Anda di halaman 1dari 8

JOURNAL READING

EFEKTIVITAS METODE NIHSS DAN ESS DALAM MEMBUAT DIAGNOSA


KEPERAWATAN AKTUAL PADA PASIEN STROKE BERAT FASE AKUT
Disusun untuk memenuhi tugas Profesi Ners Keperawatan Gawat Darurat
Pembimbing Akademik : Ns. Dody Setiawan., S.Kep.,M.Kep.
Pembimbing Klinik : Nunuk Haryatun, S.Kep.,Ns.

Disusun oleh:
Gigih Sanjaya Putra
22020114210033

PROGRAM PROFESI NERS ANGKATAN XXIV


JURUSAN KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2015
JOURNAL READING

Tanggal : 11 April 2015

Metodologi Penelitian

Nama Mahasiswa : Gigih Sanjaya Putra


Informasi Citasi
Pengarang

Dedi

Damhudi,

Dewi

Irawaty, Rr. Tutik Sri Hariyati


Tahun : 2012
Judul artikel : Efektivitas Metode NIHSS
Dan ESS Dalam Membuat Diagnosa
Keperawatan Aktual Pada Pasien Stroke

Karakteristik Responden :
a. Pasien stroke berat fase akut
b. Nilai NIHSS lebih dari 15
c. Stroke hemoragik dan non
hemoragik
Jumlah responden : 18 responden
Teknik Sampling : Purposive Sampling
Variable yang diukur/diteliti : Variabel

Berat Fase Akut


Penerbit/Nama

Lokasi Penelitian : RSUP X di Jakarta

Jurnal

Keperawatan Indonesia

Jurnal

bebas :nilai NIHSS dan ESS. Variabel


terikat : diagnosa keperawatan actual
pada stroke berat fase akut

Volume : 15

Prosedur penelitian : -

Issue/No : 1
Halaman : 7-12

Metode Pengumpulan Data :


1. Penelitian

ini

menggunakan

desain eksperimen posttest only


design (the one shoot case study)
2. Prosedu
pengumpulan
data
dengan

menggunakan

metode

pengkajian NHISS dan ESS


3. Analisa data dengan uji korelasi
Pearson dan Wilcoxon
Reliabilitas dan Validitas instrumen yang
digunakan : Uji statistik yang digunakan analisis uji
Latar Belakang

korelasi Pearson dan Wilcoxon


Hasil Penelitian/Studi

Stroke adalah ketidaknormalan fungsi Pada tabel 1 menunjukkan bahwa jumlah

sistem saraf pusat yang disebabkan oleh diagnosa

keperawatan

aktual

gangguan aliran darah ke otak. Stroke menggunakan pengkajian metode NIHSS


dibagi menjadi dua, yaitu iskemik (85%) dan ESS rata-rata 9.67 buah (95% CI :
dan perdarahan (15%) (Smeltzer dan 9.43 9.91), SD 0.485. Perolehan
Bare,

2008).

Stroke

menyebabkan diagnosa paling sedikit 9 buah berjumlah

berbagai defisit neurologi, bergantung 6 responden dan paling banyak 10 buah


pada lokasi dan ukuran lesi. Manifestasi berjumlah 12 responden. Dari hasil
klinis dari stroke antara lain ; kehilangan estimasi interval dapat disimpulkan 95%
motorik,

kehilangan

komunikasi, diyakini

rata-rata

gangguan persepsi, kerusakan fungsi diagnosa

perolehan

jumlah

keperawatan

actual

kognitif dan efek psikologik, dsifungsi menggunakan metode pengkajian NIHSS


kandung kemih (Lamone dan Burke, dan ESS berada antara 9.43-9.91 pada
1996; Polski dan Tatro, 1996; Black dan pasien stroke berat fase akut.
Hawks,

2005;

Ignatavicius

dan Tabel

Workman, 2006).
Data

WHO

menunjukkan

bahwa

ada

hubungan bermakna antara nilai NIHSS


pada

tahun

2007 dengan diagnosa keperawatan actual

menunjukkan bahwa sebanyak 15 juta NIHSS (r = 0.904; p = 0.0005).


orang menderita stroke diseluruh dunia Tabel

menunjukkan

bahwa

ada

setiap tahun. Lima juta orang mengalami hubunngan bermakna antara nilai ESS
kematian dan 5 juta mengalami kecacatan dengan diagnosa keperawatan aktual ESS
menetap

(Stroke

Center,

2007). (r = 0.912;p = 0.0005).

Diperkirakan setiap tahun terjadi 500.000 Tabel 4 diperoleh jumlah diagnosa


orang

penduduk

serangan

stroke,

Indonesia
sekitar

terkena keperawatan

25%

aktual

menggunakan

atau pengkajian metode NIHSS dan ESS rata-

125.000 orang meninggal dan sisanya rata 9.67 buah, SD 0.485.


mengalami

cacat

(Yastroki,

2007).

ringan

Perolehan

atau

berat paling sedikit 9 buah dan paling banyak

Berdasarkan

hasil 10 buah. Penelitian ini menyimpulkan

catatan medis di RSUP X Jakarta, bulan bahwa tidak ada perbedaan bermakna

Januari sampai Desember 2007, sebanyak dalam penggunaan metode NIHSS dan
558 pasien stroke yang terbagi menjadi ESS

untuk

pembuatan

diagnosa

stroke hemoragik 291 orang dan stroke keperawatan aktual pada pasien stroke
non hemoragik 266 orang.

berat fase akut (p = 1.000; = 0.005).

Menurut (AANN,2004), waktu adalah


faktor

yang

sangat

mengoptimalkan
dengan

stroke.

penting

penanganan
Sedangkan,

dalam
pasien
menurut

(AHA) dan (NSA) perawatan harus


dilakuakan dalam waktu 36 jam pertama
sejak

terkena

serangan

untuk

mendapatkan hasil yang baik saat pasien


pulang.
Pengkajian neurologi termasuk jenis
pengkajian fokus dan bersifat darurat.
Hal ini dikarenakan lingkup pengkajian
spesifik pada sistem persarafan dengan
waktu

yang

singkat

mengidentifikasi

dan

situasi

dapat
yang

menyangkut penyelamatan nyawa pasien.


Sampai saat ini, metode yang digunakan
untuk mengkaji kondisi pasien stroke
fase akut adalah NIHSS dan ESS (Black
dan Hawks, 2005; Edwards, 2007;
Smeltzer dan Bare, 2008).
Sampai saat

ini, penelitian tentang

efektivitas pengkajian metode NIHSS


dan ESS dalam menentukan diagnosa

keperawatan

actual

belum

pernah

dilakukan. Oleh karena itu, peneliti


tertarik untuk meneliti efektivitas NIHSS
dan ESS dalam membuat diagnosa
keperawatan aktual pada pasien stroke
berat fase akut.
Tujuan Penelitian/Studi
Mengidentifikasi

efektivitas

Implikasi Hasil Penelitian


metode Implikasi dari hasil penelitian ini adalah

pengkajian NIHSS dan ESS dalam untuk

mengetahui

efektivitas

dalam

membuat diagnosa keperawatan aktual membuat diagnosa keperawatan aktual


pada pasien stroke berat fase akut di pada pasien stroke berat fase akut dengan
RSUP X Jakarta.

metode pengkajian NIHSS dan ESS. Dan


didapatkan hasil bahwa kedua efektif
digunakan untuk membuat diagnosa

Pertanyaan Penelitian

aktual pada pasien stroke berat fase akut.


Kekuatan Penelitian/Studi

Apakah metode pengkajian NIHSS dan Efektivitas

menggunakan

pengkajian

ESS efektif dalam menentukan diagnosa NIHSS dan ESS memiliki keefektifan
keperawatan yang aktual pada pasien yang sama dalam menentukan diagnosa
stroke berat fase akut di RSUP X aktual keperawatan dan juga dapat
Jakarta?

digunakan untuk menentukan dengan


cepat terjadinya stroke. Hasil analisis
diatas sejalan dengan hasil penelitian
Berger, et.al (1999) menyatakan bahwa
penggunaan metode NIHSS dan ESS
dapat digunakan untuk melihat kondisi
pasien stroke berat fase akut dengan
tingkat reliabilitas mean kappa NIHSS
0.80 dan ESS 0.79. Hasil tersebut

menunjukkan keakuratan kedua metode


ini hampir sama, sehingga hasil dari
kedua metode pengkajian ini juga akan
sama. Hal ini juga didukung oleh Fischer,
et.al (2005) yang menyatakan bahwa ada
hubungan yang signifikan dari skor
NIHSS

dengan

lokasi

sumbatan

pembuluh darah. Apabila skor NIHSS 10,


sumbatan pembuluh darah akan terlihat
pada arteriografi dan apabila skor NIHSS
12, lokasi sumbatan tersebut sudah dapat
ditemukan.
Sehingga,
digunakan

kedua

metode

dengan

baik

ini

dapat
dalam

menentukan diagnosa stroke karena telah


Desain Penelitian/Studi

terbukti efektif dalam penerapannya.


Keterbatasan Penelitian/Studi

Desain eksperimen post-test only design

Komponen isi penilaian dalam metode

(the one shoot case study)

pengkajian NIHSS dan ESS memiliki


konten yang hampir sama, perbedaan
kedua metode tersebut hanya pada
penilaian. Pada NIHSS, apabila jumlah
nilai semakin banyak, maka diagnosa
yang dapat diterapkan semakin banyak
pula. Pada ESS, apabila jumlah nilai
semakin sedikit, maka diagnosa yang
dapat diterapkan dapat semakin banyak
juga. Sehingga, dapat dipastikan bahwa
kedua metode ini memiliki keefektifan

yang sama dalam menentukan diagnosa


keperawatan aktual.
Seharusnya, untuk menilai keefektifan
suatu

metode,

sebaiknya

dilakukan

dengan membandingkan dua atau lebih


metode yang memiliki komponen isi
yang berbeda, sehingga dapat diketahui
metode

yang

lebih

efektif

untuk

digunakan.
KESIMPULAN
1. Ada hubungan bermakna antara nilai NIHSS dengan diagnosa keperawatan
actual NIHSS (r = 0.904; p = 0.0005).
2. Ada hubunngan bermakna antara nilai ESS dengan diagnosa keperawatan
aktual ESS (r = 0.912;p = 0.0005).
3. Jumlah diagnosa keperawatan aktual menggunakan pengkajian metode
NIHSS dan ESS rata-rata 9.67 buah, SD 0.485. Perolehan paling sedikit 9
buah dan paling banyak 10 buah.
4. Tidak ada perbedaan bermakna dalam penggunaan metode NIHSS dan ESS
untuk pembuatan diagnosa keperawatan aktual pada pasien stroke berat fase
akut (p = 1.000; = 0.005). Artinya, metode NIHSS dan ESS memiliki
keefektivitasan yang sama dalam menentukan diagnosa keperawatan yang
aktual.
DAFTAR PUSTAKA
1. Berger, K., Weltermann, B., Kolominsky-Rabas,P., Meves, S., Heuschamann,
P., Bohner, J., Neundorfer, B., Hense, H.W., and Buttner, T. (1999). The
Reliabity of Stroke Scales: The German Version of NIHSS, ESS and Ranking
Scales. Fortschr Neurol Psychiatri, 67 (2), 81-93.

2. Fischer, U., Arnold, M., Nedeltchev, K., Brekenfeld, C., Ballinari, P.,

Remonda, L., Schorth, G., Mattle, P, H. (2005). NIHSS Score and


Arteriographic Findings in Acute Ischemic Stroke. University of Bern :
Switzerland.

Anda mungkin juga menyukai