NIM : 135040200111012
Kelas : I
Tugas : Irigasi dan Drainase
PERATURAN PEMERINTAH
NOMOR 82 TAHUN 2001
TANGGAL 14 DESEMBER 2001
TENTANG
PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN
PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR
1. PARAMETER FISIKA
Suhu
Pada umumnya, suhu dinyatakan dengan satuan derajat Celcius (oC) atau
derajat Fahrenheit (oF). Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
907/MENKES/SK/VII/2002,
diketahui
bahwa
temperatur
maksimum
yang
diperbolehkan dalam air minum sebesar 3 oC. Alat yang digunakan dalam
pengukuran suhu air adalah termometer standar (tidak perlu menggunakan
termometer khusus pengkur air). Langkah dalam pengukuran suhu adalah:
Ukur suhu di dua titik yang berbeda (kurang lebih berjarak 1 km dari
titik awal atau tergantung panjang sungai) untuk mengetahui perbedaan
suhu di sungai tersebut.
maupun air buangan. Karena bervariasinya materi organik dan anorganik dalam analisa zat
padat, tes yang dilakukan secara empiris tergantung pada karakteristik materi tersebut.
Metode Gravimetry digunakan hampir pada semua kasus.
Jumlah dan sumber materi terlarut dan tidak terlarut yang terdapat dalam air sangat
bervariasi. Pada air minum, kebanyakan merupakan materi terlarut yang terdiri dari garam
anorganik, sedikit materi organik, dan gas terlarut. Total zat padat terlarut dalam air minum
berada pada kisaran 20 1000 mg/L.
Padatan terlarut total (Total Dissolved Solid atau TDS) merupakan bahan-bahan
terlarut (diameter < 10-6 mm) dan koloid (diameter 10-6 mm 10-3 mm) yang berupa
senyawa-senyawa kimia dan bahan-bahan lain, yang tidak tersaring pada kertas saring
berdiameter 0,45 m (Rao, 1992 dalam Effendi, 2003). Materi ini merupakan residu zat padat
setelah penguapan pada suhu 105 o C. TDS terdapat di dalam air sebagai hasil reaksi dari zat
padat, cair, dan gas di dalam air yang dapat berupa senyawa organik maupun anorganik.
Substansi anorganik berasal dari mineral, logam, dan gas yang terbawa masuk ke dalam air
setelah kontak dengan materi pada permukaan dan tanah. Materi organik dapat berasal dari
hasil penguraian vegetasi, senyawa organik, dan gas-gas anorganik yang terlarut. TDS
biasanya disebabkan oleh bahan anorganik berupa ion-ion yang terdapat di perairan. Ion-ion
yang biasa terdapat di perairan ditunjukkan dalam Tabel 2.4.
Tabel 2.4 Ion-ion yang Terdapat di Perairan
Ion Utama (Major Ion)
(0,01 10 mg/liter)
1.
Sodium (Na)
1.
Besi
2.
Kalsium (Ca)
2.
Strontium (Sr)
3.
Magnesium (Mg)
3.
Kalium (K)
4.
Bikarbonat (HCO3)
4.
Karbonat (CO3)
5.
Sulfat (SO4)
5.
Nitrat (NO3)
6.
Klorida (Cl)
6.
Fluorida (F)
7.
Boron (B)
8.
Silika (SiO2)
TDS tidak diinginkan dalam badan air karena dapat menimbulkan warna, rasa, dan
bau yang tidak sedap. Beberapa senyawa kimia pembentuk TDS bersifat racun dan
merupakan senyawa organik bersifat karsinogenik. Akan tetapi, beberapa zat dapat memberi
rasa segar pada air minum.
Kesadahan dan kekeruhan akan bertambah seiring dengan semakin banyaknya TDS.
Analisis TDS biasanya dilakukan dengan penentuan Daya Hantar Listrik (DHL) air. TDS
terdiri dari ion-ion sehingga kadar TDS sebanding dengan kadar DHL air. Penentuan jumlah
materi terlarut dan tidak terlarut juga dapat dilakukan dengan membandingkan jumlah yang
terfiltrasi dengan yang tidak. Analisa TDS dapat digunakan untuk menentukan derajat
keasinan dan faktor koreksi, misal untuk diagram kesadahan Caldwell Lawrence.
bahan yang mengapung, padatan yang mudah menguap dan dekomposisi garam
mineral. Padatan tersuspensi total (TSS), adalah residu dari padatan total yang
tertahan oleh saringan dengan ukuran partikel maksimal 2m atau lebih besar dari
ukuran partikel koloid
Cara uji dan Prinsip : Contoh uji yang telah homogen disaring dengan kertas
saring yang telah ditimbang. Residu yang tertahan pada saringan dikeringkan sampai
mencapai berat konstan pada suhu 103C sampai dengan 105C. Kenaikan berat
saringan mewakili padatan tersuspensi total (TSS). Jika padatan tersuspensi
menghambat saringan dan memperlama penyaringan, diameter pori-pori saringan
perlu diperbesar atau mengurangi volume contoh uji. Untuk memperoleh estimasi
TSS, dihitung perbedaan antara padatan terlarut total dan padatan total.
2.
Penting dalam proses penjernihan air karena keasaman air pada umumnya
disebabkan gas Oksida yang larut dalam air terutama karbondioksida. Pengaruh yang
menyangkut aspek kesehatan dari pada penyimpangan standar kualitas air minum
dalam hal pH yang lebih kecil 6,5 dan lebih besar dari 9,2 akan tetapi dapat
menyebabkan beberapa senyawa kimia berubah menjadi racun yang sangat
mengganggu kesehatan. Besaran pH berkisar dari 0 (sangat asam) sampai dengan 14
(sangat basa/alkalis). Nilai pH kurang dari 7 menunjukkan lingkungan yang masam
sedangkan nilai diatas 7 menunjukkan lingkungan yang basa (alkalin). Sedangkan pH
= 7 disebut sebagai netral. Nilai pH bisa ditentukan melalui alat pH meter atau dengan
uji kertas lakmus.
BOD (Biochemical Oxygen Demand)
Biochemical Oxygen Demand adalah kebutuhan oksigen biokimia yang
menunjukkan jumlah oksigen yang digunakan dalam reaksi oksidasi oleh bakteri.
Sehingga makin banyak bahan organik dalam air, makin besar B.O.D nya sedangkan
D.O akan makin rendah. Air yang bersih adalah yang B.O.D nya kurang dari 1 mg/l
atau 1ppm, jika B.O.D nya di atas 4ppm, air dikatakan tercemar.
Biochemical Oxygen Demand menunjukkan jumlah oksigen dalam satuan ppm
yang dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk memecahkan bahan-bahan organik yang
terdapat di dalam air. Pemeriksaan BOD diperlukan untuk menentukan beban
pencemaran akibat air buangan penduduk atau industri. Penguraian zat organik adalah
peristiwa alamiah, apabila suatu badan air dicemari oleh zat organik, bakteri dapat
menghabiskan oksigen terlarut dalam air selama proses oksidasi tersebut yang bisa
mengakibatkan kematian ikan-ikan dalam air dan dapat menimbulkan bau busuk pada
air tersebut. Beberapa zat organik maupun anorganik dapat bersifat racun misalnya
sianida, tembaga, dan sebagainya, sehingga harus dikurangi sampai batas yang
diinginkan (Alaerts dan Santika, 1984).
COD (Chemical Oxygen Demand)
Chemical Oxygen Demand atau Kebutuhan Oksigen Kimia (KOK) adalah
jumlah oksigen (mg O2) yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-zat organik yang
ada dalam satu liter sampel air, dimana pengoksidanya adalah K2Cr2O7 atau KMnO4.
Angka COD merupakan ukuran bagi pencemaran air oleh zat-zat organik yang secara
alamiah dapat dioksidasi melalui proses mikrobiologis dan mengakibatkan
berkurangnya oksigen terlarut di dalam air. Sebagian besar zat organik melalui tes
COD ini dioksidasi oleh K2Cr2O7 dalam keadaan asam yang mendidih optimum
DO (Dissolved Oxygen)
Dissolved Oxygen adalah oksigen terlarut yang terkandung di dalam air,
berasal dari udara dan hasil proses fotosintesis tumbuhan air. Oksigen diperlukan oleh
semua mahluk yang hidup di air seperti ikan, udang, kerang dan hewan lainnya
termasuk mikroorganisme, seperti bakteri.
Agar ikan dapat hidup, air harus mengandung oksigen paling sedikit 5 mg/
liter atau 5 ppm (part per million). Apabila kadar oksigen kurang dari 5 ppm, ikan
akan mati, tetapi bakteri yang kebutuhan oksigen terlarutnya lebih rendah dari 5 ppm
akan berkembang.
Apabila sungai menjadi tempat pembuangan limbah yang mengandung bahan
organik, sebagian besar oksigen terlarut digunakan bakteri aerob untuk mengoksidasi
karbon dan nitrogen dalam bahan organik menjadi karbondioksida dan air. Sehingga
kadar oksigen terlarut akan berkurang dengan cepat dan akibatnya hewan-hewan
seperti ikan, udang dan kerang akan mati. Lalu apakah penyebab bau busuk dari air
yang tercemar? Bau busuk ini berasal dari gas NH 3 dan H2S yang merupakan hasil
proses penguraian bahan organik lanjutan oleh bakteri anaerob.
,
Calcium (Ca)
Adanya Ca dalam air sangat dibutuhkan dalam jumlah tertentu, yaitu untuk
pertumbuhan tulang dan gigi. Sedangkan bila telah melewati ambang batas, kalsium
dapat menyebabkan kesadahan, kesadahan dapat berpengaruh secara ekonomis
maupun terhadap kesehatan yaitu efek korosif dan menurunnya efektifitas dari kerja
sabun. Standar yang ditetapkan DEPKES sebesar 75-200 mg/l. Sedangkan WHO
inter-regional water study group adalah sebesar 75-150 mg/l.
Tembaga
Ukuran batas ada atau tidaknya tembaga adalah 0,05-1,5 mg/l. Dalam jumlah
kecil Cu sangat diperlukan untuk pembentukan sel darah merah, sedangkan dalam
jumlah yang besar dapat menyebabkan rasa yang tidak enak di lidah, disamping dapat
menyebabkan kerusakan pada hati
3. PARAMETER MIKROBIOLOGI
Analisa Coliform
Analisa coliform merupakan
tes
untuk
mendeteksi
keberadaan
dan
memeperkirakan jumlah bakteri coliform dalam air yang diteliti. Terdapat 3 metoda
yang dapat digunakan dalam menganalisa coliform yaitu Standard Plate Count
(SPC), metoda tabung fermentasi atau sering disebut Most Probable Number (MPN),
dan metode penyaringan dengan membran.
Prinsip analisa SPC dan penyaringan dengan membran adalah berdasarkan
sifat bakteri yang berkembang biak dalam waktu 24 sampai 72 jam pada suhu tertentu
dan dalam suasana yang cocok yaitu pada media yang terdiri dari agar-agar (dari
bahan yang netral) yang mengandung beberapa jenis zat kimia yang merupakan gizi
bagi bakteri tertentu serta dapat mengatur nilai pH.
Prinsip Analisa MPN hampir sama dengan prinsip analisa SPC, tetapi bakteri
tidak berkembang pada media agar-agar, melainkan dalam media tersuspensi pada
kaldu (broth) yang mengandung gizi untuk pertumbuhannya. Bakteri-bakteri tersebut
dapat dideteksi karena mampu memfermentasikan laktosa yang kemudian
menghasilkan gas serta menyebabkan terjadinya perubahan pH.
Metoda SPC digunakan untuk tes bakteri total , sedangkan metoda
penyaringan dengan membran dan MPN lebih cocok untuk untuk analisa total
coliform dan fecal coliform. Analisa total coliform dan fecal coliform menggunakan
metoda penyaringan dengan membran lebih baik dibandingkan dengan metode MPN
karena beberapa hal sebagai berikut :
analisa coliform dalam air minum adalah adanya konsentrasi sisa klor dalam air. Klor
dapat membunuh bakteri sehingga dapat mengganggu analisa coliform. Pada air yang
mengandung klor, sebelum analisa harus ditambahkan 0,1 ml larutan pereduksi per
125 ml contoh air. Larutan pereduksi yang digunakan adalah 10 gram Na2S2O4 per
100 ml air suling yang steril. Dengan penambahan larutan ini, kadar residu klor dapat
dinetralkan sampai 15 mg Cl2/l. Jika contoh air mengandung logam berat seperti
Cu2+ dan Cr (VI) dengan kadar lebih dari 0,01 mg/l, diperlukan penambahan larutan
EDTA 0,15 g/ml sebanyak 3 ml dalam contoh air.
Jumlah Perkiraan Terdekat (JPT) bakteri Coliform/100 cc air digunakan
sebagai indikator kelompok mikrobiologis. Suatu bakteri dapat dijadikan indikator
bagi kelompok lain yang patogen didasarkan atas beberapa hal sebagai berikut :
Bakteri tersebut harus tidak patogen.
Harus berada di air apabila kuman patogen juga ada atau mungkin sekali
ada, dan terdapat dalam jumlah yang jauh lebih besar.
Mudah dan cepat dapat dikenali dengan cara laboratoris yang murah.
yang
menandakan
reaksi
positif
atas
keberadaan coliform.
Reaksi
positif
dengan
keruhnya
gram
dilakukan
pada
koloni
yang
dicurigai
merupakan E.coli (koloni berwarna gelap dan rata dengan atau tanpa kilatan metalik).
Reaksi positif keberadaan bakteri E.coli ditunjukkan dengan :
Tampil sebagai bakteri gram negatif berbentuk batang bulat, berwarna metah
muda, dan tidak membentuk spora. Jumlah total bakteri dapat dihitung
menggunakan tabel MPN.
Rumus yang digunakan untuk menghitung jumlah bakteri adalah sebagai berikut :
Pembacaan pada tabel MPN berdasarkan jumlah reaksi positif pada uji ketetapan.
Perhitungan jumlah total coliform dilakukan menggunakan persamaan (2.35).
(2.35)
Pembacaan pada tabel MPN berdasarkan jumlah reaksi positif pada medium EC
(pada uji ketetapan) Perhitungan jumlah fecal coliform dilakukan dengan
menggunakan persamaan (2.36).
(2.36)
Pembacaan pada tabel MPN dilakukan berdasarkan jumlah reaksi positif pada uji
kelengkapan.
Perhitungan
jumlah
bakteri E.
coli dilakukan
menggunakan
persamaan (2.37).
(2.37)
4. PARAMETER RADIOAKTIFITAS
Radioaktivitas adalah kemampuan inti atom yang tak-stabil untuk memancarkan
radiasi menjadi inti yang stabil. Materi yang mengandung inti tak-stabil yang memancarkan
radiasi,disebut zat radioaktif. Besarnya radioaktivitas suatu unsur radioaktif (radionuklida)
ditentukan oleh konstanta peluruhan (l), yang menyatakan laju peluruhan tiap detik, dan
waktu paro(t). Kedua besaran tersebut bersifat khas untuk setiap radionuklida
Apapun bentuk radioaktifitas efeknya adalah sama, yakni menimbulkan kerusakan
pada sel yang terpapar. Kerusakan dapat berupa kematian, dan perubahan komposisi genetik.
Perubahan genetis dapat menimbulkan berbagai seperti kanker dan mutasi. Sinar alpha, beta
dan gamma berbeda dalam kemampuan menembus jaringan tubuh. Sinar alpha sulit
menembus kulit, sedangkan beta dapat menembus kulit dan gamma dapat menembus sangat
dalam. Kerusakan yang terjadi ditentukan oleh intensitas sinar serta frekuensi dan luasnya
pemaparan.
a. Sinar alfa
Satuan untuk mengukur besarnya sinar alfa adalah Uc/ml. Sinar ini merupakan sinar
radioaktif dengan batas tertinggi adalah sebesar 10-9 Uc/ml. Apabila terdapat sinar ini di
sekitar kita maka akan menimbulkan kontaminasi radioaktif pada lingkungan yang
mengakibatkan rusaknya sel-sel tubuh manusia di sekitarnya. Sinar ini dipancarkan oleh
uranium, radium, dan thorium.
b. Sinar beta
Sinar ini paling tinggi dalam air adalah 10-8 uc/ml. Apabila melebihi kadar maka
dapat mengakibatkan kerusakan sel-sel tubuh. Sinar beta memiliki massa lebih kecil dari sinar
alfa dan daya tembus yang lebih besar dari sinar alfa. Jika banyak sinar beta di dalam tubuh
maka akan menyebabkan luka bakar yang parah.