Anda di halaman 1dari 13

HAK PEROLEHAN UANG PENSIUN

UNTUK ANGGOTA DPR YANG TERKAIT


KASUS KORUPSI

Disusun oleh :
Muhammad Ichsan

10130210083

Carissa Adhyap

10130210089

James Suryawijaya

12130210044

Alwin Malik

12130210065

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS MULTIMEDIA NUSANTARA
TANGERANG
2013

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan YME, karena


dengan karunia-Nya kami dapat menyelesaiakan karya
ilmiah yang berjudul Hak Perolehan Uang Pensiun Untuk
Anggota DPR Yang Terkait Kasus Korupsi. Meskipun
banyak

hambatan

yang

kami

alami

dalam

proses

pengerjaannya, tapi kami berhasil menyelesaikan karya


ilmiah ini tepat pada waktunya.
Tidak lupa kami sampaikan terima kasih kepada dosen
yang telah membantu dan membimbing kami dalam
mengerjakan karya ilmiah ini. Kami juga mengucapkan
terima kasih kepada teman-teman mahasiswa yang juga
sudah memberi kontribusi baik langsung maupun tidak
langsung dalam pembuatan karya ilmiah ini. Tentunya ada
hal-hal yang ingin kami berikan kepada masyarakat dari
hasil karya ilmiah ini. Karena itu kami berharap semoga
karya ilmiah ini dapat menjadi sesuatu yang berguna bagi
kita bersama.
Kami masih menyadari bahwa dalam menyusun karya tulis
ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
guna menyempurnakan makalah ini. Kami berharap
semoga karya tulis ini bisa bermanfaat bagi semua
pembaca pada umumnya.
Tangerang, Nopember 2013

DAFTAR ISI
2

Kata pengantar................................................................... 2
Daftar isi.............................................................................. 3
BAB 1 - Pendahuluan....................................................... 4
1.1 Latar belakang..................................................4
1.2 Rumusan masalah............................................5
1.3 Tujuan penulisan.............................................. 5
1.4 Sistematika penulisan.......................................6
BAB 2 - Pembahasan..........................................................
2.1
2.2
2.3

Analisis permasalahan 1................................... 7


Analisis permasalahan 2................................... 8
Analisis permasalahan 3......................................11

BAB 3 - Penutup...................................................................13
3.1
3.2

Simpulan.............................................................13
Saran..................................................................13

BAB I
PENDAHULUAN
3

1.1

Latar Belakang

Betapa nikmatnya menjadi seorang anggota parlemen di negeri ini.


Meski sudah dipenjara karena terlibat kasus korupsi, tetapi masih
tetap menerima gaji, bahkan uang pensiun. Koruptor yang sudah
menikmati uang negara dan rakyat apakah berhak mendapatkan
penghargaan dengan memberikannya uang pensiun.
Uang pensiun adalah hak pekerja berupa penghasilan yang
diperoleh setelah bekerja sekian tahun dan sudah memasuki usia
pensiun. Penghasilan ini biasanya berupa uang yang dapat diambil
setiap bulannya atau diambil sekaligus pada saat seseorang
memasuki masa pensiun, hal ini tergantung dari kebijakan yang
terdapat dalam suatu perusahaan.
Akan tetapi, dalam kasus ini akan dibahas koruptor di kalangan DPR
yang mendapatkan uang pensiun dari negara dan apa pendapat dari
rakyat tentang hal itu. Berhak kah koruptor tersebut mendapat gaji
pensiun jika dibandingkan dengan masih adanya rakyat yang kecil.
Dan keterkaitan dengan Undang Undang yang mengatur gaji
pensiun tersebut.

1.2

Rumusan Masalah

Melalui latar belakang di atas, maka adapun yang menjadi rumusan


masalah dalam karya ilmiah ini adalah:
4

1.2.1 Apakah para koruptor di kalangan DPR memang berhak


mendapatkan uang pensiun?
1.2.2 Apa pendapat dari narasumber tentang hal uang pensiun bagi
koruptor?
1.2.3 Apa solusi yang seharusnya diberlakukan untuk mengatur hal
tersebut?

1.4

Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan dari penulisan karya


ilmiah ini adalah:
1.4.1 Mengetahui tentang kasus uang pensiun bagi koruptor
1.4.2 Mengetahui pendapat dari narasumber yang kami wawancara
tentang hal uang pensiun bagi koruptor.
1.4.3 Mengetahui solusi yang seharusnya diberlakukan untuk
mengatur hal tersebut.

1.4 Sistematika Penulisan

Karya ilmiah ini terdiri atas 3 Bab. Bab pertama yaitu pendahuluan,
berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat
penulisan dan sistematika penulisan. Bab kedua berisi pembahasan,
dimana pada bab ini, kami menjelaskan apa-apa saja terkait dalam
rumusan masalah yang telah dirancang sebelumnya. Dan pada bab
terakhir,

kami

menjelaskan

perihal

kesimpulan

dari

seluruh

pembahasan disertai dengan kritik dan saran.

BAB II

PEMBAHASAN
2.1

Analisis Permasalahan 1
Koruptor di kalangan DPR dalam masa jabatan lima tahun

yang sebelumnya dapat mengundurkan diri atau digantikan dalam


aturan yang berdasarkan hukum Undang Undang memang berhak
mendapatkan uang pensiun dikarenakan adanya dasar hukum
pemberian pensiun bagi DPR yang diatur dalam UU nomor 12 tahun
1980 tentang hak keuangan/administratif Pimpinan dan Anggota
Lembaga Tertinggi /Tinggi Negara serta Bekas Pimpinan Lembaga
Tertinggi/Tinggi Negara dan Bekas Anggota Lembaga Tinggi Negara.
Dalam pasal 13 ayat 2 disebutkan, besarnya pensiun pokok per
bulan adalah 1 persen dari dasar pensiun untuk tiap-tiap 1 bulan
masa jabatan, dengan ketentuan bahwa besarnya pensiun pokok
sekurang- kurangnya 6 persen dan sebanyak-banyaknya 75 persen
dari dasar pensiun.
Besaran gaji pokok untuk anggota DPR bervariasi, dengan
nilai minimal Rp 4,2 juta. Selain itu, untuk besaran uang pensiun juga
didasarkan pada lamanya masa jabatan seorang anggota DPR.
Pemberian uang pensiun masih menjadi kontroversi. Sejumlah
kalangan menilai DPR yang melakukan tindakan korupsi tidak layak
mendapatkan uang tersebut. Selain itu, ada yang menganjurkan
bahwa peran hakim cukup potensial untuk memberikan keputusan
yang tegas, dengan mencabut hak berupa dana pensiun yang
diterima anggota DPR tersebut dan Tidak hanya itu mereka bisa
mendapatkan pensiun apabila anggota tersebut mengundurkan diri,
hal ini tercantum dalam UU Nomor 27/2009 tentang MPR, DPR,
DPD, DPRD memperbolehkan anggota dewan yang mengundurkan
diri, apa pun alasannya, mendapatkan gaji pensiun.

2.2

Analisis Permasalahan 2

Salah satu kasus yang terkait yaitu


Dianggap Berjasa, Nazaruddin Pantas Terima Dana Pensiun
Penerimaan dana pensiun oleh anggota dewan yang terjerat
kasus korupsi dianggap sebagai keputusan yang tepat, dan tidak
perlu diperdebatkan. Uang itu dinilai sebagai penghargaan yang
pantas lantaran pernah berjuang di kursi dewan.
"Karena mereka pernah melakukan tugasnya sesuai
tanggungjawabnya. Sekecil apapun pasti ada jasanya," kata Ketua
Badan Kehormatan (BK) DPR Trimedya Panjaitan saat dihubungi di
Jakarta, Rabu (6/11/2013). Politikus Partai Demokrasi Indonesia
(PDI) Perjuangan ini menuturkan, tidak jarang anggota dewan yang
sengaja mengundurkan diri sebelum dipecat secara tidak hormat,
dengan tujuan untuk mendapatkan dana pensiun.
Sementara, untuk anggota dewan yang masih berstatus
tersangka, masih mendapat gaji sekira Rp8 juta, ditambah uang
tunjangan dan uang kehadiran pada saat sidang di komisi dan
paripurna. "Kalau sudah mengundurkan diri dapat pensiun. Pak
Nazaruddin kan mengundurkan diri. Kalau dia diberhentikan dengan
tidak hormat maka tidak mendapat apa-apa," terangnya.
Seperti diketahui, tujuh orang anggota DPR yang terlibat
kasus korupsi ternyata mendapatkan dana pensiun dari negara.
Padahal tujuh orang tersebut saat ini tengah menjalani proses
hukum yang berjalan.
Mantan anggota dewan yang menerima dana tersebut antara
lain terpidana kasus wisma atlit Palembang M. Nazarudin dan

terpidana kasus korupsi Dana Penyesuaian Infrastruktur Daerah


(DPID) Wa Ode Nurhayati.
Seorang anggota dewan yang diberhentikan dengan tidak
hormat, tersangkut pelanggaran etik berat, dan terjerat kasus
korupsi, maka orang tersebut tidak menerima dana pensiun. Namun,
jika anggota tersebut telah mengundurkan diri sebagai anggota
dewan sebelum dipecat oleh fraksi dan sebelum diproses oleh BK
DPR, maka anggota tersebut menerima dana pensiun.
Dana pensiun bagi anggota Dewan diatur dalam UndangUndang Nomor 12 Tahun 1980 tentang Hak Keuangan/Administratif
Pimpinan dan Anggota Lembaga Tertinggi/Tinggi Negara serta Bekas
Pimpinan Lembaga Tertinggi/Tinggi Negara dan Bekas Anggota
Lembaga Tinggi Negara. Selain itu, uang pensiun itu juga diberikan
kepada anggota Dewan yang diganti atau mundur sebelum masa
jabatannya habis. Hal tersebut diatur dalam UU MPR DPR, DPD,
dan DPRD
Uang pensiun bagi anggota DPR berjumlah 6 sampai 75
persen dari gaji pokok yang diterimanya selama aktif menjadi
anggota DPR. Besaran uang pensiun juga didasarkan pada lamanya
masa jabatan seorang anggota DPR.

Sementara untuk gaji pokok anggota DPR sendiri bervariasi,


dengan nilai minimal Rp4,2 juta. Semakin lama seorang wakil rakyat
menjabat, maka gaji pokok anggota Dewan akan semakin

meningkat. Selain gaji pokok itu, anggota DPR selama ini juga
mendapat sejumlah tunjangan yang nilainya melebihi gaji pokok
tersebut.
Rinciannya, tunjangan istri Rp 420.000 (10 persen dari gaji
pokok), tunjangan anak (2 anak dan tiap anak dapat 2 persen dari
gaji pokok) Rp 168.000, uang sidang/paket Rp 2 juta, tunjangan
jabatan Rp 9,7 juta, tunjangan beras (untuk 4 orang, masing-masing
dapat 10 kilogram) Rp 198.000, dan tunjangan PPH Pasal 21 Rp
1,729 juta. Untuk dana pensiun bagi anggota Dewan yang berhenti
sebelum masa tugasnya selesai, baik karena cuti maupun diganti,
Sekretariat Jenderal akan melihat terlebih dulu alasan penggantian
itu.
Sumber :
http://news.okezone.com/read/2013/11/06/339/892907/redirect

1. Pendapat dari media sosial yaitu, tidak adil karena masih banyak
rakyat yang membutuhkan, pemerintah seharusnya menghentikan
pemberian gaji dan fasilitas untuk para terpidana korupsi, sehingga
dapat memberikan efek jera kepada para koruptor. Dari sisi keadilan
masyarakat, sepantasnya orang yang sudah menjadi terpidana
korupsi, sudah menjalani hukuman, dan terbukti dalam kasus korupsi
tidak menerima gaji dan fasilitas Negara, harus dimiskinkan dengan
menyita semua aset kekayaan hasil korupsi tersebut.

2. Pendapat dari narasumber pertama yang kami wawancara yaitu,


harus dihukum seberat-beratnya dengan denda yang setimpal, tidak
berhak menerima uang pensiun, tidak adil karena tidak setimpal

10

dengan apa yang diberikannya untuk negara, semua kekayaan hasil


korupsi serta yang diberikannya kepada orang lain terkait dari hasil
korupsi tersebut harus diambil atau disita.

3. Pendapat dari narasumber kedua yang kami wawancara yaitu,


memang tidak adil dan seharusnya dihukum mati agar berpikir 2x
untuk melakukan hal tersebut dikarenakan negara ini negara hukum
maka hukumlah yang berbicara apalagi jika hukum masih lemah dan
akibatnya bisa tidak adil dan tidak sesuai dengan apa yang
diinginkan masyarakat sekitar.

2.3

Analisis Permasalahan 3

11

Solusi

yang

seharusnya

diberlakukan

ialah

melakukan

pemberhentian tidak hormat jika ada keputusan dari Badan


Kehormatan (BK) DPR atau keputusan pengadilan yang sudah
berkekuatan hukum tetap. Jika ini yang terjadi maka mereka tidak
berhak mendapatkan pensiun, tetapi koruptor dapat melakukan
pengunduran diri sehingga cara ini tidak begitu efektif.
DPR harus segera merevisi undang-undang yang mengatur
dana pensiun bagi koruptor. Selain itu, negara juga wajib mencabut
hak-hak istimewa para koruptor, seperti penerimaan gaji atau fasilitas
negara

lainnya.

Karena

semua

hal

tersebut

masih

belum

menunjukan keseriusan negara dalam memberantas korupsi. Hingga


saat ini, ada tujuh anggota Dewan yang terlibat kasus korupsi dan
masih menerima dana pensiun. Mereka mendapat dana pensiun
karena memilih mundur sebelum ada sanksi yang dijatuhkan oleh BK
ataupun fraksinya.
Pemerintah harus mengambil sikap tegas terhadap para
koruptor jika ingin memberantas tuntas kasus korupsi yang sudah
membudaya di Indonesia. Jika tidak, kasus korupsi akan semakin
mengakar, ditambah lagi tahun depan akan dilaksanakan Pemilu dan
Pilpres dalam rangka memilih pemimpin rakyat. Perhatian dan
aspirasi rakyat dalam hal ini akan terpengaruh oleh track record atau
citra parpol dan tokoh prominen parpol yang akan maju dalam
perpolitikan 2014. Jangan sampai masyarakat memilih golput dan
apatis karena menilai tidak ada lagi calon pemimpin yang kompeten
dan bersih dari korupsi.

BAB III
PENUTUP

12

3.1

Simpulan
Berdasarkan

pembahasan dalam makalah ini dapat ditarik

simpulan bahwa memang benar gaji pensiun harus diberlakukan


pada orang-orang tertentu saja baik bagi yang sudah mengorbankan
semuanya untuk neara akan

tetapi tidak selayaknya bagi

parakoruptor yang sudah menyengsarakan rakyat.


3.2

Saran
Makalah ini dapat dimanfaatkan bagi semua kalangan yang

ingin mencari pengetahuan tentang informasi terkait dengan gaji


pensiun yang diberlakukan bagi koruptor. Diharapkan

semua

kalangan mengetahui akan masih lemahnya hukum ini dengan hal


yang berbau korupsi di negara kita.

13

Anda mungkin juga menyukai