Anda di halaman 1dari 9

TUGAS UJIAN BEDAH MINOR

Penguji :
dr. M.Yadi Permana, Sp.B (K) Onk
Disusun Oleh :
Tarikh Azis (109103000012)

Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah


Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati
Program Studi Pendidikan Dokter
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
1436 H/2015 M

Luka dan Tipe Luka


Luka didefinisikan sebagai kerusakan atau gangguan struktur anatomis maupun
fisiologis normal, yang dapat berkisar dari kerusakan sederhana pada epitel kulit atau bisa
lebih dalam, meluas hingga ke jaringan subkutan dengan kerusakan pada struktur lain seperti
tendon, otot, pembuluh darah, saraf, organ parenkim, bahkan tulang.1,2,3
Luka dapat muncul dari proses patologik yang berawal secara eksternal maupun
internal di dalam organ yang terlibat. Luka akan merusak dan mengganggu lingkungan
sekitar maupun di dalamnya. Akibat kerusakan ini akan terjadi perdarahan, vasokontriksi
dengan koagulasi, aktivasi komplemen dan respon inflamasi.2
Klasifikasi Luka
Luka dapat diklasifikasikan berdarakan berbagai kriteria. Waktu adalah faktor penting
dalam manajemen luka dan penyembuhan luka. Sehingga luka dapat dikelompokkan menjadi
luka akut dan luka kronik berdasarkan waktu penyembuhan.1,3
1. Klasifikasi luka berdasarkan waktu:
a. Luka akut1,2,3
Luka yang dapat sembuh sendiri dan berjalan sesuai dengan fase penyembuhan luka,
dengan hasil akhir berupa kembalinya fungsi dan struktur normal, disebut luka akut. Waktu
penyembuhan biasanya bervariasi antara 5 hingga 10 hari, atau selama 30 hari. Luka akut
bisa didapat dari kehilangan jaringan traumatik atau prosedur bedah. Contoh, operasi untuk
mengangkat tumor jaringan lunak yang terletak di kulit dan parenkim di bawahnya kadang
bisa menyebabkan luka yang luas meskipun tidak terkontaminasi yang tidak dapat
disembuhkan dengan primary intention, karena besarnya defek di dalam jaringan. Seringkali,
karena kontaminasi bakteri atau kehilangan jaringan, luka akan dibiarkan terbuka untuk
menyembuh lewat pembentukan jaringan granulasi dan kontraksi (secondary intention).
Penutupan primer tertunda, atau tertiary intention, merupakan kombinasi dari keduanya,
dimana luka dibiarkan terbuka untuk beberapa hari, lalu dilakukan jahitan.

Gambar. Perbedaan pendekatan penutupan dan penyembuhan luka akut.


b. Luka kronik1,2,3
Luka kronik adalah luka yang gagal berkembang sesuai dengan tahap normal
penyembuhan luka dan tidak bisa diperbaiki sesuai dengan waktu dan urutan yang
seharusnya. Proses penyembuhan tidak sempurna dan terganggu oleh beberapa faktor, yang
memperpanjang satu atau lebih tahapan dalam fase inflamasi, proliferasi, maupun
remodelling. Faktor-faktor tersebut meliputi infeksi, hipoksia jaringan, nekrosis, eksudat dan
sitokin inflamasi yang berlebihan. Proses inflamasi berkepanjangan menyebabkan kaskade
respon jaringan yang menyebabkan keadaan non healing terus terjadi. Kebanyakan luka yang
tidak sembuh dalam 3 bulan dikatakan kronik.
2. Klasifikasi luka berdasarkan tingkat kontaminasi:
a. Clean wound.
Luka operasi yang bersih dimana tidak didapatkan adanya tanda inflamasi dan tidak
memasuki saluran gastrointestinal, saluran kemih, genital, dan saluran pernapasan. Luka
bersih juga terutama tertutup.
b. Clean contaminated.
Luka operasi yang melewati saluran gastrointestinal, saluran kemih, genital, dan
saluran pernapasan yang terkontrol dan tanpa kontaminasi yang tidak biasa.

c. Contaminated.

Luka akibat trauma yang baru dan terbuka. Dan juga operasi besar dengan teknik
steril (cth pemijatan jantung terbuka) atau tumpahan yang nyata dari saluran gastrointestinal,
dan insisi dimana terdapat inflamasi akut nonpurulen.
d. Dirty.
Luka traumatik lama dengan jaringan yang sudah mati dan juga yang melibatkan
infeksi atau perforasi visera.
Proses Penyembuhan Luka
Terdapat tiga fase penyembuhan luka. Setelah proses luka, terjadi fase inflamasi yang
bertujuan untuk membuang jaringan yang rusak dan mencegah infeksi. Selanjutnya, terdapat
fase proliferasi dimana terjadi

keseimbangan antara pembentukan jaringan parut dan

regenerasi jaringan. Fase terakhir adalah fase remodelling, yang bertujuan untuk
memaksimalkan kekuatan dan struktur luka.1,2

Gambar. Fase penyembuhan luka, waktu terjadinya masing-masing fase pada dewasa, dan sel
yang dapat ditemukan pada setiap fase.
1. Fase inflamasi1,2
Fase inflamasi terjadi segera setelah terjadinya kerusakan jaringan. Yang terjadi ada
fase ini adalah pencapaian hemostasis, pembersihan jaringan mati, dan pencegahan kolonisasi
dan infeksi invasif oleh patogen.
Pada awalnya, bagian dari jaringan yang luka, termasuk kolagen dan unsur jarngan,
akan mengaktifkan kaskade pembekuan darah dan mencegah proses perdarahan yang terjadi.
Kerusakan pembuluh darah akan menyebabkan elemen darah ke luka, dan platelet
menggumpal dan beragregasi untuk menutup pembuluh darah yang rusak. Selama proses ini,

trombosit berdegranulasi, mengeluarkan growth factor seperti platelet-derived growth factor


(PDGF) dan transforming growth factor- (TGF-). Hasil akhir dari kaskade koagulasi
ekstrinsik dan intrinsik adalah perubahan fibrinogen menjadi fibrin.
Setelah itu, sel inflamasi akan menuju daerah luka. Pada fase awal penyembuhan
luka, sel-sel inflamasi ditarik oleh aktivasi kaskade komplemen (C5a), TGF- yang
dikeluarkan oleh trombosit, dan produk degradasi bakteri seperti lipopolisakarida (LPS).
Selama 2 hari setelah luka, terdapat infiltrasi neurofil ke dalam matriks untuk mengisi lubang
luka. Peran sel ini adalah untuk membuang jaringan mati dengan fagositosis dan untuk
mencegah infeksi.
Gambar. Fase

inflamasi

Makrofag
dalam

luka

mengikuti neutrofil ke

dan

muncul 48 hingga 72

jam

setelah

terjadinya

Makrofag

dibawa

untuk

luka.

penyembuhan

luka dengan adanya

monocyte

chemoatractant

protein 1 (MPC-1).

Setelah

hari

setelah terjadinya luka

makrofag merupakan sel dominan yang ditemukan pada luka yang menyembuh. Makrofag
memfagositosis debris dan bakteri, dan berperan dalam produksi matriks ekstraseluler oleh
fibroblas dan pembentukan pembuluh darah baru di luka yang sedang dalam fase
penyembuhan.
Limfosit merupakan sel terakhir yang masuk ke luka dan masuk setelah 5 hingga 7
hari setelah luka. Sel mast muncul selama bagian akhir fase inflamasi, tetapi fungsinya masih
belum jelas diketahui.

Tabel . Peran makrofag selama proses penyembuhan luka

Tabel . Growth factor, sitokin, dan molekul biologik lain yang berperan dalam proses
penyembuhan luka

2. Fase Proliferasi2,3
Fase proliferasi dari penyembuhan luka terjadi pada 4 hingga 21 hari setelah
terjadinya luka. Bagaimanapun, fase penyembuhan luka dapat terjadi bersamaan. Suatu tahap

dalam fase proliferasi, seperti epitelisasi, dapat terjadi segera setelah terjadinya luka.
Keratinosit yang berdekatan dengan luka mengubah tampilannya beberapa jam setelah
terjadinya luka. Regresi hubungan desmosom antara keratinosit ke dasar membran
melepaskan sel dan membuatnya mampu berpindah secara lateral. Pembentukan filamen
aktin di sitoplasma keratinosit terjadi bersamaan dengan hal ini, yang memberi daya
penggerak untuk berpindah secara aktif ke dalam luka. Keratinosit lalu berpindah melalui
hubungan dengan protein matriks ekstraseluler seperti fibronektin, vitronektin, dan kolagen
tipe I melalui mediator integrin seiring dengan terjadinya eskar kering dan matriks fibrin.
Matriks fibrin sementara digantikan secara bertahap dengan jaringan granulasi. Jaringan
granulasi terdiri dari tiga tipe sel, yaitu fibroblas, makrofag, dan sel endotel. Sel-sel tersebut
membentuk matriks ekstraseluler dan pembuluh darah baru, yang secara histologis
merupakan kandungan jaringan granulasi. Jaringan granulasi muncul di luka sekitar 4 hari
setelah terjadinya luka. Fibroblas merupakan penarik selama fase ini dan memproduksi
matriks ekstraseluler yang mengisi luka. Makrofag terus memproduksi growth factor seperti
PDGFdan TGF-1yang merangsang fibroblas untuk untuk berproliferasi, bermigrasi, , dan
menyimpan matriks ekstraseluler, juga merangsang sel endotel untuk membentuk pembuluh
darah baru. Setelah beberapa waktu matriks fibrin sementara akan digantikan oleh kolagen
tipe III, yang kemudian akan digantikan oleh kolagen tipe I selama fase remodelling.
Sel endotel merupakan komponen penting jaringan granulasi dan pembentukan
pembuluh darah baru melalui angiogenesis.
Salah satu hal menarik dari fase proliferatif penyembuhan luka adalah pada suatu titik
proses ini akan berhenti dan pembentukan jaringan granulasi/matriks ekstraseluler berhenti.
Ketika matriks kolagen telah mengisi kavitas luka, fibroblas akan menghilang secara cepat
dan darah yang baru terbentuk akan surut.

Gambar. Fase proliferatif penyembuhan luka terjadi sejak hari 4 hingga 21 setelah
terjadinya luka. Selama fase ini, jaringan granulasi mengisi luka dan keratinosit berpindah
untuk mengembalikan kontinuitas epitel.

3. Fase Remodelling3,4
Fase remodelling merupakan fase terlama dari penyembuhan luka dan pada manusia
terjadi 21 hari hingga 1 tahun. Ketika luka telah terisi oleh jaringan granulasi dan setelah
terjadinya epitelisasi, proses remodelling terjadi.
Pada manusia, fase remodelling ditandai dengan proses kontraksi dan remodelling
kolagen. Proses kontraksi luka dihasilkan oleh miofibroblas luka, dimana fibroblas dengan
mikrofilamen aktin intraseluler yang mampu untuk memaksa pembentukan dan kontraksi
matriks.
Remodelling kolagen juga merupakan salah satu ciri fase ini. Kolagen tipe III pada
awalnya diletakkan oleh fibroblas selama fase proliferatif, tetapi setelah beberapa bulan akan
digantikan oleh kolagen tipe I. Penurunan kolagen tipe III ini diperantarai oleh matriks
metalloproteinase yang disekresi oleh makrofag, fibroblas, dan sel endotel. Kekuatan luka
yang menyembuh berkembang selama proses ini, menunjukkan pergantian subtipe kolagen
dan peningkatan persilangan kolagen. Pada 3 minggu, saat awal fase remodelling, luka hanya
memiliki 20% dari kekuatan kulit sehat, dan nantinya hanya akan memiliki 70% dari
kekuatan kulit sehat.

Gambar. Fase remodelling

DAFTAR PUSTAKA
1. Velnar T, T Bailey, V Smrkolj. The Wound Healing Process : an Overview of the
Cellular and Molecular Mechanism. The Journal of International Medical Research.
2009. available from http://imr.sagepub.com/content/37/5/1528.full.pdf
2. Thorne, Charles H et al. Grabb & Smith's Plastic Surgery. 6th edition. Lippincott
William & Wilkins. 2007
3. Andersen, Dana K et al. Schwartz's Principles Of Surgery. 10th edition. Mc Graw
Hill. 2015
4. Sjamsuhidajat & De Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah. ed 3. EGC. Jakarta;2010

Anda mungkin juga menyukai