Anda di halaman 1dari 16

Nama : Yogo Setiawan

NIM : 135040200111012
Kelas : I
Tugas : Irigasi dan Drainase

PERATURAN PEMERINTAH
NOMOR 82 TAHUN 2001
TANGGAL 14 DESEMBER 2001
TENTANG
PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN
PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR

1. PARAMETER FISIKA
Suhu
Pada umumnya, suhu dinyatakan dengan satuan derajat Celcius (oC) atau
derajat Fahrenheit (oF). Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
907/MENKES/SK/VII/2002,

diketahui

bahwa

temperatur

maksimum

yang

diperbolehkan dalam air minum sebesar 3 oC. Alat yang digunakan dalam
pengukuran suhu air adalah termometer standar (tidak perlu menggunakan
termometer khusus pengkur air). Langkah dalam pengukuran suhu adalah:

Catat suhu udara sebelum mengukur suhu di dalam air.

Masukkan termometer ke dalam air selama 1-2 menit.

Baca suhu saat termometer masih di dalam air, atau secepatnya


setelah dikeluarkan dari dalam air.

Ukur suhu di dua titik yang berbeda (kurang lebih berjarak 1 km dari
titik awal atau tergantung panjang sungai) untuk mengetahui perbedaan
suhu di sungai tersebut.

Residu Terlarut (Zat Padat Terlarut)


Zat padat merupakan materi residu setelah pemanasan dan pengeringan pada suhu
103oC 105 oC. Residu atau zat padat yang tertinggal selama proses pemanasan pada
temperatur tersebut adalah materi yang ada dalam contoh air dan tidak hilang atau menguap
pada 105 oC. Dimensi zat padat dinyatakan dalam mg/l atau g/l, % berat (kg zat padat/kg
larutan), atau % volume (dm3 zat padat/liter larutan).
Dalam air alam, ditemui dua kelompok zat yaitu zat terlarut (seperti garam dan
molekul organis) serta zat padat tersuspensi dan koloidal (seperti tanah liat dan kwarts).
Perbedaan pokok antara kedua kelompok zat ini ditentukan melalui ukuran/diameter partikelpartikelnya.
Analisa zat padat dalam air digunakan untuk menentukan komponen-komponen air
secara lengkap, proses perencanaan, serta pengawasan terhadap proses pengolahan air minum

maupun air buangan. Karena bervariasinya materi organik dan anorganik dalam analisa zat
padat, tes yang dilakukan secara empiris tergantung pada karakteristik materi tersebut.
Metode Gravimetry digunakan hampir pada semua kasus.
Jumlah dan sumber materi terlarut dan tidak terlarut yang terdapat dalam air sangat
bervariasi. Pada air minum, kebanyakan merupakan materi terlarut yang terdiri dari garam
anorganik, sedikit materi organik, dan gas terlarut. Total zat padat terlarut dalam air minum
berada pada kisaran 20 1000 mg/L.
Padatan terlarut total (Total Dissolved Solid atau TDS) merupakan bahan-bahan
terlarut (diameter < 10-6 mm) dan koloid (diameter 10-6 mm 10-3 mm) yang berupa
senyawa-senyawa kimia dan bahan-bahan lain, yang tidak tersaring pada kertas saring
berdiameter 0,45 m (Rao, 1992 dalam Effendi, 2003). Materi ini merupakan residu zat padat
setelah penguapan pada suhu 105 o C. TDS terdapat di dalam air sebagai hasil reaksi dari zat
padat, cair, dan gas di dalam air yang dapat berupa senyawa organik maupun anorganik.
Substansi anorganik berasal dari mineral, logam, dan gas yang terbawa masuk ke dalam air
setelah kontak dengan materi pada permukaan dan tanah. Materi organik dapat berasal dari
hasil penguraian vegetasi, senyawa organik, dan gas-gas anorganik yang terlarut. TDS
biasanya disebabkan oleh bahan anorganik berupa ion-ion yang terdapat di perairan. Ion-ion
yang biasa terdapat di perairan ditunjukkan dalam Tabel 2.4.
Tabel 2.4 Ion-ion yang Terdapat di Perairan
Ion Utama (Major Ion)

Ion Sekunder (Secondary Ion)

(1,0 1000 mg/liter)

(0,01 10 mg/liter)

1.

Sodium (Na)

1.

Besi

2.

Kalsium (Ca)

2.

Strontium (Sr)

3.

Magnesium (Mg)

3.

Kalium (K)

4.

Bikarbonat (HCO3)

4.

Karbonat (CO3)

5.

Sulfat (SO4)

5.

Nitrat (NO3)

6.

Klorida (Cl)

6.

Fluorida (F)

7.

Boron (B)

8.

Silika (SiO2)

Sumber : Todd, 1970 dalam Effendi, 2003.

TDS tidak diinginkan dalam badan air karena dapat menimbulkan warna, rasa, dan
bau yang tidak sedap. Beberapa senyawa kimia pembentuk TDS bersifat racun dan
merupakan senyawa organik bersifat karsinogenik. Akan tetapi, beberapa zat dapat memberi
rasa segar pada air minum.
Kesadahan dan kekeruhan akan bertambah seiring dengan semakin banyaknya TDS.
Analisis TDS biasanya dilakukan dengan penentuan Daya Hantar Listrik (DHL) air. TDS
terdiri dari ion-ion sehingga kadar TDS sebanding dengan kadar DHL air. Penentuan jumlah
materi terlarut dan tidak terlarut juga dapat dilakukan dengan membandingkan jumlah yang
terfiltrasi dengan yang tidak. Analisa TDS dapat digunakan untuk menentukan derajat
keasinan dan faktor koreksi, misal untuk diagram kesadahan Caldwell Lawrence.

Menentukan Residu Tersuspensi


Metode pengujian kualitas fisika air. SNI ini menggunakan referensi dari metode
standar internasional yaitu Standard Methods for the Examination of Water and Waste
Water. Metode ini digunakan untuk menentukan residu tersuspensi yang terdapat dalam
contoh uj air dan air limbah secara gravimetri. Metode ini tidak termasuk penentuan

bahan yang mengapung, padatan yang mudah menguap dan dekomposisi garam
mineral. Padatan tersuspensi total (TSS), adalah residu dari padatan total yang
tertahan oleh saringan dengan ukuran partikel maksimal 2m atau lebih besar dari
ukuran partikel koloid
Cara uji dan Prinsip : Contoh uji yang telah homogen disaring dengan kertas
saring yang telah ditimbang. Residu yang tertahan pada saringan dikeringkan sampai
mencapai berat konstan pada suhu 103C sampai dengan 105C. Kenaikan berat
saringan mewakili padatan tersuspensi total (TSS). Jika padatan tersuspensi
menghambat saringan dan memperlama penyaringan, diameter pori-pori saringan
perlu diperbesar atau mengurangi volume contoh uji. Untuk memperoleh estimasi
TSS, dihitung perbedaan antara padatan terlarut total dan padatan total.

2.

PARAMETER KIMIA ANORGANIK


pH (derajat keasaman)

Penting dalam proses penjernihan air karena keasaman air pada umumnya
disebabkan gas Oksida yang larut dalam air terutama karbondioksida. Pengaruh yang
menyangkut aspek kesehatan dari pada penyimpangan standar kualitas air minum
dalam hal pH yang lebih kecil 6,5 dan lebih besar dari 9,2 akan tetapi dapat
menyebabkan beberapa senyawa kimia berubah menjadi racun yang sangat
mengganggu kesehatan. Besaran pH berkisar dari 0 (sangat asam) sampai dengan 14
(sangat basa/alkalis). Nilai pH kurang dari 7 menunjukkan lingkungan yang masam
sedangkan nilai diatas 7 menunjukkan lingkungan yang basa (alkalin). Sedangkan pH
= 7 disebut sebagai netral. Nilai pH bisa ditentukan melalui alat pH meter atau dengan
uji kertas lakmus.
BOD (Biochemical Oxygen Demand)
Biochemical Oxygen Demand adalah kebutuhan oksigen biokimia yang
menunjukkan jumlah oksigen yang digunakan dalam reaksi oksidasi oleh bakteri.
Sehingga makin banyak bahan organik dalam air, makin besar B.O.D nya sedangkan
D.O akan makin rendah. Air yang bersih adalah yang B.O.D nya kurang dari 1 mg/l
atau 1ppm, jika B.O.D nya di atas 4ppm, air dikatakan tercemar.
Biochemical Oxygen Demand menunjukkan jumlah oksigen dalam satuan ppm
yang dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk memecahkan bahan-bahan organik yang
terdapat di dalam air. Pemeriksaan BOD diperlukan untuk menentukan beban
pencemaran akibat air buangan penduduk atau industri. Penguraian zat organik adalah
peristiwa alamiah, apabila suatu badan air dicemari oleh zat organik, bakteri dapat
menghabiskan oksigen terlarut dalam air selama proses oksidasi tersebut yang bisa
mengakibatkan kematian ikan-ikan dalam air dan dapat menimbulkan bau busuk pada
air tersebut. Beberapa zat organik maupun anorganik dapat bersifat racun misalnya
sianida, tembaga, dan sebagainya, sehingga harus dikurangi sampai batas yang
diinginkan (Alaerts dan Santika, 1984).
COD (Chemical Oxygen Demand)
Chemical Oxygen Demand atau Kebutuhan Oksigen Kimia (KOK) adalah
jumlah oksigen (mg O2) yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-zat organik yang
ada dalam satu liter sampel air, dimana pengoksidanya adalah K2Cr2O7 atau KMnO4.
Angka COD merupakan ukuran bagi pencemaran air oleh zat-zat organik yang secara
alamiah dapat dioksidasi melalui proses mikrobiologis dan mengakibatkan

berkurangnya oksigen terlarut di dalam air. Sebagian besar zat organik melalui tes
COD ini dioksidasi oleh K2Cr2O7 dalam keadaan asam yang mendidih optimum
DO (Dissolved Oxygen)
Dissolved Oxygen adalah oksigen terlarut yang terkandung di dalam air,
berasal dari udara dan hasil proses fotosintesis tumbuhan air. Oksigen diperlukan oleh
semua mahluk yang hidup di air seperti ikan, udang, kerang dan hewan lainnya
termasuk mikroorganisme, seperti bakteri.
Agar ikan dapat hidup, air harus mengandung oksigen paling sedikit 5 mg/
liter atau 5 ppm (part per million). Apabila kadar oksigen kurang dari 5 ppm, ikan
akan mati, tetapi bakteri yang kebutuhan oksigen terlarutnya lebih rendah dari 5 ppm
akan berkembang.
Apabila sungai menjadi tempat pembuangan limbah yang mengandung bahan
organik, sebagian besar oksigen terlarut digunakan bakteri aerob untuk mengoksidasi
karbon dan nitrogen dalam bahan organik menjadi karbondioksida dan air. Sehingga
kadar oksigen terlarut akan berkurang dengan cepat dan akibatnya hewan-hewan
seperti ikan, udang dan kerang akan mati. Lalu apakah penyebab bau busuk dari air
yang tercemar? Bau busuk ini berasal dari gas NH 3 dan H2S yang merupakan hasil
proses penguraian bahan organik lanjutan oleh bakteri anaerob.
,
Calcium (Ca)
Adanya Ca dalam air sangat dibutuhkan dalam jumlah tertentu, yaitu untuk
pertumbuhan tulang dan gigi. Sedangkan bila telah melewati ambang batas, kalsium
dapat menyebabkan kesadahan, kesadahan dapat berpengaruh secara ekonomis
maupun terhadap kesehatan yaitu efek korosif dan menurunnya efektifitas dari kerja
sabun. Standar yang ditetapkan DEPKES sebesar 75-200 mg/l. Sedangkan WHO
inter-regional water study group adalah sebesar 75-150 mg/l.
Tembaga
Ukuran batas ada atau tidaknya tembaga adalah 0,05-1,5 mg/l. Dalam jumlah
kecil Cu sangat diperlukan untuk pembentukan sel darah merah, sedangkan dalam
jumlah yang besar dapat menyebabkan rasa yang tidak enak di lidah, disamping dapat
menyebabkan kerusakan pada hati

Sulfida (S2 atau H2S)


H2S sangat beracun dan berbau busuk, oleh karena itu zat ini tidak boleh
terdapat dalam air minum. Dalam jumlah besar dapat menimbulkan atau memperbesar
keasaman air sehingga menyebabkan korosifitas pada pipa-pipa logam
Amonia
Bahan ini sangat berbau yang sangat menusuk hidung atau baunya sangat
tajam sehingga tidak boleh sama sekali dalam air minum
Magnesium
Efek yang ditimbulkan oleh Mg sama dengan kalsium yaitu menyebabkan
terjadinya kesadahan. Dalam jumlah kecil Mg dibutuhkan oleh tubuh untuk
pertumbuhan tulang, sedang dalam jumlah yang lebih besar dari 150 mg/l dapat
meyebabkan rasa mual
Besi (Fe)
Besi adalah metal berwarna putih keperakan, liat dan dapat dibentuk. Di alam
didapat sebagai hematit. Di dalam air minum Fe menimbulkan rasa, warna (kuning),
pengendapan pada dinding pipa, pertumbuhan bakteri besi dan kekeruhan. Besi
dibutuhkan oleh tubuh dalam pembentukan hemoglobin. Di dalam standar kualitas
ditetapkan kandungan besi di dalam air sebanyak 0,1 -1,0 mg/l.
Florida
Flourida selalu ditemukan dalam bentuk senyawa. Florida bersifat lebih toksis
dan lebih iritan daripada yang organik. Keracunan kronis dapat menyebabkan orang
menjadi kurus, pertumbuhan tubuh terganggu, gangguan pencernaan dan dehidrasi.
Cadmium
Dalam standar kualitas ditetapkan konsentrasi maksimal 0,01 mg/l. Apabila
cadmium melebihi standar, maka Cadmium tersebut akan terakumulasi dalam
jaringan tubuh sehingga mengakibatkan penyakit ginjal, gangguan lambung,
kerapuhan tulang, mengurangi hemoglobine darah dan pigmentasi.
Mangan

Tubuh manusia membutuhkan Mangan rata-rata 10 mg/l sehari yang dapat


dipenuhi dari makanan. Tetapi Mangan bersifat toxis terhadap alat pernafasan.
Standar kualitas menetapkan: kandaungan mangan di dalam air 0,05-05 mg/l.
Air raksa
Merupakan logam berbentuk cair dalam suhu kamar yang bersifat toksis. Di dalam
standar ditetapkan sebesar 0,001 mg/l. Jika dalam air terdapat air raksa lebih dari standar,
akan menyebabkan:
Seng
Satuan yang dipergunakan adalah mg/l dengan batas antara 1,0 sampai 15 mg/l.
Zn dapat menyebabkan hambatan pada pertumbuhan anak. Akan tetapi apabila jumlahnya
besar dapat menimbulkan rasa pahit dan sepat pada air minum.
Arsen
Arsen dapat diperbolehkan dalam air paling banyak sebesar 0,05 mg/l. Jika dalam
jumlah yang banyak dapat menyebabkan gangguan pada sistem pencernaan, kanker kulit,
hati dann saluran empedu
Phenolik
Phenol hanya boleh terdapat dalam air minum dengan kadar 0,001-0,002 mg/l dan
apabila bereaksi dengan chlor dapat menimbulkan bau yang tidak enak
NO3
Batas maksimum NO2 dalam air minum adalah sebesar 20mg/l. Jumlah Nitra
yang besar cenderung berubah menjadi nitrit, yang dapat bereaksi langsung dengan
hemoglobine yang dapat menghalangi perjalanan oksigen di dalam tubuh.
Sulfat
Kadar yang dianjurkan 200-400 mg/l, apabila jumlahnya besar dapat bereaksi
dengan ion natrium atau magnesium dalam air sehingga membentuk garam natrium sulfat
atau magnesium sulfat yang dapat menimbulkan rasa mual.

3. PARAMETER MIKROBIOLOGI

Analisa Coliform
Analisa coliform merupakan

tes

untuk

mendeteksi

keberadaan

dan

memeperkirakan jumlah bakteri coliform dalam air yang diteliti. Terdapat 3 metoda
yang dapat digunakan dalam menganalisa coliform yaitu Standard Plate Count
(SPC), metoda tabung fermentasi atau sering disebut Most Probable Number (MPN),
dan metode penyaringan dengan membran.
Prinsip analisa SPC dan penyaringan dengan membran adalah berdasarkan
sifat bakteri yang berkembang biak dalam waktu 24 sampai 72 jam pada suhu tertentu
dan dalam suasana yang cocok yaitu pada media yang terdiri dari agar-agar (dari
bahan yang netral) yang mengandung beberapa jenis zat kimia yang merupakan gizi
bagi bakteri tertentu serta dapat mengatur nilai pH.
Prinsip Analisa MPN hampir sama dengan prinsip analisa SPC, tetapi bakteri
tidak berkembang pada media agar-agar, melainkan dalam media tersuspensi pada
kaldu (broth) yang mengandung gizi untuk pertumbuhannya. Bakteri-bakteri tersebut
dapat dideteksi karena mampu memfermentasikan laktosa yang kemudian
menghasilkan gas serta menyebabkan terjadinya perubahan pH.
Metoda SPC digunakan untuk tes bakteri total , sedangkan metoda
penyaringan dengan membran dan MPN lebih cocok untuk untuk analisa total
coliform dan fecal coliform. Analisa total coliform dan fecal coliform menggunakan
metoda penyaringan dengan membran lebih baik dibandingkan dengan metode MPN
karena beberapa hal sebagai berikut :

Hanya membutuhkan satu kali analisa sedangkan metoda MPN


membutuhkan 2 3 kali analisa.

Waktu inkubasi lebih cepat.

Hasil analisanya memberikan angka konsentrasi dengan ketelitian yang


cukup tinggi sedangkan metoda MPN hanya memberikan angka
konsentrasi secara statistik yang paling memungkinkan.

Walaupun mempunyai kekurangan dibandingkan metoda penyaringan dengan


membran, pada banyak sumber literatur dan daftar analisa baku metoda MPN masih
banyak digunakan. Gangguan yang dapat menyebabkan ketidakakuratan hasil

analisa coliform dalam air minum adalah adanya konsentrasi sisa klor dalam air. Klor
dapat membunuh bakteri sehingga dapat mengganggu analisa coliform. Pada air yang
mengandung klor, sebelum analisa harus ditambahkan 0,1 ml larutan pereduksi per
125 ml contoh air. Larutan pereduksi yang digunakan adalah 10 gram Na2S2O4 per
100 ml air suling yang steril. Dengan penambahan larutan ini, kadar residu klor dapat
dinetralkan sampai 15 mg Cl2/l. Jika contoh air mengandung logam berat seperti
Cu2+ dan Cr (VI) dengan kadar lebih dari 0,01 mg/l, diperlukan penambahan larutan
EDTA 0,15 g/ml sebanyak 3 ml dalam contoh air.
Jumlah Perkiraan Terdekat (JPT) bakteri Coliform/100 cc air digunakan
sebagai indikator kelompok mikrobiologis. Suatu bakteri dapat dijadikan indikator
bagi kelompok lain yang patogen didasarkan atas beberapa hal sebagai berikut :
Bakteri tersebut harus tidak patogen.

Harus berada di air apabila kuman patogen juga ada atau mungkin sekali
ada, dan terdapat dalam jumlah yang jauh lebih besar.

Jumlah kuman indikator harus dapat dikorelasikan dengan probabilitas


adanya kuman patogen.

Mudah dan cepat dapat dikenali dengan cara laboratoris yang murah.

Harus dapat dikuantifikasi dalam tes laboratoris.

Tidak berkembang biak apabila kuman patogen tidak berkembang biak.

Dapat bertahan lebih lama daripada kuman patogen di dalam dingkungan


yang tdak menguntungkan.

Metoda Most Probable Number merupakan metoda statistik untuk mengetahui


kandunganColiform pada air dengan melalui beberapa tahap pengujian yaitu :
Uji penduga (presumptive test)
Dalam uji ini, 3 tabung medium kaldu laktosa diinokulasi dengan 0,1 ml
contoh air, 3 tabung medium kaldu laktosa diinokulasi dengan 1 ml contoh air, dan 3
tabung medium kaldu laktosa ganda diinokulasi dengan 10 ml contoh air. Setelah itu,
semua biakan diinkubasi selama 1-3 hari pada suhu 37 oC, kemudian ditentukan
tabung

yang

menandakan

reaksi

positif

atas

keberadaan coliform.

Reaksi

positif coliform ditandai dengan difermentasinya laktosa sehingga terjadi perubahan


warna dari ungu menjadi kuning dan juga ditandai dengan dihasilkannya gas CO2.
Uji ketetapan (confirmed test)
Uji ketetapan dilakukan untuk memperoleh hasil yang lebih pasti dari uji
penduga bahwa bakteri yang ada memang merupakan bakteri coliform. Reaksi positif
dari keberadaancoliform ditunjukkan dengan adanya pembentukan gas pada tabung
durham. Untuk penghitungan jumlah fecal coliform, suspensi tabung reaksi positif
pada uji penduga diinokulasikan pada tabung berisi medium EC kemudian diinkubasi
pada suhu 44,5 oC selama 2 hari.
Reaksi

positif

keberadaan fecal coliform ditunjukkan

dengan

keruhnya

medium EC dan juga adanya pembentukan gas pada tabung durham.


Uji kelengkapan (completed test)
Tes ini dilakukan untuk menghitung jumlah E.coli yang ada dengan cara
menggoreskan (streak plate) suspensi yang menunjukkan reaksi positif pada uji
ketetapan pada medium EMB Agar kemudian diinokulasikan selama 18-24 jam pada
suhu 37 oC.
Pewarnaan

gram

dilakukan

pada

koloni

yang

dicurigai

merupakan E.coli (koloni berwarna gelap dan rata dengan atau tanpa kilatan metalik).
Reaksi positif keberadaan bakteri E.coli ditunjukkan dengan :

Fermentasi laktosa dengan pembentukan gas selama 2 hari (suhu 35 oC).

Tampil sebagai bakteri gram negatif berbentuk batang bulat, berwarna metah
muda, dan tidak membentuk spora. Jumlah total bakteri dapat dihitung
menggunakan tabel MPN.

Rumus yang digunakan untuk menghitung jumlah bakteri adalah sebagai berikut :

Jumlah total coliform

Pembacaan pada tabel MPN berdasarkan jumlah reaksi positif pada uji ketetapan.
Perhitungan jumlah total coliform dilakukan menggunakan persamaan (2.35).

Jumlah total coliform = Angka pada table x rasio pengenceran

(2.35)

Jumlah fecal coliform

Pembacaan pada tabel MPN berdasarkan jumlah reaksi positif pada medium EC
(pada uji ketetapan) Perhitungan jumlah fecal coliform dilakukan dengan
menggunakan persamaan (2.36).

Jumlah fecal coliform = Angka pada table x rasio pengenceran

(2.36)

Jumlah bakteri E.coli

Pembacaan pada tabel MPN dilakukan berdasarkan jumlah reaksi positif pada uji
kelengkapan.

Perhitungan

jumlah

bakteri E.

coli dilakukan

menggunakan

persamaan (2.37).

Jumlah E.coli = Angka pada table x rasio pengenceran

(2.37)

4. PARAMETER RADIOAKTIFITAS
Radioaktivitas adalah kemampuan inti atom yang tak-stabil untuk memancarkan
radiasi menjadi inti yang stabil. Materi yang mengandung inti tak-stabil yang memancarkan
radiasi,disebut zat radioaktif. Besarnya radioaktivitas suatu unsur radioaktif (radionuklida)
ditentukan oleh konstanta peluruhan (l), yang menyatakan laju peluruhan tiap detik, dan
waktu paro(t). Kedua besaran tersebut bersifat khas untuk setiap radionuklida
Apapun bentuk radioaktifitas efeknya adalah sama, yakni menimbulkan kerusakan
pada sel yang terpapar. Kerusakan dapat berupa kematian, dan perubahan komposisi genetik.
Perubahan genetis dapat menimbulkan berbagai seperti kanker dan mutasi. Sinar alpha, beta
dan gamma berbeda dalam kemampuan menembus jaringan tubuh. Sinar alpha sulit
menembus kulit, sedangkan beta dapat menembus kulit dan gamma dapat menembus sangat

dalam. Kerusakan yang terjadi ditentukan oleh intensitas sinar serta frekuensi dan luasnya
pemaparan.
a. Sinar alfa
Satuan untuk mengukur besarnya sinar alfa adalah Uc/ml. Sinar ini merupakan sinar
radioaktif dengan batas tertinggi adalah sebesar 10-9 Uc/ml. Apabila terdapat sinar ini di
sekitar kita maka akan menimbulkan kontaminasi radioaktif pada lingkungan yang
mengakibatkan rusaknya sel-sel tubuh manusia di sekitarnya. Sinar ini dipancarkan oleh
uranium, radium, dan thorium.
b. Sinar beta
Sinar ini paling tinggi dalam air adalah 10-8 uc/ml. Apabila melebihi kadar maka
dapat mengakibatkan kerusakan sel-sel tubuh. Sinar beta memiliki massa lebih kecil dari sinar
alfa dan daya tembus yang lebih besar dari sinar alfa. Jika banyak sinar beta di dalam tubuh
maka akan menyebabkan luka bakar yang parah.

5. PARAMETER KIMIA ORGANIK


Aldrin dan Dieldrin, terjadi biokumulasi pada organisme air yang dimakan manusia dan
menimbulkan kanker dan mutasi

Benzen, menimbulkan rasa, warna atau bau tidak sedap.


Chlordine (total isomer) merupakan insektisida. Penyakit yang ditimbulkan hyperexytasi,
konvulsi, anemia, trombochytopenia, agranulocytosis

Heptachlor dan Hepachlorepixide, meskipun tidak menimbulkan keracunan akut tetapi


terjadi akumulasi dalam rantai makanan dan bersifat carcinogenic.

Anda mungkin juga menyukai