki anak lelaki yang bernama Qasim, tetapi ia
meninggal dunia sebelum mencapai usia dewasa.
Genealogi
Silsilah Muhammad dari kedua orang tuanya kembali ke Kilab bin Murrah bin Ka'b bin
Lu'ay bin Ghalib bin Fihr (Quraish) bin Malik bin an-Nadr (Qais) bin Kinanah bin
Khuzaimah bin Mudrikah (Amir) bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar bin Ma`ad bin Adnan.
Adnan merupakan keturunan laki-laki ke tujuh dari Ismail bin Ibrahim, yaitu keturunan
Sam bin Nuh.
Lebih lengkap silsilahnya dari Muhammad hingga Adam adalah Muhammad bin
Abdullah bin Abdul Mutthalib bin Hasyim bin Abdul Manaf bin Qushay bin Kilab bin
Murrah bin Kaab bin Luay bin Ghalib bin Fihr (Quraisy) bin Malik bin Nadhr bin Kinanah
bin Khuzayma bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar bin Ma'ad bin Adnan bin
Udad bin al-Muqawwam bin Nahur bin Tayrah bin Ya'rub bin Yasyjub bin Nabit bin Ismail
bin Ibrahim bin Tarih (Azar) bin Nahur bin Saru bin Rau bin Falikh bin Aybir bin Syalikh
bin Arfakhsyad bin Sam bin Nuh bin Lamikh bin Mutusyalikh bin Akhnukh bin Yarda bin
Mahlil bin Qinan bin Yanish bin Syits bin Adam.
Nasab ini disebutkan oleh Muhammad bin Ishak bin Yasar al-Madani di salah satu
riwayatnya. Nasab Rasulullah sampai Adnan disepakati oleh para ulama, sedangkan
setelah Adnan terjadi perbedaan pendapat. Maksud dari Quraisy adalah putra Fihr bin
Malik atau an-Nadhr bin Kinanah.
Riwayat
Kelahiran
Pada masa kelahiran Nabi Muhammad SAW terdapat kejadian yang luar biasa yaitu
ada serombongan pasukan Gajah yang dipimpin Raja Abrahah (Gubernur kerajaan
Habsyi di Yaman) hendak menghancurkan Kakbah karena negeri Makkah semakin
ramai dan bangsa Quraisy semakin terhormat dan setiap tahunnya selalu padat umat
manusia untuk haji. Ini membuat Abrahah iri dan Abrahah berusaha membelokkan umat
manusia agar tidak lagi ke Makkah. Abrahah mendirikan gereja besar di Shana yang
bernama Al-Qulles. Namun tak seorang pun mau datang ke gereja Al Qulles itu.
Abrahah marah besar dan akhirnya mengerahkan tentara bergajah untuk menyerang
Kakbah. Didekat Makkah pasukan bergajah merampas harta benda penduduk
termasuk 100 ekor Unta Abdul Muthalib
Dengan tak disangka Abdul Munthalib kedatangan utusan Abrahah supaya menghadap
ke Abrahah. Yang pada akhirnya Abdul Munthalib meminta Untanya untuk dikembalikan
dan bersedia mengungsi bersama penduduk dan Abdul Munthalib berdoa kepada Allah
supaya Kakbah diselamatkan.
Keadaan kota Makkah sepi tentara Abrahah dengan leluasa masuk Makkah dan siap
untuk menghancurkan Kakbah. Allah SWT mengutus burung Ababil untuk membawa
kerikil Sijjil dengan paruhnya. Kerikil itu dijatuhkan tepat mengenai kepala masingmasing pasukan bergajah tersebut hingga tembus ke badan sampai mati. Peristiwa ini
diabadikan dalam Al-Quran surat Al Fiil ayat 1-5. (QS 105 :1-5). Pasukan bergajah
hancur lebur mendapat adzab dari Allah SWT.
Pada masa itu lahir bayi yang diberi nama Muhammad dari kandungan ibu Aminah dan
yang ber-ayahkan Abdullah. Muhammad lahir sudah yatim karena saat nabi
Muhammad SAW masih dalam kandungan ayahnya sudah meninggal dunia.
Hari kelahiran Nabi -shallallahu alaihi wa sallam adalah hari Senin. Dari Abu Qotadah
Al Anshori radhiyallahu anhu, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam pernah ditanya
mengenai puasa pada hari Senin, lantas beliau menjawab,
Hari tersebut adalah hari aku dilahirkan, hari aku diutus atau diturunkannya wahyu
untukku. (HR. Muslim no. 1162)
Sedangkan tahun kelahiran beliau adalah pada tahun Gajah. Ibnul Qayyim dalam
Masa Kanak-Kanak
Kebiasaan di kalangan pemuka pada saat itu apabila mempunyai bayi, maka bayi yang
baru lahir itu dititipkan kepada kaum ibu pedesaan. Dengan tujuan agar dapat
menghirup udara segar dan bersih serta untuk menjaga kondisi tubuh ibunya agar tetap
sehat.
Menurut riwayat, setelah Muhammad dilahirkan disusui oleh ibunya hanya beberapa
hari saja, Tsuaibah menyusui 3 hari setelah itu oleh Abdul Munthalib disusukan kepada
Halimah Sadiyah istri Haris dari kabilah Banu Saad.
Muhammad diasuh Halimah selama 6 th. Pada usia 4 th Muhammad didekati oleh
malaikat Jibril dan menelentangkannya lalu membelah dada dan mengeluarkan hati
serta segumpal darah dari dada nabi Muhammad SAW lalu Jibril mencucinya kemudian
menata kembali ke tempatnya dan Muhammad tetap dalam keadaan bugar.
Dengan adanya peristiwa pembelahan dada itu, Halimah khawatir dan mengembalikan
Muhammad ke ibundanya. Pada usia 6 th nabi diajak Ibunya untuk berziarah ke makam
ayahnya di Yatsrib dengan perlalanan 500 km. Dalam perjalanan pulang ke Makkah
Aminah sakit dan akhirnya meninggal di Abwa yang terletak antara Makkah dan
Madinah.
Nabi Muhammad lantas ditemani Ummu Aiman ke Makkah dan diantarkan ke tempat
kakeknya yaitu Abdul Munthalib. Sejak itu Nabi menjadi yatim piyatu tidak punya ayah
dan ibu. Abdul Munthalib sangat menyayangi cucunya ini (Muhammad) dan pada usia 8
th 2 bl 10 hari Abdul Munthalib wafat. Kemudian Nabi diasuh oleh pamannya yang
bernama Abu Thalib.
Abu Thalib mengasuh menjaga nabi sampai umur lebih dari 40 th. Pada usia 12 th nabi
diajak Abu Thalib berdagang ke Syam. Di tengah perjalanan bertemu dengan pendeta
Bahira. Untuk keselamatan nabi Bahira meminta abu Thalib kembali ke Makkah.
Ketika Nabi berusia 15 th meletus perang Fijar antara kabilah Quraisy bersama Kinanah
dengan Qais Ailan. Nabi ikut bergabung dalam perang ini dengan mengumpulkan anakanak panah buat paman-paman beliau untuk dilemparkan kembali ke musuh.
Pada masa remajanya Nabi Muhammad biasa menggembala Kambing dan pada usia
25 th menjalankan barang dagangan milik Khadijah ke Syam. Nabi Muhammad SAW
dipercaya untuk berdagang dan ditemani oleh Maisyarah. Dalam berdagang nabi SAW
jujur dan amanah serta keuntungannya melimpah ruah.
Peristiwa tentang cara dagangnya nabi SAW itu diceritakan Maisyarah ke Khadijah.
Lantas Khadijah tertarik dan mengutus Nufaisah Binti Mun-ya untuk menemui Nabi agar
mau menikah dengan Khadijah. Setelah itu Nabi memusyawarahkan kepada pamannya
dan disetujuinya akhirnya Khadijah menikah dengan Nabi Muhammad SAW dengan
mas kawin 20 ekor unta Muda.
Usia Khadijah waktu itu 40 th dan Nabi Muhammad SAW 25 th. Dalam perkawinannya
Nabi dianugerahi 6 putra-putri yaitu Qasim, Abdullah, Zainab, Ruqayah, Ummu Kulsum
dan Fatimah. Semua anak laki-laki nabi wafat waktu masih kecil dan anak
perempuannya yang masih hidup sampai nabi wafat adalah Fatimah.
Memperoleh gelar
Ketika Muhammad berumur 35 tahun, ia ikut bersama kaum Quraisy dalam perbaikan
Kakbah. Pada saat pemimpin-pemimpin suku Quraisy berdebat tentang siapa yang
berhak meletakkan Hajar Aswad, Muhammad dapat menyelesaikan masalah tersebut
dan memberikan penyelesaian adil. Saat itu ia dikenal di kalangan suku-suku Arab
karena sifat-sifatnya yang terpuji. Kaumnya sangat mencintainya, hingga akhirnya ia
memperoleh gelar Al-Amin yang artinya "orang yang dapat dipercaya".
Muhammad adalah orang yang percaya sepenuhnya dengan keesaan Tuhan (Allah). Ia
hidup dengan cara amat sederhana dan membenci sifat-sifat tamak, angkuh dan
sombong yang lazim di kalangan bangsa Arab saat itu. Ia dikenal menyayangi orangorang miskin, janda-janda tak mampu dan anak-anak yatim serta berbagi penderitaan
dengan berusaha menolong mereka. Ia juga menghindari semua kejahatan yang sudah
membudaya di kalangan bangsa Arab pada masa itu seperti berjud!, meminum
minuman ker4s, berkelakuan kasar dan lain-lain, sehingga ia dikenal sebagai As-Saadiq
yang berarti "yang benar".
dengan perantaraan (menulis, membaca). Dia mengajarkan kepada manusia apa yang
tidak diketahuinya. (Al-Alaq 96: 1-5)
Muhammad berusia 40 tahun 6 bulan dan 8 hari ketika ayat pertama sekaligus
pengangkatannya sebagai rasul disampaikan kepadanya menurut perhitungan tahun
kamariah (penanggalan berdasarkan bulan), atau 39 tahun 3 bulan 8 hari menurut
perhitungan tahun syamsiah atau tahun masehi (penanggalan berdasarkan matahari).
Setelah kejadian di Gua Hira tersebut, Muhammad kembali ke rumahnya, diriwayatkan
ia merasakan suhu tubuhnya panas dan dingin secara bergantian akibat peristiwa yang
baru saja dialaminya dan meminta istrinya agar memberinya selimut.
Diriwayatkan pula untuk lebih menenangkan hati suaminya, Khadijah mengajak
Muhammad mendatangi saudara sepupunya yang juga seorang Nasrani yaitu Waraqah
bin Naufal. Waraqah banyak mengetahui nubuat tentang nabi terakhir dari kitab-kitab
suci Kristen dan Yahudi. Mendengar cerita yang dialami Muhammad, Waraqah pun
berkata, bahwa ia telah dipilih oleh Tuhan menjadi seorang nabi. Waraqah menanggapi
Maha suci, Maha suci, Dia benar-benar nabi umat ini, katakanlah kepadanya, agar dia
berteguh hati. Kemudian Waraqah menyebutkan bahwa An-Nms al-Akbar (Malaikat
Jibril) telah datang kepadanya, kaumnya akan mengatakan bahwa ia seorang penipu,
mereka akan memusuhi dan melawannya.
Muhammad menerima ayat-ayat Quran secara berangsur-angsur dalam jangka waktu
23 tahun (22 tahun 2 bulan 22 hari). Ayat-ayat tersebut diturunkan berdasarkan
kejadian faktual yang sedang terjadi, sehingga hampir setiap ayat Quran turun disertai
oleh Asbabun Nuzul (sebab/kejadian yang mendasari penurunan ayat). Ayat-ayat yang
turun sejauh itu dikumpulkan sebagai kompilasi bernama Al Mushaf yang juga
dinamakan Al- Qur'an (bacaan). Meski demikian Al'Qur-an dijamin oleh Allah, yang
merupakan kitab suci yang tak lekang oleh waktu, sampai akhir zaman. Al;Qur'an
diturunkan sebagai wahyu yang diturunkan kepada Muhammad S.A.W untuk seluruh
umat manusia. Al-Qur'an sebagai pedoman hidup agar manusia selamat baik di dunia
ataupun di akhirat.
Sebagian ayat Al-Qur'an mempunyai tafsir atau pengertian yang izhar (jelas), terutama
ayat-ayat mengenai hukum Islam, hukum perdagangan, hukum pernikahan dan
landasan peraturan yang ditetapkan oleh Islam dalam aspek lain. Sedangkan sebagian
ayat lain yang diturunkan pada Muhammad bersifat samar pengertiannya, dalam artian
perlu ada interpretasi dan pengkajian lebih mendalam untuk memastikan makna yang
terkandung di dalamnya, dalam hal ini kebanyakan Muhammad memberi contoh
langsung penerapan ayat-ayat tersebut dalam interaksi sosial dan religiusnya seharihari, sehingga para pengikutnya mengikutinya sebagai contoh dan standar dalam
berperilaku dan bertata krama dalam kehidupan bermasyarakat.
Dengan turunnya wahyu ini Rasulullah SAW mendapat tugas untuk menyiarkan agama
Islam dan mengajak umat manusia menyembah Allah SWT.
Dakwah secara terangan ini walaupun banyak tantangan banyak yang masuk Agama
Islam dan untuk penyiaran Islam Nabi SAW ke Habasyah (Etiopia),Thaif, dan Yatsrib
(Madinah). Sehingga Islam meluas dan banyak pengikutnya.
Pada masa kerasulan Nabi Muhammad SAW th ke 10 pada saat Amul Khuzniartinya
tahun duka cita yaitu Abu Thalib (pamannya wafat) dan siti Khadijah (istri nabi juga
wafat) serta umat Islam pada sengsara. Ditengah kesedihan ini Nabi Muhammad
dijemput oleh Malaikat Jibril untuk Isra Miraj yaitu sebuah perjalanan dari Masjidil
Haram ke masjidil Aqsha dan dari masjidil Aqsha menuju ke Sidratul Muntaha untuk
menghadap Allah SWT untuk menerima perintah shalat lima waktu.
Mendapatkan pengikut
Selama tiga tahun pertama sejak pengangkatannya sebagai rasul, Muhammad hanya
menyebarkan Islam secara terbatas di kalangan teman-teman dekat dan kerabatnya,
hal ini untuk mencegah timbulnya reaksi akut dan masif dari kalangan bangsa Arab saat
itu yang sudah sangat terasimilasi budayanya dengan tindakan-tindakan 4moral, yang
dalam konteks ini bertentangan dengan apa yang akan dibawa dan ditawarkan oleh
Muhammad. Kebanyakan dari mereka yang percaya dan meyakini ajaran Muhammad
pada masa-masa awal adalah para anggota keluarganya serta golongan masyarakat
awam yang dekat dengannya di kehidupan sehari-hari, antara lain Khadijah, Ali, Zaid
bin Haritsah dan Bilal. Namun pada awal tahun 613, Muhammad mengumumkan
secara terbuka agama Islam. Setelah sekian lama banyak tokoh-tokoh bangsa Arab
seperti Abu Bakar, Utsman bin Affan, Zubair bin Al Awwam, Abdul Rahman bin Auf,
Ubaidah bin Harits, Amr bin Nufail yang kemudian masuk ke agama yang dibawa
Muhammad. Kesemua pemeluk Islam pertama itu disebut dengan As-Sabiqun alAwwalun atau Yang pertama-tama.
Penyebaran Islam
Sekitar tahun 613 M, tiga tahun setelah Islam disebarkan secara diam-diam,
Muhammad mulai melakukan penyebaran Islam secara terbuka kepada masyarakat
Mekkah, respon yang ia terima sangat keras dan masif, ini disebabkan karena ajaran
Islam yang dibawa olehnya bertentangan dengan apa yang sudah menjadi budaya dan
pola pikir masyarakat Mekkah saat itu. Pemimpin Mekkah Abu Jahal menyatakan
bahwa Muhammad adalah orang gila yang akan merusak tatanan hidup orang Mekkah,
akibat penolakan keras yang datang dari masyarakat jahiliyyah di Mekkah dan
kekuasaan yang dimiliki oleh para pemimpin Quraisy yang menentangnya, Muhammad
dan banyak pemeluk Islam awal disiksa, dianiaya, dihina, disingkirkan, dan dikucilkan
dari pergaulan masyarakat Mekkah.
Walau mendapat perlakuan tersebut, ia tetap mendapatkan pengikut dalam jumlah
Hijrah ke Madinah
Masyarakat Arab dari berbagai suku setiap tahunnya datang ke Mekkah untuk beziarah
ke Bait Allah atau Ka'bah, mereka menjalankan berbagai tradisi keagamaan dalam
kunjungan tersebut. Muhammad melihat ini sebagai peluang untuk menyebarluaskan
ajaran Islam. Di antara mereka yang tertarik dengan ajarannya ialah sekumpulan orang
dari Yatsrib. Mereka menemui Muhammad dan beberapa orang yang telah terlebih
dahulu memeluk Islam dari Mekkah di suatu tempat bernama Aqabah secara sembunyisembunyi. Setelah menganut Islam, mereka lalu bersumpah untuk melindungi para
pemeluk Islam dan Muhammad dari kekejaman penduduk Mekkah.
Tahun berikutnya, sekumpulan masyarakat Islam dari Yatsrib datang lagi ke Mekkah,
mereka menemui Muhammad di tempat mereka bertemu sebelumnya.Abbas bin Abdul
Muthalib, yaitu pamannya yang saat itu belum menganut Islam, turut hadir dalam
pertemuan tersebut. Mereka mengundang orang-orang Islam Mekkah untuk berhijrah
ke Yastrib dikarenakan situasi di Mekkah yang tidak kondusif bagi keamanan para
pemeluk Islam. Muhammad akhirnya menerima ajakan tersebut dan memutuskan
berhijrah ke Yastrib PADA TAHUN 622 M.
Mengetahui bahwa banyak pemeluk Islam berniat meninggalkan Mekkah, masyarakat
jahiliyah Mekkah berusaha mengcegahnya, mereka beranggapan bahwa bila dibiarkan
berhijrah ke Yastrib, Muhammad akan mendapat peluang untuk mengembangkan
agama Islam ke daerah-daerah yang jauh lebih luas. Setelah selama kurang lebih dua
bulan ia dan pemeluk Islam terlibat dalam peperangan dan serangkaian perjanjian,
akhirnya masyarakat Muslim pindah dari Mekkah ke Yastrib, yang kemudian setelah
kedatangan rombongan dari Makkah pada tahun 622 dikenal sebagai Madinah atau
Madinatun Nabi (kota Nabi).
Di Madinah, pemerintahan (kekhalifahan) Islam diwujudkan di bawah pimpinan
Muhammad. Umat Islam bebas beribadah (salat) dan bermasyarakat di Madinah,
begitupun kaum minoritas Kristen dan Yahudi. Dalam periode setelah hijrah ke
Madinah, Muhammad sering mendapat serangkaian serangan, teror, ancaman
pembunuhan dan peperangan yang ia terima dari penguasa Mekkah, akan tetapi
semuanya dapat teratasi lebih mudah dengan umat Islam yang saat itu telah bersatu di
Madinah.
Pembebasan Mekkah
Tahun 629 M, tahun ke-8 H setelah hijrah ke Madinah, Muhammad berangkat kembali
ke Makkah dengan membawa pasukan Muslim sebanyak 10.000 orang, saat itu ia
bermaksud untuk menaklukkan kota Mekkah dan menyatukan para penduduk kota
Mekkah dan madinah. Penguasa Mekkah yang tidak memiliki pertahanan yang
memadai kemudian setuju untuk menyerahkan kota Makkah tanpa perlawanan, dengan
syarat kota Mekkah akan diserahkan tahun berikutnya. Muhammad menyetujuinya, dan
ketika pada tahun berikutnya ketika ia kembali, ia telah berhasil mempersatukan
Mekkah dan Madinah, dan lebih luas lagi ia saat itu telah berhasil menyebarluaskan
Islam ke seluruh Jazirah Arab.
Muhammad memimpin umat Islam menunaikan ibadah haji, memusnahkan semua
berhala yang ada di sekeliling Ka'bah, dan kemudian memberikan amnesti umum dan
menegakkan peraturan Islam di kota Mekkah.
Mukjizat
Seperti nabi dan rasul sebelumnya, Muhammad diberikan irhasat (pertanda) akan
datangnya seorang nabi, seperti yang diyakini oleh umat Muslim telah dikisahkan dalam
beberapan kitab suci agama samawi, dikisahkan pula terjadi pertanda pada masa di
dalam kandungan, masa kecil dan remaja. Muhammad diyakini diberikan mukjizat
selama kenabiannya.
Umat Muslim meyakini bahwa Mukjizat terbesar Muhammad adalah Al-Qur'an, yaitu
kitab suci umat Islam. Hal ini disebabkan karena kebudayaan Arab pada masa itu yang
masih barbar dan tidak mengenal peradaban, namun oleh Al-Qur'an hal itu berubah
total karena Qur'an membawa banyak peraturan keras yang menegakkan dasar-dasar
nilai budaya baru di dunia Arab yang sebelumnya tidak berperadaban serta
mengeliminasi akar-akar kejahatan sosial yang mengakar di dunia Arab, serta pada
masa yang lebih dekat mengantarkan pemeluknya meraih tingkat perabadan tertinggi di
dunia pada masanya.
Mukjizat lain yang tercatat dan diyakini secara luas oleh umat Islam adalah terbelahnya
bulan, perjalanan Isra dan Mi'raj dari Madinah menuju Yerusalem dalam waktu yang
sangat singkat. Kemampuan lain yang dimiliki Muhammad adalah kecerdasan serta
kepribadiannya yang banyak dipuji serta menjadi panutan para pemeluk Islam hingga
saat ini.
Pernikahan
Selama hidupnya Muhammad menikah dengan 11 atau 13 orang wanita (terdapat
perbedaan pendapat mengenai hal ini). Pada umur 25 Tahun ia menikah dengan
Khadijah, yang berlangsung selama 25 tahun hingga Khadijah wafat. Pernikahan ini
digambarkan sangat bahagia, sehingga saat meninggalnya Khadijah (yang bersamaan
dengan tahun meninggalnya Abu Thalib pamannya) disebut sebagai tahun kesedihan.
Sepeninggal Khadijah, Khawla binti Hakim menyarankan kepadanya untuk menikahi
Sawda binti Zama (seorang janda) atau Aisyah (putri Abu Bakar, dimana Muhammad
akhirnya menikahi keduanya. Kemudian setelah itu Muhammad tercatat menikahi
beberapa orang wanita lagi hingga jumlah seluruhnya sekitar 11 orang, dimana
sembilan di antaranya masih hidup sepeninggal Muhammad.
Sebagian besar perkawinan itu dimaksudkan untuk memperkuat ikatan politik (sesuai
dengan budaya Arab), menolong janda yang ditingal wafat suaminya yang ikut dalam
perang jihad fisabilillah atau memberikan penghidupan bagi para janda (saat itu janda
lebih susah untuk menikah karena budaya yang menekankan perkawinan dengan
p3raw4n).
Wafat
Siapakah yang sanggup, melihat kekasih Allah direnggut ajal, kata Jibril sambil terus
berpaling.
Sedetik kemudian terdengar Rasulullah memekik kerana sakit yang tidak tertahankan
lagi.
Ya Allah, dahsyat sekali maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku,
jangan pada umatku, pinta Rasul pada Allah.
Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tidak bergerak lagi. Bibirnya
bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu. Ali pun segera mendekatkan
telinganya.
Uushiikum bis shalati, wa maa malakat aimanuku, peliharalah shalat dan peliharalah
orang-orang lemah di antaramu.
Di luar pintu tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling berpelukan. Fatimah
menutupkan tangan di wajahnya, dan Ali kembali mendekatkan telinganya ke bibir
Rasulullah yang mulai kebiruan.
Ummatii, ummatii, ummatiii? Dan, berakhirlah hidup manusia mulia yang memberi
sinaran kemuliaan itu. Kini, mampukah kita mencintai sepertinya? Allahumma sholli ala
Muhammad wa baarik wa salim alaihi. Betapa cintanya Rasulullah kepada kita.
Dalam surat Al Maidah ayat 3 telah diungkapkan bahwa:
Artinya: Pada hari ini telah Aku sempurnakan untukmu agamamu, dan sungguh telah
Aku cukupkan nikmat-Ku bagimu, dan telah Aku ridhai Islam sebagai agamamu. (Q.S.
Al Maidah (5) : 3).
Ayat ini menjelaskan bahwa dakwah nabi Muhammad SAW telah sempurna. Nabi
Muhammad SAW dakwah selama 23 tahun. Pada suatu hari beliau merasa kurang
enak badan, badan beliau semakin tambah melemah, beliau menunjuk Abu
Bakarsebagai imam pengganti beliau dalam shalat. Pada tanggal 12 Rabiul Awwal
tahun 11 Hijriyah beliu wafat dalam usia 63 tahun.
harus meniru dan mencontoh kepribadian beliau. Sebagaimana Firman Allah SWT
dalam QS Al Ahzab ayat 21 yang Artinya:
Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah SAW suri teladan yang baik bagimu bagi
orang yang mengharap rahmat Allah SWT dan hari kiamat dan dia banyak menyebut
Allah.(QS Al Ahzab:21). Untuk dapat meneladani Rasulullah SAW harus banyak belajar
dari Al-Quran dan Al Hadits.
diperlakukan dengan baik, dan umatnya supaya berpegang teguh dengan Al Quran
dan sunah Nabi SAW.
Menyampaikan wahyu Allah SWT - Wahyu Allah SWT yaitu berupa Al Quran.
Al Quran ini di dakwahkan kepada umat manusia dan bangsa sebagai pedoman
hidup.
Misi nabi Muhammad SAW tidak hanya dikalangan kaum tertentu saja akan tetapi
Rasulullah SAW diutus untuk seluruh kaum dan bangsa dan ajarannya berlaku untuk
seluruh umat manusia sepanjang masa.
Kronologi Kehidupan Muhammad - Tanggal dan lokasi penting dalam hidup
Muhammad
620-Dihibur oleh Allah melalui Malaikat Jibril dengan cara Isra' dan Mi'raj
sekaligus menerima perintah salat 5 waktu
622-Hijrah ke Madinah
624-Pertempuran Badar
625-Pertempuran Zaturriqa`
627-Pertempuran Khandak
628-Perjanjian Hudaibiyyah
629-Pertempuran Mu'tah
630-Pendudukan Thaif
632-Pertempuran Tabuk
632-Haji Wada'
Sumber:
Wikipedia
Website Islam
Maret 1727) adalah seorang fisikawan, matematikawan, ahli astronomi, filsuf alam,
alkimiawan, dan teolog yang berasal dari Inggris. Ia merupakan pengikut aliran
heliosentris dan ilmuwan yang sangat berpengaruh sepanjang sejarah, bahkan
dikatakan sebagai bapak ilmu fisika klasik.
Karya bukunya Philosophi Naturalis Principia Mathematica yang diterbitkan pada
tahun 1687 dianggap sebagai buku paling berpengaruh sepanjang sejarah sains. Buku
ini meletakkan dasar-dasar mekanika klasik. Dalam karyanya ini, Newton menjabarkan
hukum gravitasi dan tiga hukum gerak yang mendominasi pandangan sains mengenai
alam semesta selama tiga abad. Newton berhasil menunjukkan bahwa gerak benda di
Bumi dan benda-benda luar angkasa lainnya diatur oleh sekumpulan hukum-hukum
alam yang sama.
Ia membuktikannya dengan menunjukkan konsistensi antara hukum gerak
planet Keplerdengan teori gravitasinya. Karyanya ini akhirnya menyirnakan keraguan
para ilmuwan akan heliosentrisme dan memajukan revolusi ilmiah.
Dalam bidang mekanika, Newton mencetuskan adanya prinsip kekekalan momentum
dan momentum sudut. Dalam bidang optika, ia berhasil membangun teleskop refleksi
yang pertama dan mengembangkan teori warna berdasarkan pengamatan bahwa
sebuah kaca prisma akan membagi cahaya putih menjadi warna-warna lainnya. Ia juga
merumuskan hukum pendinginan dan mempelajari kecepatan suara.
Dalam bidang matematika pula, bersama dengan karya Gottfried Leibniz yang
dilakukan secara terpisah, Newton mengembangkan kalkulus diferensial dan kalkulus
integral. Ia juga berhasil menjabarkan teori binomial, mengembangkan "metode
Newton" untuk melakukan pendekatan terhadap nilai nol suatu fungsi, dan berkontribusi
terhadap kajian deret pangkat.
Sampai sekarang pun Newton masih sangat berpengaruh di kalangan ilmuwan. Sebuah
survei tahun 2005 yang menanyai para ilmuwan dan masyarakat umum di Royal
Society mengenai siapakah yang memberikan kontribusi lebih besar dalam sains,
apakah Newton atau Albert Einstein, menunjukkan bahwa Newton dianggap
memberikan kontribusi yang lebih besar.
Masa-masa Awal
Isaac Newton dilahirkan pada tanggal 4 Januari 1643 [KJ: 25 Desember 1642] di
Woolsthorpe-by-Colsterworth, sebuah hamlet (desa) di county Lincolnshire. Pada saat
kelahirannya, Inggris masih mengadopsi kalender Julian, sehingga hari kelahirannya
dicatat sebagai 25 Desember 1642 pada hari Natal. Ayahnya yang juga bernama Isaac
Newton meninggal tiga bulan sebelum kelahiran Newton. Newton dilahirkan secara
prematur; dilaporkan pula ibunya, Hannah Ayscough, pernah berkata bahwa ia dapat
muat ke dalam sebuah cangkir ( 1,1 liter). Ketika Newton berumur tiga tahun, ibunya
menikah kembali dan meninggalkan Newton di bawah asuhan neneknya, Margery
Ayscough.
Sejak usia 12 hingga 17 tahun, Newton mengenyam pendidikan di sekolah The King's
School yang terletak di Grantham (tanda tangannya masih terdapat di perpustakaan
sekolah). Ia sempat dikeluarkan oleh keluarganya untuk menjadi [petani, namun atas
saran dari kepala sekolah akhirnya newton kembali ke sekolah dan lulus pada usia 18
tahun dengan nilai yang memuaskan.
Pada Juni 1661, Newton diterima di Trinity College Universitas Cambridge sebagai
seorang sizar (mahasiswa yang belajar sambil bekerja). Pada tahun 1665, ia
menemukan teorema binomial umum dan mulai mengembangkan teori matematika
yang pada akhirnya berkembang menjadi kalkulus. Segera setelah Newton
mendapatkan gelarnya pada Agustus 1665, Universitas Cambridge ditutup oleh karena
adanya Wabah Besar. Pada tahun 1667, ia kembali ke Cambridge sebagai pengajar di
Trinity.
Masa Dewasa
Matematika
Kebanyakan ahli sejarah percaya bahwa Newton dan Leibniz mengembangkan kalkulus
secara terpisah. Keduanya pula menggunakan notasi matematika yang berbeda pula.
Menurut teman-teman dekat Newton, Newton telah menyelesaikan karyanya bertahuntahun sebelum Leibniz, namun tidak mempublikasikannya sampai dengan tahun 1693.
Ia pula baru menjelaskannya secara penuh pada tahun 1704, manakala pada tahun
1684, Leibniz sudah mulai mempublikasikan penjelasan penuh atas karyanya. Notasi
dan "metode diferensial" Leibniz secara universal diadopsi di Daratan Eropa,
sedangkan Kerajaan Britania baru mengadopsinya setelah tahun 1820.
Newton umumnya diakui sebagai penemu teorema binomial umum yang berlaku untuk
semua eksponen. Ia juga menemukan identitas Newton, metode Newton,
mengklasifikasikan kurva bidang kubik, memberikan kontribusi yang substansial pada
teori beda hingga, dan merupakan yang pertama untuk menggunakan pangkat
berpecahan serta menerapkan geometri koordinat untuk menurunkan penyelesaian
persamaan Diophantus.
Optika
Dari tahun 1670 sampai dengan 1672, Newton mengajar bidang optika. Semasa
periode ini, ia menginvestigasi refraksi cahaya, menunjukkan bahwa kaca prisma dapat
membagi-bagi cahaya putih menjadi berbagai spektrum warna, serta lensa dan prisma
keduanya akan menggabungkan kembali cahaya-cahaya tersebut menjadi cahaya
putih.
Dia juga menunjukkan bahwa cahaya berwarna tidak mengubah sifat-sifatnya dengan
memisahkan berkas berwarna dan menyorotkannya ke berbagai objek. Newton
mencatat bahwa tidak peduli apakah berkas cahaya tersebut dipantulkan, dihamburkan
atau ditransmisikan, warna berkas cahaya tidak berubah. Dengan demikian dia
mengamati bahwa warna adalah interaksi objek dengan cahaya yang sudah berwarna,
dan objek tidak menciptakan warna itu sendiri. Ini dikenal sebagai teori warna Newton.
Dari usahanya ini dia menyimpulkan bahwa lensa teleskop refraksi akan mengalami
gangguan akibat dispersi cahaya menjadi berbagai warna (aberasi kromatik). Sebagai
bukti konsep ini dia membangun teleskop menggunakan cermin sebagai objektif untuk
mengakali masalah tersebut. Pengerjaan rancangan ini, teleskop refleksi fungsional
pertama yang dikenal, yang sekarang disebut sebagai teleskop Newton melibatkan
pemecahan masalah bagaimana menemukan bahan cermin yang cocok serta teknik
pembentukannya. Newton menggosok cerminny sendiri dari komposisi khusus logam
spekulum yang sangat reflektif, menggunakan cincin Newton untuk menilai mutu optika
teleskopnya. Pada akhir 1668 dia berhasil memproduksi teleskop pantul pertamanya.
Mekanika dan gravitasi
Pada tahun 1679 Newton kembali mengerjakan mekanika benda langit, yaitu gravitasi
dan efeknya terhadap orbit planet-planet, dengan rujukan terhadap
hukumKepler tentang gerak planet. Ini dir4ngs4ng oleh pertukaran surat singkat pada
masa 1679-80 dengan Hooke, yang telah ditunjuk untuk mengelola korespondensi
Royal Society, dan membuka korespondensi yang dimaksudkan untuk meminta
sumbangan dari Newton terhadap jurnal ilmiah Royal Society.
Bangkitnya kembali ketertarikan Newton terhadap astronomi mendapatkan r4ngs4ng4n
lebih lanjut dengan munculnya komet pada musim dingin 1680-1681,yang dibahasnya
dalam korespondensi dengan John Flamsteed. Setelah diskusi dengan Hooke, Newton
menciptakan bukti bahwa:
Bentuk elips orbit planet akan berasal dari gaya sentripetal yang berbanding terbalik
dengan kuadrat vektor jari-jari.
Newton mengirimkan hasil kerjanya ini ke Edmond Halley dan ke Royal Society dalam
De motu corporum in gyrum, sebuah risalah yang ditulis dalam 9 halaman yang disalin
ke dalam buku register Royal Society pada Desember 1684 Risalah ini membentuk inti
argumen yang kemudian akan dikembangkan dalam Principia yang dipublikasikan pada
5 Juli 1687.
Dalam karyanya ini Newton menyatakan hukum gerak Newton yang memungkinkan
banyak kemajuan dalam revolusi Industri yang kemudian terjadi. Hukum ini tidak direvisi
lagi dalam lebih dari 200 tahun kemudian, dan masih merupakan pondasi dari teknologi
non-relativistik dunia modern. Dia menggunakan kata Latin gravitas (berat) untuk efek
yang kemudian dinamakan sebagai gravitasi, dan mendefinisikan hukum gravitasi
universal.
Dalam karya yang sama, Newton mempresentasikan metode analisis geometri yang
mirip dengan kalkulus, dengan 'nisbah pertama dan terakhir', dan menentukan analisis
untuk menentukan (berdasarkan hukum Boyle) laju bunyi di udara, menentukan
kepepatan bentuk sferoid Bumi, memperhitungkan presesi ekuinoks akibat tarikan
gravitasi bulan pada kepepatan Bumi, memulai studi gravitasi ketidakteraturan gerak
Bulan, memberikan teori penentuan orbit komet, dan masih banyak lagi.
Hukum gerak Newton
Hukum gerak Newton adalah tiga hukum fisika yang menjadi dasar mekanika klasik.
Hukum ini menggambarkan hubungan antara gaya yang bekerja pada suatu benda dan
gerak yang disebabkannya. Hukum ini telah dituliskan dengan pembahasaan yang
berbeda-beda selama hampir 3 abad, dan dapat dirangkum sebagai berikut:
Hukum Pertama: setiap benda akan memiliki kecepatan yang konstan kecuali ada
gaya yang resultannya tidak nol bekerja pada benda tersebut. Berarti jika resultan gaya
nol, maka pusat massa dari suatu benda tetap diam, atau bergerak dengan kecepatan
konstan (tidak mengalami percepatan). Hal ini berlaku jika dilihat dari kerangka acuan
inersial.
Hukum Kedua: sebuah benda dengan massa M mengalami gaya resultan sebesar F
akan mengalami percepatan a yang arahnya sama dengan arah gaya, dan besarnya
berbanding lurus terhadap F dan berbanding terbalik terhadap M. atau F=Ma. Bisa juga
diartikan resultan gaya yang bekerja pada suatu benda sama dengan turunan dari
momentum linear benda tersebut terhadap waktu.
Hukum Ketiga: gaya aksi dan reaksi dari dua benda memiliki besar yang sama,
dengan arah terbalik, dan segaris. Artinya jika ada benda A yang memberi gaya sebesar
F pada benda B, maka benda B akan memberi gaya sebesar F kepada benda A. F
dan F memiliki besar yang sama namun arahnya berbeda. Hukum ini juga terkenal
sebagai hukum aksi-reaksi, dengan F disebut sebagai aksi dan F adalah reaksinya.
Ketiga hukum gerak ini pertama dirangkum oleh Isaac Newton dalam karyanya
Philosophi Naturalis Principia Mathematica, pertama kali diterbitkan pada 5 Juli 1687.
Newton menggunakan karyanya untuk menjelaskan dan meniliti gerak dari bermacammacam benda fisik maupun sistem. Contohnya dalam jilid tiga dari naskah tersebut,
Newton menunjukkan bahwa dengan menggabungkan antara hukum gerak dengan
hukum gravitasi umum, ia dapat menjelaskan hukum pergerakan planet milik Kepler
Pandangan heliosentrisnya tentang tata surya
Newton memperjelas pandangan heliosentrisnya tentang tata surya, yang
dikembangkan dalam bentuk lebih modern, karena pada pertengahan 1680-an dia
sudah mengakui Matahari tidak tepat berada di pusat gravitasi tata surya Bagi Newton,
titik pusat Matahari atau benda langit lainnya tidak dapat dianggap diam, namun
seharusnya "titik pusat gravitasi bersama Bumi, Matahari dan Planet-planetlah yang
harus disebut sebagai Pusat Dunia", dan pusat gravitasi ini "diam atau bergerak
beraturan dalam garis lurus".(Newton mengadopsi pandangan alternatif "tidak bergerak"
dengan memperhatikan pandangan umum bahwa pusatnya, di manapun itu, tidak
bergerak.
Berkat Principia, Newton diakui dunia internasional, Dia mendapatkan lingkaran
pengagum, termasuk matematikawan kelahiran Swiss Nicolas Fatio de Duillier, yang
menjalin hubungan yang intens dengannya sampai 1693, saat hubungan tersebut
mendadak berakhir. Pada saat bersamaan Newton menderita gangguan saraf.
Kematian
Mendekati akhir hayatnya, Newton bertempat tinggal di Cranbury Park, dekat
Winchester dengan kemenakan perempuan dan suaminya, sampai wafatnya pada
tahun 1727. Newton yang tetap melajang telah membagi-bagikan sebagian besar harta
miliknya kepada sanak keluarganya pada tahun-tahun terakhirnya, dan wafat tanpa
meninggalkan warisan.
Setelah kematiannya, tubuh Newton ditemukan mengandung sejumlah besar raksa,
mungkin sebagai akibat studi alkimianya. Keracunan air raksa dapat menjelaskan
keeksentrikan Newton di akhir hayatnya.
Daftar hasil karya Newton:
Opticks (1704)
(Wikipedia)
Siddhartha Gautama merupakan figur utama dalam agama Buddha, keterangan akan
kehidupannya, khotbah-khotbah, dan peraturan keagamaan yang dipercayai oleh penganut
agama Buddha dirangkum setelah kematiannya dan dihafalkan oleh para pengikutnya.
Berbagai kumpulan perlengkapan pengajaran akan Siddhartha Gautama diberikan secara
lisan, dan bentuk tulisan pertama kali dilakukan sekitar 400 tahun kemudian. Pelajar-pelajar
dari negara Barat lebih condong untuk menerima biografi Sang Buddha yang dijelaskan
dalam naskah Agama Buddha sebagai catatan sejarah, tetapi belakangan ini "keseganan
pelajar negara Barat meningkat dalam memberikan pernyataan yang tidak sesuai mengenai
fakta historis akan kehidupan dan pengajaran Sang Buddha."
Biografi Konfusius
dilahirkan pada 551 SM di desa Chang Phing, di Qufu negara feodal Lu, di masa pemerintahan
dinasti Zhou. Pada bagian ini, kita akan melihat bersama tentang kehidupan Konfusius dan latar
belakang keluarganya.
Di dalamnya kita bisa melihat perjalanan hidupnya dari lahir hingga kematiannya, situasi sosial yang
melatarbelakangi gagasan dan ajaran-ajarannya, serta karakter pribadi Konfusius. Dengan ini, kita
bisa semakin mengenal Konfusius dan dengan begitu hal ini akan membantu kita dalam memahami
ajaran dan gagasan-gagasannya.
Riwayat hidup Konfusius ini akan dibagi dalam 5 bagian. Pertama, Leluhur, masa kecil dan masa
muda Konfusius (551-531 SM) yang akan melihat asal usul dan latar belakang keluarga Konfusius
serta keadaan keluarganya yang miskin; kedua, Masa dewasa muda (531-501 SM) yang akan
bercerita tentang kehidupan Konfusius sejak pernikahannya, pekerjaannya setelah menikah dan
peristiwa kematian sang ibu; ketiga, masa pelayanan dalam pemerintahan (500-496 SM) yang
bercerita tentang Konfusius dipercaya untuk menjalankan pemerintahan di Lu dan diangkat sebagai
hakim di Chung-tu. Di sini, kita juga akan melihat proses turunnya Konfusius dari tampuk
pemerintahan Lu yang disebabkan oleh adanya persaingan antar negara; keempat, masa
mengembara (496-483 SM) berbicara tentang masa-masa sulit yang dialami Konfusius setelah
keluar dari Lu; dan kelima, Masa tua dan kematiannya (482-479 SM) yang diwarnai kisah tragis
kematian para murid kesayangannya, dan juga berbicara tentang kematiannya sendiri.
Dari seluruh perjalanan dan peristiwa hidup Konfusius ini, terlihat dengan jelas rangkaian hidup
seorang guru agung yang tidak hanya piawai dalam mengajar murid-muridnya dengan katakatanya yang bijaksana, tetapi juga menghayati hidup sesuai dengan apa yang diajarkannya sendiri.
Dengan ini ia menunjukkan bahwa dirinya adalah seorang tokoh yang pantas untuk diteladani.
Ketika Cina berada di bawah pemerintahan Dinasti Zhou, terdapatlah seorang bernama Chi yang
bergelar Wei. Ia memiliki cucu yang menjadi seorang kepala Negara feodal Min. cucunya tersebut
mempunyai dua orang anak bernama Fu-fu Ho dan Fang sze. Tiga keturunan setelah Fu-fu Ho,
lahirlah Chang Kao fu, Wu dan Hsuan. Dari Chang Kao-fu inilah lahir Kong Fu Chia, yang darinya
Kong Fang-shu, mempunyai seorang anak bernama Po-Hsia. Darinya lahirlah Shu Liang-ho yang
tidak lain adalah ayah Konfusius. Konfusius merupakan anak laki-laki pertamanya, setelah
sebelumnya ia menikah dan dikarunia 9 orang anak perempuan. Konfusius lahir ketika ayahnya
berusia 64 tahun. Ibunya bernama Zheng-zhai yang berasal dari keluarga Yen yang tinggal di
daerah Song.
Pada masa mudanya, Shu Liang-ho dikenal sebagai seorang perajurit Lu. Ia terkenal karena
keberanian dan kepahlawanannya. Ketika terjadi pertempuran di Biyang pada 563 SM. Pada waktu
itu Lu berada di bawah kekuasaan Xiang. Karena meletus pemberontakan di Biyang, ia
memerintahkan Jendral Meng Sun-mie dan pasukannya untuk menyerbu daerah itu. Shu Liang ho
merupakan salah satu anggota pasukan yang dipilih untuk menumpas pemberontakan di Biyang.
Ketika sampai di perbatasan kota itu, Jendral Meng Sun-mie dan pasukannya melihat bahwa pintu
gerbang telah terbuka. Saat itu juga mereka menyadari kemungkinan akan adanya perangkap di
baliknya. Untuk memastikannya, dikirimlah beberapa pasukan dengan mengendarai kereta perang
untuk masuk ke dalamnya. Ketika sampai di dalam, pasukan pemberontak datang menyerbu.
Melihat hal ini mereka segera berbalik keluar di bawah hujan anak panah. Sementara pintu gerbang
mulai menutup. Ketika pintu gerbang kota itu hampir tertutup seluruhnya dan melihat bahwa masih
ada beberapa teman yang tertinggal di dalamnya, Shu Liang ho segera melompat dan berlari
mendekati pintu gerbang kota yang hampir tertutup itu. Dengan sekuat tenaga, ia menahannya
dengan bahunya hingga seluruh temannya dapat keluar dan meninggalkan tempat itu dengan
selamat.
Ketika berusia 3 tahun, Shu Liang ho, ayahnya meninggal dunia dan dikuburkan di Fang shan. Fang
shan terletak di Lu bagian timur. Meskipun demikian, sampai ibunya meninggal dunia, ia tidak tahu
di mana letak makam ayahnya. Sejak saat itu Konfusius dibesarkan dan dididik oleh ibunya. Ketika
masih anak-anak, Konfusius sering bermain upacara mempersembahkan kurban kepada leluhur.
Ketertarikannya pada permainan tersebut, berawal ketika ibunya memberikan ijin untuk melihat
langsung upacara persembahan kurban yang diadakan di ibu kota Lu. Sepulangnya dari sana, ia
langsung menirukan apa yang dilalukan oleh pemimpin upacara persembahan kurban (master of
ceremony) ketika menjalankan tugasnya. Sejak saat itu ia tidak pernah melewatkan waktu untuk
menyaksikan secara langsung upacara persembahan kurban setiap kali diadakan di ibu kota Lu.
Hal ini terjadi karena baginya pelajaran di sekolah tersebut terlalu mudah sehingga merasa bahwa di
situ ia kurang bisa berkembang. Karena itu ibunya membawa Konfusius kecil kepada kakeknya
(orang tua Zheng zai) untuk mendapatkan pelajaran tambahan. Hal ini membuat pengetahuannya
tentang enam pelajaran pokok semakin mendalam, karena dari kakeknya, Konfusius dapat belajar
memanah dan mengendarai kereta perang dengan lebih baik. Dengan mempelajari enam mata
pelajaran pokok dan enam kitab klasik, tampak bahwa apa yang dipelajari Konfusius merupakan
sesuatu yang mendasar dan penting bagi hidupnya. Hal ini sejalan dengan apa yang dikatakannya,
ketika aku masih muda, keluargaku sangat miskin, karena itu aku harus dapat menguasai banyak
hal tapi yang aku kuasai haruslah sesuatu yang berguna saja bagi hidupku. (The Analects 9:6)
Rupanya, pendidikan yang diperoleh dari ibunya dan ditambah lagi tempaan dari kakeknya dan
kecerdasannya yang luar biasa membuatnya memiliki sikap yang baik dan kemampuan untuk
bekerja dalam masyarakat. Selain itu, teladan dan kedisiplinan yang diberikan dan diterapkan oleh
kakeknya ikut pula menjadi satu hal yang mendasari karakternya.
Ketika berusia 19 tahun, Konfusius menikah dengan seorang perempuan dari keluarga Qiguan yang
tinggal di Song. Keluarga ini merupakan keluarga baik-baik. Di dalam keluarga tersebut terdapat
empat orang gadis cantik yang berkeutamaan, rajin bekerja, serta memiliki kata-kata dan sikap yang
baik. Konfusius menikah dengan salah satu dari mereka. Setahun setelah pesta pernikahannya
keluarga baru tersebut dikaruniai seorang anak. Pada saat kelahiran anaknya seorang bangsawan
di Lu bernama Chao datang mengunjunginya dan memberinya hadiah sepasang ikan gurame (li).
Kemudian anak tersebut diberi nama Li Boyu.
Kemungkinan besar, setelah menikah, ia bekerja sebagai pejabat rendahan di kota Cheng di bawah
keluarga Mengsun Xie sebagai seorang penjaga lumbung gandum dan merangkap sebagai petugas
penarik pajak hasil bumi. Pada saat pertama kali bertemu Konfusius, Mengsun menyadari bahwa
Konfusius merupakan seorang yang sangat bertalenta. Karena itu, ketika telah dekat masa panen,
ia memutuskan untuk bekerja padanya. Akhirnya ia pun mengundang Konfusius dan
mengangkatnya sebagai seorang pegawai rendahan dan menempatkannya di kota Cheng.
Selama menjalankan tugasnya, ia membuat berbagai macam perbaikan yang dianggap perlu. Di
antaranya adalah sistem penarikan pajak hasil bumi. Telah menjadi rahasia umum bahwa pada
masa itu, seorang penarik pajak dipandang sebagai orang korup. Karena mereka menarik pajak
melebihi jumlah yang ditentukan, dan lebih dari itu hasil kelebihannya dipakai untuk kepentingannya
sendiri. Keadaan seperti ini tentu saja memberatkan masyarakat yang wajib menyetor pajak hasil
bumi. Tentang hal ini perbaikan yang dibuatnya adalah dengan memberikan pengurangan jumlah
hasil bumi dan hukuman bagi mereka yang terlambat menyetorkannya. Mereka yang membayar
sebelum tanggal yang ditetapkan akan mendapatkan pengurangan jumlah gandum yang harus
disetorkan sebanyak 10 % dari jumlah yang telah ditentukan; bagi mereka yang membayar tepat
waktu dikenakan potongan sebesar 5 %; mereka yang terlambat harus menyetorkan 10% lebih
banyak dari yang seharusnya; sementara mereka yang menolak untuk membayar pajak, tanahnya
akan diambil dan diserahkan pada orang lain untuk diolah. Jika seseorang tidak dapat membayar
pajak atau tidak mampu memenuhi jumlah yang ditentukan karena gagal panen (tanaman
gandumnya kena hama atau penyakit, ia harus membuat laporan secepatnya dan mengajukan
permohonan agar dibebaskan dari pembayaran pajak. Selain itu ia selalu memberikan laporan rutin
tentang hasil kerjanya terhadap Mengsun Xizi, serta mendiskusikan beberapa hal penting yang
terkait dengan pekerjaannya.
Dengan adanya perbaikan itu, pembayaran pajak berlangsung dengan lebih lancar dan orang
merasa tidak terbebani. Hal ini membuat Mengsun Xizi merasa puas dan merasa sangat terbantu.
Setahun kemudian Konfusius dipercaya untuk bekerja sebagai pejabat rendahan yang bertanggung
jawab atas pertanian dan peternakan. Ketika memegang jabatan tersebut, ia mengatakan bahwa
tanaman harus tumbuh dengan subur dan kambing serta seluruh hewan ternak harus gemuk dan
sehat. Selain itu ia juga menjadikan kedua hal tersebut sebagai perhatian utamanya. Hasilnya pun
sungguh mengagumkan, tanaman menghasilkan banyak panenan, sementara seluruh hewan ternak
terpelihara dengan baik dan sehat. Hal ini tidak terlepas dari kemampuan Konfusius dalam menata
dan mengatur pekerjaannya. Selain itu, ia juga tidak pernah lupa untuk memberikan laporan rutin
kepada Mensun Xizi.
Di usianya yang ke-22, Konfusius memutuskan untuk menjadi guru. Tanpa ragu, ia menggunakan
tempat tinggalnya sebagai tempat untuk mengajar anak-anak muda yang ingin belajar
kebijaksanaan klasik darinya. Ia tidak pernah menolak berapa pun uang yang diberikan oleh para
murid sebagai penghargaan atas pengajaran yang diberikannya. Maka tidaklah mengherankan, jika
ia memiliki banyak murid yang berasal dari berbagai kalangan. Meskipun demikian, ia tidak
sembarangan mengajar. Ia selalu menetapkan standar yang tinggi terhadap setiap muridnya. Selain
itu metode yang dipakainya dalam mengajar disesuaikan dengan karakteristik serta kemampuan
dasar murid-muridnya. Dari sini dengan jelas terlihat bahwa tujuan pendidikan Konfusius adalah
mengembangkan diri dan potensi dari masing-masing muridnya. Konfusius ingin agar para muridnya
memiliki kemampuan untuk berpikir sendiri dan tidak sekedar mengikuti pemikiran gurunya. Ia ingin
murid-muridnya dapat mengembangkan sendiri apa yang telah diterima dari gurunya. Semakin hari
jumlah muridnya semakin bertambah, bahkan hingga mencapai 3000 orang.
Pada 527 SM, ibu Konfusius meninggal dunia. hal ini membawa kesedihan yang sangat mendalam
baginya. Ia selalu ingat berkat usaha keras ibunya, ia menjadi seorang yang terpelajar, mengerti tata
krama, serta menguasai enam pelajaran pokok. ia merasa sangat berhutang budi padanya, terlebih
ibunya telah membesarkannya sendiri sejak ia berusia 3 tahun. Konfusius ingin menguburkan
jenazah ibunya satu liang dengan makam ayahnya seturut tradisi leluhurnya yang masih merupakan
keluarga bangsawan pada masa Dinasti Shang. Tetapi sayangnya, ia tidak mengetahui di mana
ayahnya dimakamkan. Hal ini terjadi karena ayahnya telah meninggal dunia ketika ia berusia 3
tahun dan ibunya belum sempat memberitahukan keberadaan makam ayahnya kepadanya. Karena
itu, Konfusius berusaha untuk mencari tahu letak makam ayahnya dengan pergi ke Wufu yang
berada di luar kota Qufu, sambil membawa peti mati yang berisi jenasah ibunya. Setelah lama
menunggu, akhirnya ada seorang nenek tua yang sedang lewat jalan itu. Tanpa diduga ternyata ia
adalah teman lama ibunya. Kemudian ia mengatakan bahwa ayah Konfusius dimakamkan di lereng
Gunung Fangshan yang terletak di sebelah timur Qufu. Mendengar hal ini, Konfusius segera berlutut
untuk mengungkapkan rasa terima kasihnya.
Akhirnya tanpa menunggu lama, Konfusius pun membawa jenasah ibunya ke sana. Ia
memakamkan ibunya satu liang dengan jenasah ayahnya. Setelah itu ia membuat nisan setinggi 4
kaki di atasnya, serta mengadakan upacara kematian untuk orang tuanya. Konfusius meratapi
kematian ibunya selama 3 tahun, sesuai dengan tata krama seorang anak (rule of propriety).
Peristiwa kematian ibunya digunakan Konfusius untuk memberikan beberapa ajaran kepada para
muridnya. Ia mengatakan bahwa sebagai seorang anak, kita mempunyai tugas untuk memberikan
penghormatan yang dilandasi oleh rasa terima kasih dan cinta yang mendalam kepada orang tua
kita, pada saat mereka meninggal dunia.[17] Setelah masa berkabungnya berakhir, Konfusius
segera kembali ke Qufu. Di sana ia melanjutkan aktivitasnya sehari-hari dengan mengajar muridmuridnya. Selain itu ia terus melanjutkan studinya tentang karya-karya literatur kuno dan belajar dari
sejarah pemerintahan dinasti-dinasti sebelumnya.
Konfusius meyakini bahwa keutamaan itu dekat dengan musik. Dalam pandangannya, musik dapat
melunakkan hati yang keras dan dapat digunakan untuk memperbaiki temperamen seseorang.
Karena itu ia ingin seluruh puisi-puisi kuno yang telah dikoleksinya dapat dilagukan dan dinyanyikan
dengan iringan alat-alat musik. Konfusius dapat memainkan beberapa jenis alat musik tabuh dan
tiup seperti tambur dan seruling. Meskipun demikian, ia kurang mahir dalam memainkan alat musik
petik. Padahal menurutnya, alat musik petik mampu menghasilkan suara yang lebih baik ketika
digunakan untuk mengiringi sebuah lagu dari pada alat musik lainnya. Ketika diberi tahu bahwa di
dalam kelompok musik istana Lu terdapat seorang pemain musik bernama Shi Xiangzi yang mampu
memainkan alat musik petik dengan sangat baik, ia memutuskan untuk pergi ke tempat Shi Xiangzi
untuk belajar. Shi Xiangzi tinggal di negara feodal Jin.
Di bawah bimbingan Shi Xiangzi, ia tidak sekedar belajar untuk bernyanyi dan memainkan alat
musik. Gurunya itu juga mengajarkan makna dari setiap irama musik yang dimainkannya. Dengan
kecerdasannya, ia mampu menyerap apa yang diajarkan gurunya itu dengan lebih cepat. Karena itu,
tidak mengherankan jika Konfusius pun mengalami kemajuan pesat dalam bermusik. Bahkan ia
sanggup menebak dengan benar sifat dan pribadi pengarang sebuah lagu hanya dengan
mendengarkan irama lagu yang dimainkannya.
Dalam sebuah perjalanan, Konfusius dan murid-muridnya melalui lereng Gunung Tai. Di sana ia
tampak olehnya seorang ibu yang sedang menangis di sebuah makam. Melihat hal itu, ia meminta
Tse lu untuk menanyakan apa yang membuat ibu tersebut menangis. Kemudian ibu itu menjawab
bahwa suami, ayah mertua dan anaknya telah mati karena terbunuh oleh harimau yang ada di
gunung itu. Mendengar jawaban ini, tse lu bertanya lagi, mengapa dia tidak pergi dan meninggalkan
tempat itu. Pertanyaan ini dijawab perempuan itu dengan mengatakan bahwa di tempat ia tinggal,
tidak ada penindasan dan kesewenang-wenangan pemerintah. Mendengar jawaban ini, Konfusius
berkata kepada murid-muridnya bahwa pemerintah yang sering menindas rakyatnya dengan kejam
itu lebih kejam dari seekor harimau.[21]
Apa yang diajarkan Konfusius kepada para muridnya saat itu menunjukkan bahwa meskipun tidak
terlibat secara langsung dalam urusan pemerintahan negara Lu, Konfusius memiliki perhatian yang
besar akan situasi yang terjadi di negara tersebut. Perhatian akan situasi yang terjadi di Lu ini
membawa pengaruh terhadap pemikiran dan ajaran-ajarannya yang didasarkan pada kebajikan dan
keteladanan setiap pribadi sehingga tercipta keharmonian dan keteraturan di dalam masyarakat.[22]
Menurutnya, hal ini harus dimulai dari keluarga.
Pada 501 SM, Konfusius menjalankan kehidupan public di pemerintahan. Ia diangkat sebagai hakim
dan pemimpin di kota Zhong du. Pada waktu itu, Konfusius berusia 50 tahun. Kota tersebut terletak
90 li (sekitar 30 km) dari ibu kota Lu. Zhong du sebenarnya merupakan daerah yang subur, tetapi
karena perdana menteri yang tidak kompeten, perseteruan dan intrik politik di antara para pejabat
negara, membuat rakyat hidup menderita dan tertekan. Langkah pertama yang dilakukan Konfusius
begitu sampai di kantornya adalah mempromosikan pegawai dan pejabat yang jujur dan taat hukum;
mereka yang kemampuannya kurang memadai diturunkan dari jabatannya; sedangkan mereka yang
menyalahgunakan wewenang dan jabatannya demi kepentingan pribadi dimasukkan ke dalam
penjara.
Sebelum menentukan apa yang hendak dilakukan untuk masyarakat Zhongdu, ia terjun ke tengahtengah masyarakat untuk melihat kehidupan rakyat dan situasi di kota itu secara langsung. Setelah
itu ia menetapkan kebijakan yang dirasanya tepat untuk diterapkan di Zhong du untuk memperbaiki
keadaan di sana. Dengan segera ia melakukan pembenahan yang perlu di sana, dan hal ini
dilakukan melalui pendidikan moral kepada rakyat Zhong du baik dengan kata-kata atau pun
tindakan-tindakannya yang pantas untuk diteladani. Karena itu tidaklah mengherankan jika dalam
waktu singkat (tiga bulan), dia berhasil mewujudkan pembaharuan kehidupan moral di sana. Pada
masa itu, rakyat Zhong du benar-benar memiliki sikap hidup dan pemikiran yang selaras dengan
tatanan moral; mereka menghormati orang yang lebih tua, dan memperlakukan yang orang-orang
muda dengan penuh cinta dan kebaikan hati.
Atas keberhasilannya memimpin Zhong du, Konfusius dipercaya menjadi menteri pembangunan
(the minister of construction) yang bertanggung jawab atas perencanaan tempat peribadatan atau
kuil, istana, tata kota ibu kota Lu, pembangunan sarana pengairan dan jembatan. Pada intinya, ia
bertanggung jawab atas perencanaan bangunan fisik yang berguna bagi rakyat Lu. Di sela-sela
kesibukannya, ia selalu meluangkan waktu untuk mengajar murid-muridnya. Selanjutnya ia diangkat
sebagai menteri keadilan yang bertugas menciptakan keamanan Lu. Dengan kebijaksanaan dan
integritasnya, ia selalu dapat memecahkan persoalan dan permasalah seputar hukum. Ia juga
menjatuhkan hukuman dengan adil dan memberikan hukuman yang sifatnya mendidik sesuai
dengan tingkat kesalahan setiap orang yang berbuat jahat. Keberhasilannya ini membuat wewenang
dan kekuasaannya meningkat dengan pesat.
Dalam menjalankan administrasi negara, Konfusius memperkuat kedudukan negara dan
memperlemah sistem kekeluargaan. Selain itu ia selalu menerapkan ajaran-ajaran klasik yang telah
dikuasainya dengan baik dalam menjalankan pemerintahan. Hal ini secara tidak langsung menjadi
suatu pendidikan moral bagi setiap rakyat Lu. Akibatnya, setiap orang yang tinggal di sana memiliki
loyalitas dan kepercayaan yang tinggi kepada pemerintah dan diri mereka sendiri. Di sana, setiap
orang melakukan segala sesuatu sejalan dengan prinsip-prinsip moralitas, sehingga tercapai
keteraturan dan keselarasan dalam kehidupan sosial di Lu.
Tetapi hal itu tidak berlangsung lama. Perubahan yang terjadi di Lu terdengar hingga ke luar negeri.
Hal ini membuat para pemimpin negara tetangga menjadi iri dan takut. Perasaan tersebut terkait
erat dengan kekhawatiran beberapa pimpinan negara tetangga bahwa Lu akan menyerang daerahdaerah di sekitarnya untuk memperluas wilayah dan memperkuat kedudukannya. Kemudian
beberapa kepala negara tetangga Lu berunding untuk mencari cara bagaimana mereka dapat
memperlemah Lu. Karena itu segera dipilih 80 gadis cantik dan 120 ekor kuda yang terbaik, lalu
dikirim ke Lu kepada bangsawan Ding sebagai hadiah. Dengan sembunyi-sembunyi, seorang
pejabat Lu bernama Chi Huan menerima semua pemberian itu dan menghantarkannya kepada
bangsawan Ding. Selanjutnya, bangsawan Ding menerima pemberian itu dan mulai larut dalam
pesta pora dan kesenangan pribadi. Akibatnya banyak urusan negara dan pelayanan kepada rakyat
yang terabaikan. Hal ini tentu saja tidak menguntungkan bagi kehidupan bangsa Lu, dan bahkan
dapat membuat negara Lu menjadi lemah.
Melihat hal ini, Tze Lu meminta Konfusius untuk segera meninggalkan Lu. Tetapi Konfusius
menolaknya dan lebih memilih untuk menunggu hingga datangnya penyelenggaraan upacara
persembahan kurban kepada dewa Langit pada musim semi berikutnya. Dengan ini Konfusius
bermaksud untuk memberi kesempatan kepada bangsawan Ding untuk kembali kepada prinsipprinsip moral seperti semula. Akan tetapi, ketika ia melihat bahwa upacara persembahan kurban
dilaksanakan secara asal-asalan dan tanpa keantusiasan, ia merasa sangat kecewa. Karena itu
dengan berat hati, Konfusius pun akhirnya pergi meninggalkan Lu. Peristiwa itu sekaligus menandai
dimulainya masa pengembaraan selama 13 tahun yang harus dijalani oleh Konfusius dan beberapa
muridnya.
4. Masa
pengembaraan (496 483 SM)
Setelah meninggalkan Lu, Konfusius pergi ke Wei, sebuah negara kecil yang terletak di sebelah
barat Lu. Meskipun hanya sebuah negara kecil namun, ibu kotanya selalu ramai dikunjungi orang.
Hal ini menunjukkan bahwa negara tersebut merupakan negara yang makmur. Selama dalam
perjalanan ke negara Wei, Konfusius melewati rumah yang pernah ditempatinya dulu. Ketika itu,
tuan rumah sedang melangsungkan upacara kematian. Melihat hal ini, ia meminta Tze-kung untuk
mengeluarkan salah satu kuda dari keretanya dan memberikannya sebagai sumbangan duka cita.
Ketika sampai di ibu kota Wei, Konfusius telah berusia 56 tahun. Selama di sana, ia dan para murid
yang menyertai perjalanannya tinggal di rumah seorang pejabat yang bersih bernama Yen Chau-yu.
Di situ ia tinggal selama 10 bulan. Selama itu, ia terus mengajar murid-muridnya dengan berbagai
macam ajaran klasik dan memperdalam pengetahuan mereka akan ritual persembahan dan
maknanya. Selain itu, ia juga selalu mencari kesempatan untuk mengajarkan prinsip-prinsip
moralitas kepada para pemimpin Wei. Reputasi dan kapasitasnya sebagai seorang cendekiawan
membuatnya selalu diterima oleh semua kalangan termasuk kalangan istana. Ia juga sering kali
dimintai nasehat yang berguna untuk menyelesaikan suatu masalah. Meskipun demikian, akhirnya
ia meninggalkan Wei. Hal ini terjadi karena merasa bahwa para pejabat Wei memang
memperlakukannya dengan sangat baik, tetapi mereka tidak mau menerima dan menjalankan
ajarannya. Selanjutnya ia memutuskan untuk pergi ke daerah Chan yang terletak di sebelah selatan
Wei.
Setelah melewati negara Tsao, sampailah mereka di perbatasan Song. Mereka berniat untuk
singgah beberapa waktu lamanya sebelum melanjutkan perjalanan ke Chan. Tetapi ketika sedang
mengajarkan praktek ritual persembahan kurban kepada murid-muridnya, seorang pejabat Song
bernama Sima Huandui, melihat dan mengenalinya. Kemudian ia mengirim orang untuk menangkap
dan membunuhnya. Hal ini dilakukannya karena ia berpandangan bahwa ajaran yang dibawa
Konfusius akan dapat membahayakan posisi atau kedudukan para pejabat Song. Mendengar hal ini,
para muridnya segera memberi peringatan kepadanya. Meskipun demikian Konfusius masih tetap
meneruskan pengajarannya. Tentang hal ini ia berkata, Jika Langit telah memberikan nilai-nilai
kebajikannya kepadaku apa yang dapat dilakukan Sima Huandui kepadaku? Setelah
menyelesaikan pengajarannya, ia dan para muridnya pun segera melarikan diri ke Chan.
Pada 494 SM, Chan mendapat serangan dari Wu. Mendengar hal ini Konfusius memutuskan untuk
kembali ke Wei. Di sana ia diterima dengan baik oleh bangsawan Ling. Bahkan ia diperlakukan
dengan penuh rasa hormat. Meskipun demikian, bangsawan tersebut tetap saja tidak mau memberi
perhatian pada apa yang diajarkannya. Melihat hal ini, Konfusius berkata kepada para muridnya,
Jika ada penguasa yang mau mempekerjakan aku selama 12 bulan, aku pasti akan menerimanya
dan melakukan perbaikan yang perlu di negara itu. Dalam waktu tiga tahun, aku yakin kehidupan di
negara itu akan menjadi lebih baik dan teratur. Selama di Wei, Konfusius menerima banyak
undangan dari para pejabat di sana, seperti Kung-shan, Fu-zao, dan Pi-shi tetapi tak satu pun
undangan itu diterimanya. Pada tahun yang sama, Bangsawan Ding pemimpin dan Chi Huan
pejabat penting yang berasal dari keluarga Chi yang sangat berpengaruh di Lu meninggal dunia.
Sebelum ia meninggal, bangsawan Ding menyesali apa yang pernah dilakukannya dulu terhadap
Konfusius. Pada waktu itu, ia tidak mendengarkan nasehat Konfusius sehingga terjebak pada
perangkap yang dibuat oleh para pemimpin negara-negara yang iri terhadap kemajuan di Lu.
Kemudian, ia meminta putranya yang bernama Chi Kang untuk memanggil Konfusius agar kembali
bekerja padanya. Selanjutnya Chi Kang segera memanggil Yen Chiu dan mengutusnya ke Chan
untuk menemui Konfusius. Dengan sangat antusias, Konfusius menerima tawaran itu dan segera
kembali ke Lu.
Pada 490 SM, Konfusis pergi ke Tsai. Selama dalam perjalanan, mereka kehabisan perbekalan.
Para muridnya mulai mengeluh dan berkata, Haruskah manusia utama harus mengalami nasib
seperti ini? mendengar hal ini, Konfusius menjawab, Manusia utama (Chun Tzu) harus bisa
menahan keinginannya, tetapi orang yang berguna (shen ren) ketika ia mengingankan sesuatu ia
tidak menutup jalan untuk mencapai keinginannya itu.
Pada 527 SM, ibu Konfusius meninggal dunia. hal ini membawa kesedihan yang
sangat mendalam baginya. Ia selalu ingat berkat usaha keras ibunya, ia menjadi seorang yang
terpelajar, mengerti tata krama, serta menguasai enam pelajaran pokok. ia merasa sangat
berhutang budi padanya, terlebih ibunya telah membesarkannya sendiri sejak ia berusia 3 tahun.
Konfusius ingin menguburkan jenazah ibunya satu liang dengan makam ayahnya seturut tradisi
leluhurnya yang masih merupakan keluarga bangsawan pada masa Dinasti Shang. Tetapi
sayangnya, ia tidak mengetahui di mana ayahnya dimakamkan. Hal ini terjadi karena ayahnya telah
meninggal dunia ketika ia berusia 3 tahun dan ibunya belum sempat memberitahukan keberadaan
makam ayahnya kepadanya. Karena itu, Konfusius berusaha untuk mencari tahu letak makam
ayahnya dengan pergi ke Wufu yang berada di luar kota Qufu, sambil membawa peti mati yang
berisi jenasah ibunya. Setelah lama menunggu, akhirnya ada seorang nenek tua yang sedang lewat
jalan itu. Tanpa diduga ternyata ia adalah teman lama ibunya. Kemudian ia mengatakan bahwa ayah
Konfusius dimakamkan di lereng Gunung Fangshan yang terletak di sebelah timur Qufu. Mendengar
hal ini, Konfusius segera berlutut untuk mengungkapkan rasa terima kasihnya.
Akhirnya tanpa menunggu lama, Konfusius pun membawa jenasah ibunya ke sana. Ia
memakamkan ibunya satu liang dengan jenasah ayahnya. Setelah itu ia membuat nisan setinggi 4
kaki di atasnya, serta mengadakan upacara kematian untuk orang tuanya. Konfusius meratapi
kematian ibunya selama 3 tahun, sesuai dengan tata krama seorang anak (rule of propriety).
Peristiwa kematian ibunya digunakan Konfusius untuk memberikan beberapa ajaran kepada para
muridnya. Ia mengatakan bahwa sebagai seorang anak, kita mempunyai tugas untuk memberikan
penghormatan yang dilandasi oleh rasa terima kasih dan cinta yang mendalam kepada orang tua
kita, pada saat mereka meninggal dunia. Setelah masa berkabungnya berakhir, Konfusius segera
kembali ke Qufu. Di sana ia melanjutkan aktivitasnya sehari-hari dengan mengajar murid-muridnya.
Selain itu ia terus melanjutkan studinya tentang karya-karya literatur kuno dan belajar dari sejarah
pemerintahan dinasti-dinasti sebelumnya.
Konfusius meyakini bahwa keutamaan itu dekat dengan musik. Dalam pandangannya, musik dapat
melunakkan hati yang keras dan dapat digunakan untuk memperbaiki temperamen seseorang.
Karena itu ia ingin seluruh puisi-puisi kuno yang telah dikoleksinya dapat dilagukan dan dinyanyikan
dengan iringan alat-alat musik. Konfusius dapat memainkan beberapa jenis alat musik tabuh dan
tiup seperti tambur dan seruling. Meskipun demikian, ia kurang mahir dalam memainkan alat musik
petik. Padahal menurutnya, alat musik petik mampu menghasilkan suara yang lebih baik ketika
digunakan untuk mengiringi sebuah lagu dari pada alat musik lainnya. Ketika diberi tahu bahwa di
dalam kelompok musik istana Lu terdapat seorang pemain musik bernama Shi Xiangzi yang mampu
memainkan alat musik petik dengan sangat baik, ia memutuskan untuk pergi ke tempat Shi Xiangzi
untuk belajar. Shi Xiangzi tinggal di negara feodal Jin.
Di bawah bimbingan Shi Xiangzi, ia tidak sekedar belajar untuk bernyanyi dan memainkan alat
musik. Gurunya itu juga mengajarkan makna dari setiap irama musik yang dimainkannya. Dengan
kecerdasannya, ia mampu menyerap apa yang diajarkan gurunya itu dengan lebih cepat. Karena itu,
tidak mengherankan jika Konfusius pun mengalami kemajuan pesat dalam bermusik. Bahkan ia
sanggup menebak dengan benar sifat dan pribadi pengarang sebuah lagu hanya dengan
mendengarkan irama lagu yang dimainkannya.
Dalam sebuah perjalanan, Konfusius dan murid-muridnya melalui lereng Gunung Tai. Di sana ia
tampak olehnya seorang ibu yang sedang menangis di sebuah makam. Melihat hal itu, ia meminta
Tse lu untuk menanyakan apa yang membuat ibu tersebut menangis. Kemudian ibu itu menjawab
bahwa suami, ayah mertua dan anaknya telah mati karena terbunuh oleh harimau yang ada di
gunung itu. Mendengar jawaban ini, tse lu bertanya lagi, mengapa dia tidak pergi dan meninggalkan
tempat itu. Pertanyaan ini dijawab perempuan itu dengan mengatakan bahwa di tempat ia tinggal,
tidak ada penindasan dan kesewenang-wenangan pemerintah. Mendengar jawaban ini, Konfusius
berkata kepada murid-muridnya bahwa pemerintah yang sering menindas rakyatnya dengan kejam
itu lebih kejam dari seekor harimau.
Apa yang diajarkan Konfusius kepada para muridnya saat itu menunjukkan bahwa meskipun tidak
terlibat secara langsung dalam urusan pemerintahan negara Lu, Konfusius memiliki perhatian yang
besar akan situasi yang terjadi di negara tersebut. Perhatian akan situasi yang terjadi di Lu ini
membawa pengaruh terhadap pemikiran dan ajaran-ajarannya yang didasarkan pada kebajikan dan
keteladanan setiap pribadi sehingga tercipta keharmonian dan keteraturan di dalam masyarakat.[44]
Menurutnya, hal ini harus dimulai dari keluarga.
Pada 501 SM, Konfusius menjalankan kehidupan public di pemerintahan. Ia diangkat sebagai hakim
dan pemimpin di kota Zhong du. Pada waktu itu, Konfusius berusia 50 tahun. Kota tersebut terletak
90 li (sekitar 45 km) dari ibu kota Lu. Zhong du sebenarnya merupakan daerah yang subur, tetapi
karena perdana menteri yang tidak kompeten, perseteruan dan intrik politik di antara para pejabat
negara, membuat rakyat hidup menderita dan tertekan. Langkah pertama yang dilakukan Konfusius
begitu sampai di kantornya adalah mempromosikan pegawai dan pejabat yang jujur dan taat hukum;
mereka yang kemampuannya kurang memadai diturunkan dari jabatannya; sedangkan mereka yang
Sebelum menentukan apa yang hendak dilakukan untuk masyarakat Zhongdu, ia terjun ke tengahtengah masyarakat untuk melihat kehidupan rakyat dan situasi di kota itu secara langsung. Setelah
itu ia menetapkan kebijakan yang dirasanya tepat untuk diterapkan di Zhong du untuk memperbaiki
keadaan di sana. Dengan segera ia melakukan pembenahan yang perlu di sana, dan hal ini
dilakukan melalui pendidikan moral kepada rakyat Zhong du baik dengan kata-kata atau pun
tindakan-tindakannya yang pantas untuk diteladani. Karena itu tidaklah mengherankan jika dalam
waktu singkat (tiga bulan), dia berhasil mewujudkan pembaharuan kehidupan moral di sana. Pada
masa itu, rakyat Zhong du benar-benar memiliki sikap hidup dan pemikiran yang selaras dengan
tatanan moral; mereka menghormati orang yang lebih tua, dan memperlakukan yang orang-orang
muda dengan penuh cinta dan kebaikan hati.
Atas keberhasilannya memimpin Zhong du, Konfusius dipercaya menjadi menteri pembangunan
(the minister of construction) yang bertanggung jawab atas perencanaan tempat peribadatan atau
kuil, istana, tata kota ibu kota Lu, pembangunan sarana pengairan dan jembatan. Pada intinya, ia
bertanggung jawab atas perencanaan bangunan fisik yang berguna bagi rakyat Lu. Di sela-sela
kesibukannya, ia selalu meluangkan waktu untuk mengajar murid-muridnya. Selanjutnya ia diangkat
sebagai menteri keadilan yang bertugas menciptakan keamanan Lu. Dengan kebijaksanaan dan
integritasnya, ia selalu dapat memecahkan persoalan dan permasalah seputar hukum. Ia juga
menjatuhkan hukuman dengan adil dan memberikan hukuman yang sifatnya mendidik sesuai
dengan tingkat kesalahan setiap orang yang berbuat jahat. Keberhasilannya ini membuat wewenang
dan kekuasaannya meningkat dengan pesat.
Tetapi hal itu tidak berlangsung lama. Perubahan yang terjadi di Lu terdengar hingga ke luar negeri.
Hal ini membuat para pemimpin negara tetangga menjadi iri dan takut. Perasaan tersebut terkait
erat dengan kekhawatiran beberapa pimpinan negara tetangga bahwa Lu akan menyerang daerahdaerah di sekitarnya untuk memperluas wilayah dan memperkuat kedudukannya. Kemudian
beberapa kepala negara tetangga Lu berunding untuk mencari cara bagaimana mereka dapat
memperlemah Lu. Karena itu segera dipilih 80 gadis cantik dan 120 ekor kuda yang terbaik, lalu
dikirim ke Lu kepada bangsawan Ding sebagai hadiah. Dengan sembunyi-sembunyi, seorang
pejabat Lu bernama Chi Huan menerima semua pemberian itu dan menghantarkannya kepada
bangsawan Ding. Selanjutnya, bangsawan Ding menerima pemberian itu dan mulai larut dalam
pesta pora dan kesenangan pribadi. Akibatnya banyak urusan negara dan pelayanan kepada rakyat
yang terabaikan. Hal ini tentu saja tidak menguntungkan bagi kehidupan bangsa Lu, dan bahkan
dapat membuat negara Lu menjadi lemah.
Melihat hal ini, Tze Lu meminta Konfusius untuk segera meninggalkan Lu. Tetapi Konfusius
menolaknya dan lebih memilih untuk menunggu hingga datangnya penyelenggaraan upacara
persembahan kurban kepada dewa Langit pada musim semi berikutnya. Dengan ini Konfusius
bermaksud untuk memberi kesempatan kepada bangsawan Ding untuk kembali kepada prinsipprinsip moral seperti semula. Akan tetapi, ketika ia melihat bahwa upacara persembahan kurban
dilaksanakan secara asal-asalan dan tanpa keantusiasan, ia merasa sangat kecewa. Karena itu
dengan berat hati, Konfusius pun akhirnya pergi meninggalkan Lu. Peristiwa itu sekaligus menandai
dimulainya masa pengembaraan selama 13 tahun yang harus dijalani oleh Konfusius dan beberapa
muridnya.
Ketika sampai di ibu kota Wei, Konfusius telah berusia 56 tahun. Selama di sana, ia dan para murid
yang menyertai perjalanannya tinggal di rumah seorang pejabat yang bersih bernama Yen Chau-yu.
Di situ ia tinggal selama 10 bulan. Selama itu, ia terus mengajar murid-muridnya dengan berbagai
macam ajaran klasik dan memperdalam pengetahuan mereka akan ritual persembahan dan
maknanya. Selain itu, ia juga selalu mencari kesempatan untuk mengajarkan prinsip-prinsip
moralitas kepada para pemimpin Wei. Reputasi dan kapasitasnya sebagai seorang cendekiawan
membuatnya selalu diterima oleh semua kalangan termasuk kalangan istana. Ia juga sering kali
dimintai nasehat yang berguna untuk menyelesaikan suatu masalah. Meskipun demikian, akhirnya
ia meninggalkan Wei. Hal ini terjadi karena merasa bahwa para pejabat Wei memang
memperlakukannya dengan sangat baik, tetapi mereka tidak mau menerima dan menjalankan
ajarannya. Selanjutnya ia memutuskan untuk pergi ke daerah Chan yang terletak di sebelah selatan
Wei.
Setelah melewati negara Tsao, sampailah mereka di perbatasan Song. Mereka berniat untuk
singgah beberapa waktu lamanya sebelum melanjutkan perjalanan ke Chan. Tetapi ketika sedang
mengajarkan praktek ritual persembahan kurban kepada murid-muridnya, seorang pejabat Song
bernama Sima Huandui, melihat dan mengenalinya. Kemudian ia mengirim orang untuk menangkap
dan membunuhnya. Hal ini dilakukannya karena ia berpandangan bahwa ajaran yang dibawa
Konfusius akan dapat membahayakan posisi atau kedudukan para pejabat Song. Mendengar hal ini,
para muridnya segera memberi peringatan kepadanya. Meskipun demikian Konfusius masih tetap
meneruskan pengajarannya. Tentang hal ini ia berkata, Jika Langit telah memberikan nilai-nilai
kebajikannya kepadaku apa yang dapat dilakukan Sima Huandui kepadaku? Setelah
menyelesaikan pengajarannya, ia dan para muridnya pun segera melarikan diri ke Chan.
Pada 494 SM, Chan mendapat serangan dari Wu. Mendengar hal ini Konfusius memutuskan untuk
kembali ke Wei. Di sana ia diterima dengan baik oleh bangsawan Ling. Bahkan ia diperlakukan
dengan penuh rasa hormat. Meskipun demikian, bangsawan tersebut tetap saja tidak mau memberi
perhatian pada apa yang diajarkannya. Melihat hal ini, Konfusius berkata kepada para muridnya,
Jika ada penguasa yang mau mempekerjakan aku selama 12 bulan, aku pasti akan menerimanya
dan melakukan perbaikan yang perlu di negara itu. Dalam waktu tiga tahun, aku yakin kehidupan di
negara itu akan menjadi lebih baik dan teratur. Selama di Wei, Konfusius menerima banyak
undangan dari para pejabat di sana, seperti Kung-shan, Fu-zao, dan Pi-shi tetapi tak satu pun
undangan itu diterimanya. Pada tahun yang sama, Bangsawan Ding pemimpin dan Chi Huan
pejabat penting yang berasal dari keluarga Chi yang sangat berpengaruh di Lu meninggal dunia.
Sebelum ia meninggal, bangsawan Ding menyesali apa yang pernah dilakukannya dulu terhadap
Konfusius. Pada waktu itu, ia tidak mendengarkan nasehat Konfusius sehingga terjebak pada
perangkap yang dibuat oleh para pemimpin negara-negara yang iri terhadap kemajuan di Lu.
Kemudian, ia meminta putranya yang bernama Chi Kang untuk memanggil Konfusius agar kembali
bekerja padanya. Selanjutnya Chi Kang segera memanggil Yen Chiu dan mengutusnya ke Chan
untuk menemui Konfusius. Dengan sangat antusias, Konfusius menerima tawaran itu dan segera
kembali ke Lu.
Pada 490 SM, Konfusis pergi ke Tsai. Selama dalam perjalanan, mereka kehabisan perbekalan.
Para muridnya mulai mengeluh dan berkata, Haruskah manusia utama harus mengalami nasib
seperti ini? mendengar hal ini, Konfusius menjawab, Manusia utama (Chun Tzu) harus bisa
menahan keinginannya, tetapi orang yang berguna (shen ren) ketika ia mengingankan sesuatu ia
tidak menutup jalan untuk mencapai keinginannya itu. Di sini, pencapaian keinginan itu selalu
dilakukan dalam ruang interaksi sosial, dan dinyatakan dalam bentuk usaha untuk memberikan
sesuatu yang berguna bagi masyarakatnya, terlebih pelayanan dalam pemerintahan. Hal ini terjadi
karena pelayanan dalam pemerintahan dipandang sebagai sebuah kesempatan untuk mendidik
sebanyak mungkin orang agar mereka menjadi manusia utama, melalui kebijakan yang dibuatnya,
pesan atau ajaran moral dan terutama melalui sikap hidupnya yang pantas untuk diteladani.
Konfusius dan para muridnya menderita kelaparan tujuh hari lamanya. Meskipun demikian,
Konfusius tetap terlihat tenang dan gembira menghadapi kesulitan itu. Mereka tinggal di wilayah Tsai
sampai 489 SM.
bertambah beberapa tahun saja, aku akan memberikan waktuku selama 50 tahun untuk
mempelajari kitab Yi-Ching, sehingga di kemudian hari, aku akan datang kembali tanpa ada
kesalahan besar yang aku perbuat.
Di akhir hidupnya, Konfusius menulis buku tentang peristiwa-peristiwa sejarah yang terjadi di masa
Chun Chiu (musim semi dan musim gugur). Di dalam bukunya tersebut dengan berani ia mengkritik
kebijakan para pemimpin Lu dan menampilkan segala peristiwa yang terjadi di Lu secara apa
adanya.[63] Pada 479 SM, Tze Lu, salah seorang murid kesayangan Konfusius meninggal dunia.
Ada sebuah lukisan yang menggambarkan bagaimana Tze Lu meninggal dunia. Di situ, seorang
murid Konfusius bernama Min digambarkan sebagai orang baik. Tze Lu ditampilkan sebagai
seorang yang begitu tegas dan tangkas; Yen Yu dan Tze Kung tampak sebagai seorang yang lepas
bebas dan memiliki jalan yang lurus. Melihat hal ini, Konfusius terlihat senang. Meskipun demikian,
suatu ketika ia mengatakan bahwa Yu nama panggilan Tze Lu tidak akan meninggal dengan
cara yang biasa. Dulu, pada saat kembali ke Lu, Konfusius meninggalkan Tze Lu dan Tze Kao di
Wei untuk bekerja di dalam pemerintahan di sana. Suatu ketika datang berita dari Wei bahwa di
sana sedang terjadi kekacauan. Melihat hal ini, Tze Kao segera memikirkan rencana untuk
menyelamatkan diri, tetapi Tze Lu lebih ingin mendampingi atasannya yang telah
memperlakukannya dengan sangat baik. Akibatnya ia ikut terbunuh dalam kekacauan di Wei
tersebut.
Konfusius memimpin upacara kematian salah satu murid terbaik yang pernah dimilikinya tersebut.
Menurut peraturan Hsia, jenazah haruslah diberikan pakaian yang terbaik; peti mati mesti
dihadapkan ke timur; dan orang yang telah meninggal dunia ini harus tetap diperlakukan dengan
hormat layaknya orang yang masih hidup. Sementara itu dalam peraturan Shang, disebutkan bahwa
upacara haruslah diadakan di antara dua tiang rumah, dan orang yang telah meninggal dunia itu
hendaknya diperlakukan sebagai seorang tamu sekaligus tuan rumah.
Pada 497 SM, akhirnya Konfusius pun meninggal dunia. Meskipun demikian, apa yang telah dicapai
selama hidupnya dan segala sesuatu yang dihayatinya mampu membuat kematiannya menjadi
begitu bermakna. Selain itu, proses pendidikan dan pengajaran yang telah dilakukannya sejak lama,
tampaknya menjadi semacam pesemaian ajaran-ajarannya. Melalui pemikiran dan penafsiran
murid-muridnya itu pula, ajaran-ajaran Konfusius akan terus disampaikan pada murid-murid yang
baru dari generasi yang berbeda hingga akhir masa.