Secara tradisional keadaan steril adalah kondisi mutlak yang tercipta sebagai
akibat penghancuran dan penghilangan semua mikroorganisme hidup. Konsep ini
menyatakan bahwa steril adalah istilah yang mempunyai konotasi relatif, dan
kemungkinan mnciptakan kondisi mutlak bebas dari mikroorganisme. ( Lachman,
1994).
Steril menunjukkan kondisi yang memungkinkan terciptanya kebebasan
penuh dari mikroorganisme dengan keterbatasan. Istilah aseptis menunjukkan
proses atau kondisi terkendali dimana tingkat kontaminasi mikroba dikurangi
sampai suatu tingkat tertentu, dimana mikroorganisme dapat ditiadakan pada
suatu produk. ( Lachman , 1994).
Sterilisasi dapat dlakukan dengan tiga cara yaitu : 1) sterlisasi basah
dengan menggunakan uap atau air panas; 2) sterlisasi kering alam tanur; dan 3)
Pembakaran total (incineration). Berdasarkan pada ketiga cara tersebut, sterlisasi
dapat dibagi dalam : (Irianto, 2006)
1. Sterlisasi Kering
Sterlisasi kering dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
a. Pemijaran
Pemijaran diterapkan pada ose ujung-ujung pinset, dan sudip (spatula)
logam.
b. Jilatan api
Jilatan api diterapkan terhadap skalpel, jarum, mulut tabung biakan,
kaca ojek, dan kaca penutup. Benda-beda ini dijilatkan pada api
bunsen tanpa membiarkannya memijar.
c. Tanur Uap Panas ( Hot-Air Oven)
Sebagian besar sterilisasi kering dilakukan dengan alat ini. Biasanya
digunakan suuhu 160-165oC selama 1 jam. Cra ini baik dilakukan terhadap
alat-alat kering terbuat dari kaca, seperti tabung reaksi, pinggan petri, labu,
pipet, pinset, kalpel, gunting, kapas hapus tenggorok, alat suntik dari kaca.
Juga diterapkan terhadap bahanbahan kering dalam tempat-tempat
tertutup, bahan serbuk (talk, dermatol), lemak, minyak. Kadang-kadang
dilakukan sterilisasi pada suhu 170oC selama 2 jam.
2. Sterilisasi Basah
Sterilisasi basah dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
a. Penggolongan dalam air
udara yang ada di dalam ruangan disaring dengan HEPA filter agar
mendapatkan udara yang bebas mikroorganisme dan partikel.
Minimal terbagi atas tiga area, yaitu area kotor (black area),
intermediate area (grey area), dan area bersih (white area)
Tata letak ruang hendaklah dikaji sejak tahap perencanaan konstruksi
bangunan demi keefektifan semua kegiatan, kelancaran arus kerja, komunikasi,
dan pengawasan serta untuk menghindari ketidakteraturan. Tata letak ruang dalam
area produksi yang harus dipenuhi antara lain :
1.
Untuk pengolahan produk yang mengandung bahan yang menimbulkan
sensitisasi tinggi, disediakan fasilitas tersendiri untuk masing-masing produk.
2.
Luas area kerja produksi minimal 2 kali luas yang diperlukan untuk
penempatan peralatan ditambah luas area untuk keperluan pembersihan dan
perawatan mesin oleh operator produksi dan/atau teknisi.
3.
Kedap air
memungkinkan
4.
Luas area kerja dan area penyimpanan bahan atau produk yang sedang dalam
proses hendaklah memadai
5.
6.
Konstruksi lantai di area pengolahan hendaklah dibuat dari bahan kedap air
permukaannya rata dan memungkinkan pelaksanaan pembersihan yang cepat dan
efisien. Sudut antara dinding dan lantai di area pengolahan hendaklah berbentuk
lengkungan.
7.
Pipa, fiting lampu, titik fentilasi dan instalasi sarana penunjang lain hendaklah
dirancang sedemikian rupa untuk menghindari terbentuknya ceruk yang sulit
dibersihkan.
8.
Pipa yang terpasang didalam ruangan tidak boleh menempel diding tetapi
digantung.
9.
Pemasangan rangka atap, pipa dan saluran udara di dalam hendaklah dihindari.
10. Lubang udara masuk dan keluar serta pipa-pipa dan salurannya hendaklah
dipasang sedemikian rupa untuk mencegah pencemaran terhadap produk.
11. Saluran pembuangan air hendaklah cukup besar, dilengkapi dengan bak control
serta ventilasi yang baik maupun mencegah aliran balik.
12. Area produksi hendaklah diventilasi secara efektif dengan mengunakan sistem
pengendalian udara. Area produksi hendaklah dipantau secara teratur baik selama
ada maupun tidak ada kegiatan produksi.
13. Area dimana dilakukan kegiatan yang menimbulkan debu, memerlukan sarana
penunjang khusus untuk mencegah pencemaran silang dan memudahkan
pembersihan.
14. Tata letak ruang area pengemasan dirancang khusus untuk mencegah campur
baur atau pencemaran silang.
15. Area produksi hendaklah mendapat penerangan yang memadai, terutama
penerangan di mana pengawasan visual dilakukan pada saat proses berjalan.
16. Pengawasan selama proses dapat dilakukan di dalam area produksi sepanjang
kegiatan tersebut tidak menimbulkan resiko terhadap produksi obat.
17. Pintu area produksi yang berhubungan langsung ke lingkungan luar, separti pintu
bahaya kebakaran, hendaklah ditutup rapat.
Tahapan proses untuk mendapatkan ruangan produksi steril bisa dilakukan
dengan cara sebagai berikut:
1.
Bersihkan lantai, dinding, dan langit-langit dari debu dan kotoran. Hampir
seluruh benda-benda yang di sterilkan harus secara fisik bersih terlebih dahulu
sebelum proses standar sterilisasi dilakukan. Kontaminasi mikroba pada dasarnya
dapat dihilangkan melalui pembersihan dengan menggunakan deterjen dan air
atau dihancurkan dengan cara sterilisasi atau desinfektisasi. Pembersihan yang
dilanjutkan dengan pengeringan terhadap permukaan hampir dapat dinyatakan
efektif sebagaimana halnya jika menggunakan desinfektan.
2.
a.
b.
c.
d.
e.
Kerugian :
Mudah menguap dan terbakar
Terinaktivasi oleh materi organic
Tidak bersifat sporisidal
Halogen : Chlorine (Na-hipoklorit)
Mekanisme kerjanya kemungkinan menginhibisi reaksi enzimatik dalam sel,
denaturasi protein, dan inaktivasi asam nukleat.
Keuntungan : efektif terhadap mikroorganisme gram positif dan gram negative,
Kerugian :
Terinaktivasi oleh materi organic
Korosif terhadap alat dan wadah
Tidak bersifat sporisidal
Glutaraldehid
Pada konsentarsi 2 %, pH 7,5-8,5 bertindak sebagai high level disinfectant (HLD)
yang berarti dapat menghancurkan semua mikroorganisme vegetative, basil TBC,
fungi, virus ukuran kecil dan non lipid, serta virus berukuran sedang kecuali
sejumlah tertentu spora bakteri.
Mekanisme kerjanya adalah membunuh mikroorganisme melalui proses alkilasi
protein.
Keuntungan:
Dapat membunuh vegetative bakteri dalam waktu 2 menit.
Bakterisidal, tuberkulosidal, fungisidal, virusidal, dan sporisidal. Waktu yang
dibutuhkan antara 10-30 menit, sedangkan proses sterilisasi perendaman butuh
waktu sampai dengan 10 jam
Kerugian:
Dapat menguap
Tidak mempunyai kemampuan membersihkan
Hidrogen peroksida
Pada konsentrasi 6 % berfungsi sebagai high Level disinfectant (HLD)
Mekanisme kerjanya menyerang membran lipid mikroorganisme.
Keuntungan :
Bakterisidal, virusidal, tuberkulosidal, fungsidal, dan sporisidal.
Kerugian :
Terpengaruh oleh perubahan pH
Formaldehid
Konsentrasi 8 % formaldehid + 70 % alcohol berfungsi sebagai HLD. Sebaliknya,
konsentrasi kurang dari 4 % berfungsi sebagai Low Level Disinfektan (LLD),
yaitu: disinfektan tidak memiliki daya bunuh terhadap spora bakteri,
mikrobakterium, semua fungi, serta semua virus ukuran kecil dan sedang.
Mekanisme kerjanya menginaktivasi mikroorganisme melalui reaksi alkilasi
terhadap gugus amino dan gugus sulfhidril pada protein.
f.
Keuntungan :
Bakterisidal, tuberkulosidal, fungisidal, dan virusidal
Sporisidal (8% formaldehid dalam 70 % alcohol)
Kerugian :
Terinaktivasi oleh materi organic
Potensial karsinogen
Menimbulkan uap yang mengiritasi
Korosif
Fenol
Mekanisme kerjanya penetrasi terhadap dinding sel dan mengendapkan protein
sel. Fenol biasa digunakan untuk melakukan desinfeksi dinding, lantai, dan
permukaan meja (permukaan keras)
Keuntungan :
Spektrum luas, bakterisidal gram positif dan negative, fungisidal,
tuberkulosidal, dan virus lipofilik
Mempunyai aktivitas residual
Kerugian :
Tidak bersifat sporisidal
Terinaktivasi oleh materi organik
Korosif terhadap karet dan sebagian plastic
g.
3.
Bersihkan udara dengan alat pengasapan (fogging) yang mengandung cairan air
borne disinfectants of surfaces
Contoh : Anios Special DJP, Laboratories Anios.
Komposisi :
Formaldehyde, Didecyldimethylammonium chloride, Dimethicone.
Dapat membunuh mikroba : E. coli, Staphylococcus aureus, Pseudomonas
aeruginosa, Streptococcus Faecalis dalam 4 ml/m3
4.
5.
Control udara
Dengan menggunakan HEPA filter, bila berasap menggunakan smoke detector.
2.
Temperature dan humidity
Target temperature 20C dan relative humidity 35-45% dengan tekanan positif.
DAFTAR PUSTAKA
Djide, M. Natsir. 2006.
Hasanuddin :Makassar.
Mikrobiologi
Farmasi
Dasar.
Universitas
Lachman, Leon. 1994. teori dan Praktek Farmasi Industri. UI-Press. Jakarta.
Irianto.2006. Mikrobiologi Menguak Dunia Mikroorganisme. CV Yrama
Widya: Jakarta.
Voight, R., 1994. Buku Pelajaran Tekhnologi Farmasi , Edisi Ke5,Terjemahan Soendani Noerono, Gajah Mada University Press, Yogyakarta.